Anda di halaman 1dari 67

Pengertian Indeks Kualitas Lingkungan Hidup

• Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik


Indonesia Nomor 27 Tahun 2021 tentang Indeks Kualitas Lingkungan Hidup,
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup didefinisikan sebagai nilai yang
menggambarkan kualitas Lingkungan Hidup dalam suatu wilayah pada waktu
tertentu yang merupakan nilai komposit dari Indeks Kualitas Air, Indeks Kualitas
Udara, Indeks Kualitas Lahan, dan Indeks Kualitas Air Laut.
• Penggunaan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) memiliki serangkaian
kelebihan dan kekurangan yang penting untuk dipertimbangkan dalam konteks
pengelolaan dan kebijakan lingkungan.
Kelebihan penerapan IKLH
• Pendekatan Terintegrasi: IKLH menyediakan pendekatan yang terintegrasi untuk menilai kualitas
lingkungan hidup, menggabungkan indikator dari berbagai aspek seperti udara, air, lahan, dan air laut.
Pendekatan ini memungkinkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang status lingkungan.
• Pemantauan dan Evaluasi: IKLH memudahkan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja lingkungan dari
waktu ke waktu. Dengan mengukur perubahan dalam IKLH, pemangku kepentingan dapat mengidentifikasi
area yang membutuhkan perbaikan atau di mana kebijakan telah efektif.
• Pengambilan Keputusan Berbasis Data: Indeks memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan
dan perumusan kebijakan lingkungan yang berbasis data. Dengan memahami area yang memerlukan
perhatian khusus, pembuat kebijakan dapat menargetkan sumber daya dan intervensi dengan lebih efektif.
• Kesadaran Publik dan Pendidikan: Publikasi IKLH dapat meningkatkan kesadaran dan pendidikan
masyarakat tentang isu-isu lingkungan. Memahami kualitas lingkungan di wilayah mereka dapat mendorong
individu dan komunitas untuk berpartisipasi dalam upaya pelestarian lingkungan.
• Bandingkan Kinerja Lingkungan: IKLH memungkinkan perbandingan kinerja lingkungan antar wilayah, yang
dapat mendorong persaingan positif dan berbagi praktik terbaik antar wilayah atau negara.
Kekurangan penerapan IKLH
• Keterbatasan Data: Penghitungan IKLH bergantung pada ketersediaan dan keakuratan data lingkungan. Di
beberapa wilayah, mungkin ada kesulitan dalam mengumpulkan data yang komprehensif dan terkini, yang dapat
mempengaruhi keakuratan indeks.
• Kompleksitas Metodologi: Metodologi perhitungan IKLH yang melibatkan berbagai indikator dan pembobotan
dapat menjadi kompleks dan membutuhkan keahlian teknis, membuatnya sulit untuk dimengerti oleh masyarakat
umum.

• Tantangan dalam Implementasi: Penerapan kebijakan berbasis IKLH memerlukan koordinasi antar lembaga dan
pemangku kepentingan, yang bisa menjadi tantangan, terutama di negara-negara dengan kapasitas institusional
yang terbatas.
• Fokus pada Hasil Jangka Pendek: Meskipun IKLH bermanfaat untuk pemantauan jangka pendek dan menengah,
mungkin sulit untuk menangkap dampak jangka panjang dari kebijakan atau perubahan lingkungan hanya dengan
menggunakan indeks.
• Potensi Pengabaian Isu Spesifik: Meskipun memberikan gambaran umum yang berguna, pendekatan agregatif
IKLH mungkin mengabaikan isu-isu lingkungan spesifik atau lokal yang penting, yang tidak sepenuhnya tercermin
dalam nilai komposit.
Apakah Metode Indeks Akurat?
Untuk mengukur kualitas lingkungan, ada berbagai metode yang dapat digunakan dengan
tingkat akurasi yang berbeda.

