A. Pengertian PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan tertentu agar dapat memperbaiki/meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara lebih
profesional
PTK merupaka sebuah penerlitian yang sudah umum dilakukan oleh guru. Penelitian ini lebih
menekanpan pada peningkatan kualitas pembelajaran yang diukur salah satunya dari hasil belajar siswa.
PTK adalah upaya memperbaiki praktek pembelajaran menjadi lebih efektif
Tujuan PTK adalah sebagai perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses
pembelajaran
Manfaat PTK, yaitu adanya inovasi pembelajaranmandiri, percaya diri dan berani mencobakan hal baru
yang diduga dapat membawa perbaikan, pengembangan kurikulum, peningkatan profesionalisme gur
a. Kelebihan dari PTK adalah dapat melakukan kerja sama, menumbuhkan kreativitas baik dari guru
maupun siswa, pemikiran kritis, pembelajaran akan berubah lebih baik, kesepakatan rasa memiliki.
b. Kekurangan adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan kemudian berkenaan dengan waktu
yang dibutuhkan lebih lama
Sedangkan
B. Pengertian R&D
pendekatan penelitian dan pengembangan merupakan suatu proses yang digunakan untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk produk pendidikan.
Tujuan R&D, Menjembatani kesenjangan antara sesuatu yang terjadi dalam penelitian pendidikan dengan
praktik pendidikan. Menghasilkan produk penelitian yang dapat digunakan untuk mengembangkan mutu
pendidikan dan pembelajaran
secara efektif.
a. Kelebihan
1) Pendekatan R & D mampu menghasilkan suatu produk / model yang memiliki nilai validasi
tinggi, karena produk tersebut dihasilkan melalui serangkaian uji coba di lapangan dan divalidasi
oleh ahli.
2) Pendekatan R & D akan selalu mendorong proses inovasi produk/ model yang tiada henti /
memiliki nilai suistanibility yang cukup baik sehingga diharapkan akan ditemukan produk-
produk model-model yang selalu actual sesuai dengan tuntutan kekinian
3) Pendekatan R & D merupakan penghubung antara penelitian yang bersifat teoritis dengan
penelitian yang bersifat praktis
4) Metode penelitian yang ada dalam R & D cukup komprehensif , mulai dari metode
deskriptif, evaluatif, dan eksperimen.
b. Kekurangan
1) Pada prinsipnya pendekatan R & D memerlukan waktu yang relatif panjang; karena
prosedur yang harus ditempuhpun relatif kompleks.
2) Pendekatan R & D dapat dikatakan sebagai penelitian “here and now” , Penelitian R & D
tidak mampu digeneralisasikan secara utuh, karena pada dasarnya penelitian R & D
pemodelannya pada sampel bukan pada populasi.
Referensi http://zulfikarpasukanmati.blogspot.com/2016/06/penelitian-tindakan-kleas-dan-r.html
b. Rencanakan penelitian tindakan secara cermat (masalah, kelas, rekan yang terlibat, bantuan
konsultasi)
Tahap PTK
a. Tahap 1. Perencanaan. Apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan dilakukan
Merencanakan PTK
1) Memunculkan Masalah
Refleksi terhadap kinerja (siswa, guru, bahan, kurikulum,IBM, hasil belajar siswa)
2) Mengidentifikasi Masalah
3) Menganalisis Masalah
4) Merumuskan Masalah
Rumusan masalah harus jelas, spesifik, dan operasional, mengarah pada jenis data yang perlu
dikumpulkan. Contoh:
Apakah metode eksperimen pada pembelajaran konsep Perubahan Wujud Zat dapat
meningkatkan daya serap siswa terhadap materi fisika?
b. Merencanakan Tindakan
Hipotesis tindakan adalah suatu dugaan yang bakal terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Contoh:
Jika kebiasaan membaca ditingkatkan melalui penugasan mencari kata atau istilah serapan, maka
perbendaharaan kata akan meningkat dengan rata-rata.
Penerapan model pembelajaran partisipatif berbasis poster dalam pembelajaran Sosiologi dapat
meningkatkan pemahaman konsep interaksi sosial siswa kelas X SMA
Perlu memperhatikan:
• Kemampuan siswa
3) Persiapan Tindakan
1) Pelaksanaan Tindakan
Pada prinsipnya adalah menerapkan apa yang telah direncanakan dan disimulasikan dalam situasi
yang aktual di kelas.
2) Observasi
Observasi dalam PTK adalah merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama
tindakan.
Perlu kejelasan: Jenis data, indikator yang relevan, prosedur perekaman data, pemanfaatan data
dalam analisis dan refleksi.
3) Diskusi Balikan
1) Analisis Data
• Reduksi data/penyederhanaan
• Paparan data
• Penyimpulan
2) Refleksi
Mengkaji keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara, untuk menentukan
tindak lanjut dalam mencapai tujuan akhir/tujuan sementara lainnya.
Jika masalah belum tuntas, maka PTK harus dilanjutkan pada siklus berikutnya dengan prosedur
yang sama (perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
interpretasi, dan analisis-refleksi).
