Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

DERMATITIS DAN LUKA BAKAR

(Dosen Pengampu: Maria Anita, S.Kep., Ns., M.Kes )

Disusun Oleh:

1. Rut Larasati (01.2.22.00874)


2. Samgar Julius Sianturi (01.2.22.00875)
3. Sharon Rose (01.2.22.00876)
4. Stephanie Aurellya Putri Widayat (01.2.22.00878)
5. Susana Lerrick (01.2.22.00878)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS BAPTIS KEDIRI

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
kelancaran untuk dapat menyelesaikan Makalah berjudul “DERMATITIS DAN
LUKA BAKAR” ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Tanpa adanya berkat
dan rahmat Tuhan tidak mungkin rasanya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Ada pun tujuan dalam makalah ini untuk
memenuhi tugas dari Ibu Maria Anita, S.Kep., Ns., M.Kes. Selain itu, makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan kesehatan terkait dengan dermatitis dan luka
bakar.

Terlebih penulis ingin mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
secara langsung maupun tidak langsung mendukung dan membantu penulis untuk
menyelesaikan makalah yang berjudul “ DERMATITIS DAN LUKA BAKAR”.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Dengan penuh kerendahan hati, penulis memohon kritik dan saran dari pembaca
sekalian untuk penulis dapat membuat makalah ini menjadi lebih baik dari segi isi
maupun penyampaian. Dalam kesempatan ini penulis juga mohon maaf bila ada
kekurangan baik dari segi isi maunpun penyampaian dari makalah ini semoga
dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penulisan makalah kedepannya.

Kediri, 15 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

TINJAUAN TEORI...............................................................................................1

1.1 Dermatitis.................................................................................................1

1.1.1 Definisi...............................................................................................1

1.1.2 Etiologi..............................................................................................1

1.1.3 Patofisiologi.......................................................................................2

1.1.4 Tanda dan Gejala.............................................................................3

1.1.5 Pemeriksaan Penunjang..................................................................3

1.1.6 Penatalaksanaan...............................................................................3

1.1.7 Komplikasi........................................................................................4

1.2 Luka Bakar..............................................................................................4

1.1.1 Definisi...............................................................................................4

1.1.2 Etiologi..............................................................................................5

1.1.3 Patofisiologi.......................................................................................6

1.1.4 Tanda dan Gejala.............................................................................6

1.1.5 Pemeriksaan Penunjang..................................................................6

1.1.6 Penatalaksanaan...............................................................................7

1.1.7 Komplikasi........................................................................................8

BAB II...................................................................................................................10

TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN........................................................10

2.1 Dermatitis...............................................................................................10

2.1.1 Pengkajian......................................................................................10

iii
2.1.2 Amnanesa........................................................................................11

2.1.3 Pemeriksaan Fisik..........................................................................11

2.1.4 Rencana Asuhan Keperawatan.....................................................12

2.1.5 Evaluasi...........................................................................................12

2.2 Luka Bakar............................................................................................13

2.2.1 Pengkajian......................................................................................13

2.2.2 Amnanesa........................................................................................13

2.2.3 Pemeriksaan Fisik..........................................................................14

2.2.4 Rencana Asuhan Keperawatan.....................................................17

2.2.5 Evaluasi...........................................................................................17

BAB III..................................................................................................................18

PENUTUP.............................................................................................................18

3.1 Kesimpulan............................................................................................18

3.2 Saran.......................................................................................................18

............................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

iv
BAB I

TINJAUAN TEORI

1.1 Dermatitis
1.1.1 Definisi
Dermatitis merupakan reaksi inflamasi pada kulit yang disebabkan
oleh kontak dengan faktor eksogen dan endogen. Faktor ekstrinsik dan
intrinsic berupa iritan (kimia, fisik dan biologis) berperan penting pada
penyakit ini. Dermatitis adalah penyakit kulit yyang ditandai dengan
peradangan pada kulit yang menunjukkan ciri-ciri seperti gatal,
kemerahan, bersisik, melepuh. Dermatitis dapat dibagi menjadi tiga jenis
menurut (Fatonah, 2016): dermatitis kontak alergi, dermatitis kontak iritan
dan dermatitis atopik.

Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah reaksi hipersensitivitas tipe


lambat penyakit yang diperantarai sel (tipe IV) yang disebabkan oleh
kontak kulit dengan alergen lingkungan (Harlim, 2016). Salah satu
penyebab dermatitis kontak alergi biasanya disebabkan oleh paparan
alergen seperti alergi obat-obatan, makanan laut, debu dan bulu.

1.1.2 Etiologi
Dermatitis kontak alergi disebabkan oleh bahan kimia sederhana
dengan berat molekul rendah (<1000 Dalton) yang disebut hapten bersifat
lipofilik dan sangat reaktif, Sel-sel hidup epidermis bagian dalam banyak
faktor yang mempengaruhi terjadinya KAD, termasuk potensi sensitisasi
alergen, dosisi persatuan luas, area yang terkena, waktu pemaparan, oklusi,
suhu dan kelembaban lingkungan, kendaraan dan pH. Ada juga faktor
individu seperti keadaan kontak (struktur stratum korneum, ketebalan
epidermis), status kekebalan (muntah, paparan sinar matahari yang kuat,
dll) juga berperan. (Menaldi, 2017).

