Anda di halaman 1dari 30

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh:
Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D.
Dr. Kisyani Laksono
Prof. Drs. Suhadi Ibnu, M.A., Ph.D

Makalah ini membahas bagaimana prosedur penelitian tindakan kelas untuk


peningkatan kualitas pembelajaran yang mencakup perencanaan tindakan,
pengembangan instrumen untuk mengukur keberhasilan tindakan, serta prosedur analisis
dan interpretasi data penelitian.

A. Perencanaan Tindakan
Prosedur yang ditempuh dalam perencanaan tindakan meliputi empat macam
kegiatan yaitu
Memilih bentuk dan macam tindakan yang ditetapkan secara kolaboratif
Memformulasikan hipotesis tindakan
Mempersiapkan tindakan
Menentukan kriteria keberhasilan tindakan

1. Memilih bentuk dan macam tindakan


Sebelum dibuat perencanaan tindakan, terlebih dulu dilakukan gagas pendapat
mengenai tindakan apa saja yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Melalui
gagas pendapat ini akan dihasilkan banyak alternatif tindakan yang dapat dipilih. Dosen
dan guru perlu membahas bentuk dan macam tindakan (atau tindakan-tindakan) apa
yang kira-kira paling dikehendaki untuk dicoba dan dilaksanakan dalam kelas. Bentuk
dan macam tindakan ini kemudian dimasukkan dalam judul usulan penelitian yang akan
disusun bersama oleh dosen dan guru.
Tindakan yang dipilih dapat berupa pemberian tugas (misalnya penugasan siswa
membaca materi pelajaran 10 menit sebelum pembelajaran) atau dalam bentuk
penggunaan salah satu bentuk media pembelajaran (misalnya penggunaan peta konsep,
penggunaan lingkungan sekitar sekolah, penggunaan sungai, dan seterusnya), atau dapat
pula dalam bentuk suatu strategi pembelajaran (misalnya strategi pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw atau STAD atau TGT atau GI, strategi pembelajaran berbasis masalah dan
seterusnya). Contoh tindakan untuk rumusan masalah yang berbunyi ”Bagaimana
mengajak siswa agar di kelas mereka benar-benar aktif belajar ?” misalnya adalah dengan
meminta siswa untuk melakukan problem posing 1.

2. Memformulasikan hipotesis tindakan


Alternatif tindakan perbaikan dapat dilihat sebagai hipotesis tindakan yang
menunjukkan suatu dugaan mengenai perubahan atau perbaikan apa yang akan terjadi
apabila suatu tindakan dilakukan. Misalnya, kita dapat menduga bahwa penerapan
remidi dengan pendekatan konflik kognitif dapat menghilangkan kesalahan konsep, atau
kita dapat merumuskan hipotesis tindakan bahwa pemberian contoh dan bukan contoh
memudahkan siswa memahami terminologi teknik. Jadi dari contoh ini hipotesis tindakan

1
Siswa menulis sejumlah pertanyaan yang terkait dengan materi yang ditentukan oleh guru.

1
merupakan suatu pernyataan atau dugaan bahwa tindakan yang diberikan akan dapat
memecahkan masalah yang ingin diatasi dengan melakukan penelitian tindakan kelas.
Agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat, sebagai peneliti guru dan
dosen sebaiknya melakukan hal-hal berikut.
a. Kajian teoretik di bidang pembelajaran/pendidikan.
b. Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan.
c. Diskusi dengan rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain.
d. Kajian pendapat dan saran pakar pendidikan khususnya yang dituangkan dalam
bentuk program.
e. Refleksi diri mengenai pengalamannya sebagai guru/dosen.

3. Mempersiapkan tindakan
Dalam mempersiapkan tindakan perlu dilakukan hal-hal berikut: membuat
skenario tindakan, mempersiapkan sarana pembelajaran, mempersiapkan instrumen
penelitian, melakukan simulasi pelaksanaan tindakan.

a. Membuat Skenario Tindakan


Bagaimana tindakan tersebut akan dilaksanakan dalam PTK perlu direncanakan
dengan cermat. Perencanaan pelaksanaan tindakan ini dituangkan dalam bentuk Rencana
Pembelajaran (RP) atau dalam bentuk Skenario Pembelajaran. Di dalam skenario
pembelajaran ini guru menetapkan langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan guru
dalam pembelajaran, serta kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dilakukan siswa dalam
rangka implementasi tindakan perbaikan yang direncanakan.
Dalam makalah ini dilampirkan (Lampiran 1) contoh salah satu RP untuk
pembelajaran dengan Problem Posing (Chotimah dkk., 2005).

b. Mempersiapkan Sarana Pembelajaran


Guru bersama dosen juga perlu mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung
pelaksanaan pembelajaran yaitu hal-hal yang diperlukan dalam melaksanakan
pembelajaran. Hal ini dapat berupa perangkat pembelajaran, materi pembelajaran, media,
serta instrumen asesmen.

c. Mempersiapkan Instrumen Penelitian


Instrumen yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) haruslah sejalan
dengan prosedur dan langkah PTK. Instrumen untuk mengukur keberhasilan tindakan
dapat dipahami dari dua sisi yaitu sisi proses dan sisi hal yang diamati.
1) Dari sisi proses
Dari sisi proses (bagan alirnya), instrumen dalam PTK harus dapat menjangkau
masalah yang berkaitan dengan input (kondisi awal), proses (saat berlangsung), dan
output (hasil).
a) Instrumen untuk input
Instrumen untuk input dapat dikembangkan dari hal-hal yang menjadi akar
masalah beserta pendukungnya. Misalnya: akar masalah adalah bekal awal/prestasi
tertentu dari peserta didik yang dianggap kurang. Dalam hal ini tes bekal awal dapat
menjadi instrumen yang tepat. Di samping itu, mungkin diperlukan pula instrumen
pendukung yang mengarah pada pemberdayaan tindakan yang akan dilakukan,
misalnya: format peta kelas dalam kondisi awal, buku teks dalam kondisi awal, dst.

2
b) Instrumen untuk proses
Instrumen yang digunakan pada saat proses berlangsung berkaitan erat dengan
tindakan yang dipilih untuk dilakukan. Dalam tahap ini banyak format yang dapat
digunakan. Akan tetapi, format yang digunakan hendaknya yang sesuai dengan
tindakan yang dipilih.

c) Instrumen untuk output


Adapun instrumen untuk output berkaitan erat dengan evaluasi pencapaian hasil
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Misalnya: nilai 75 ditetapkan sebagai
ambang batas peningkatan (pada saat dilaksanakan tes bekal awal, nilai peserta didik
berkisar pada angka 50), maka pencapaian hasil yang belum sampai pada angka 75
perlu untuk dilakukan tindakan lagi (ada siklus berikutnya).

