Anda di halaman 1dari 12

MOSI DEBAT

PEMBICARA 4 (Rangkum) : ALWI (4 MENIT)

Outline Speaker 4:
- Bantah Argumen Speaker 3 lawan (baik pro maupun kontra).
- Recall dan Kuatkan Argumen Speaker 1 kita (sisi filosofis).
- Recall dan Kuatkan Argumen Speaker 2 kita (sisi legal).
- Recall dan Kuatkan Argumen Speaker 3 kita (sisi sosiologis).
- Summary apa yang kita bahas dan tekankan poin penting kita.
- Tekankan bahwa kita yang pantas memenangkan perdebatan ini.

1. Tindakan aborsi yang dilakukan oleh pasangan muda kumpul kebo merupakan
kejahatan hak atas kemanusiaan karena telah mengambil hak hidup jabang bayi
oleh karenanya pelakunya harus dihukum.
PRO
Bantah Argumen Speaker 3 lawan (baik pro maupun kontra).
Perkuat Argumen Speaker 1 kita: Filsuf
- Menurut Thomas Aquinas, hak hidup manusia absolut: tidak dapat dicabut oleh
siapapun, bahkan janin dalam kandungan berhak untuk hidup (dilahirkan).
- Kant, berpendapat baha aborsi merupakan kejahatan terhadap HAM karena melanggar
kewajiban moral untuk menghormati hak hidup manusia.
- Locke berpendapat bahwa manusia memiliki hak-hak alamiah yang tidak dapat
dicabut siapapun, hak-hak ini salah atunya hak untuk hidup bahkan oleh janin
sekalipun.
- Huge de Groot berpendapat bahwa hukum alam memberikan dasar sanksi terhadap
pelanggaran hukum, termasuk pelaku aborsi untuk pasangan muda kumpul kebo.
- Dari penjabaran para filsuf, dapat disimpulkan bahwa tindakan aborsi merupakan
tindakan yang salah karena melanggar hak untuk hidup janin manusia, sehingga
pelakunya harus dihukum.

Perkuat Argumen Speaker 2 kita: Legal


- Hak untuk hidup bahkan telah ditegaskan dalam Konstitusi sebagai hukum tertinggi di
Indonesia, yang diatur pada Pasal 28A UUD NRI 1945.
- Dalam KUHP dijelaskan ancamannya baik dengan atau tanpa persetujuan ibu dari
calon bayi tersebut, seperti yang dijelaskan di Pasal 346, 347, 348.
- Pasal 4 UU Perlindungan anak, menjamin hak anak untuk dapat hidup, tumbuh, dan
berkembang. Anak yang dimaksud adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan.
- Dalam hukum Indonesia telah diatur bahwa pelaku aborsi dapat dikenakan hukuman,
apapun bentuk aborsinya. Sehingga melindungi hak hidup dari calon bayi.

Perkuat Argumen Speaker 3 kita: Sosiologis


- Aborsi dikategorikan sebagai kejahatan atas HAM karena melanggar norma kesehatan
terhadap ibu calon bayi sampai norma hukum yang melindungi moralitas.
- Aborsi dapat meningkatkan kriminalitas dan kemiskinan, dan mengurangi kualitas
SDM yang menghambat pembangunan bangsa.
- Pelaku aborsi harus dihukum karena kejahatan atas HAM, membuat efek jera, dan
mencegah perulangan atas tindakan yang sama di masa depan.
Summary:
- Pelaku aborsi harus dihukum, dalam bentuk apapun walau hasil pasangan muda
kumpul kebo, karena melanggar HAM calon bayi yang akan dilahirkan seperti hak
untuk hidup, dll. Selain itu, pemberian hukuman sebagai tindakan represif
memberikan efek jera untuk mencegah terjadinya tindakan yang sama di masa depan.
- Oleh karena itu, kami dari tim pro yang pantas memenangkan perdebatan ini.

KONTRA
Bantah Argumen Speaker 3 lawan (baik pro maupun kontra).
Perkuat Argumen Speaker 1 kita: Filsuf
- John Stuart Mill mengaitkan aborsi dengan utilitarianisme, di mana aborsi dapat
mencegah komplikasi kehamilan dan mengurangi resiko kematian ibu.
- Simone de Beauvoir mengaitkan dengan feminisme, bahwa tubuh perempuan
merupakan milik perempuan dan perempuan memiliki hak untuk menentukan apa
yang terjadi pada tubuhnya, termasuk apakah ingin melanjutkn kehamilannya atau
tidak?
- Martha Nussbaum menyatakan ha katas otonomi diri, termasuk apa yang terjadi pada
tubuhnya.
- Hobbes berpendapat aborsi sebagai solusi untuk mencegah atau mengatasi kehamilan
yang tidak diinginkan yang mungkin dapat menyebabkan stress dan ketidaknyamanan
bagi perempuan.
- Finnis berpendapat bahwa manusia memiliki hak untuk tidak disiksa. Dalam hal ini,
aborsi dianggap sebagai solusi perempuan agar tidak tersiksa dalam mengandung
bayi, maupun merawat anak di masa depan.
- Hukuman bagi pelaku aborsi dapat berdampak negatif terhadap masyarakat, yang
menimbulkan stigma dan diskriminasi bagi perempuan yang melakukan aborsi, dan
membuat perempuan yang ingin melakukan aborsi menjadi takut dan tidak mau
mencari bantuan medis yang aman.