Sedangkan menurut (Hussain et al., 2017) terjadi di sebabkan oleh

1
a. Dermatitis kontak iritan
Penyebab dermatitis kontak iritan biasanya pada bahan
yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak
pelumas, asam alkali, larutan garam konsentrat, plastic berat
molekul atau bahan kimia.
b. Dermatitis Kontak Alergen
Penyebab dermatitis kontak alergen biasanya disebabkan
oleh kontak zat-zat yang bersifat alergen seperti alergi pada
obat, seafood, debu dan bulu, mainan bola.
c. Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik timbul dari interaksi yang rumit antar
faktor genetik dan faktor lingkungan. Termasuk di antaranya
adalah kerusakan barrier kulit sehingga membuat kulit lebih
mudah teriritasi dengan sabun, udara, suhu, dan pencetus non
spesifik lainnya.

1.1.3 Patofisiologi
Sekitar 3.000 bahan kimia di dokumentasikan dengan baik sebagai
penyebab spesifik dari dermatitis kontak alergi (Helm, 2020). Senyawa
harus kurang dari 500 hari untuk penetrasi yang efisien melalui
penghalang stratum korneum, yang merupakan lapisan luar kulit yang
kedap air. Molekul organik kecil yang reaktif secara kimiawi mengikat
protein sendiri untuk menghasilkan neoantigen imunogenik melalui proses
yang disebut haptenisasi. Meskipun hapten dapat menembus melalui kulit
utuh pasien dengan penyakit tertentu menyatakan bahwa gangguan fungsi
penghalang (misalnya, ulkus tungkai, dermatitis perianal) memiliki
peningkatan risiko sensitisasi terhadap obat yang dioleskan dan komponen
pembawa mereka. Banyak pasien dengan dermatitis atopik atau dermatitis
kontak alergi terhadap elemen kimia yang memiliki bentuk cacat gen dari
protein, protein membantu mengumpulkan protein sitoskeletal yang
membentuk selubung sel yang terkornifikasi. Jika tidak ada, penghalang
itu rusak (Helm, 2020).

2
1.1.4 Tanda dan Gejala
1.1.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Uji tempel tertutup,uji tempel terbuka,uji pemakaian (use test),uji
goresan (scractch test), uji intradermal, uji foto (fotopatch test). Uji
tempel kulit tersebut dilakukan dengan menggunakan alergen standart
dengan konsentrasi tertentu.Alergen pada kulit punggung dan hasilnya
dibaca setelah 48 jam dan 72 jam kemudian. Untuk menghindari reaksi
negatif semu,hasil dapat dibaca setelah 6 atau 7 hari kemudian. Pada
uji ini dapat terjadi positif semu ataupun negatif semu.
2. Uji tempel kulit yang terbuka dilakukan untuk mengetahui urtikari
kontak atau DKA. Uji tempel ini biasanya dilakukan 4 minggu setelah
dermatitis hilang. Uji pemakaian dilakukan bila uji tempel tersebut
hasilnya negatif sedangkan kliniknya jelas. Uji goresan tersebut dapat
dilakukan untuk mendiagnosis urtikaria kontak.

1.1.6 Penatalaksanaan
a. Perawatan Nonmedis Kompres basah dan dingin dapat diterapkan pada
area dermatitis yang kecil. Kompres menghilangkan eksim, dan
kompres dingin mengurangi peradangan (Puspasari, 2018).
b. Berdasarkan SK (Kepmenkes RI, 2017) Resep Obat Tradisional
Indonesia (FROTI), dinyatakan bahwa:
1. Kunyit (Curcuma Domestica Val) efektif dalam mengobati eksim.
Caranya adalah dengan menggiling bahan tersebut lalu
mengoleskannya pada kulit yang terkena eksim.
2. Sambiloto efektif dalam mengobati eksim, persiapan : seduh dalam
gelas air panas, dinginkan, saring dan segera minum, dengan dosis
15 daun per hari.
3. Herbal ketepang (Cassia alata L) efektif untuk mengobati eksim.
4. Bahan FROTI digunakan untuk menjaga kesehatan dan
mengurangi ketidaknyamanan pasien. Ramuan FROTI ini
digunakan dalam kombinasi dengan pengobatan konvensional
setelah komunikasi awal dengan professional kesehatan.

3
Penggunaan ramuan. Hal ini dimaksudkan untuk membantu
masyarakat umum menjaga dan meningkatkan kesehatan meraka
dengan cara yang wajar dan terarah.
5. Perawatan melibatkan penerapan lapisan tipis krim atau salep yang
mengandung kortikosteroid tertentu. Untuk dermatitis yang luas,
kortikosteroid jangka pendek dapat digunakan untuk
menghentikan peradangan.