2) Dari sisi Hal yang Diamati


Selain dari sisi proses (bagan alir), instrumen dapat pula dipahami dari sisi hal
yang diamati. Dari sisi hal yang diamati, instrumen dapat dikelompokkan menjadi 3
(tiga), yaitu: instrumen untuk mengamati guru (observing teachers, hal ini dilakukan
untuk mengukur keterlaksanaan tindakan, yaitu bagaimana guru melakukan
pembelajaran sesuai sintaksnya), instrumen untuk mengamati kelas (observing
classroom, hal ini dilakukan untuk mengukur pelaksanaan tindakan yaitu suasana
pembelajaran), dan instrumen untuk mengamati perilaku siswa (observing students, hal
ini dilakukan untuk mengukur hasil tindakan yang berupa perilaku siswa) (Reed dan
Bergermann,1992).

a) Pengamatan terhadap Guru (Observing Teachers)


Pengamatan merupakan alat yang terbukti efektif untuk mempelajari tentang
metode dan strategi yang diimplementasikan di kelas, misalnya, tentang organisasi
kelas, respon siswa terhadap lingkungan kelas, dsb. Salah satu bentuk instrumen
pengamatan adalah catatan anekdotal (anecdotal record).
Catatan anekdotal memfokuskan pada hal-hal spesifik yang terjadi di dalam
kelas atau catatan tentang aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran. Catatan
anekdotal mencatat kejadian di dalam kelas secara informal dalam bentuk naratif.
Sejauh mungkin, catatan itu memuat deskripsi rinci dan lugas peristiwa yang
terjadi di kelas. Catatan anekdotal tidak mempersyaratkan pengamat memperoleh
latihan secara khusus. Suatu catatan anekdotal yang baik setidaknya memiliki
empat ciri, yaitu:
(1) pengamat harus mengamati keseluruhan sekuensi peristiwa yang terjadi di
kelas,
(2) tujuan, batas waktu dan rambu-rambu pengamatan jelas,
(3) hasil pengamatan dicatat lengkap dan hati-hati, dan
(4) pengamatan harus dilakukan secara objektif.

Beberapa model catatan anekdotal yang diusulkan oleh Reed dan


Bergermann (1992) dan dapat digunakan dalam PTK, antara lain:
(a) Catatan Anekdotal Peristiwa dalam Pembelajaran (Anecdotal Record for Observing
Instructional Events),
(b) Catatan Anecdotal Interaksi Guru-Siswa (Anecdotal Teacher-Student Interaction
Form),

3
(c) Catatan Anekdotal Pola Pengelompokan Belajar (Anecdotal Record Form for
Grouping Patterns),
(d) Pengamatan Terstruktur (Structured Observation),
(e) Lembar Pengamatan Model Manajemen Kelas (Checklist for Management Model),
(f) Lembar Pengamatan Keterampilan Bertanya (Checklist for Examining Questions),
(g) Catatan Anekdotal Aktivitas Pembelajaran (Anecdotal Record of Pre-, Whilst-, and
Post-Teaching Activities) ,
(h) Catatan Anekdotal Membantu Siswa Berpartisipasi (Checklist for Routine
Involving Students), dsb.

b) Pengamatan terhadap Kelas (Observing Classrooms)


Catatan anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan pengamatan terhadap segala
kejadian yang terjadi di kelas. Pengamatan ini sangat bermanfaat karena dapat
mengungkapkan praktik-praktik pembelajaran yang menarik di kelas. Di samping
itu, pengamatan itu dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam
menangani kendala dan hambatan pembelajaran yang terjadi di kelas. Catatan
anekdotal kelas meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya, dan
manajemen kelas.
Beberapa model catatan anekdotal kelas yang diusulkan oleh Reed dan
Bergermann (1992) dan dapat digunakan dalam PTK, antara lain:
(a) Format Anekdotal Organisasi Kelas (Form for Anecdotal Record of Classroom
Organization),
(b) Format Peta Kelas (Form for a Classroom Map),
(c) Observasi Kelas Terstruktur (Structured Observation of Classrooms),
(d) Format Skala Pengkodean Lingkungan Sosial Kelas (Form for Coding Scale of
Classroom Social Environment),
(e) Lembar Cek Wawancara Personalia Sekolah (Checklist for School Personnel
Interviews),
(f) Lembar Cek Kompetensi (Checklist of Competencies), dsb.

c) Pengamatan terhadap Siswa (Observing Students).


Pengamatan terhadap perilaku siswa dapat mengungkapkan berbagai hal
yang menarik. Masing-masing individu siswa dapat diamati secara individual atau
berkelompok sebelum, saat berlangsung, dan sesudah usai pembelajaran.
Perubahan pada setiap individu juga dapat diamati, dalam kurun waktu tertentu,
mulai dari sebelum dilakukan tindakan, saat tindakan diimplementasikan, dan
seusai tindakan.
Beberapa model pengamatan terhadap perilaku siswa diusulkan oleh Reed
dan Bergermann (1992) yang dapat digunakan dalam PTK, antara lain:
(a) Tes Diagnostik (Diagnostic Test) ,
(b) Catatan Anekdotal Perilaku Siswa (Anecdotal Record for Observing Students),
(b) Format Bayangan (Shadowing Form),
(c) Kartu Profil Siswa (Profile Card of Students),
(d) Carta Deskripsi Profil Siswa (Descriptive Profile Chart),
(e) Sistem Koding Partisipasi Siswa (Coding System to Observe Student Participation
in Lessons),
(f) Inventori Kalimat tak Lengkap (Incomplete Sentence Inventory),
(g) Pedoman Wawancara untuk Refleksi (Interview Guide for Reflection),
(h) Sosiogram, dsb

4
Adapun instrumen lain selain catatan anekdotal yang dapat digunakan dalam
pengumpulan data PTK dapat berwujud:

(1) Pedoman Pengamatan.


Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses
pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dapat dilaksanakan dengan pedoman
pengamatan (format, daftar cek), catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di
kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, alat perekam elektronik, atau pemetaan
kelas (cf. Mills, 2004: 19). Pengamatan sangat cocok untuk merekam data kualitatif,
misalnya perilaku, aktivitas, dan proses lainnya. Catatan lapangaan sebagai salah satu
wujud dari pengamatan dapat digunakan untuk mencatat data kualitatif, kasus
istimewa, atau untuk melukiskan suatu proses2.

(2) Pedoman Wawancara


Untuk memperoleh data dan atau informasi yang lebih rinci dan untuk melengkapi
data hasil observasi, tim peneliti dapat melakukan wawancara kepada guru, siswa,
kepala sekolah dan fasilitator yang berkolaborasi. Wawancara digunakan untuk
mengungkap data yang berkaitan dengan sikap, pendapat, atau wawasan3.
Wawancara dapat dilakukan secara bebas atau terstruktur. Wawancara hendaknya
dapat dilakukan dalam situasi informal, wajar, dan peneliti berperan sebagai mitra.
Wawancara hendaknya dilakukan dengan mempergunakan pedoman wawancara agar
semua informasi dapat diperoleh secara lengkap. Jika dianggap masih ada informasi
yang kurang, dapat pula dilakukan secara bebas. Guru yang berkolaborasi dapat
berperan pula sebagai pewawancara terhadap siswanya. Namun harus dapat menjaga
agar hasil wawancara memiliki objektivitas yang tinggi.

(3) Angket atau kuesioner


Indikator untuk angket atau kuesioner dikembangkan dari permasalahan yang ingin
digali.

(4) Pedoman Pengkajian Data dokumen


Dokumen yang dikaji dapat berupa: daftar hadir, silabus, hasil karya peserta didik,
hasil karya guru, arsip, lembar kerja dll.

(5) Tes dan Asesmen Alternatif


Pengambilan data yang berupa informasi mengenai pengetahuan, sikap, bakat dan
lainnya dapat dilakukan dengan tes atau pengukuran bekal awal atau hasil belajar
dengan berbagai prosedur asesmen (cf. Tim PGSM, 1999; Sumarno, 1997; Mills, 2004).