Perkuat Argumen Speaker 2 kita: Legal


- Dalam konstitusi, diatur dalam Pasal 28D ayat 1 setiap orang berhak atas kesehatan,
dan Pasal 28G ayat 1, setiap orang berhak untuk bebas dari kekerasan fisik dan psikis.
- Pasal 60 ayat 1 UU kesehatan, aborsi dapat dilakukan oleh tenaga medis dan dibantu
tenaga kesehatan yang memilliki kompetensi dan kewenangan.
- Pasal 31 ayat 1 PP 61/2014, tindakan aborsi hanya dapat dilakukan berdasarkan
indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat perkosaan.
- Pasal 76 UU 36/2009: batas maksimal usia kehamilan untuk aborsi akibat perkosaan
sebelum kehamilan berumur 6 minggu.

Perkuat Argumen Speaker 3 kita: Sosiologis


- Hukuman bagi pelaku aborsi dapat berdampak negatif terhadap masyarakat. Hukuman
bagi pelaku aborsi dapat menyebabkan ibu yang melakukan aborsi tidak mendapatkan
akses ke layanan kesehatan yang aman dan legal. Hal ini dapat meningkatkan risiko
kematian ibu.
- Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang aborsi dapat menjadi solusi yang lebih
baik. Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang aborsi dapat membantu mencegah
terjadinya aborsi yang tidak diinginkan.
- Aborsi merupakan tindakan yang dapat dimaklumi dalam konteks sosiologis. Aborsi
dapat dilakukan oleh wanita yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan,
seperti kehamilan akibat perkosaan, kehamilan yang membahayakan jiwa ibu, atau
kehamilan yang tidak dapat ditanggung secara ekonomi.

Summary:
- Aborsi merupakan hak yang harus dilindungi, seperti aborsi akibat pemerkosaan. Hak
aborsi juga harus diakomodir dengan fasilitas medis yang memadai, dan sebaiknya
pelaku aborsi tidak dihukum demi faktor kesehatan fisik dan psikis, dan masa depan si
ibu. Melainkan diperhatikan hak dan kebutuhannya.
- Oleh karena itu, kami dari tim kontra yang pantas memenangkan perdebatan ini.

2. Penarikan pajak oleh negara dari pihak berpenghasilan tinggi untuk kemudian
disalurkan sebagai subsidi kepada masyarakat tidak mampu merupakan suatu
tindakan yang adil.
PRO
Bantah Argumen Speaker 3 lawan (baik pro maupun kontra).
Perkuat Argumen Speaker 1 kita: Filsuf
- John Rawls, a Theory of Justice: keadilan sebagai prinsip dasar dalam pembagian
beban ekonomi. Pajak progresif di mana pihak berpenghasilan tinggi membayar
proporsi pajak yang lebih tinggi merupakan wujud implementasi keadilan sosial.
- Ini mendukung prinsip kesetaraan, di mana semua warga negara, tanpa memandang
status sosial atau ekonomi, memberikan kontribusi yang adil untuk kepentingan
bersama.
- Pembebanan pajak yang lebih rendah pada masyarakat tidak mampu melalui subsidi
dapat meningkatkan daya beli mereka. Ini memberikan dorongan ekonomi bagi
kelompok masyarakat ini dan menciptakan siklus positif keadilan sosial.

Perkuat Argumen Speaker 2 kita: Legal


- Pajak Sebagai Rem Pembatas Kesenjangan dalam sistem ekonomi. Pajak sebagai alat
regulasi sosial memberikan kontrol dan pembatasan terhadap tingkat ketidaksetaraan
yang dapat terjadi dalam masyarakat.
- Pro terhadap mosi adalah pro terhadap Prinsip Kesetaraan Peluang, yakni Pajak
Sebagai Manifestasi Kesetaraan, bahwa pajak progresif adalah implementasi langsung
dari prinsip kesetaraan peluang. Semakin tinggi pendapatan, semakin besar kontribusi,
menciptakan kesetaraan dalam tanggung jawab finansial.
- Pajak progresif memainkan peran dalam menjaga stabilitas sosial dengan mengurangi
ketidaksetaraan ekonomi yang dapat menjadi penyebab keresahan dan konflik dalam
masyarakat.
- Oleh karena itu, pajak progresif bukan hanya tentang penerimaan pendapatan untuk
negara, tetapi juga sebagai alat regulasi sosial yang berfungsi untuk menjaga
keseimbangan dan keadilan dalam masyarakat
- Sebagaimana pada UU HAM disebutkan bahwa, masyarakat rentan perlu dilindungi
dan dipastikan hak-haknya terpenuhi.
- Pajak progresif merupakan bentuk dukungan untuk Masyarakat Rentan, sebagaimana
target dari subsidi adalah untuk mendukung kelompok masyarakat yang paling rentan,
seperti keluarga dengan pendapatan rendah atau individu yang berada di bawah garis
kemiskinan. Ini memberikan dukungan nyata bagi mereka yang membutuhkannya