Referensi http://zulfikarpasukanmati.blogspot.com/2016/06/penelitian-tindakan-kleas-dan-r.html
3. Jelaskan model pengembangan yang digunakan untuk pengembangan bahan ajar dan media
pembelajaran
Berikut ini beberapa model pengembangan yang umumnya digunakan dalam pengembangan media
pembelajaran (Yaumi, 2018):
A. Model ASSURE
Smaldino et al. (2014) mengemukakan model ASSURE fokus kepada perencanaan pembelajaran untuk
digunakan dalam situasi pembelajaran di dalam kelas secara aktual. Adapun langkah-langkah penting
yang perlu dilakukan dalam model sistem pembelajaran ASSURE meliputi beberapa aktivitas, yaitu;
3. Memilih media, metode pembelajaran, dan bahan ajar (select methods, media, and materials)
Namun menurut Prawiradilaga & Siregar (2007) terdapat beberapa manfaat dan keterbatasan
pada model ASSURE, manfaatnya yaitu; pertama, memiliki manfaat dapat dikembangkan sendiri oleh
guru; kedua, komponen pembelajaran lengkap; dan ketiga, siswa dapat dilibatkan dalam persiapan untuk
pembelajaran. Selanjutnya model ini juga memiliki keterbatasan yakni; tidak mengukur dampak terhadap
proses belajar karena tidak didukung oleh komponen suprasistem; adanya penambahan tugas dari guru;
dan perlu upaya khusus dalam mengarahkan siswa untuk persiapan pembelajaran.
B. B. Model PIE
Model PIE merupakan akronim dari Plan, Implement, dan Evaluate. Model ini dikembangkan
oleh Timothy J. Newby, Donald A. Stepich, James D. Lehman, James D. Russell, dan Anne Ottenbreit-
Leftwoch melalui buku “Educational technology for teaching and learning (2011)”. Model ini
dikhususkan untuk pengembangan teknologi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dan siswa
dalam pelaksanaan pembelajaran.
Pertama, perencanaan difokuskan pada apa yang sesungguhnya siswa butuhkan untuk belajar
termasuk kapan, mengapa, dan bagaimana cara yang efektif untuk mendapatkan hasil belajar yang baik
dan berkualitas. Hasil akhir dari perencanaan adalah produk berupa ikhtisar, perencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), atau cetak biru (blue print) dari pengalaman belajar yang dapat mengarahkan tujuan
pembelajaran. Perencanaan dilakukan untuk membantu pengembang pembelajaran dalam
menggambarkan secara jelas tentang pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki siswa sebelum
melaksanakan pembelajaran dan pengetahuan dan keterampilan yang seharusnya dimiliki oleh mereka,
serta jenis media dan teknologi, bahan, dan strategi pembelajaran untuk meminimalisasi kesenjangan
antara pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki saat ini dengan yang seharusnya dikuasai.
Kedua, implementasi atau pelaksanaan difokuskan pada meletakkan perencanaan dalam tindakan
berdasarkan kendala dan hambatan yang mungkin terjadi dengan menggunakan bahan pembelajaran yang
telah dipilih sebelumnya, dan berbagai bentuk aktivitas yang menunjang pelaksanaan pembelajaran. Bagi
siswa, implementasi merupakan suatu pengalaman belajar yang dilaksanakan dengan memperhatikan
lingkungan belajar, waktu, dan cara atau metode yang digunakan dalam pembelajaran. Bagi guru, pada
implementasi diarahkan pada bagaimana mengelola dan mengawasi pembelajaran termasuk
melaksanakan pembelajaran yang dapat menjangkau kelompok siswa dengan kebutuhan khusus.
Ketiga, evaluasi difokuskan dalam menilai efektivitas media, teknologi, strategi, dan bahan
pembelajaran yang dilakukan. Pendidikan hendaknya melakukan refleksi terhadap apa yang telah dicapai
dan membandingkan dengan tujuan yang hendak dicapai. Hasil revisi ini digunakan untuk merevisi
perencanaan dan implementasi pembelajaran pada masa yang akan datang agar mendapatkan hasil yang
memuaskan.
C. Model Roblyer
Model ini dikenal dengan model TIP yang merupakan akronim Technology Integration Planning
(Perencanaan Integrasi Teknologi). Model TIP ini dikembangkan oleh M. D. Roblyer pada tahun 2003,
Model TIP merupakan cara sistematis untuk mengintegrasikan media dan teknologi ke dalam
pembelajaran melalui lima fase yakni:
a. Kesesuaian (compatibility)
b. Kesulitan (complexity)
Tingkat kesulitan pengguna media dan teknologi juga perlu dikaji secara mendalam,
pembelajaran yang menggunakan alat bantu teknologi harus betul-betul menghasilkan
pembelajaran yang efektif dan efisien. Efektif artinya melakukan aktivitas pembelajaran dengan
menggunakan media dan teknologi dengan tepat sesuai tujuan. Sedangkan efisien artinya
melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media dan teknologi dengan waktu yang
ringkas.
