Anda di halaman 1dari 4

Nama : Abdul Rohim

Nim : 23110200039

RESUME
Ikhtisar Organisasi Belajar dari Michael J. Marquardt (2002)

Alasan timbulnya konsep organisasi belajar dari Marquardt adalah segala sesuatu
sekarang ini sudah berubah. Seluruh dunia. Dan perubahan terjadi sangat cepat, bahkan
sangat massive. Siapa pun bisa berubah, sebaliknya siapa saja dapat terkena dampak
perubahan itu, baik atau buruk.
Menurut Marquardt, hanya organisasi atau orang tertentu saja yang mampu
memprediksi dan beradaptasi dengan segala bentuk perubahan. Organisasi atau orang yang
mampu beradaptasi dengan perubahan maka dialah yang mampu bertahan dan bahkan dapat
menjadi lebih baik di era informasi dewasa ini. Perubahan cepat, sekejap adalah tantangan
yang memang harus dihadapi dengan bijak. Kesiapan mental dan kemampuan belajar
itulahyang menjadi modal dasar organisasi atau orang-orang yang mampu bertahan
menghadapi gempuran perubahan yang sangat cepat.
Cara manusia hidup kini sudah jauh berubah, perubahan tersebut dipengaruhi oleh
pesatnya perubahan teknologi. Disisi lain, eskalasi perubahan tersebut terjadi dengan sangat
cepat. Sebegitu cepatnya, sehingga membentuk sesuatu yang kita kenal dengan istilah
globalisasi dan ekonomi global. Sebagai konsekuensi, globalisasisecara berantai berpengaruh
terhadap perubahan dalam dunia kerja yang mengakibatkan cara manusia bertindak dan
bekerja berubah. Sebagai contoh sederhana, dengan adanya teknologi orang tidak lagi bekerja
di kantor namun dapat kerja di mana saja.
Marquardt berpendapat bahwa untuk menghadapi perubahan, maka setiap individu
berkewajiban untuk selalu belajar. Individu karyawan yang belajar itu cikal bakal tumbuhnya
organisasi belajar. Beberapa aspek yang membuat organisasi belajar sebagai suatu sistem
yaitu:
1. Organisasi : sebagai sebuah subsistem OB, maka perlu diperhatikan beberapa hal
yaitu visi dan tujuan jangka panjang yang akan dicapai organisasi, budaya atau sistem
nilai yang berlaku, strategi yang dibuat, dan struktur organisasi yang melekat.
2. Learning : Belajar harus menjadi budaya bagi setiap individu. Dengan individu
sebagai pembelajar maka akan dapat meningkatkan perannya di organisasi. Sehingga
organisasi dapat bertahan atau bahkan menjadi lebih baik dalam menghadapi
perubahan.
3. Teknologi : Teknologi digunakan untuk dua hal yaitu mengelola proses belajar dan
mengembangkan belajar. Sehingga diharapkan teknologi dapat meningkatkan
efektifitas proses belajar dan belajar itu sendiri.
4. Knowledge : Terkait dengan upaya organsasi untuk mengelola pengetahuan yang
diperoleh dan dihasilkan oleh organisasi. 6 aspek pengetahuan yaitu :
a. Acquisition : sumber data
b. Creation : perolehan pengetahuan dari berbagai proses kreatif
c. Storage : pengodean dan penyimpanan pengetahuan bernilai agar dapat
diakses oleh karyawan lain
d. Analisys and data mining : teknik analisis data dan validasinya
e. Transfer and dissemination : alur mekanistis agar dapat menyebar .
f. Apllication and validation : asesmen atas pengetahuan yag dilakukan oleh
anggota dalam organisasi.
5. Orang : dalam hal ini tidak hanya sumber daya manusia yang ada dalam organisasi.
Klien dan nasabah, mitra bisnis, konsultan, customers, supliers, masyarakat termasuk
orang yang tetap harus diberdayakan perannya. Pimpinan dapat menjadi peserta didik
dan juga mentor atau coach. Perubahan pola kepemimpinan diperlukan untuk
meningkatkan organisasi belajar yang ada. Diantaranya adalah
a. Peran instruktur, mentor, dan coach : Intruktur, Fokus pada tugas dalam waktu 1-
2 hari dengan pendekatan praktik atau latihan yang nanti dievaluasi dan ada umpan
balik; Coach: Fokus pada hasil dalam bulan/tahun dengan pendekatan
bersama-sama mengidentifikasi masalah dan solusinya; Mentor :
Mengembangkan diri dan orang lain seumur hidup dengan pendekatan
pendampingan serta memperjelas maksud dan tujuan jangka panjang
b. Peran knowledge manager :
i. Co-learn and model for learning : belajar, memotivasi, dan menjadi
contoh.
ii. Architect and designer : mendesign belajar sesuai perkembangan
teknologi misal e-learning
iii. Coordinator : mengatur dan mengelola organisasi
iv. Advocate for learning and process and project : memilih dan
menggunakan temuan terbaru inovasi belajar yang dapat diadopsi oleh
suatu organisasi.
c. Kemampuan kepemimpinan baru :
i. Build shared vision : menyusun visi bersama
ii. Coordinate multiple, task-focused team : menentukan pola koordinasi
dan mampu mendeteksi potensi karyawan untuk membentuk sebuah
tim.
iii. Acknowledge and test mental models : mampu mengelola konflik dan
meredakan dengan tenang dan adil.
iv. Engage in system thinking : memiliki wawasan yang luas
v. Encourage creativity, innovation and risk-taking : mendorong
karyawan berinovasi serta mampu mengambil resiko.
vi. Conceptualize and inspire learning and action : menyusun konsep
tentang isu yang rumit.
Ikhtisar Organisasi Belajar dari Sarder (2016)