1.1.7 Komplikasi
a. Infeksi sekunder (manajemen sesuai lesi, studi jenis antibiotik sesuai
kebijakan rumah sakit)
b. Hipopigmentasi dan hiperpigmentasi pasca inflamasi (PERDOSKI,
2017)

1.2 Luka Bakar


1.1.1 Definisi
Luka bakar merupakan respons kulit dan jaringan subkutan
terhadap trauma suhu/termal. Luka bakar dengan ketebalan parsial
merupakan luka bakar yang tidak merusak epitel kulit maupun hanya
merusak sebagian dari epitel. Biasanya dapat pulih dengan penanganan
konservatif. Luka bakar dengan ketebalan penuh merusak semua sumber-
sumber pertumbuhan kembali epitel kulit dan bisa membutuhkan eksisi
dan cangkok kulit jika luas.
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang terjadi
ketika jaringan bersentuhan dengan panas, bahan kimia, listrik, atau
radiasi. Kulit yang mengalami luka bakar akan mengalami kerusakan pada
epidermis, dermis, dan jaringan subkutan tergantung pada faktor penyebab
dan lamanya kontak dengan sumber panas atau penyebabnya. Kerusakan
dan gangguan integritas kulit serta kematian sel-sel akan dipengaruhi oleh
kedalaman luka bakar. (Hasliani, 2021).

4
Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan
mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal
sampai fase lanjut. Pasien dengan masalah luka bakar membutuhkan
penanganan. yang cepat dan tepat, oleh karena itu terlebih dahulu perlu
dikaji bagaimana masalah yang dialami pasien dan selanjutnya perawat
akan melakukan perencanaan perawatan dengan berkonsultasi terlebih
dahulu kepada tim medis lainnya. Sehingga perawatan yang diberikan
adalah perawatan yang berkualitas yang dapat meningkatkan derajat
kesehatan pasien (Cahyati, 2023).

1.1.2 Etiologi
Etiologi terjadinya luka bakar yaitu (Hardisman, 2016):

1. Scald Burns
Luka bakar yang disebabkan karena uap panas, biasanya terjadi
karena air panas dan sering terjadi dalam masyarakat. Air pada suhu
690C menyebabkan luka bakar parsial atau dalam waktu dengan waktu
hanya dalam 3 detik.
2. Flame Burns
Luka bakar yang disebabkan oleh kebakaran rumah seperti
penggunaan detektor asap, kebakaran yang berhubungan dengan
merokok, penyalahgunaan cairan yang mudah terbakar, tabrakan
kendaraan bermotor dan kain terbakar oleh kompor atau pemanas
ruangan.
3. Flash Burns
Luka bakar yang disebabkan oleh ledakan gas alam, propana,
butana, minyak destilasi, alkohol dan cairan mudah terbakar kain.
4. Contact Burns
Luka bakar yang disebabkan dari logam panas, plastik, gelas atau
batu bara panas seperti setrika, oven, dan bara kayu.
5. Chemical Burns
Luka bakar yang diakibatkan oleh iritasi zat kimia, yang bersifat
asam kuat atau basa kuat.

5
6. Electrical Burns
Luka bakar yang disebabkan oleh benda-benda yang
dialiri arus listrik..

1.1.3 Patofisiologi
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari
suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran
atau radiasi elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi,
denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas
merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ
visceral dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak
yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat
terjadi. Kedalaman luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka
bakar dan lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit
dengan air panas dengan suhu sebesar 56.10 Cmengakibatkan cidera full
thickness yang serupa.
Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang
berat selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan
dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah
jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik.
Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah
ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan
kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang
intravaskuler ke dalam ruanga interstisial.

1.1.4 Tanda dan Gejala


1.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges (2018) pemeriksaan penunjang yang diperlukan
adalah:

a. Hitung darah lengkap: Peningkatan Hematokrit menunjukkan


hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya
Hematokrit dan sel darah merah terjadi sehubungan dengan kerusakan
oleh panas terhadap pembuluh darah.

6
b. Leukosit akan meningkat sebagai respons inflamasi
c. Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cedera inhalasi
d. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cedera
jaringan, hipokalemia terjadi bila diuresis.
e. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema
jaringan
f. Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan
g. EKG : Tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar
h. Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar selanjutnya.

1.1.6 Penatalaksanaan
a. Perawatan di Tempat Kejadian
Prioritas pertama dalam perawatan di tempat kejadian bagi seorang
korban luka bakar adalah mencegah agar orang yang menyelamatkan
tidak turut mengalami luka bakar.
Langkah kerja:
1. Mematikan api
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api
misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang
terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen bagi api yang
menyala.
2. Mendinginkan luka bakar
Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu
tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga
destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan
mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu
dingin ini pada jam pertama.
3. Melepaskan benda penghalang
Meskipun pakaian yang menempel pada luka bakar dapat
dibiarkan, pakaian lain dan semua barang perhiasan harus
segera dilepaskan untuk melakukan penilaian serta mencegah

7
terjadinya kontriksi sekunder akibat edema yang timbul dengan
cepat.
4. Menutup luka bakar