Dalam Lampiran 3—17 dicontohkan beberapa macam instrumen yang dapat


digunakan oleh peneliti (Chotimah dkk. 2005; Tim Biologi SMA Lab. UM 2005)

2
Misalnya untuk melukiskan bagaimana sekelompok peserta didik menemukan konsep mengenai ciri
binatang memamah biak, bagaimana komentar peserta didik terhadap pemakaian metode pembelajaran
yaang sebelumnya hampir tidak pernah dipakai).
3
Wawancara dapat diawali dengan pertanyaan semacam: “Tolong ceritakan tentang …?” (Stringer, 2004:
67).

5
Instrumen ini dikembangkan pada saat penyusunan usulan penelitian atau
dikembangkan setelah usulan penelitian disetujui untuk didanai dan dilaksanakan.
Keuntungannya bila instrumen dikembangkan pada saat penyusunan usulan adalah
peneliti telah mempersiapkan diri lebih dini sehingga peneliti dapat lebih cepat
mengimplementasikannya di lapangan.

d. Melakukan Simulasi Pelaksanaan Tindakan.


Sebelum dilaksanakan tindakan terlebih dulu perlu dilakukan simulasi
pelaksanaan tindakan. Simulasi ini dilakukan untuk mmeriksa keterlaksanaan rancangan.
Hal ini dapat juga berfungsi sebagai sarana untuk mempertebal rasa percaya diri guru
dalam pelaksanaan penelitian yang sebenarnya. Guru perlu dibebaskan dari rasa takut
gagal dan takut berbuat kesalahan.

4. Menentukan kriteria keberhasilan tindakan


Pengukuran keberhasilan tindakan sedapat mungkin telah dirancang caranya sejak
awal penelitian, demikian pula kriteria keberhasilan tindakannya. Keberhasilan tindakan
ini disebut sebagai indikator keberhasilan tindakan. Indikator keberhasilan tindakan
biasanya ditetapkan berdasarkan suatu ukuran standar yang berlaku. Misalnya:
pencapaian penguasaan kompetensi sebesar 75% ditetapkan sebagai ambang batas
ketuntasan belajar (pada saat dilaksanakan tes awal, nilai peserta didik berkisar pada
angka 50), maka pencapaian hasil yang belum sampai 75% diartikan masih perlu
dilakukan tindakan lagi (ada siklus berikutnya).

B. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi


Pelaksanaan Tindakan
Skenario tindakan dilaksanakan dalam situasi pembelajaran yang aktual. Kegiatan
pelaksanaan tindakan perbaikan merupakan tindakan pokok dalam siklus penelitian tindakan. Pada
saat pelaksanaan tindakan, kegiatan observasi dan interpretasi dilakukan secara bersamaan dengan
kegiatan refleksi. Penggabungan kegiatan tindakan, observasi, interpretasi, dan refleksi dilakukan
dalam suatu proses pembelajaran yang utuh.

Observasi
Secara umum, observasi merupakan upaya untuk merekam proses yang terjadi selama
pembelajaran berlangsung. Mengingat kegiatan observasi menyatu dalam pelaksanaan tindakan,
perlu dikembangkan sistem dan prosedur observasi yang mudah dan cepat dilakukan. Observasi
akan memiliki manfaat apabila dilanjutkan dengan diskusi sebagai balikan. Balikan ini sangat
diperlukan untuk dapat memperbaiki proses penyelenggaraan tindakan.

C. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data Penelitian


1. Analisis Data Penelitian.
Jenis data dan/atau informasi yang direkam selama observasi dan pemantauan dapat berupa data
kualitatif dan kuantitatif (bergantung pada dampak atau hasil keluaran yang diharapkan). Analisis
data dapat dilakukan melalui beberapa tahap, misalnya: reduksi data, paparan data serta interpretasi,
dan penyimpulan hasil analisis.
Untuk menguji kesahihan hasil analisis data dilakukan hal-hal berikut.
a. validasi hipotesis dengan menggunakan teknik yang sesuai (saturasi, triangulasi,
atau jika memang perlu uji statistik);
b. interpretasi dengan acuan teori, menumbuhkan praktik, atau pendapat guru;

6
c. tindakan untuk perbaikan lebih lanjut yang juga dimonitor dengan teknik
penelitian kelas.
Analisis dilakukan dengan menggunakan hasil pengumpulan informasi yang telah
dilakukan dalam tahap pengumpulan data. Misalnya, dengan memutar kembali hasil
rekaman proses pembelajaran dengan video tape recorder guru mengamati kegiatan
mengajarnya dan membahas masalah-masalah yang menjadi perhatian penelitian bersama
dengan dosen. Pada proses analisis dibahas apa yang diharapkan terjadi, apa yang
kemudian terjadi, mengapa terjadi tidak seperti yang diharapkan, apa penyebabnya atau
ternyata sudah terjadi seperti yang diharapkan, dan apakah perlu dilakukan tindaklanjut

2. Validasi hipotesis
Validasi hipotesis adalah diterima atau ditolaknya suatu hipotesis.
Jika di dalam desain penelitian tindakan kelas diajukan hipotesis tindakan yang
merupakan keyakinan terhadap tindakan yang akan dilakukan, maka perlu dilakukan
validasi. Validasi ini dimaksudkan untuk menguji atau memberikan bukti secara empirik
apakah pernyataan keyakinan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis tindakan itu
benar. Validasi hipotesis tindakan dengan menggunakan teknik yang sesuai yaitu:
saturasi, triangulasi dan jika perlu dengan uji statistik tetapi bukan generalisasi atas hasil
PTK. Saturasi, apakah tidak ditemukan lagi data tambahan. Triangulasi,
mempertentangkan persepsi seseorang pelaku dalam situasi tertentu dengan aktor-aktor
lain dalam situasi itu, jadi data atau informasi yang telah diperoleh divalidasi dengan
melakukan cek, recek, dan cek silang dengan pihak terkait untuk memperoleh kesimpulan
yang objektif.

3. Interpretasi Data Penelitian


Interpretasi berarti mengartikan hasil penelitian berdasarkan pemahaman yang
dimiliki peneliti. Hal ini dilakukan dengan acuan teori, dibandingkan dengan
pengalaman, praktik, atau penilaian dan pendapat guru. Hipotesis tindakan yang telah
divalidasi dicocokkan dengan mengacu pada kriteria, norma, dan nilai yang telah
diterima oleh guru dan siswa yang dikenai tindakan.

D. Evaluasi dan Refleksi

Evaluasi
Hasil analisis dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar yang
dicapai. Tim peneliti dapat mempergunakan kriteria keefektifan atau keberhasilan pencapaian pada
setiap siklus. Indikator pencapaian dapat berwujud data kuantitatif dan/atau kualitatif. Dengan
melihat proses dan hasil analisis tersebut dan dicocokkan dengan kriteria, akan diperoleh hasil
evaluasi, apakah pelaksanaan PTK pada suatu siklus sudah mencapai indikator keberhasilan atau
belum. Hasil evaluasi ini akan menjadi bahan untuk melakukan refleksi.

Refleksi
Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah dan belum terjadi, apa yang
dihasilkan, mengapa hal tersebut terjadi, dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi
digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan.
Komponen-komponen refleksi dapat digambarkan sebagai berikut.