Perkuat Argumen Speaker 3 kita: Sosiologis


- Penarikan pajak oleh negara dari pihak berpenghasilan tinggi untuk kemudian
disalurkan sebagai subsidi kepada masyarakat tidak mampu merupakan suatu
tindakan yang adil. Bahkan tindakan ini juga mendukung kesejahteraan sosial.
- Pajak progresif sebagai alat distribusi kekayaan yang efektif. Pajak yang lebih tinggi
untuk pihak berpenghasilan tinggi memungkinkan redistribusi kekayaan yang lebih
merata di masyarakat.
- Identitas Kolektif Melalui Pajak yakni Pajak progresif menciptakan kesadaran
identitas kolektif bahwa setiap individu, terlepas dari status sosial atau ekonomi,
memiliki tanggung jawab untuk mendukung kesejahteraan bersama.

Summary:
- Pajak progresif dari yang kaya kepada yang miskin dapat mencegah pemusatan
kekayaan pada beberapa golongan tertentu, dan memberikan subsidi dari hasil pajak
proresif untuk menaikan daya beli masyarakat tidak mampu, dan menciptakan
pemerataan kekayaan. Menolak pajak progresif sama saja dengan mendukung oligarki
bisnis, kapitalisme, dan menolak pemerataan pembangunan.
- Oleh karena itu, kami dari tim pro yang pantas memenangkan perdebatan ini.

KONTRA:
Bantah Argumen Speaker 3 lawan (baik pro maupun kontra).
Perkuat Argumen Speaker 1 kita: Filsuf
- Nozick berpendapat bahwa tujuan dari kehidupan bermasyarakat di dalam suatu
negara adalah perlindungan terhadap hak individu setiap warga negara.
- Prinsip keadilan menyiratkan bahwa setiap individu memiliki hak yang sama untuk
menikmati hasil kekayaan yang mereka peroleh, dan pemerintah tidak seharusnya
menjadi arbiter yang menentukan distribusinya.
- Ketergantungan pada subsidi dapat menurunkan motivasi masyarakat untuk mencari
inisiatif mandiri. Ketika seseorang terbiasa dengan bantuan finansial, mungkin kurang
termotivasi untuk mencapai kemandirian ekonomi.
- Dampak pada Kewirausahaan yaitu ketergantungan pada subsidi dapat menghambat
pengembangan keterampilan wirausaha, yang penting untuk menciptakan peluang
ekonomi baru dan pertumbuhan sektor swasta.

Perkuat Argumen Speaker 2 kita: Legal


- Penarikan pajak yang tinggi pada pihak berpenghasilan tinggi menciptakan
ketidaksetaraan dalam beban pajak, yang dapat dianggap sebagai pelanggaran
terhadap hak pribadi untuk diperlakukan secara adil di mata hukum.
- Penarikan pajak yang tinggi dapat dianggap sebagai campur tangan yang tidak pantas
dalam hak pribadi dan kebebasan individu untuk mengelola kekayaan mereka sesuai
keinginan mereka sendiri.
- Penarikan pajak yang lebih tinggi pada pihak berpenghasilan tinggi sebagai bentuk
diskriminasi fiskal. Menekankan bahwa hukum seharusnya tidak mendiskriminasi
individu berdasarkan tingkat penghasilan atau kekayaan mereka.
- Ketidaksetaraan dalam perlakuan pajak dapat memiliki dampak psikologis pada
persepsi masyarakat terhadap keadilan hukum. Jika pajak dianggap tidak adil, hal itu
dapat merusak kepercayaan masyarakat pada institusi hukum.

Perkuat Argumen Speaker 3 kita: Sosiologis


- Pajak akan berefek pada Investasi yaitu pihak berpenghasilan tinggi, yang seringkali
merupakan pengusaha dan investor utama, mungkin mengurangi investasi dan
pengembangan bisnis jika mereka merasa bahwa pajak yang tinggi mengurangi
potensi pengembalian investasi.
- Pajak yang tinggi pada pihak berpenghasilan tinggi dapat mengurangi insentif untuk
menciptakan lapangan kerja baru, yang dapat merugikan pertumbuhan ekonomi dan
menambah tingkat pengangguran.
- Tingkat pajak yang tinggi dapat mengurangi insentif untuk mengambil risiko dan
memulai usaha baru. Pihak berpenghasilan tinggi akan lebih enggan untuk
berwirausaha jika sebagian besar hasil usaha mereka akan ditarik sebagai pajak.
- Dampak jangka panjang dari pajak tinggi terhadap inovasi dapat membatasi kemajuan
ekonomi, menghambat perkembangan teknologi dan penemuan baru yang mungkin
muncul dengan dukungan finansial yang lebih besar.