Akurasi Sangat Baik:

a) Analisis Laboratorium (Laboratory Analysis). Sampel lingkungan, seperti air, tanah, dan
udara, dikumpulkan dan dianalisis di laboratorium untuk mengidentifikasi dan
mengukur kontaminan atau polutan tertentu.
b) Pemantauan Langsung (Direct Monitoring). Pemantauan langsung melibatkan
pengukuran fisik polutan atau parameter lingkungan di lapangan menggunakan
instrumen atau sensor. Contohnya termasuk pengukuran konsentrasi polutan udara,
kualitas air, dan tingkat kebisingan.
Apakah Metode Indeks Akurat?

Akurasi Baik:

a) Penginderaan Jauh (Remote Sensing). Teknologi penginderaan jauh menggunakan satelit atau
pesawat terbang untuk mengumpulkan data tentang permukaan bumi, termasuk vegetasi,
penggunaan lahan, dan konsentrasi polutan. Teknik ini berguna untuk memantau perubahan
skala besar dan tren lingkungan.
b) Survei dan Penilaian Ekosistem (Ecosystem Assessment). Penilaian ekosistem melibatkan
evaluasi kualitatif dan kuantitatif dari layanan ekosistem, biodiversitas, dan fungsi ekosistem.
Metode ini sering digunakan dalam penilaian dampak lingkungan (Environmental Impact
Assessment EIA).
c) Indeks Kualitas Lingkungan (Environmental Quality Index EQI atau IKLH). Indeks seperti IKLH
mengagregasikan data dari berbagai sumber dan indikator untuk memberikan skor atau
peringkat yang mencerminkan kualitas lingkungan secara keseluruhan.
Apakah Metode Indeks Akurat?
Akurasi Sedang:

a) Model Matematika (Mathematical Modeling). Model matematika digunakan untuk


mensimulasikan kondisi lingkungan dan memprediksi perubahan berdasarkan variabel tertentu.
Model ini berguna untuk pemahaman dampak aktivitas manusia dan perubahan iklim terhadap
lingkungan.

Berdasarkan uraian diatas, IKLH termasuk akurasi baik. Tingkat akurasi dari metode-metode
tersebut di atas merupakan estimasi berdasarkan konsep dan teori umum tentang pengukuran
kualitas lingkungan. Namun, perlu diperhatikan bahwa tingkat akurasi ini juga bergantung pada
implementasi spesifik, keahlian teknis, dan kualitas data yang digunakan dalam setiap kasus.
Kriteria Pembuatan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup

Untuk memastikan bahwa sebuah indeks kualitas lingkungan hidup (seperti IKLH) dikatakan baik, data yang
disediakan harus memenuhi beberapa kriteria penting. Kriteria ini memastikan bahwa indeks tersebut
memberikan gambaran yang akurat dan dapat diandalkan tentang kondisi lingkungan. Berikut adalah kriteria
utama penyediaan data untuk indeks yang baik:

1. Keakuratan dan Keandalan


2. Kelengkapan
3. Keterwakilan
4. Ketepatan Waktu
5. Konsistensi
6. Transparansi dan Aksesibilitas
7. Adaptabilitas dan Fleksibilitas
8. Partisipasi Multi-pihak
1. Keakuratan dan Keandalan Data
1) Pengumpulan Data
• Kalibrasi Instrumen: Rutin kalibrasi terhadap standar yang diketahui untuk memastikan akurasi.
• Metodologi Standar: Mengikuti metodologi internasional atau nasional yang diakui untuk konsistensi data.

2) Pengolahan Data
• Kontrol Kualitas Data: Identifikasi dan perbaikan kesalahan atau anomali.
• Validasi Data: Verifikasi dengan sumber independen atau metode sekunder.

3) Analisis Data
• Analisis Statistik: Teknik statistik untuk menginterpretasikan data dan mengidentifikasi hubungan atau
perubahan.
• Modeling dan Prediksi: Kalibrasi dan validasi model dengan data observasi untuk keakuratan prediksi.