Luka bakar harus ditutup secepat mungkin untuk


memperkevil kemungkinan kontaminasi bakteri dan
mengurangi nyeri dengan mencegah aliran udara agar tidak
mengenai permukaan kulit yang terbakar.

b. Mengirigasi Luka bakar kimia


Luka bakar kimia akibat bahan korosif harus segera dibilas dengan
air mengalir. Jika mengenai mata harus segera dicuci dengan air bersih
yang sejuk.
c. Penatalaksanaan Medis Darurat
Prioritas pertama dalam ruang darurat tetap ABC (airway,
breathing dan circulation). Untuk cedera paru yang ringan, udara
pernapasan dilembabkan dari pasien didorong supaya batuk sehingga
sekret saluran napas bisa dikeluarkan dengan pengisapan. Untuk
situasi yang lebih parah diperlukan pengeluaran sekret dengan
pengisapan bronkus dan pemberian preparat bronkodilator serta
mukolitik.
d. Penatalaksanaan Kehilangan Cairan dan Syok
Setelah menangani kesulitan pernapasan, kebutuhan yang paling
mendasar adalah mencegah terjadinya syok ireversibel dengan
menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang. Selang infus dan
kateter urin harus sudah terpasang pada tempatnya sebelum
resusitasi cairan dimulai.

1.1.7 Komplikasi
1) Sindrom kompartemen dari luka bakar sirkumferensial (luka bakar
pada ekstremitas iskemia ekstremitas, luka bakar toraks → hipoksia
dari gagal napas restriktif) (cegah dengan eskarotomi segera).
2) Hiperkalemia (dari sitolisis pada luka bakar luas). Obati dengan insulin
dan dekstrosa.

8
3) Gagal ginjal akut (kombinasi dari hipovolemia, sepsis, toksin
jaringan). Cegah dengan resusitasi dini agresif, pastikan GFR tinggi
pada pemberian cairan dan diuretik, obati sepsis.
4) Infeksi (waspadai Streptococcus). Obati infeksi yang timbul (106
organisme pada biopsi luka) dengan antibiotik sistemik.
5) Ulkus akibat stres (ulkus Curling) (cegah dengan antasid, bloker H₂
atau inhibitor pompa proton profilaksis).

Menurut Rahayuningsih (2017), secara umum luka bakar jika tidak


ditangani dengan benar, akan menimbulkan komplikasi yaitu :

a. Syok hipovolemik
Akibat pertama dari luka bakar adalah syok karena kaget dan
kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi akan rusak dan
permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak
sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas
menyebabkan edema dan menimbulkan bula serta elektrolit. Hal ini
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler.
b. MOF (multi organ failure
Adanya perubahan permeabilitas kapiler pada luka bakar
menyebabkan gangguan sirkulasi. Di tingkat seluler, gangguan perfusi
menyebabkan perubahan metabolisme. Adanya gangguan sirkulasi dan
perfusi mengakibatkan sulitnya untuk mempertahankan kelangsungan
hidup sel, iskemi jaringan akan berakhir dengan nekrosis.

9
10
BAB II

TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Dermatitis
2.1.1 Pengkajian
a) Identitas Pasien :
1. Nama : pendataan nama pasien sebagai tanda pengenal yang
dimiliki pasien sejak lahir
2. Nomor registrasi : nomor ini adalah no urut pendaftaran pasien
sebagai pembeda dari pasien lain.
3. Jenis kelamin : semua jenis kelamin dapat mempengaruhi kejadia
dermatitis, umumnya dermatitis terjadi pada semua jenis kelamin
dan bisa terjadi pada anak-anak sekalipun.
4. Alamat : tempat dimana pasien tinggal dapat dijadikan sebagai
acuan bagaimana kondisi lingkungan di tempat tinggal pasien.
Lingkungan yang tidak sehat berisiko terkena penyakit kulit atau
alergi yang menyebabkan dermatitis kontak , dermatitis atopik,
dermatitis alergi.
5. Tempat dan tanggal lahir : data ini dapat memastikan berapa usia
pasien.
6. Usia : dermatitis dapat menyerang dikalangan anak-anak, remaja
ataupun dewasa sekalipun.
b) Keluhan Utama : Biasanya pasien mengeluh rasa gatal, sulit tidur, rasa
tidak nyaman, rambut rontok, suhu tubuh meningkat, kemerahan, kulit
kering. Keluhan tersebut muncul tergantung bagaimana respon kulit
dari masing-masing orang
c) Riwayat Penyakit sekarang : Biasanya penderita dermatitis akan
mengalami rasa gatal-gatal pada kulit yang akan menimnulkan lesi
akibat adanya infeksi sehingga suhu tubuh bisa meningkat/demam,
kemerahan, edema disertai nyeri, rasa terbakar pada kulit.