Summary:
- Penarikan pajak penghasilan dapat berimplikasi kepada matinya kreativitas dan
inovasi akibat “dinina-bobokan” oleh subsidi, berkurangnya investasi karena pajak
yang tinggi, yang berimbas pada lesunya pertumbuhan lapangan kerja dan
meningkatnya pengangguran.
- Oleh karena itu, kami dari tim kontra yang pantas memenangkan perdebatan ini.

3. Warga berhak melakukan pembangkanngan sipil (civil disobedience) terhadap


diberlakukannya Omnibus Law.

penolakan untuk mematuhi hukum tertentu, tuntutan, dan perintah dari suatu
pemerintah, atau kekuatan kekuasaan internasional, yang ditegaskan dan aktif.

PRO:
Bantah Argumen Speaker 3 lawan (baik pro maupun kontra).
Perkuat Argumen Speaker 1 kita: Filsuf
- Immanuel Kant berpendapat bahwa individu memiliki kewajiban moral untuk
melawan ketidakadilan, sehingg apabila Omnibus Law dianggap melanggar prinsip-
prinsip keadilan atau HAM, maka masyarakat memiliki hak untuk meakukan
pembangkangan.
- Henry David Thoreau mengecam keterlibatan dalam kebijakan atau tindakan
pemerintah yang dianggap tidak bermoral atau merugikan.
- Rawls bahkan menyebut pembangkangan sipil (civil disobedience) sebagai kewajiban
natural untuk menegakkan keadilan.
- Sehingga pembangkangan sipil merupakan hak masyarakat apabila Omnibus Law
dianggap tidak adil.

Perkuat Argumen Speaker 2 kita: Legal


- Pasal 9 ayat 1 UU 9/1998: unjuk rasa/demokrasi bentuk penyampaian pendapat di
depan umum.
- Pasal 28 UUD 1945 mengakomodasi kebebasan berpendapat.
- Pasal 19 dan 20 UDHR mengakomodasi kebebasan berpendapat tanpa gangguan.

Perkuat Argumen Speaker 3 kita: Sosiologis


- Pembangkangan sipil dianggap sebagai protes terhadap strruktur kekuasaan yang
tidak adil.
- Proses penyusunan Omnibus Law, dalam hal ini Cipta Kerja kurang atau sama sekali
tidak melibatkan masyarakat. Sehingga wajar apabila masyarakat melakukan tindakan
pembangkangan karena tidak dilibatkan dalam proses penyusunan yang menciptakan
dugaan negatif pada proses penyusunannya.
- Pembangkangan sipil dapat dilakukan jika dilihat dari sejarah revolusi Perancis dan
revolusi Amerika Serikat.

Summary:
- Pembangkangan sipil merupakan hak masyarakat terhadap kecatatan produk hukum
dari substansi maupun proseduralnya. Hak tersebut dijamin dalam konstitusi dan
undang-undang yang ada. Pembangkangan sipil merupakan proses berpikir kritis
masyarakat terhadap produk hukum yang akan diberlakukan, sehingga hak atas
pembangkangan sipil ini perlu dilindungi dalam hukum.
- Oleh karena itu, kami dari tim pro yang pantas memenangkan perdebatan ini.

KONTRA:
Bantah Argumen Speaker 3 lawan (baik pro maupun kontra).
Perkuat Argumen Speaker 1 kita: Filsuf
- Immanuel Kant: Warga harus mematuhi hukum yang berlaku, bahkan jika hukum
tersebut dianggap tidak adil.
- Martin Luther King Jr: Pembangkangan sipil tidak selalu efektif untuk mencapai
tujuannya. Pembangkangan sipil dapat menimbulkan simpati dari masyarakat, tetapi
tidak selalu dapat mencapai tujuannya.
- Masih menurut Martin Luther King Jr: Pembangkangan sipil dapat menimbulkan
polarisasi di masyarakat. Pembangkangan sipil dapat menimbulkan perpecahan di
masyarakat, antara kelompok yang mendukung dan kelompok yang menentang
pembangkangan sipil.

Perkuat Argumen Speaker 2 kita: Legal


- Pasal 1 ayat 3 UUD 1945: Indonesia adalah negara hukum.
- Pasal 212 KUHP mengatur tentang pidana bagi orang yang dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan melawan kekuasaan umum dalam menjalankan kewajibannya.
- Perkapolri 7/2012 Pasal 8 huruf d: Dilarang melakukan demo dengan cara: lisan atau
tulisan menghasut supaya melakukan perbuatan pidana atau kekerasan terhadap
penguasa umum atau tidak menuruti ketentuan undang-undang maupun perintah
jabatan; menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan
yang menghasut supaya melakukan perbuatan pidana, menentang penguasa umum
dengan kekerasan.

Perkuat Argumen Speaker 3 kita: Sosiologis


- Omnibus Law merupakan produk hukum yang telah disahkan oleh DPR RI dan
Presiden RI. Dengan demikian, Omnibus Law merupakan hukum yang sah dan
berlaku di Indonesia. Pembangkangan sipil terhadap hukum yang sah merupakan
tindakan melawan hukum.
- Pembangkangan sipil dengan kekerasan dapat menimbulkan kerugian bagi
masyarakat, korban jiwa dan harta benda, dan mengganggu ketertiban umum.
- Pembangkangan sipil dengan kekerasan merupakan tindakan yang tidak efektif dan
tidak dapat mencapai tujuannya untuk mengubah kebijakan pemerintah.