4) Pelaporan dan Transparansi


• Dokumentasi Metodologi: Deskripsi rinci perangkat, software, prosedur kalibrasi, dan teknik analisis.
• Transparansi dalam Ketidakpastian: Pelaporan tentang ketidakpastian data dan analisis.
2. Kelengkapan Data
1) Cakupan Indikator
• Seleksi Indikator: Harus mencakup semua aspek penting kualitas lingkungan (udara, air,
tanah, biodiversitas) berdasarkan ilmu pengetahuan dan tujuan indeks.
• Diversifikasi Sumber Data: Gunakan berbagai sumber data (pengukuran langsung, data
satelit, model prediktif) untuk representasi yang komprehensif.
2) Jaringan Pemantauan
• Desain Jaringan: Dirancang untuk menangkap variasi geografis dan ekologis, dengan
penempatan stasiun pemantauan strategis.
• Pemeliharaan dan Kalibrasi: Peralatan harus terpelihara dan terkalibrasi untuk menghasilkan
data yang akurat dan andal.
3) Pembaruan Data
• Pembaruan Berkala: Mekanisme untuk pembaruan data secara berkala, memastikan indeks
mencerminkan kondisi lingkungan terkini.
Contoh Indeks:
1. Environmental Performance Index (EPI)
• Pengenalan EPI: EPI dikembangkan oleh Yale Center for Environmental Law & Policy sebagai alat
ukur keberlanjutan global.
• Kriteria Penilaian: Menggunakan 40 indikator kinerja yang terbagi dalam 11 kategori masalah
lingkungan.
• Cakupan Global: EPI meranking 180 negara berdasarkan kinerja mereka dalam perubahan iklim,
kesehatan lingkungan, dan vitalitas ekosistem.
• Fungsi Indikator: Indikator-indikator memberikan ukuran pada skala nasional seberapa dekat
negara dengan target kebijakan lingkungan yang ditetapkan.
• Informasi Lebih Lanjut: Untuk detail tambahan dan data spesifik, kunjungi situs EPI Yale
(https://epi.yale.edu/).
Indikator dan bobot dalam
penilaian EPI (EPI, 2022)
Kerangka Penilaian EPI, terdapat
40 indikator dalam 11 kategori
(EPI, 2022)
Contoh Indeks:
2. IKLH PermenLHK 27/2021
• Media Lingkungan Hidup (Pasal 6): Air, Udara Ambien, Air Laut, dan Lahan (Tutupan Lahan dan Ekosistem
Gambut)
• Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (Pasal 11):
1) Indeks Kualitas Air (IKA): Nilai komposit parameter kualitas air dalam suatu wilayah.
2) Indeks Kualitas Udara (IKU): Nilai komposit parameter kualitas udara dalam suatu wilayah.
3) Indeks Kualitas Air Laut (IKAL): Nilai komposit parameter kualitas air laut dalam suatu wilayah.
4) Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL): Nilai yang menggambarkan kualitas tutupan lahan, termasuk
hutan dan vegetasi non-hutan.
5) Indeks Kualitas Ekosistem Gambut (IKEG): Nilai komposit parameter kualitas Ekosistem Gambut
dalam suatu wilayah.
6) Indeks Kualitas Lahan (IKL): Gabungan dari IKTL dan IKEG, menggambarkan kualitas lahan secara
keseluruhan.
3. Keterwakilan Data
1) Seleksi Lokasi Pemantauan
• Distribusi Geografis: Memilih lokasi yang tersebar di berbagai area (perkotaan, pedesaan, industri, alami) untuk
merepresentasikan variasi lingkungan.
• Representasi Ekosistem: Menempatkan stasiun di beragam ekosistem untuk mencakup keanekaragaman hayati dan kondisi
ekosistem yang berbeda.
• Pertimbangan Sumber Polusi: Menyertakan lokasi dekat sumber polusi utama untuk menilai dampak aktivitas manusia.