ANALISIS > PEMAKNAAN > PENJELASAN > PENYIMPULAN > TINDAK LANJUT

7
E. Penyusunan Laporan Penelitian
Di Bab Hasil dan Pembahasan Penelitian dalam Laporan PTK pada umumnya
peneliti terlebih dulu menyajikan paparan data yang mendeskripsikan secara ringkas apa
saja yang dilakukan peneliti sejak pengamatan awal (sebelum penelitian) yaitu kondisi
awal guru dan siswa diikuti refleksi awal yang merupakan dasar perencanaan tindakan
siklus I, dilanjutkan dengan paparan mengenai pelaksanaan tindakan, hasil observasi
kegiatan guru, observasi situasi dan kondisi kelas dan hasil observasi kegiatan siswa.
Paparan data itu kemudian diringkas dalam bentuk temuan penelitian yang berisi pokok-
pokok hasil observasi dan evaluasi yang disarikan dari paparan data.
Berikutnya berdasarkan temuan data dilakukan refleksi hasil tindakan siklus 1
yang dijadikan dasar untuk merencanakan tindakan untuk siklus ke 2. Di sini dapat
dibandingkan hasil siklus 1 dengan indikator keberhasilan tindakan siklus 1 yang telah
ditetapkan berdasarkan refleksi awal.
Paparan data siklus dua juga lengkap mulai perencanaan, pelaksanaan, observasi
dan evaluasi. Ringkasan paparan data dicantumkan dalam bentuk temuan penelitian.
Temuan ini menjadi dasar refleksi tindakan siklus ke 2, termasuk apakah perlu
dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan untuk siklus ke 3. Peneliti dapat
membandingkan hasil siklus 2 ini dengan indikator keberhasilan tindakan siklus 2 yang
telah ditetapkan berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus ke 1.
Jadi prosedur analisis dan interpretasi data penelitian dilaksanakan secara
deskriptif kualitatif dengan meringkas data (reduksi data), saturasi dan triangulasi.

F. Penutup
PTK merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan
keprofesionalan guru maupun dosen. Dalam pelaksanaannya dosen dan guru perlu
melakukan segala langkah penelitian ini secara bersama-sama (kolaboratif) dari awal
hingga akhir. Ciri khas penelitian ini ialah adanya masalah pembelajaran dan tindakan
untuk memecahkan masalah ini. Penelitian tindakan sebenarnya dapat dilakukan oleh
guru atau dosen sendiri-sendiri atau seperti dalam pelatihan ini, guru dan dosen dapat
saling berkolaborasi. Tahapan penelitian dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan
dan evaluasi refleksi yang dapat diulang sebagai siklus. Refleksi merupakan pemaknaan
dari hasil tindakan yang dilakukan dalam rangka memecahkan masalah. Disarankan guru
dan dosen dapat secara kolaboratif melakukan tindakan kelas ini untuk peningkatan
keprofesionalannya.
Proposal usulan penelitian tindakan kelas perlu dibuat sebagai pedoman
(tuntunan) dalam melaksanakan penelitian. Dalam penyusunan usulan yang
sesungguhnya guru peneliti harus berusaha memenuhi ketentuan, kriteria atau standar
yang ditetapkan oleh sponsor atau lembaga pemberi dana. Saran lainnya ialah banyak
membaca laporan penelitian, artikel dan sumber-sumber mengenai penelitian tindakan
kelas.
Di hadapan para bapak ibu dosen yang hadir dalam pelatihan kali ini saya
sampaikan harapan masa depan saya mengenai PTK ini yaitu agar makin banyak guru
maupun dosen sains seluruh Indonesia yang melaksanakan PTK.
Keinginan lainnya adalah agar dalam pelaksanaan PTK itu dosen dan guru tidak
hanya sekedar melaksanakan, tapi juga mengkomunikasikan hasilnya kepada rekan-
rekan guru dan dosen lain melalui media komunikasi (majalah) yang sudah ada sekarang.
Saya pikir kita juga sudah punya organisasi profesi sehingga pertemuan periodik antar

8
guru dan dosen untuk pengembangan profesi dapat direncanakan dan dilaksanakan
secara lebih terjadwal. Melalui pertemuan ilmiah dan majalah ilmiah itu antara para guru
dan dosen bidang studi diharapkan dapat terjadi saling tukar informasi, pengalaman, dan
pemikiran untuk peningkatan keprofesionalan guru dan dosen.
Akhir kata, saya ingatkan kembali bahwa profesi guru dan dosen adalah profesi
yang memerlukan pengembangan terus-menerus, karenanya setiap guru dan dosen harus
selalu siap, mau, dan mampu untuk membelajarkan dirinya sepanjang hayat agar dapat
lebih mampu membelajarkan anak didiknya. PTK merupakan salah satu sarana belajar
sepanjang hayat yang penting yang perlu dikuasai oleh setiap guru dan dosen yang mau
mengembangkan keprofesionalannya.

Daftar Rujukan

Chotimah, Husnul, dkk. 2005. “Laporan Koordinator Bidang Studi Biologi Semester II
Tahun Pelajaran 2004-2005”. Malang: Yayasan Pendidikan Universitas Negeri
Malang: SMA Laboratorium UM.

Depdikbud. 1999. Bahan Pelatihan Penelitian Tindakan. Jakarta: Depdikbud, Dirjen


Dikdasmen, Dikmenum.

Mills, Geoffrey. 2003. Action Research: A Guide for the Teacher Researcher. New Jersey:
Prentice Hall.

Reed, A. J. S. & Bergermann, V.E. 1992. A Guide to Observation and Participation: In the
Classroom. Connecticut: The Dushkin Publishing Group, Inc.

Stringer, Ernie. 2004. Action Research in Education. Columbus: Pearson, Menvi Prentice
Hall.

Tim Biologi SMA Lab UM. 2005. “Jurnal Belajar Biologi Kelas X”. Malang: Yayasan
Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Tim PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Bahan Pelatihan
Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek PGSM, Dikti.

Lampiran 1. Contoh Rencana Pembelajaran

Rencana Pembelajaran

Satuan Pendidikan : SMA


Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : X/II
Konsep : Mollusca

9
Subkonsep : Ciri-ciri,
perkembangbiakan dan
manfaat Mollusca
Waktu : 3 x 45 menit

A. Tujuan
1. Kompetensi Dasar
Siswa mampu mendeskripsikan dan mengomunikasikan ciri-ciri Mollusca dan
peranannya bagi kehidupan.

2. Indikator Pencapaian
Produk
a. Siswa mampu mengidenfikasikan, membedakan, dan mengomunikasikan ciri-iri
morfologi filum Mollusca.
b. Siswa mampu mengamati dan menyimpulkan informasi cara perkembangbiakan
anggota filum Mollusca dari literatur.
c. Siswa mampu mengidentifikasi peranan anggota filum Mollusca bagi kehidupan.
Proses
a. Siswa menjelaskan dasar-dasar pengelompokan filum Mollusca.
b. Siswa mengenali anggota masing-masing kelas pada filum Mollusca.
c. Siswa mengusulkan alternatif pemanfaatan filum Mollusca bagi perkembangan
sains, teknologi, dan lingkungan bagi masyarakat.
Sikap
a. Siswa terampil dan aktif dalam melakukan kegiatan problem possing.
b. Siswa menjalin kerjasama yang baik dalam kelompok.
c. Siswa menghargai hasil kerja kelompok lain.

B. Sumber dan Alat Pembelajaran


Sumber
Hadisusanto, S., dkk. 2004. Biologi Kelas X Jilid 1b SMA. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka.
Syamsuri, Istamar., dkk. 2004. Biologi untuk SMA Kelas Semester 2. Jakarta: Erlangga.