Summary:
- Pembangkangan sipil dengan kekerasan hanya akan menimbulkan kerugian berupa
korban jiwa, harta benda, dan mengganggu ketertiban umum. Selain itu, kita harus
menghormati dan melaksanakan hukum yang telah disahkan untuk menjamin
kepastian hukum. Mengubah hukum dengan pembangkangan sipil apalagi dengan
kekerasan tidak selamanya berhasil dan hanya akan menimbulkan kerugian.
- Oleh karena itu, kami dari tim kontra yang pantas memenangkan perdebatan ini.

4. Penerapan Restorative Justice dapat mengabaikan aspek kepastian hukum.


PRO
Bantah Argumen Speaker 3 lawan (baik pro maupun kontra).
Perkuat Argumen Speaker 1 kita: Filsuf
- Socrates, “Social Contract and Obedience to Laws”: Orang yang adil harus mematuhi
hukum negara, bahkan jika hukum tersebut menghasilkan hukuman yang tidak adil
bagi dirinya sendiri.
- Justianus I, “Legal Clarity and Certainty”: Sistem hukum harus terorganisir, jelas,
konsisten, tidak ambigu dan tidak kontradiksi.
- Thomas Hobbes menyatakan, “Equality under the law”: Individu harus tunduk pada
hukum tanpa pengecualian.
- Sehingga menurut pendapat para filsuf di atas, kepastian merupakan suatu hal yang
konkret, harus dihormati dan dijalakankan oleh semua pihak

Perkuat Argumen Speaker 2 kita: Legal


- Indonesia negara Civil Law yang mengedepankan kodifikasi hukum.
- Pasal 1 ayat 3 UUD 1945: Indonesia merupakan negara hukum.
- Pasal 1 ayat (1) KUHP menyatakan bahwa: “Tidak ada suatu perbuatan dapat
dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang
telah ada, sebelum perbuatan dilakukan.”

Perkuat Argumen Speaker 3 kita: Sosiologis


- Pertanyaan reflektif: Restorative Justice memerlukan pemahaman dari pelaku, korban,
serta masyarakat mengenai pemenuhan hak semua pihak. Apakah efektif untuk
menyadarkan semua pihak mengenai pemenuhan hak?
- Restorative Justice kurang bisa menyelesaikan perkara yang disebabkan masalah
sosial yang lebih besar seperti rasisme, klasisme, kemiskinan, pengangguran,
kebodohan, dsb.
- Contoh kasus pemerkosaan oleh Bupati Maluku Tenggara pada 2023 lalu. Apakah
dapat dimaafkan hanya dengan “perkawinan paksa”?

Summary:
- Restorative Justice mengabaikan kepastian hukum, karena dapat mengabaikan
ketentuan yang telah tertulis jelas dalam sebuah regulasi utamanya dalam tindak
pidana ringan, menjadi bentuk remedy lain. Selain itu, restorative justice juga tidak
dapat mengakomodasi ketentuan tindak pidana berat, sehingga tidak memberikan
kepastian hukum bagi semua pihak.
- Oleh karena itu, kami dari tim pro yang pantas memenangkan perdebatan ini.

KONTRA
Bantah Argumen Speaker 3 lawan (baik pro maupun kontra).
Perkuat Argumen Speaker 1 kita: Filsuf
- Plato, “Justice as Truth and Reality”: Keadilan berakar pada realitas objektif, bukan
opini atau konvensi.
- Jean Bodin, “Justice as Sovereign Virtue”: Namun Penguasa memiliki tanggung
jawab untuk menjaga keadilan dalam negara. Keadilan sebagai suatu kebajikan dan
penguasa harus bertindak dengan adil dalam pemerintahan negara dan penegakan
hukum.
- Dalam ranah ontologis, jika teori pemidanaan berangkat dari konstruksi pemikiran
“Mengapa perlu dilakukan pemidanaan?”, dalam hal ini berkaitan dengan nilai
eksistensi dan urgensi adanya pemidanaan. Hal ini berbeda dengan pendekatan
restorative justice, yang merupakan a contrario dari pada teori pemidanaan.
- Fiat Justitia Ruat Caelum, keadilan harus ditegakan walaupun langit akan runtuh.
Dengan mengedepankan restoratve justice, juga akan menegakkan kepastian dan
keadilan hukum secara bersamaan.