11
d) Riwayat Penyakit Dahulu : Biasnya penderita dengan dermatitis juga
bisa disebabkan oleh adanya riwayat alergi terhadap bahan-bahan
tertentu, kemudian juga dilihat dari sensitivitas kulit seorang itu sendiri
e) Riwayat Penyakit Keluarga : Pada penderita dermatitis ditanyakan ada
penyakit keluarga yang sama dialami penderita, selain itu pada anak-
anak sering ditemukan alergi terhadap bahan tertentu yang mungkin
diketahui oleh keluarganya

2.1.2 Amnanesa
1. Pola hidup sehat biasanya kepada penderita dermatitis tidak begitu
paham dengan kondisi kesehatan terutama terhadap alergi yang dapat
menimbulkan dermatitis jika penderita merasakan keluhan biasanya
pasien minum obat dan apabila penyakitnya tidak sembuh pasien
biasnya datang ke pelayanan kesehatan
2. Pola nutrisi biasanya pada penderita dermatitis bisa ditemukan nafsu
makan terganggu karena penyakit yang dirasakan seperti rasa
pana,demam, dan nyeri bagian kulit biasnya membuat nafsu makan
turun tetapi tergantung dari individu masing-masing
3. Pola eliminasi pada penderita dermatitis biasanya tidak ditemukan
gangguan pada eliminasi, kecuali dermatitis timbul pada bagian genital
sehingga membuat penderita takut BAK
4. Pola aktivitas pada penderita dermatitis tidak mengganggu aktivitas
sehari-hari tetapi tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya
5. Pola tidur dan istirahat biasanya penderita dermatitis terjadi gangguan
pola tidur dikarenakan rasa gatal dan nyeri.

2.1.3 Pemeriksaan Fisik


1. Kepala : biasanya bersih, tidak ada benjolan, tidak ada luka atau lesi.
2. Rambut : biasanya berwarna hitam tergantung tingkatan usia.
3. Wajah : kerbersihan, ada lesi atau tidak ada edema atau tidak dan tidak
pucat sianosis adanya kemerahan atau tidak.

12
4. Mata : konjungtiva pucat atau tidak, ada kelainan atau tidak, serta
adanya kemerahan atau tidak.
5. Mulut dan gigi : bersih atau tidaknya warna bibir, ada stomatis atau
tidak, gigi berlubang, gusi berdarah. Biasanya pada herpes terdapat lesi
pada bagian bibir akibat infeksi
6. Leher : ada kelainan atau tidak, adanya nyeri tekan atau tidak, adanya
kemerahan atau tidak karena dermatitis bisa menyerang bagian kulit
manapun.
7. Thorak : irama cepat atau tidak, apakah ada suara jantung normal atau
tidak, tidak ada suara nafas asing, tidak ada benjolan atau benjolan, dan
nyeri tekan.
8. Abdomen : ada atau tidak luka bekas operasi, distensi abdomen atau
tidak, kembung atau tidak, warna, kebersihan.
9. Genitalia : apakah ada varises, bersih adanya nyeri tekan atau tidak,
edema atau tidak, biasanya pada dermatitis yang menyerang genital
mengalami kelainan seperti warna kemerahan serta adanya rasa nyeri.
10. Rectum : bersih atau tidak, tidak ada edema, adanya tanda infeksi atau
tidak)
11. Ekstrimitas : edema atau tidak adanya varises atau tidak, sianosis,
CRT, kembali normal atau tidak.
12. Intergumen : biasanya pada dermatitis akan ditemukan radang akut
teruma pruritus (sebagai pengganti dolor), kemerahan (rubor)
gangguan fungsi kulit (function laisa), terdapat vesikel-vesikel
fungtiformid yang berkelompok yang kemudian memperbesar, terdapat
bula atau pustule, hiperpigmentasi atau hipopigmentasi. Adanya nyeri
tekan atau tidak, edema atau pembengkakan serta kulit bersisik.

2.1.4 Rencana Asuhan Keperawatan

2.1.5 Evaluasi

13
2.2 Luka Bakar
2.2.1 Pengkajian
a) Identitas Pasien
Meliputi : Nama, Alamat, Jenis kelamin Umur, Agama, Riwayat
pendidikan, Pekerjaan, dan Penanggung jawab (Wahid, 2013).
b) Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien luka bakar biasanya menjerit kesakitan
terasa panas dan nyeri pada bagian luka bakar
c) Riwayat Penyakit Sekarang
1) Sumber kecelakaan
2) Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
3) Gamabaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi
4) Factor yang mungkin berpengaruh seperti alcohol, obat-obatan
5) Keadaan fisik disekitar luka bakar
6) Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Adalah penyakit yang pernah dialami pasien sebelumnya dan
berhubungan dengan decompensasicordis (misal, kerusakan katub
jantung bawaan, hipertensi, diabetesmellitus).
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Seorang pasien yang memiliki riwayat keluarga menderita penyakit
diabetesmellitus atau luka bakar akan beresiko menderita
penyakit yang sama

2.2.2 Amnanesa
1. Pola Nutrisi
Sebelum Sakit : Status nutrisi pasien terpenuhi dalam satu hari tiga kali
makan dan minum dengan mengkonsumsi sayuran, ikan, air mineral
dan buah-buahan.