2) Analisis Data Spasial dan Temporal


• Model Spasial: Menggunakan analisis spasial dan model GIS untuk mengidentifikasi pola dan tren.
• Analisis Temporal: Menganalisis data jangka panjang untuk mengenali perubahan kualitas lingkungan.

3) Adaptasi dan Pembaruan


• Evaluasi Berkala: Memperbarui lokasi pemantauan untuk tetap relevan dengan kondisi dan sumber polusi saat ini.
• Pertimbangan untuk Pembaruan: Perubahan sumber polusi, penggunaan lahan, teknologi, dan aksesibilitas.

4) Menjaga Konsistensi Data


• Konsistensi vs. Relevansi: Menyesuaikan lokasi dengan hati-hati untuk menjaga konsistensi data historis.
• Kalibrasi Data: Menggunakan teknik kalibrasi untuk memastikan data baru kompatibel dengan seri historis.
4. Ketepatan Waktu
1) Pembaruan Data Berkelanjutan
• Frekuensi Pembaruan: Data diperbarui secara berkala, sesuai dengan kebutuhan setiap indikator.
• Otomatisasi Pengumpulan Data: Penggunaan sensor dan teknologi otomatis mempercepat pembaruan data
(misalnya, stasiun pemantauan otomatis, GIS).

2) Integrasi Data
• Sistem Manajemen Data: Pengembangan sistem yang efektif untuk integrasi, penyimpanan, dan analisis data.
• Platform Berbagi Data: Memungkinkan akses dan pembaruan data yang lebih cepat dan terkoordinasi antar
lembaga.

3) Standar Waktu dan Timestamp


• Penanda Waktu (Timestamp): Menunjukkan kapan data dikumpulkan atau diperbarui.
• Zona Waktu: Standarisasi zona waktu penting untuk konsistensi dalam pembaruan dan interpretasi data.
5. Konsistensi Data
1) Metodologi Pengumpulan Data
• Penggunaan metodologi yang distandarisasi secara internasional/nasional.
• Kalibrasi instrumen sesuai standar dan pelatihan yang memadai untuk pengumpul data.
2) Satuan Pengukuran
• Keseragaman satuan pengukuran.
• Proses konversi standar untuk satuan yang berbeda.
3) Periode Waktu Pengukuran
• Frekuensi pengukuran yang konsisten.
• Jendela waktu yang didefinisikan dengan jelas untuk agregasi data.
4) Pengolahan Data
• Pembersihan data untuk mengatasi outlier dan kesalahan.
• Metode statistik yang konsisten untuk analisis.
6. Transparansi dan Aksesibilitas
1) Transparansi:
• Metodologi Pengumpulan Data: Dokumentasi detail tentang pengumpulan data termasuk
instrumen, lokasi, frekuensi, dan prosedur pengolahan harus tersedia publik.
• Proses Perhitungan Indeks: Langkah-langkah penghitungan indeks, formula, pembobotan,
dan teknik agregasi harus dijelaskan secara jelas.
• Validasi dan Verifikasi: Proses validasi dan verifikasi data serta perhitungan indeks, termasuk
pemeriksaan silang, analisis sensitivitas, atau peer review.