Alat Pembelajaran
Kertas Problem Posing
Buku Paket

C. Pengalaman Belajar
1. Pendahuluan
 Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok dengan anggota masing-masing
kelompok 7 – 8 orang siswa.
 Menentukan topik-topik bahasan yang akan dibahas oleh masing-masing
kelompok.
2. Kegiatan Inti
 Setiap siswa dalam kelompok membuat 2 pertanyaan yang dianggap paling sulit
mengenai topik bahasan pada kelompoknya.
 Siswa mendiskusikan pertanyaan tersebut sehingga hanya dihasilkan 2
pertanyaan saja pada masing-masing kelompok.
 Siswa me-rolling atau menukar pertanyaan. Pertanyaan kelompok 1 diserahkan
ke kelompok 2, pertanyaan kelompok 2 diserahkan ke kelompok 3, begitu

10
seterusnya hingga pertanyaan milik kelompok yang terakhir diserahkan ke
kelompok satu.
 Siswa mendiskusikan jawaban dari pertanyaan yang dibuat oleh kelompok lain.
 Guru menyuruh salah satu kelompok untuk mempresentasikan jawabannya.
Kelompok lain yang tidak presentasi mencatat dan memberi komentar berupa
tambahan atau masukan jika jawaban kelompok yang presentasi kurang tepat
dan membantu jawaban jika kelompok yang presentasi tidak bisa menjawab.
 Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan mengatur jalannya diskusi.
3. Penutup
 Siswa menyimpulkan hasil diskusinya.

D. Evaluasi
 Format Penilaian unjuk kerja.
 Isian sikap siswa terhadap kegiatan yang telah dilakukan.
 Tes uraian dengan rubrik.

E. Remidi
 Siswa mengerjakan tugas tambahan.
 Siswa mengikuti tes perbaikan.

11
Lampiran 2. Contoh soal untuk evaluasi

EVALUASI MOLLUSCA

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat!


1. Mollusca berasal dari kata mollus yang berarti . . . .
2. Contoh kelas Gastropoda yang dianggap merugikan petani, tetapi memiliki kandungan
protein yang tinggi adalah . . . .
3. Fungsi cangkang pada Gastropoda adalah . . . .
4. Struktur cangkang pada kerang air tawar terdiri dari 3 lapisan, yaitu . . . .
5. Bagian dari kerang yang melapisi partikel/pasir yang masuk sehingga menghasilkan
mutiara adalah lapisan . . . .
6. Contoh Mollusca yang memiliki cangkang luar tubuh adalah . . . .
7. Contoh Mollusca yang memilliki cangkang dalam tubuh adalah. . . .
8. Saat menghadapi musuh, Scapopoda akan mengeluarkan tintanya sehingga air
disekitarnya menjadi hitam. Hal ini dilakukan untuk . . . .
9. Urutan sistem pencernaan makanan pada Bivalvia terdiri dari . . . .
10. Fungsi tentakel pada bekicot adalah. . . .
11. Ciri-ciri Scapopoda adalah . . . .
12. Fungsi lidah parut (radula) pada Amphineura adalah . . . .
13. Contoh Cephalopoda yang bercangkang adalah . . . .
14. Cumi-cumi memilliki tentakel yang dilengkapi alat penghisap yang berfungsi untuk . ...
15. Fungsi nefridium adalah . . . .

Selamat Mengerjakan Semoga Sukses

Lampiran 3. Contoh Rubrik

12
Rubrik Penilaian Evaluasi Mollusca

No. Kriteria penilaian jawaban Skor


1. Mollusca berasal dari kata mollis yang berarti lunak. 1
2. Contoh kelas Gastropoda yang dianggap merugikan petani, tetapi 1
memiliki kandungan protein yang tinggi adalah bekicot.
3. Fungsi cangkang pada Gastropoda adalah untuk melindungi organ-organ 1
dalam dan isi rongga perut.
4. Struktur cangkang pada kerang air tawar terdiri dari 3 bagian, yaitu: 3
Periostracum, Prismatik, dan Nacreas.
5. Bagian dari kerang yang melapisi partikel/pasir yang masuk sehingga 1
menghasilkan mutiara adalah lapisan nakreas.
6. Contoh Mollusca yang memiliki cangkang luar tubuh adalah bekicot 1
7. Contoh Mollusca yang memilliki cangkang dalam tubuh adalah cumi- 1
cumi dan sotong.
8. Saat menghadapi musuh, Scapopoda akan mengeluarkan tintanya 1
sehingga air disekitarnya menjadi hitam. Hal ini dilakukan untuk
mengecoh musuhnya.
9. Urutan sistem pencernaan makanan pada Bivalvia terdiri dari mulut- 5
esofagus-lambung-usus-anus
10. Fungsi tentakel pada bekicot adalah sebagai alat pembau dan sebagai alat 2
penglihat
11. Ciri-ciri Scapopoda adalah: 4
 Umumnya bercangkang seperti kerucut/tanduk.
 Kedua ujung cangkang berlubang.
 Kaki terdapat di daerah perut.
 Tubuh diselubungi mantel.
12. Fungsi lidah parut (radula) pada Amphineura adalah untuk mencerna 1
makanan.
13. Contoh Cephalopoda yang bercangakang adalah Nautilus pompilus. 1

14. Cumi-cumi memilliki tentakel yang dilengkapi alat penghisap yang 1


berfungsi untuk menangkap mangsa.
15. Fungsi nefridium adalah organ eksresi. 1

TOTAL 25

Skor
Nilai = x 100
25

Lampiran 4. Contoh Format Penilaian Proses Belajar

13
FORMAT PENILAIAN BELAJAR
MENGAJUKAN PERTANYAAN

Nama : ………………………………….
Kelas : ...............................................
Kompetensi dasar : .................................................
Penilaian
No. Kriteria Penilaian
Skor Maksimal Guru Siswa
1 Pertanyaan menggunakan bahasa 1
Indonesia yang baik dan benar

2 Pertanyaan bersifat rasional 1

3 Pertanyaan sangat selektif 1

4 Pertanyaan merupakan hasil observasi 1

5 Pertanyaan merupakan hasil 1


penafsiran/prediksi dari observasi

6 Pertanyaan menganalisis hasil 1


observasi

7 Pertanyaan mengarah pada hasil 1


observasi

8 Pertanyaan menunjukkan pemahaman 1


dengan kejelian terhadap materi yang
dipelajari

9 Pertanyaan menunjukkan kemampuan 1


berpikir yang sangat tepat.

10 Keabsahan/kebenaran pikirannya 1
dibuat untuk menyeleksi pertanyaan
lebih lanjut
Total 10
Sumber Adaptasi: Hibbart, KM (1995:19)

Skor perolehan
Nilai = x 100
Skor maksimum

Lampiran 5: Contoh Format Penilaian Proses Belajar (Diskusi Kelas)

14
FORMAT PENILAIAN PROSES BELAJAR (Diskusi Kelas)

Konsep: Kerja Ilmiah


Skor Penilaian
No Elemen yang dinilai
maksimal Siswa Guru
Seluruh perhatian diarahkan pada materi
1 20
Diskusi
2 Mengikuti kegiatan diskusi secara aktif 20
Pertanyaan yang diajukan telah
3 dipikirkan 20
secara seksama dan ada kaitannya
Menjawab pertanyaan sesuai dengan
4 20
maksud dan tujuan ertan aan
Menghargai saran dan pendapat sesama
5 20
teman peserta diskusi

TOTAL 100

Sumber: adaptasi Hibbarf. K. M (1995:27)

Nilai:

………….