Perkuat Argumen Speaker 2 kita: Legal


- Pasal 5 dan 10 UDHR mengakomodasi keadilan untuk semua pihak, dan perlindungan
yang sama di mata hukum.
- Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Pengadilan HAM yang memberi
kewenangan kepada Komnas HAM (yang dibentuk berdasar Keppres Nomor.
50/1993) untuk melakukan mediasi dalam kasus pelanggaran HAM.
- Pasal 5 ayat 1 UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak:
“Sistem Peradilan Pidana Anak wajib mengutamakan pendekatan Keadilan
Restoratif.”
- Pasal 2 Perpolri Nomor 8 Tahun 2021 Tentang Penanganan Tindakan Pidana
Berdasarkan Keadilan Restoratif: “(1) Penanganan Tindak Pidana berdasarkan
Keadilan Restoratif dilaksanakan pada kegiatan:
a. penyelenggaraan fungsi Reserse Kriminal;
b. penyelidikan; atau
c. penyidikan

Perkuat Argumen Speaker 3 kita: Sosiologis


- Contoh kasus AAL (15 tahun) pada 2012 yang diduga mencuri sendal jepit milik
aparat kepolisian. Mendapat tindakan penganiayaan berupa pemukulan, dituntut 5
tahun penjara.
- Sebagai salah satu contohnya adalah budaya Duan Lolat yang bisa ditemukan di
kepulauan Tanimbar, Maluku dimana didalam budayanya diatur nilai-nilai/norma
yang harus diikuti atas “hubungan darah” antar perkawinan antar suami istri yang
pada umumnya, menyelesaikan masalah bila terjadi nya suatu sengketa maupun
berat atau ringan dengan memanggil tua-tua adat (sesepuh) baik dari pihak pelaku
maupun korban lalu dimulailah suatu upacara adat dengan prakatan dan minum sopi
(tuak).
- Artinya, terjadi over capacity lembaga pemasyarakatan sebesar 101%. Dengan adanya
pendekatan restorative jutice, maka otomatis pendekatan pemidanaan akan berkurang,
sehingga over capasity lembaga pemasyarakatan dapat diatasi.

Summary:
- Restorative Justice dibutuhkan untuk mengakomodir keadilan bagi semua pihak,
pemulihan bagi korban dan pelaku, sampai mengatasi permasalahan over capacity di
penjara. Dengan keadilan yang lebih cepat tercapai, akan mendapatkan keadilan di
mana akan berimplikasi pada pemenuhan kepastian hukum bagi semua pihak.
- Oleh karena itu, kami dari tim kontra yang pantas memenangkan perdebatan ini.
5. Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) berpotensi melanggar environmental
justice.
PRO
Bantah Argumen Speaker 3 lawan (baik pro maupun kontra).
Perkuat Argumen Speaker 1 kita: Filsuf
- IKN dianggap membawa konsep utilitarianisme bagi banyak pihak, seperti
pemerataan, solusi padatnya Ibukota Jakarta, mendatankan investasi, pertumbuhan
bisnis, lapangan pekerjaan baru, dll.
- Konsep utilitarianisme dibawakan oleh Jeremy Bentham, lebih mengedepankan
kebermanfaatan bagi banyak pihak. Dalam hal ini, IKN secara tidak langsung akan
membawa manfaat bagi rakyat Indonesia secara umum.
- Pembangunan IKN justru mengedepankan konsep sustainable dengan alokasi lahan
yang digunakan untuk kantor pemerintahan lebih sedikit dibandingkan alokasi lahan
terbuka hijau. Sehingga tidak menyalahi etika lingkungan.

Perkuat Argumen Speaker 2 kita: Legal


- Pasal 2 UU No.3/2022, IKN dibangun untuk menjadi kota berkelanjutan di dunia.
- Penjelasannya yakni kota yang mengelola sumber daya secara tepat guna dan
memberikan pelayanan secara efektif dalam pemanfaatan sumber daya air dan energi
yang efisien, pengelolaan sampah berkelanjutan, moda transportasi terpadu,
lingkungan layak huni dan sehat, dan lingkungan alam dan binaan yang sinergis,
sehingga tidak melanggar environmental justice.
- Pasal 18 ayat 3 UU No.3/2022 mengatur mengeni pengelolaan lingkungan hidup yang
tidak terbatas pada pengelolaan wilayah fungsional perkotaan yang beriorientasi pada
lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati.

Perkuat Argumen Speaker 3 kita: Sosiologis


- Perekonomian membaik dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi karena
pemerataan.
- Secara tidak langsung akan membawa utilitarianisme ke banyak pihak.
- Berkaca pada kesuksesan pemindahan ibu kota lainnya di dunia, sepeti Brazil dari Rio
de Janeiro ke Brasilia, dan Canberra di Australia.

Summary:
- Pembangunan IKN tidak melanggar environmental justice, karena perhitungan
pembangunan yang matang, bahkan mengedepankan konsep sustainable. Selain itu,
IKN juga akan membawa dampak pemerataan bagi rakyat Indonesia secara
umumnya.
- Oleh karena itu, kami dari tim pro yang pantas memenangkan perdebatan ini.