14
Sesudah Sakit : Pada pasien Luka Bakar biasanya dianjurkan untuk
melakukan pola makan dengan memperbanyak kandungan protein,
karbohidrat, vitamin dan mineral untuk membantu memperbaiki
jaringan yang rusak, dan untuk membantu proses penyembuhan luka.
2. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit : Produksi urine normal dalam satu hari dua kali dengan
bau yang khas dan warna kuning jernih
Sesudah Sakit : Produksi urine biasanya dalam batas normal dantidak
ada keluhan pada sistem perkemihan. Dan umumnya pasien luka bakar
mengalami gangguan eliminasi yaitu pemasangan kateter dengan
demikian perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses dan
urine
3. Pola Tidur Dan Istirahat
Sebelum Sakit : Normal, dapat tidur dengan nyenyak dimalam hari dan
pola tidur cukup
Sesudah Sakit : Biasanya pada pasien luka bakar menggambarkanpola
tidur, istirahat dan persepsi terhadap energi, jumlah jam tidur siang dan
malam, masalah tidur. Biasanya padapenderita luka bakar rasa nyeri
dapat mengganggu pola tidur dan istirahatnya
4. Pola Aktivitas Dan Latihan
Sebelum Sakit : Pasien dapat beraktivitas dengan baik seperti bekerja
menonton tv dan berolahraga
Sesudah Sakit : Pola aktivitas dan latihan pada pasien luka bakar
biasanya menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan
sirkulasi pada penderita luka bakar.

2.2.3 Pemeriksaan Fisik


1) Kesadaran umum Kesadaran biasanya pada luka bakar composmentis
2) Glasglow Coma Scale (GCS) Adalah suatu tehnik pemeriksaan fisik
yang bertujuan untuk mengetahui berapa nilai Eye, Verbal, dan
Motorik. Pada luka bakar hasil GCS yaitu: 15 ( E : 4 M : 6 V : 5 )

15
3) Tanda – Tanda Vital (TTV) Pada luka bakar biasanya hasil tanda tanda
vital nya adalah TD: 90/60 mmHg, RR : 24 kali/menit, N : 100 x/menit
, S : 36,5°C tergantung keparahan dari luka
4) Pemeriksaan fisik head to toe
1. Kepala
Inspeksi : lihat ada lesi atau tidak, warna rambut, edema, dan
penyebaran rambut.
Palpasi : meraba dan tentukan elastisitas turgor kulitbserta tekstur
kasar atau halus, akral dingin/ hangat.
2. Rambut
Inspeksi : penyebaran rambut merata atau tidak dan adanya
ketombe atau tidak.
Palpasi :mudah rontok atau tidak, rambut lengket atau tidak.
3. Wajah
Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah antara kanan dan kiri jika ada
perbedaan maka ada kelumpuhan atau parase.
Palpasi :lihat adanya luka, respon nyeri dengan melakukan
penekanan sesuai kebutuhan.
4. Mata
Inspeksi: lihat warna konjungtiva dan sclera mata (kuning atau
ikterik), pupil isokor, medriasis atau miosis.
Palpasi : lihat apakah ada tekanan intra okuler. Apabila ada maka
ketika dilakukan penenkanan akan terasa keras, kaji jika ada nyeri
tekan.
5. Hidung
Inspeksi : lihat bentuk hidung simetris atau tidak, apakah ada
kemerahan atau lesi hidung bagian dalam.
Palpasi : lakukaan penekanan apakah ada nyeri tekan pada sinus,
apakah ada nyeri tekan pada pangkal hidung, apakah terjadi
benjolan.
6. Mulut

16
Inspeksi : lihat apakah ada kelainan pada bibir (bibir sumbing),
bentuk bibir simetris atau tidak, warna bibir, kelembapan, apakah
ada gigi yang berlubang, kebersihan gigi, serta lihat apakah ada
pembesaran pada tonsil.
Palpasi : ada lesi atau massa pada area mulut dg melakukan
penekanan di daerah pipi, serta kaji jika ada nyeri tekan.
7. Telinga
Inspeksi : lihat warna daun telinga, bentuk, simetris atau tidak
antara kanan dan kiri, serta lihat apakah ada serumen.
Palpasi : lakukn penekanan ringan apakah ada nyeri tekan atau
tidak dan elastisitas kartilago.
8. Leher
Inspeksi : lihat warna kulit, bentuk, amati adanya pembesaran
kelenjar tiroid.
Palpasi : lakukan penekanan pada leher dengan cara meletakkan
kedua tangan disisi samping leher dan pasien suruh menelan lalu
rasakan apakah ada pembesaran tiroid pada sisi leher.
9. Dada
Inspeksi : lihat kesimetrisan dada kanan dan kiri, apakah ada
retraksi dada atau tidak.
Palpasi: apakah ada benjolan serta nyeri tekan, lihat apakah ada
pelebaran pada ictus cordis.
Perkusi: untuk melihat batas normal paru.
Auskultasi: untuk mengetahui bunyi nafas.
10. Abdomen
Inspeksi: amati bentuk perut, warna kulit, apakah ada benjolan, dan
asites.
Auskultasi: dengarkan peristaltik usus dan hitung apakah ada
peningkatan pada bising usus.
Palpasi: apakah ada lesi, dan nyeri tekan.
Perkusi: apakah ada hipertimpani atau tidak.
11. Musculoskeletal/ Ektremitas