Lampiran 6: Contoh Format Penilaian Proses Belajar (Eksperimen/Pengamatan)

15
FORMAT PENILAIAN PROSES BELAJAR (Eksperimen/Pengamatan)

Konsep: Monera
Skor Penilaian
No Elemen yang dinilai
maksimal Siswa Guru
1 Memprediksi/eramal desain percobaan 5
2I Merumuskan masalah yang diperlukan 5
dalam percobaan
3 Menggunakan metode dan prosedur 5
dalam percobaan
4 Prosedur percobaan harus lengkap dan 10
ielas
5 Menentukan variabel bebas secara tepat 5
dan mudah diidentifikasi
6 Merencanakan variabel bebas dengan 5
ukuran yang akurat/teliti
7 Menetukan variabel terikat secara tepat 5
dan mudah diidentifikasi
8 Perencanaan terhadap variabel terikat 5
harus terukur dengan teliti
9 Desain percobaan menggunakan sistem 10
matriks
10 Percobaan harus dikontrol dengan tepat 10
11 Kesalahan dalam penulisan diupayakan 5
sangat sedikit
12 Data pengamatan harus lengkap 5
13 Menggunakan strategi uji coba berulang- 5
ulang dengan ukuran yang tepat
14 Desain percobaan dilaksanakan dengan 10
hati-hati dan tepat
15 Melaporkan hasil percobaan dengan rapi, 10
resentatif dan teratur
16 Kosakata yang digunakan harus bagus 5
dengan bahasa tulis yang bagus serta
mengunakan kalimat yang tepat
17 Pada petunjuk percobaan disediakan tata 5
cara untuk membersihkan kotoran sisa
percobaan

TOTAL 100

Sumber., adaptasi Hibbart. K. M (1995.-23)

Lampiran 7: Contoh Format Penilaian Proses Belajar (Peta Konsep)

16
FORMAT PENILAIAN PROSES BELAJAR (Peta Konsep)

Skor Penilaian
No Elemen yang dinilai
maksimal Siswa Guru
1 Peta konsep memiliki judul yang sesuai 10
2 Susunan kata-kata konsep dalam kotak 10
sesuai dengan topik sains
3 Susunan kata-kata konsep telah 10
diorganisir dari konsep yang paling
umum ke konsep yang paling khusus
4 Kata-kata konsep memiliki sejumlah 10
tingkatan yang sesuai (umum sampai
5 Kata-kata penghubung yang digunakan 10
untuk menghubungkan kata-kata konsep
sesuai dengan hubungan yang dibentuk
diantara kata-kata konsep tersebut
6 Penghubung silang yang tegas dibuat 10
diantara kata-kata konsep yang
berbeda pada beberapa bagian peta
7 Kata-kata penghubung yang digunakan 10
untuk membuat penghubung silang
sesuai dengan hubungan yang ada
diantara kata-kata konsep tersebut
8 Peta konsep mudah diikuti 10
9 Menunjukkan pengetahuan sebelumnya 10
dan pengetahuan baru
10 Peta konse rapi dan dapat disajikan 10

TOTAL 100

Sumber adaptasi Hibbart. K. M (1995:89)

Nilai:

………….

Lampiran 8: Contoh Format Penilaian Proses Belajar (Poster)

17
FORMAT PENILAIAN PROSES BELAJAR (POSTER)

Skor Penilaian
No Elemen yang dinilai
maksimal Siswa Guru
1 Pada saat melihat poster, tema utamanya 10
jelas.
2 Ketepatan dan kecermatan pada ide 10
pokok/gagasan menunjang tema.
3 Ketepatan dan perincian gambar harus 5
mendukung ide pokok
4 Poster merupakan suatu kesatuan (tidak 10
boleh ada informasi an terputus-putus .
5 Informasi tentang poster harus 10
akurat/cermat dan siswa memahami
konse ilmiah yang disajikan.
6 Jarak /ruang, bentuk, tekstur, dan warna 10
berdasarkan informasi dan menambah
keefektifan/kelebihan poster.
7 Gambar, foto, diagram, grafik, dan 10
lainnya menambah keefektifan poster.
8 Format poster yang tepat menunjukkan 10
ada tidaknya orang yang membaca.
9 Penyelesaian poster bertujuan untuk 5
menarik membaca.
10 Poster san at rapi dan presentatif. 10
11 Poster kreatif dan menarik 10

TOTAL 100

Sumber adaptasi Hibbart. K. M (1995:73)

Nilai:

………….

Lampiran 9: Contoh Format Penilaian Proses Belajar (Jurnal Belajar)

18
FORMAT PENILAIAN PROSES BELAJAR (Jurnal Belajar)

Skor Penilaian
No Elemen yang dinilai
maksimal Siswa Guru
1 Nama ditulis jelas dan lengkap dengan 10
kelas dan nomor absen
2 Semua isian diberi nomor dan tanggal 10
3 Diagram, sketsa, dan gambar 10
menunjukkan hasil pemikiran
4 Pengamatan diorganisasi dan ditulis 10
dalam bentuk kalimat lengka
5 Pertanyaan menunjukkan tingkat 10
berpikir
6 Peta pikiran digunakan untuk 10
mengorganisasi pemikiran
7 Masalah dan perkembangan berhasil 10
diidentifikasi dan diberikan ide-ide
untuk memecahkan masalah
8 Diidentifikasi unsur-unsur yang menarik 10
dan menyenangkan dan diberikan
alasannya mengapa menarik dan
9 Dituliskan tujuan untuk meningkatkan 10
kebiasaan belajar
10 Ada komentar tentang pembelajaran 10
yang

TOTAL ` 100

Sumber: adaptasi Hibbart. K. M (1999:103)

Nilai:

………….

Lampiran 10: Contoh Angket Ranah Afektif Pembelajaran Biologi

19
RANAH AFEKTIF PEMBELAJARAN BIOLOGI
(PENDEKATAN JURNAL BELAJAR)

A. Petunjuk Pengisian
1. Mohon Anda memberi jawaban sejujurnya dan sesuai dengan apa adanya
2. Jawaban Anda sangat diperlukan untuk perbaikan kualitas pembelajaran biologi di
SMA LAB UM
3. Instrumen ini terdiri dari kolom pernyataan dan kolom jawaban. Silahkan beri
jawaban anda dengan cara memberi tanda cek () pada tempat yang telah
disediakan
4. Ada lima pilihan jawaban yang masing - masing maknanya sebagai berikut.
SS : Pernyataan Sangat Setuju terhadap setiap item pernyataan
S : Pernyataan Setuju terhadap setiap item pernyataan
RR : Pernyataan Ragu - Ragu terhadap setiap item pernyataan
TS : Pertanyaan Tidak Setuju terhadap setiap item pernyataan\
STS : Pertanyaan Sangat Tidak Setuju terhadap setiap item pernyataan

Contoh pernyataan "Saya merasa senang belajar di SMA LAB UM"


PENJELASAN SS S RR TS STS
 Jika anda sangat setuju (SS) dengan 
pernyataan itu berilah tanda cek () pada
kolom SS
 Jika anda setuju (S) dengan pernyataan itu '
berilah tanda cek () pada kolom S