KONTRA
Bantah Argumen Speaker 3 lawan (baik pro maupun kontra).
Perkuat Argumen Speaker 1 kita: Filsuf
- Pembangunan IKN menyebabkan dampak lingkungan yang signifikan, merugikan
ekosistem dan keseimbangan alam, apakah manfaat ekonomi yang dihasilkan akan
sebanding dengan dampak pada lingkungan?
- Proyek IKN menimbulkan ketidaksetaraan atau menimbulkan ketidakadilan sosial.
- Pembangunan besar-besaran yang membuat pemindahan penduduk lokal sehingga
menghilangkan tempat tinggal, mata pencaharian, dan hak-hak lainnya.
Perkuat Argumen Speaker 2 kita: Legal
- UU IKN memberi HGU ke investor dengan waktu sangat lama, sampai 95 tahun.
- Hal ini bertentangan dengan UUPA, yakni HGU diberikan paling lama total 60 tahun.
- Hal ini menimbulkan benturan undang-undang, sehingga harus ditentang.

Perkuat Argumen Speaker 3 kita: Sosiologis


- Ada resiko munculnya kelompok yang mendapat manfaat lebih besar, dan ada
kelompok yang tertinggal tidak mendapatkan manfaat dari dibangunnya IKN, bahkan
“tersingkirkan” dari tempat tinggalnya.
- Pembangunan IKN akan melibatkan penggusuran secara besar-besaran, sehingga
terdapat pemindahan paksa bagi penduduk lokal. Pemindahan tersebut berimplikasi
pada kehilangan identitas budaya, dll.
- Pembangunan IKN dapat merusak lingkungan dan menghilangkan pengetahuan
tradisional yang dimiliki masyarakat lokal terkait keberlanjutan dan pemeliharaan
lingkungan.

Summary:
- Pembangunan IKN akan menghilangkan identitas masyarakat lokal, menciptakan
ketidakadilan sosial dengan tidak samanya pemenuhan hak bagi yang memiliki
kepentingan dan masyarakat terdampak, sampai terdapat kesenjangan hukum bagi
yang hendak berinvestasi di IKN dan wilayah di luar IKN.
- Oleh karena itu, kami dari tim kontra yang pantas memenangkan perdebatan ini.

6. Mewajibkan negara maju sebagai penyumbang emisi karbon terbesar untuk


bertanggung jawab lebih dengan memberikan bantuan kepada negara
berkembang adalah tindakan yang adil.

PRO
Bantah Argumen Speaker 3 lawan (baik pro maupun kontra).
Perkuat Argumen Speaker 1 kita: Filsuf
- Negara maju, yang telah mengambil keuntungan dari penggunaan sumber daya alam
dan menciptakan dampak besar terhadap lingkungan, sekarang memiliki tanggung
jawab untuk memberikan bantuan kepada mereka yang terkena dampak negatif.
- Memberikan bantuan merupakan cara untuk membayar kembali kontribusi negatif
yang telah diciptakan.
- Terlebih Negara maju cenderung memiliki akses lebih besar terhadap teknologi hijau
yang dapat membantu mengurangi emisi karbon. Dengan berbagi teknologi dan
pengetahuan, negara maju dapat membantu negara berkembang untuk beralih ke
sumber daya dan praktik yang lebih berkelanjutan.
- Dalam perspektif utilitarianisme, penting untuk mempertimbangkan keuntungan
jangka panjang dari tindakan tertentu. Dengan membantu negara berkembang
mengadopsi praktik berkelanjutan, negara maju dapat menciptakan keuntungan
jangka panjang dalam bentuk kestabilan iklim global dan keberlanjutan lingkungan.
- Utilitarianisme memperhatikan keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat. Dengan membantu negara berkembang untuk beralih ke
praktik berkelanjutan, negara maju dapat mempromosikan keseimbangan ini dalam
jangka panjang.

Perkuat Argumen Speaker 2 kita: Legal


- Prinsip CBDR menekankan adanya tanggung jawab historis, di mana negara maju
dianggap lebih bertanggung jawab atas perubahan iklim karena kontribusi mereka
yang lebih besar terhadap emisi karbon selama proses industrialisasi.
- Melalui prinsip CBDR juga mengakui bahwa negara-negara memiliki tingkat dampak
dan kapasitas berbeda dalam menghadapi perubahan iklim.
- Prinsip CBDR menciptakan keseimbangan dalam upaya global untuk mengatasi
perubahan iklim, menghindari beban berlebihan pada negara berkembang yang
mungkin tidak memiliki sumber daya sebanding dengan negara maju.
- Dengan memberikan bantuan, negara maju dapat mendukung negara berkembang
dalam berkontribusi pada solusi global tanpa menambah ketidaksetaraan.

Perkuat Argumen Speaker 3 kita: Sosiologis


- Negara maju memiliki tanggung jawab moral atas dampak sejarah mereka terhadap
perubahan iklim. Proses industrialisasi yang mereka pimpin telah memberikan
kontribusi signifikan terhadap tingginya emisi karbon global.
- Negara maju telah mengalami keuntungan ekonomi dan teknologis sebagai hasil dari
industrialisasi dan penggunaan sumber daya alam secara besar-besaran. Oleh karena
itu, mereka memiliki kapasitas dan sumber daya untuk membantu negara berkembang
beralih ke pola pembangunan yang lebih berkelanjutan.
- Dalam sejarah, negara maju sering kali mendapatkan keuntungan ekonomi dari
eksploitasi sumber daya alam di negara-negara berkembang. Kewajiban moral muncul
dari manfaat yang diperoleh dari sumber daya yang terbatas ini.
- Negara maju harus mengakui bahwa keterlibatan historis mereka dalam emisi karbon
telah membentuk kondisi perubahan iklim saat ini. Oleh karena itu, tanggung jawab
sejarah menjadi dasar untuk tindakan lanjutan.