17
Inspeksi : lihat apakah ada atrofi pada ekstremitas.
Palpasi : lakukan penekanan dan minta pasien untuk memberi
tahanan pada eskstremitas untuk melihat kekuatan otot pada
anggota gerak atas dan bawah.
12. Integument
Inspeksi : terdapat luka bakar pada pada muka, tangan kanan, dada,
dan paha kiri, terdapat bullae dan kemerahan di tangan dan sekitar
paha. Palpasi : biasanya turgor, tekstur (penebalan pada kulit).

2.2.4 Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnose Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)
(SDKI) Hasil (SLKI)
Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
tidak efektif intervensi keperawatan 1) Observasi
Definisi : selama 1x6 jam, maka a) Monitor pola nafas
ketidakmampuan diharapkan bersihan 40 Rasional :
membersihkan sekret jalan nafas meningkat Pemantauan jalan
atau obstruksi jalan dengan kriteria hasil : nafas adalah untuk
nafas untuk 1) Dyspnea cukup mengetahui apakah
mempertahankan jalan menurun ada gangguan pola
nafas tetap paten. 2) Gelisah cukup nafas.
Penyebab : menurun 2) Terapeutik
Fisiologis : 3) Frekuensi nafas a) Pertahankan
1. Spasme jalan napas. cukup membaik kepatenan jalan nafas
2. Hipersekresi jalan 4) Pola nafas cukup Rasional :
napas. membaik Mempertahankan
3. Disfungsi kepatenan jalan
neuromuskuler. nafasagar jalan nafas
4. Benda asing dalam tetap terjaga.
jalan napas. b) Lakukan
5. Adanya jalan napas penghisapan lendir.
buatan. Rasional : Untuk
6. Sekresi yang mengeluarkan secret

18
tertahan. yang menghalangi
7. Hiperplasia dinding jalan nafas.
jalan napas. c) Berikan posisi semi
8. Proses infeksi . fowler Rasional :
9. Respon alergi. Berikan posisi agar
10. Efek agen pasien tidak terlalu
farmakologis (mis. merasakan sesak
anastesi). yang dialami.
Situasional : d) Berikan oksigen
1. Merokok aktif. Rasional : untuk
2. Merokok pasif. membantu dalam
3. Terpajan polutan. pernapasan dengan
memberikan
Gejala dan tanda tambahan oksigen
mayor : bagi yang memiliki
Subjektif : tidak kadar oksigen
tersedia. rendah.
Objektif :
1. batuk tidak efektif
2. tidak mampu batuk.
3. sputum berlebih.
4. Mengi, wheezing
dan / atau ronkhi
kering.
5. Mekonium di jalan
nafas pada Neonatus.

Gejala dan Tanda


Minor.
Subjektif :
1. Dispnea
2. Sulit bicara.

19
3. Ortopnea.
Objektif :
1. Gelisah.
2. Sianosis.
3. Bunyi napas
menurun.
4. Frekuensi napas
berubah.
5. Pola napas berubah.

Kondisi Klinis Terkait


1. Gullian barre
syndrome.
2. Sklerosis multipel.
3. Myasthenia gravis.
4. Prosedur diagnostik
(mis. bronkoskopi,
transesophageal
echocardiography
[TEE] ).
5. Depresi sistem saraf
pusat.
6. Cedera Kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Sindron aspirasi
mekonium
10. Infeksi saluran
Napas.
Hipovolemia. Setelah dilakukan Manajemen
Definisi : Peningkatan intervensi keperawatan Hipovolemia
volume cairan selama 1x6 jam, maka 1) Observasi

20
intravaskular, diharapkan status cairan a) Periksa tanda dan
interstisial, dan / atau membaik dengan kriteria gejala hipovolemia
intraselular. hasil : Rasional :
Penyebab 1) Turgo kulit cukup Mengetahui kadar
1. Kehilangan cairan meningkat naik turunnya
aktif 2) Dyspnea cukup frekuensi tanda dan
2. Kegagalan menurun gejala pada
mekanisme regulasi 3) Membrane mukosa hipovolemia 41
3. Peningkatan cukup membaik
permeabilitas kapiler 4) Tekanan darah cukup 2) Terapeutik
4. Kekurangan intake membaik. a) Hitung kebutuhan
cairan cairan
5. Evaporasi Rasional :
Menghitung
Gejala dan Tanda Mayor kebutuhan cairan
Subjektif dilakukan untuk
(tidak tersedia) mengetahui cairan
yang hilang dan
Objektif kebutuhan cairan
1. Frekuensi nadi yang diperlukan.
meningkat b) Memberikan posisi
2. Nadi teraba lemah Rasional : Posisi
3. Tekanan darah pasien terbaring di
menurun tempat tidur dengan
4. Tekanan Nadi bagian kaki lebih
menyempit tinggi agar cairan
5. Turgor kulit mengalir ke organ
menyempit dalam.
6. Membran mukosa
kering 3) Edukasi
7. Voluem urin a) Anjurkan
menurun menghindari