2) Aksesibilitas:
• Publikasi Data: Data indeks tersedia untuk umum melalui database, laporan, atau publikasi
ilmiah.
• Format Data yang Mudah Digunakan dan dokumentasi
7. Adaptabilitas dan Fleksibilitas
1) Pengembangan Metodologi yang Dinamis
• Pembaruan Berkala: Desain sistem untuk pembaruan metodologi pengumpulan dan analisis data
secara berkala, menyesuaikan dengan standar pengukuran dan teknologi pemantauan baru.
• Integrasi Data Baru: Mekanisme integrasi untuk data baru dari sumber seperti penginderaan jauh
atau data crowdsourced.
2) Fleksibilitas dalam Seleksi dan Pembobotan Indikator
• Revisi Indikator: Kemampuan untuk merevisi indikator berdasarkan perkembangan pengetahuan
dan pemahaman dampak lingkungan.
• Penyesuaian Pembobotan: Pembobotan indikator yang adaptif untuk mencerminkan pemahaman
yang berubah tentang faktor lingkungan.
3) Penggunaan Teknologi Informasi
• Platform Data Terintegrasi: Pengembangan platform data untuk pengumpulan, penyimpanan, dan
analisis data yang efisien dari berbagai sumber.
8. Partisipasi multi-pihak
1) Pembentukan Konsorsium: Membuat kelompok kerja yang terdiri dari semua
pemangku kepentingan untuk menetapkan tujuan, metodologi, dan standar
kualitas data.
2) Standar dan Protokol: Mengembangkan standar dan protokol yang konsisten
untuk pengumpulan data, sesuai dengan pedoman internasional atau nasional.
3) Pengumpulan Data Terdistribusi: Implementasi sistem pengumpulan data
terdistribusi, memanfaatkan keahlian dan akses setiap pemangku kepentingan.
4) Teknologi dan Platform Digital: Manfaatkan teknologi dan platform digital
untuk memfasilitasi pengumpulan, penyimpanan, dan berbagi data.
Metodologi Pembuatan Indeks
1) Pengidentifikasian dan Seleksi Indikator:
• Pemilihan berdasarkan relevansi, ketersediaan data, dan keandalan pengukuran.

2) Pengumpulan Data:
• Pengumpulan melalui pengukuran lapangan, data historis, dan studi penelitian.

3) Normalisasi dan Pembobotan Data:


• Normalisasi data untuk perbandingan antar indikator dengan satuan yang berbeda.
• Pembobotan indikator berdasarkan pentingnya relatif terhadap kualitas lingkungan.

4) Penghitungan Skor IKLH:


• Hitung skor IKLH sebagai nilai agregat dari semua indikator.

5) Analisis dan Pelaporan:


• Analisis skor IKLH untuk identifikasi tren dan area yang memerlukan perbaikan.
Indeks Kualitas Air (Water Quality Index)
• Indeks Kualitas Air (WQI) adalah alat evaluasi populer untuk kualitas air permukaan, mengubah data kualitas
air menjadi satu nilai indeks. WQI digunakan secara luas untuk evaluasi kualitas air permukaan dan tanah
berdasarkan kriteria lokal sejak 1960-an. Telah digunakan untuk menilai kualitas air di sungai, danau, waduk,
dan estuari.
• Tahapan Model WQI:
• Seleksi Parameter: Memilih parameter kualitas air yang relevan.
• Pembuatan Sub-Indeks: Mengembangkan sub-indeks untuk tiap parameter.
• Penilaian Pembobotan: Menentukan bobot untuk tiap parameter.
• Agregasi: Menggabungkan sub-indeks untuk menghasilkan WQI secara keseluruhan.
• Limitasi:
• Spesifik Lokasi: Dikembangkan berdasarkan panduan kualitas air khusus wilayah, sehingga kurang
umum.
• Ketidakpastian: Menimbulkan tantangan dalam mengkonversi data kualitas air yang luas menjadi satu
indeks.
Indeks Kualitas Air (Water Quality Index)

Struktur umum model indeks kualitas air (Uddin, 2021)

2. Pembuatan Sub-Indeks: Mengembangkan


sub-indeks untuk tiap parameter.

1. Seleksi Parameter:
Memilih parameter
kualitas air yang relevan.
4. Agregasi: Menggabungkan sub-
indeks untuk menghasilkan WQI
secara keseluruhan.