 Jika anda ragu -ragu (RR) dengan 


pernyataan itu berilah tanda cek () pada
kolom RR

 Jika anda tidak setuju (TS) dengan 


pernyataan itu berilah tanda cek () pada
kolom TS

 Jika anda sangat tidak setuju (STS) dengan 


pernyataan itu berilah tanda cek () kolom
STS

Lampiran 11: Contoh Format Pernyataan Angket

B. Pernyataan Angket

20
JAWABAN
NO PERNYATAAN
SS S RR TS STS
Pembelajaran biologi dilaksanakan dengan
1 pendekatan jurnal belajar membuat saya
memiliki kemauan yang tinggi untuk
mengikuti pelajaran
Pembelajaran biologi dilaksanakan dengan
2 pendekatan jurnal belajar sangat menarik
dan tidak membosankan
Jika pembelajaran biologi dilaksanakan
dengan pendekatan jurnal belajar maka
prinsip, konsep dan proses biologi lebih
cepat saya pahami.
Pembelajaran biologi dilaksanakan dengan
4 pendekatan jurnal belajar dapat
memotivasi saya untuk berprestasi
Pembelajaran biologi dilaksanakan dengan
5 pendekatan jurnal belajar dapat membantu
saya menyelesaikan masalah
Pembelajaran biologi dilaksanakan dengan
pendekatan jurnal belajar dapat
peningkatkan penalaran saya dalam
mempelajari materi pelajaran
Pembelajaran biologi dilaksanakan dengan
7 pendekatan jurnal belajar dapat membantu
saya berpikir lebih kritis
Pembelajaran biologi dilaksanakan dengan _
8 pendekatan jurnal belajar, maka saya
memiliki keberanian untuk mengeluarkan
pendapat
Pembelajaran biologi dilaksanakan dengan
pembuatan pendekatan jurnal belajar
membuat saya merasa lebih dihargai dalam
mengeluarkan pendapat
Pembelajaran biologi dilaksanakan dengan
10 pendekatan jurnal belajar dapat
memanfaatkan waktu belajar dengan baik

Keterangan: 0,01 - 1 = Sangat Tidak Setuju (STS)


1,01 - 2 = Tidak Setuju (TS)
2,01 - 3 = Ragu -
3,01 - 4 = Setuju (S)
4,01 - 5 = Sangat setuju (SS)

21
Kategori: 20 - 40 = Tidak berminat
41 - 50 = Kurang berminat
51 - 60 = Cukup berminat
61 - 80 = Berminat

Lampiran 12: Contoh Jurnal Harian

22
JURNAL HARlAN4

Jurnal harian ini bertujuan memfasilitasi perekam data observasi secara sistematis
dan utuh dalam setiap episode pengamatan. Fakta-fakta yang terekam dibingkai dalam
konteks, kemudian ditafsirkan dalam kerangka pikir yang lebih sempit yaitu konteks
aktual pengamatan. Kemudian, rekaman itu diekstrapolasikan maknanya dalam cakupan
kerangka pikir yang lebih luas, yakni tindakan perbaikan bagi PTK yang bersangkutan.
Jurnal harian ini terdiri atas empat komponen, yaitu (i) konteks, (ii) rekaman fakta,
(iii) makna-dari fakta yang terekam dalam pola pikir pembelajaran yang diobseryasi, dan
(iv) keterterapan--dari apa yang teramati dilihat dan segi tujuan studi banding,
Berikut adalah contoh masukan sebuah jurnal harian.

1. Konteks
Dalam bagian ini dikemukan informasi pengenal yang penting , misalnya, tanggal,
kelas, sekolah, dan mata pelajaran yang bersangkutan.
Contoh: Rabu, 3 Januari 2001
Sekolah Dasar Laboratorium Universitas Negeri Surabaya, Kota Surabaya, Kelas II, pukul
09.00-11.30
Guru: Sambang, guru kelas II SD Laboratorium

2. Rekaman Fakta
Dalam bagian ini direkam fakta-fakta penting yang teramati misalnya stategi
bertanya yang diterapkan guru, respon siswa menyambut pertanyaan guru, cara guru
mengelola jawaban siswa, cara guru mengajukan pertanyaan pelacakan, cara guru
mengelola aliran kegiatan, dan sebagainya.
Contoh:
Lingkungan kelas penuh dengan media belajar — kalender cetakan dan kalender buatan
siswa, kantong koin untuk mengajarkan place value, sejumlah sedotan. kertas karton
ukuran plano yang berisi cacah jumlah hari yang telah terlewati sejak hari pertama
sekolah, berbagai buku untuk kelas I gambar- gambar, peta globe, dan sebagainya.
• Pendekatan yang digunakan sangat bervariasi mulai dengan yang tradisional (begitu
siswa masuk guru memberi perintah: duduk tenang, tangan dilipat di atas meja, dan
tutup mulut, mata memandang ke depan kelas) s.d. yang modern yaitu diteruskan
dengan memastikan hari ini (hari ini adalah hari ... kemarin adalah hari . ... Dan besok
hari ....). Setelah itu, seorang siswa ditugasi ke depan untuk mengisi tanggal hari ini
dalam kalender buatan siswa, diteruskan dengan menghitung jumlah hari sekolah
yang telah dijalani. Masalah menjadi agak rumit ketika ternyata ada liburan sekolah
yang berhubungan dengan bulan Ramadan, Natal, dan tahun baru sehingga pelajaran
berubah menjadi pelajaran berhitung yang sangat dekat dengan pengalaman para
siswa.
• Cerita mengenai binatang peliharaan, dalam tema binatang kesayangan yang
dihubungkan dengan kurikulum lokal yang nampaknya pernah menjadi topik pada
hari sebelumnya. Pengalaman yang dimunculkan melalui tema itui membuat pelajaran
bahasa yang terintegrasi (para siswa secara bergiliran menunjukkan foto binatang
peliharan yang dimiliki, bercerita mengenai namanya dan siswa di suruh mencoba
menuliskannya di papan tulis, dari mana binatang tersebut di peroleh, apa

4
Agar benar-benar memperoleh manfaat yang maksimal, penyusunan jumal seyogyanya tidak
ditunda-tunda lebih dari 1--2 hari setelah kunjungan (cf. Tim PGSM, 1999).

23
makananya, apakah pernah sakit, diapakan kalau sakit, apa saja kehebatannya,
mengapa mereka sayang kepada binatang peliharaannya, dsb.).
• Cerita-cerita tersebut diabadikan oleh guru dalam kertas karton, dan sambil
menuliskan kata-kata dan kalimat-kalimat tersebut, guru melibatkan para siswa dalam
kegiatan berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Kelihatan betul bahwa untuk
mengeja nama seokor anjing para siswa mengalami berbagai kesulitan kanena proses
penulisannya penuh berbagai keputusan yang mana suka sesuai dengan kaidah
penulisan dan pengucapan dalam bahasa Indonesia.
• Seseorang bisa ditugasi mengantarkan sesuatu kepada kepala sekolah. Agar dapat
dengan mudah dapat dipantau oleh guru piket apakah siswa yang keluar kelasnya itu
tengah bentugas atau sedang bermain-main, mereka diberi semacam surat keterangan
berupa sebuah anak kunci raksasa yang terbuat dari kayu.

3. Makna Fakta dalam Konteks


Dalam bagian ini dilakukan pemaknaan terhadap fakta-fakta yang teramati,
misalnya dalam kerangka pikir pengaktifan siswa dalam episode pembelajaran yang
bersangkutan.
Contoh:
• Pelaksananan KBM benar-benar menampilkan pembelajaran yang terintengrasi, sesuai
dengan kebutuhan siswa-siswa awal. Pelajaran berbicara, menyimak, membaca, dan
menulis di samping berhitung dan mengenal lingkungan, benar-benar tetah menyatu,
baik sebagai hasil rekayasa lingkungan maupun pengelolaan berbagai kegiatan.
• Pelajaran membaca dalam bahasa Indonesia benar-benar merupakan semacam mimpi
buruk bagi kebanyakan siswa karena penuh dengan berbagai aturan yang tidak
beraturan.