Summary:
- Negara maju harus menyumbang kepada negara berkembang, baik dari sisi
“ekonomi” maupun alih-fungsi teknologi. Hal ini untuk mendukung prinsip
utilitarianisme, CBDR, dan solidaritas antar negara. Selain itu, negara maju
mempunyai tanggung jawab historis dalam industrialisasi yang menyebabkan
perubahan iklim, sehingga mempunyai kewajiban untuk menyumbang ke negara
berkembang sebagai “remedy” mereka terhadap perbuatan di masa lalu.
- Oleh karena itu, kami dari tim pro yang pantas memenangkan perdebatan ini.

KONTRA
Bantah Argumen Speaker 3 lawan (baik pro maupun kontra).
Perkuat Argumen Speaker 1 kita: Filsuf
- Menurut pandangan Nozick, pemberian “bantuan” kepada negara berkembang dengan
alibi negara maju merupakan “penyumbang” emisi karbon terbesar merupakan
tindakan yang tidak adil kepada negara maju, karena terdapat unsur pemaksaan
terhadap pengenaan “pajak” tersebut.
- Nozick menekankan kepada pemenuhan utilitarianisme tanpa ada pihak yang
dikorbankan. Dalam hal ini, menurutnya merupakan tindakan yang salah untuk
mengorbankan salah satu pihak (negara maju) untuk kepentingan mayoritas.
- David Humme, “Contractual Foundation of Justice: Keadilan dan hak milik muncul
dari persetujuan bersama. Apakah merupakan sebuah keadilan, jika negara maju
“dipaksa” untuk menyumbang kepada negara berkembang, tanpa adanya persetujuan
bersama? Penolakan memberikan sumbangan dikarenakan terlihat ketidakadilan.
- Fiat Justitia Ruat Caelum, keadilan harus ditegakkan walaupun langit akan runtuh.
Jadi keadilan bagi semua pihak merupakan tujuan yang harus kita cari dan sepakati
bersama.

Perkuat Argumen Speaker 2 kita: Legal


- Asas teritorial adalah asas yang didasarkan pada kedaulatan atau kekuasaan negara
atas wilayahnya. Jika dielaborasikan, negara berhak untuk menerapkan hukum yang
berlaku di wilayahnya untuk warga negaranya (semua orang) tanpa tekanan
kekuasaan dari negara lain.
- Dalam konteks hukum lingkungan, penganut Critical Legal Studies menyoroti
bagaimana peraturan lingkungan dapat terpengaruh oleh kepentingan ekonomi dan
politik besar, terutama industri. Mereka mungkin berargumen bahwa hukum
lingkungan sering kali tidak cukup ketat dalam melindungi lingkungan karena tekanan
kepentingan bisnis.
- Dalam konstitusi Indonesia sendiri, yakni UUD Negara republik Indonesia Tahun
1945 bagian pembukaan alinea keempat menyatakan, “...untuk membentuk suatu
Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”

Perkuat Argumen Speaker 3 kita: Sosiologis


- Indonesia memulai industrialisasi dari program mobil nasional.
- Menurut data European Comission, China menjadi negara penghasil emisi terbesar.
Dengan emisi gas rumah kaca China sebesar 115,68 Gigaton setara Karbondioksida
(Gt C0₂e) pada tahun 2022
- Apabila berkaca pada data di atas, justru negara berkembanglah yang merupakan
salah satu penyumbang terbesar emisi karbon bagi lingkungan. Lantas apakah negara
maju dapat disalahkan sebagai penyumbang terbesar emisi karbon?
- Dalam Sustainable Development Goals nomor 17: Kemitraan untuk Mencapai
Tujuan, negara berkembang dan negara maju dapat melakukan kolaborasi untuk
mencegah dan meminimalisir penyebab dan dampak emisi karbon. Salah satu caranya
yakni dengan transfer of knowledge produksi mobil listrik yang berkelanjutan,
maupun studi banding kebijakan menangani emisi karbon antara negara berkembang
dan negara maju

Summary:
- Negara maju tidak memiliki kewajiban untuk menyumbang kepada negara
berkembang. Hal ini ditegaskan dengan prinsip utilitarianisme yang tidak harus
mengorbankan pihak manapun, termasuk negara maju. Dalam konstitusi Indonesia
juga kita diharuskan menjaga keadilan sosial, keadilan sosial ini dapat dijaga dengan
memperhatikan hak-hak negara maju juga. Selain itu, negara berkembang malah
menjadi penyumbang emisi karbon terbesar. Sehingga negara maju tidak memiliki
kewajiban untuk menyumbang kepada negara berkembang.
- Oleh karena itu, kami dari tim kontra yang pantas memenangkan perdebatan ini.

Anda mungkin juga menyukai