Tiga hal yang perlu dicatat tentang organisasi belajar dari Sarder:
1. Kerangka berpikir untuk membangun organisasi belajar
2. OB dapat dikembangkan menjadi budaya organisasi
3. Pengembangan pengetahuan dengan meningkatkan kompetensi
Landasan OB adalah membudayakan belajar itu sendiri dalam organisasi. OB memerlukan
ketekunan dan ketelatenan karyawan di organisasi. OB yang baik adalah OB yang menjadi
milik semua orang, menjadi tumpuan dan harus diwujudkan bersama-sama. Karyawan dan
pimpinan saling mempengaruhi.
Belajar sebagai budaya organisasi:
1. The right leader : pimpinan harus menginspirasi dan memiliki komitmen yang kuat
serta mampu membuat visi ataupun bersama-sama dengan karyawan lainnya. Menjadi
contoh baik perkataan,perlakuan, dan tindak-tanduknya.
2. The right people : pemimpin harus belajar walaupun dari karyawannya. Dia tidak
dapat berdiri sendiri, harus saling kerjasama.
3. The right behaviors : karyawan saling berdiskusi baik antar sesama maupun dengan
pimpinan, tentunya tetap menaruh rasa hormatnya.
4. The right resources : komitmen menciptakan proses belajar terus menerus dibuktikan
dengan fasilitas sumber belajar lengkap.
Pengembangan pengetahuan dengan meningkatkan kompetensi. Menurut Sarder dibagi
menjadi empat kategori yaitu:
1. Core : kompetensi terkait pengetahuan keorganisasian yang harus dimiliki selurh
karyawan.
2. Functional : kompetensi terkait tugas yang harus dilakukan oleh karywana
3. Job : kompetensi terkait tugas khusus karyawan tersebut yang harus dia kuasai.
4. Leadership : kompetensi prasyarat bagi calon pimpinan organisasi.
Untuk menghadapi tantangan global, Sarder mengutip 10 kompetensi abad 21 dari Intitute for
the Future yaitu:
1. Sense-making : kemampuan untuk mendengarkan mendalam apa yang dibicarakan
oleh orang lain.
2. Social-intelligence : kemampuan untuk berinteraksi, bernegosiasi dan berkolaborasi
dengan siapapun.
3. Novel and adaptive thinking : kemampuan untuk berfikir kreatif, inovatif atau out of
the box
4. Computational thinking : kemampuan membaca data yang sangat padat dan
memahaminya.
5. New media literacy : kemampuan menggunakan, mengakses, dan mengembangkan
konten dari berbagai media digital
6. Transdisciplinary : kemampuan untuk menerapkan konsep dan prinsip lintas disiplin
7. Cognitive load management : kemampuan untuk menghadapi beban kerja dan
mengalihkannya dalam bentuk lain.
8. Virtual collaboration : kemampuan untuk berkolaborasi secara maya dengan berbagai
mode.
9. Design mind-set : kemampuan mengatur pola berpikir dan tugas yang berlainan
10. Cross cultural : kemampuan untuk membangun kerjasama dengan yang berbeda latar
sosialnya.

Studi Kasus : Organisasi belajar di SMA FUTURE GATE Bekasi masih belum ideal dalam
pelaksanaanya.
Peran pimpinan dalam memotivasi dan memberikan contoh masih sedikit sehingga karyawan
dalam hal ini guru banyak yang meniru. Sebagai contoh beberapa guru datang terlambat ke
sekolah,masuk ke dalam kelas, serta dalam pengumpulan administrasi guru. Peningkatan
kompetensi pun belum berjalan maksimal dikarenakan sering berubahnya kebijakan terhadap
misi sekolah.

Anda mungkin juga menyukai