3. Penilaian Pembobotan: Menentukan


bobot untuk tiap parameter.
Indeks Kualitas Air (Water Quality Index)

Berbagai jenis indeks kualitas air


(Uddin, 2021)
IKA PermenLHK 27/2021
• PermenLHK 27/2021 menggunakan Indeks Pencemaran yang diadopsi dari Metode NPI
(Nemerow Pollution Index). Setiap titik akan memiliki Indeks Pencemaran Air melalui persamaan
berikut
• Indeks Nemerow (NPI) menilai kualitas lingkungan secara umum, sering digunakan untuk tanah
dan air, dengan penekanan pada pengaruh maksimum dari polutan tertentu. Indeks Nemerow
menghitung nilai indeks berdasarkan rata-rata dan maksimum konsentrasi polutan relatif
terhadap standar yang ditentukan. Indeks Nemerow berguna dalam studi dampak lingkungan dan
penilaian risiko terkait pencemaran spesifik oleh polutan tertentu.

(P. Pibul et al., 2023)


IKA PermenLHK 27/2021
Kelebihan Indeks Nemerow:

• Kemudahan Pemahaman: Indeks Nemerow memberikan nilai tunggal yang


mudah dipahami dan memberikan gambaran cepat tentang tingkat pencemaran
di sebuah area.
• Memperhatikan Polutan Paling Berbahaya: Dengan mempertimbangkan
polutan dengan konsentrasi tertinggi, indeks ini menyoroti polutan yang paling
berpotensi menimbulkan risiko bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
• Penggunaan Luas: Indeks ini sering digunakan dalam studi-studi ilmiah dan oleh
para peneliti, sehingga memiliki basis data dan metode yang mapan.
IKA PermenLHK 27/2021
Kekurangan Indeks Nemerow:
• Tidak Memperhitungkan Sinergi Polutan: Indeks ini tidak memperhitungkan
interaksi sinergis antar polutan, yang mana dalam beberapa kasus bisa lebih
berbahaya daripada efek individual polutan.
• Pendekatan Konservatif: Fokus pada polutan terburuk bisa membuat indeks ini
bersifat konservatif, mungkin menghasilkan penilaian yang terlalu pesimis
tentang kualitas lingkungan.
• Ketergantungan pada Standar yang Ditentukan: Indeks ini sangat bergantung
pada nilai ambang batas atau standar kualitas yang ditentukan oleh lembaga
atau peraturan, yang mungkin berbeda antar negara atau wilayah.
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
Indeks Kualitas Udara
• Berbagai negara dan lembaga internasional telah mengembangkan indeks
kualitas udara, termasuk Indonesia yang mengembangkan IKU (Indeks Kualitas
Udara) sebagai bagian dari IKLH.
• Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor 27 Tahun 2021 tentang Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Pasal
10, disebutkan parameter untuk mengukur kualitas udara ada 2 jenis yang
meliputi:
1) sulfur dioksida (SO2); dan
2) nitrogen dioksida (NO2);
Berbagai indikator kualitas udara di berbagai negara (Carro, 2022)
Berbagai indikator kualitas udara di berbagai negara (Carro, 2022)
Waktu dan frekuensi pengambilan data
untuk udara ambien
Berdasarkan PermenLHK 27/2021 Pasal 9 (1) Waktu dan frekuensi pengambilan data untuk udara
ambien dilakukan dengan ketentuan:

1) menggunakan alat manual pasif:


a) dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali pada setiap musim kemarau dan musim hujan, masing-
masing sampel diambil selama 14 (empat belas) hari; atau
b) dilakukan paling sedikit 2 (dua) kali pada setiap musim kemarau dan musim hujan, masing-
masing sampel diambil selama 7 (tujuh) hari;
2) menggunakan alat manual aktif dilakukan paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu) bulan, masing-
masing sampel diambil selama 24 (dua puluh empat) jam;
3) menggunakan alat stasiun pemantau kualitas udara ambien permanen paling sedikit 292 (dua ratus
sembilan puluh dua) data harian setiap tahun; atau
4) menggunakan alat stasiun pemantau kualitas udara ambien bergerak paling sedikit 240 (dua ratus
empat puluh) data harian per tahun;
Lokasi pemantauan kualitas udara
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2021 tentang Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Pasal 7, lokasi pemantauan kualitas udara
harus memenuhi kriteria:

a. daerah padat transportasi yang meliputi jalan utama dengan lalu lintas padat;
b. daerah atau kawasan industri;
c. pemukiman padat penduduk; dan
d. kawasan perkantoran yang tidak terpengaruh langsung transportasi manusia.
Konversi IKU
Indeks Kualitas Air Laut
• PermenLHK 27/2021 menyatakan bahwa Indeks Kualitas Air Laut dihitung
berdasarkan modifikasi metode Indeks Kualitas Air Nasional Sanitasi Foundation
(National Sanitation Foundation Water Quality Index - NSFWQI).
• NSFWQI adalah salah satu metode untuk menyediakan cara standar dalam
membandingkan kualitas air di berbagai badan air. Ini menggunakan sembilan
parameter kualitas air yang meliputi oksigen terlarut, koliform fekal, pH,
permintaan oksigen biokimia (BOD), perubahan suhu, fosfat total, nitrat,
kekeruhan, dan padatan total.
• Setiap parameter diukur terhadap kurva bobotnya sendiri untuk mendapatkan
nilai kuantitatif yang kemudian dikalikan dengan faktor bobot yang relevan. Nilai-
nilai ini dijumlahkan untuk memberikan Indeks Kualitas Air keseluruhan, yang
berkisar dari 0 (sangat buruk) hingga 100 (sangat baik).
Indeks Kualitas Air Laut
• Selain NSFWQI, terdapat beberapa indeks kualitas air yang dapat digunakan untuk air laut meliputi:

• Trophic State Index (TSI): Menilai tingkat eutrofikasi di badan air, termasuk di perairan laut, dengan
mempertimbangkan konsentrasi nutrien dan biomassa fitoplankton.
• Ocean Health Index (OHI): Menyediakan kerangka komprehensif untuk mengukur kesehatan laut
berdasarkan berbagai tujuan, termasuk keanekaragaman hayati, perikanan, dan perlindungan habitat.
• Marine Trophic Index (MTI): Mengukur rata-rata tingkat trofik dari tangkapan perikanan dan dianggap
sebagai indikator kesehatan ekosistem laut.
• Coastal Water Quality Index (CWQI): Serupa dengan WQI untuk air tawar, tetapi disesuaikan untuk
parameter yang relevan dengan ekosistem pesisir dan laut.
• Marine Biotic Index (AMBI): Menggunakan data komunitas biota laut untuk menilai tingkat degradasi
habitat dan pengaruh aktivitas manusia.
Parameter
Pada PermenLHK 27/2021 Pasal 10, disebutkan parameter untuk mengukur kualitas
air laut meliputi:

1) padatan tersuspensi total (TSS);


2) minyak dan lemak;
3) amonia total (NH3-N);
4) ortofosfat (PO4-P); dan
5) oksigen terlarut (DO)
Parameter
Sedangkan hasil pemantauan air laut menurut Pasal 24 berupa:

a) Data konsentrasi air laut pada setiap parameter;


b) data hasil in situ merupakan parameter suhu, DO, pH, kecerahan dan salinitas;
c) koordinat titik pemantauan;
d) lokasi pemantauan;
e) waktu pemantauan;
f) potensi sumber pencemar;
g) cuaca lokasi pemantauan;
h) pasang surut air laut; dan
i) arus laut.
Perhitungan IKAL
Kategori IKAL
Indeks Kualitas Tutupan Lahan

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2021 tentang Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup Pasal 7, lokasi pemantauan kualitas tutupan lahan
harus memenuhi kriteria:
a. kawasan hutan; dan
b. areal penggunaan lain
Indeks Kualitas Tutupan Lahan

Pada PermenLHK 27/2021 Pasal 10, disebutkan parameter


untuk mengukur kualitas tutupan lahan meliputi:
1)luasan tutupan hutan; dan
2)luasan tutupan vegetasi non hutan;
Perhitungan IKTL
Perhitungan IKTL
Kategori IKTL
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup

Anda mungkin juga menyukai