4. Keterterapan (dalam kerangka pikir pembelajaran kelas-kelas awal kasus ini, dan
dalam kerangka pikir tindakan perbaikan dalam kasus PTK kelak)
Implikasi dari makna fakta yang ditafsirkan dalam butir 3 diekstrapolasikan
dengan melihat “jarak konseptual “yang terdapat antara apa yang tengah terjadi dengan
apa yang diharapkan terjadi sesuai dengan kerangka pikir perbaikan yang memandu
siklus PTK yang bersangkutan.
Tidak terlalu sulit untuk melihat bahwa penstrukturan jurnal harian ini telah
terpolakan sesuai dengan kebutuhan untuk melakukan refleksi dalam rangka PTK sebab
secara akumulatif, implikasi dari temuan sejumlah siklus tindakan, telah siap terpapar
untuk direfleksikan dengan kerangka pikir tindakan perbaikan yang lebih utuh.

Lampiran 13: Contoh Observasi Terbuka

OBSERVASI TERBUKA

24
Dalam observasi terbuka, memang juga biasa dilakukan penstrukturan proses
perekaman data, meskipun, masih dalam bentuk kategori-kategori besar, misalnya seperti
yang terdapat dalam format ini (Tim PGSM, 1999).

KATEGORI KETERAMPILAN MENGAJAR

1. Presentasi

2. Pembelajaran Tidak Langsung

3. Pembelajaran Langsung

4. Suara

5. Strategi Bertanya

6. Pemberian Balikan

7. Penguasaan Bahan

8. Tuntutan Pencapaian

Lampiran 14: Contoh Observasi Terfokus

OBSERVASI TERFOKUS

25
Dalam observasi terfokus, sasaran amanat diarahkan kepada kategori-kategori
perilaku pembelajaran yang dikehendaki. Dalam contoh berikut, titik-titik incar amatan
adalah penggunaan teknik bertanya dalam pengelolaan pembelajaran (Tim PGSM, 1999).

Kategori Perilaku Fokus Observasi

A. Pemilihan Responden: meminta mahasiswa yang mengacungkan


tangan untuk menjawab

meminta mahasiswa yang tidak mengacungkan


tangan untuk menjawab

B. Intonasi dan cara mengajukan Pertanyaan diajukan dengan jelas


pertanyaan
Pertanyaan ditujukan kepada seluruh
mahasiswa

Pertanyaan diajukan untuk mahasiswa tertentu

Lampiran 15: Contoh Catatan Anekdotal: Pengamatan terhadap Guru

Catatan Anekdotal
Pengamatan terhadap Guru

26
(Reed and Bergermann, 1992)

Nama pengamat : Raras Tyasnurita


Tanggal, bulan : 23 Januari 2005
pengamatan
Pukul : 10.00
Lama pengamatan : sekitar 30 menit
Yang diamati : Karen Susan, guru bahasa Inggris
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Tujuan pengamatan : (sesuaikan dengan masalah dalam PTK)

Ibu Karen bertanya kepada …

Lampiran 16: Contoh Catatan Anekdotal: Interaksi Guru dengan Peserta Didik

Catatan Anekdotal
Interaksi Guru dengan Peserta Didik
(Reed and Bergermann, 1992)

27
Nama pengamat : Raras Tyasnurita
Tanggal, bulan : 23 Januari 2005
pengamatan
Pukul : 10.00
Lama pengamatan : sekitar 30 menit
Nama Guru : Karen Susan, guru bahasa Inggris
Nama Peserta Didik : Dona
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Tujuan pengamatan : (sesuaikan dengan masalah dalam PTK)

Pukul guru Peserta Didik


10.02 Karen Susan Dona
“ Mrs. Karen, I finished

Ibu Karen tersenyum dan


menjawab “…

Dona
“…

Dst.

Lampiran 17: Contoh Lembar Observasi Kegiatan guru Kelompok Investigasi

LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN GURU

Hari/tanggal :
Mata Pelajaran :

28
Kelas :
Observer :

No. Deskriptor Ya Tidak


1. Guru menjelaskan pembelajaran berbasis masalah dan kooperatif dengan tipe
kelompok investigasi.
2. Guru mengorganisasikan bahsan yang bersifat umum menjadi sub-sub pokok
bahsan yang lebih sempit dan membantu siswa dalam pembentukan kelompok
investigasi.
3. Guru mengajukan masalah yang bersifat umum, aktual, terbuka melalui
artikel.
4. Guru memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah
5. Memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerjasama dalam kelompok
6. Memberdayakan pertanyaan provokatif untuk meningkatkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi
7. Mendorong siswa untuk mendeskripsikan masalah, mengkaji teori, konsep,
prinsip, dan mengumpulkan informasi yang sesuai untuk mendapatkan
pemecahan masalah.
8. Memastikan siswa mandiri dalam mencari sumber atau informasi untuk
memecahkan masalah.
9. Membantu da n mengarahkan dalam pembuatan laporan
10. Membantu siswa dalam membahas hasil investigasi dan melakukan presentasi
11. Melakukan evaluasi terhadap hasil belajar.
12. Melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan
Didaptasi dari: Ibrahim, 2002: 28 dan Arends, 1997: 161

Malang, .......... Mei 2005


Observer

(..........................)

Lampiran 18: Contoh Rubrik Penilaian Laporan Kegiatan

RUBRIK PENILAIAN LAPORAN KEGIATAN

No. Aspek yang Dinilai Skor Kriteria


Maksimal
1. Judul 5 Mencerminkan tema
Dirumuskan dalam kalimat yang menarik dan

29
komunikatif
2. Sumber masalah 5 Menunjukkan identitas dari sumber masalah dengan
lengkap dan benar
3. Identifikasi masalah 10 Menunjukkan fenomena atau perubahan yang mengacu
pada rumusan masalah
4. Rumusan masalah 10 Dirumuskan dalam kalimat tanya
Menunjukkan variabel bebas dan variabel terikat dibuat
lebih dari satu
5. Identifikasi variabel 10 Identifikasi variabel sesuai dengan rumusan masalah yang
dibuat
6. Teori, pronsip, 10 Memberikan teori dan informasi lain yang terkait dengan
informasi yang masalah yang dikaji
mendukung
7. Hipotesis 10 Hipotesis sesuai dengan rumusan masalah
Dilandasi oleh teori, informasi yang sesuai
Dibuat lebih dari satu
8. Data atau hasil 10 Data berasal dari berbagai sumber
pengamatan Sesuai dengan rumusan masalah
Mendukung hipotesis yang dibuat
9. Analisis data 10 Menganalisis setiap data yang didapatkan dan
kesesuaiannya dengan masalah yang dikaji
10. Pembahasan 10 Membahas hasil analisis danta dan mengarah pada
penyelesaian masalah
11. Kesimpulan 10 Menyimpulkan berdasarkan pembahasan yang dibuat
Menjawab kesesuaian hipotesis untuk menyelesaikan
masalah
12. Solusi yang ditwarkan 10 Solusi dibuat diuat lebih dari satu
Solusi mudah dilaksanakan dan dilandasi oleh teori yangs
sesuai
13. Jawaban No. 11 pada 10 Jawaban lengkap dan benar
LKS Dilengkapi teori yang sesuai
14. Refleksi 5 Menunjukkan komentar masing-masing anggota
kelompok terhadap pemberian tugas
15. Daftar Bacaan 5 Lebih dari satu
Ditulis dengan lengkap dan benar

30

Anda mungkin juga menyukai