c. Keterujian (trialability)
Keterujian yang merujuk pada kemudahan untuk melakukan uji coba terlebih dahulu sebelum
digunakan secara menyeluruh.
d. Keteramatan (observability)
Selanjutnya perlu mempertimbangkan kemungkinan adanya suatu; (a) topik atau tujuan
kurikulum yang sulit diajarkan tanpa menggunakan media atau teknologi; (b) jenis media dan teknologi
yang menjadi solusi terhadap permasalahan kesulitan pelaksanaan pembelajaran; (c) keuntungan
menerapkan solusi berbasis teknologi; dan (d) kemungkinan adanya alternatif lain untuk menciptakan
pembelajaran yang lebih efektif terkait dengan pemanfaatan teknologi mutakhir maupun jenis teknologi
sederhana untuk keberlangsungan pembelajaran.
2. Menentukan tujuan
Pada tahap ini guru menentukan pengetahuan dan keterampilan yang ingin dipelajari oleh siswa
sekaligus menetapkan instrumen penilaian untuk mengukur dan menilai pelajaran yang telah
diperoleh siswa dengan menggunakan media dan teknologi yang telah diintegrasikan.
Pada bagian ini guru perlu menentukan strategi mengajar dan bentuk aktivitas yang sesuai dengan
karakteristik siswa. Dalam strategi integrasi media dan teknologi, perlu mempertimbangkan
seperti: (1) karakteristik topik-topik bahan pembelajaran, (2) kebutuhan siswa, dan (3) metode
yang sesuai dengan lingkungan belajar.
Penyediaan lingkungan belajar merujuk pada pengaturan dan pengelolaan tempat, sarana dan
prasarana yang memungkinkan diterapkan teknologi secara efektif dalam pembelajaran.
Kemudahan penggunaan teknologi secara efektif dalam pembelajaran ditentukan oleh penyediaan
perangkat lunak dan perangkat keras, serta dukungan teknis dari pengambil kebijakan.
Setelah semua terlaksana, langkah selanjutnya adalah melakukan revisi berdasarkan berbagai
kelemahan dan keterbatasan yang ada. Pengembang dapat mengkaji apa yang telah berjalan
dengan baik dan yang harus diperbaiki. Selanjutnya melakukan revisi berdasarkan berbagai
kelemahan dan keterbatasan yang ada.
Model Hannafin dan Peck merupakan model desain pengembangan pembelajaran yang terdiri
dari tiga fase yaitu fase penilaian kebutuhan, fase desain, dan fase pengembangan dan
implementasi (Hannafin & Peck 1988). Dalam model ini, penilaian dan pengulangan perlu
dijalankan dalam setiap fase.
Model ini adalah model desain pembelajaran yang berbasiskan komputer dalam membangun
aktivitas pembelajaran. Bagan di bawah ini menunjukkan tiga fase utama dalam model Hannafin
dan Peck (1988).
Tujuan penilaian kebutuhan untuk mengartikan secara spesifik dari sebuah produk. Fase
ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dalam mengembangkan
suatu media pembelajaran termasuk di dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran
yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran,
peralatan dan keperluan media pembelajaran. Setelah semua keperluan diidentifikasi,
Hannafin dan Peck (1988) menekankan untuk menjalankan penilaian terhadap hasil itu
sebelum meneruskan ke fase desain.
Tujuan tahap desain untuk mengidentifikasi dan mengumpulkan alat-alat, bahan, dan
sumber yang digunakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Salah satu dokumen
yang dihasilkan dalam fase ini yakni dokumen story board yang mengikut urutan
aktivitas pengajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif media pembelajaran.
Seperti halnya pada fase pertama, penilaian perlu dijalankan dalam fase ini sebelum
dilanjutkan ke fase pengembangan dan implementasi.
Hannafin dan Peck (1988) menyatakan bahwa aktivitas yang dilakukan pada fase ini
adalah menghasilkan diagram alir, pengujian, serta penilaian formatif dan penilaian
sumatif. Dokumen story board akan dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alir yang
dapat membantu proses pembuatan media pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media
yang dihasilkan, penilaian dan pengujian dilaksanakan pada fase ini. Hasil dari proses
penilaian dan pengujian ini akan digunakan dalam proses penyesuaian untuk mencapai
kualitas media yang dikehendaki.
Model Hannafin dan Peck (1988) menekankan proses penilaian dan pengulangan harus
mengikutsertakan proses-proses pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan
ketiga fase secara berkesinambungan. Lebih lanjut Hannafin dan Peck (1988) menyebutkan dua
jenis penilaian yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif adalah penilaian
yang dilakukan sepanjang proses pengembangan media sedangkan penilaian sumatif dilakukan
setelah media telah selesai dikembangkan.
Referensi
Smaldino, S. E., Lowther, D. L., & Russell, J. D. (2014). Instructional Technology and
Media for Learning. London: Pearson.
Hannafin, M. J., & Peck, K. L. (1988). The Design, Development, and Evaluation of I
nstructional Software. New York: Macmillan Publishing Company.
4. Buatlah flowchart atau storyboardstoryboard untuk penelitian pengembangan media dan bahan ajar