21
8. Hemtokrit meningkat perubahan posisi
mendadak Rasional :
Gejala dan Tanda Minor Menghindari
Subjektif perubahan posisi
1. Merasa lemah mendadak mencegah
2. Mengeluh haus kesalahan posisi
pada pasien dalam
Objektif menjalani
1. Pengisian vena perencanaan
menurun keperawatan.
2. Status mental
berubah 4) Kolaborasi
3. Suhu tubuh a) Kolaborasi
meningkat pemberian cairan IV
4. Konsentrasi urin Isotonis (mis. NaCl,
meningkat RL)
5. Berat badan turun Rasional : Untuk
tiba-tiba membantu
mempercepat dalam
Kondisi Klinis Terkait pemenuhan
1. Penyakit Addison kebutuhan cairan.
2. Trauma/pendarahan
3. Luika bakar Manajemen syok
4. AIDS hipovolemik
5. Penyakit Crohn 1) Observasi
6. Muntah a) Monitor status cairan
7. Diare Rasional :
8. Kolitis ulseratif Pemantauan
9. Hipoalbuminemia dilakukan untuk
mengetahui status
cairan pada pasien.

22
2) Terapeutik
a) Pasang kateter urine
untuk menilai
produksi urine 42
Rasional :
Pemasangan kateter
urine dilakukan
untuk membantu
pasien dalam
mengeluarkan
produksi urine dan
menilai produksi
urine yang di
hasilkan dalam
waktu tertentu.
b) Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan
darah lengkap dan
elektrolit.
Rasional:
Pengambilan sampel
darah dilakukan
untuk mendeteksi
keberadaan zat-zat
komponen
berbahaya,
mendeteksi penyakit
serta memeriksa
kondisi kesehatan
secara menyeluruh.
Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
Definisi : intervensi keperawatan 1) Observasi

23
Pengalaman sensorik selama 1x6 jam, maka a) Identifikasi lokasi,
atau emosional yang diharapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi,
berkaitan dengan menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas,
kerusakan jaringan hasil : intensitas nyeri
aktual atau fungsional, 1) Keluhan nyeri cukup Rasional: Untuk
dengan onset mendadak menurun mengetahui lokasi
atau lamat dan 2) Meringis cukup karakteristik, durasi,
berintensitas ringan menurun frekuensi kualitas,
hingga berat yang 3) Gelisah cukup intensitas nyeri dan
berlangsung kurang 3 menurun skala nyeri yang
bulan. 4) Pola nafas cukup dirasakan pasien.
membaik 2) Terapeutik
Penyebab a) Berikan teknik
1. Agen pencedera non farmakologis
fisiologis (mis. untuk
infarmasi, lakemia, mengurangi rasa
neoplasma) nyeri
2. Agen pencedera Rasional : Terapi
kimiawi (mis. non farmakologi
terbakar, bahan diberikan agar
kimia iritan) pasien mau dan
3. Agen pencedera fisik mampu
(mis.abses, amputasi, memotivasi
terbakar, terpotong, untuk
mengangkat berat, mengurangi rasa
prosedur operasi, nyeri yang
trauma, latihan fisik dirasakan.
berlebihan) b) Kontrol
lingkungan yang
Gejala dan Tanda memperberat
Mayor nyeri
Subjektif Rasional: Untuk

24
(tidak tersedia) mengurangi
Objektif faktor yang dapat
1. Tampak meringis memperberat
2. Bersikap protektif rasa nyeri.
(mis. waspada, posisi c) Fasilitasi istirahat
menghindari nyeri) dan tidur
3. Gelisah Rasional :
4. Frekuensi nadi Menenangkan
meningkat dan membantu
5. Sulit tidur klien beristirahat.
gejala dan Minor
Subjektif 3) Edukasi
(tidak tersedia) a) Ajarkan teknik non
Objektif farmakologis untuk
1. Tekanan darah mengurangi rasa nyeri.
meningkat Rasional : Agar dapat
2. pola napas mengetahui teknik non
berubah farmakologis untuk
3. nafsu makan meredakan dan
berubah mengurangi rasa nyeri.
4. proses berpikir 4) Kolaborasi
terganggu a) Kolaborasi pemberian
5. Menarik diri analgetik
6. Berfokus pada Rasional : Analgetik
diri sendiri dapat digunakan untuk
7. Diaforesis mengatasi/mengurangi
Kondisi Klinis Terkait nyeri yang dialami.
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner
akut

25
5. Glaukoma

2.2.5 Evaluasi
Dalam perumusan evaluasi keperawatan menggunakan empat
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yaitu S (Subjektif) pasien
mengatakan sudah tidak merasakan nyeri, pasien mengatakan sudah tidak
terbakar, pasien mengatakan sudah bisa melakukan aktivitas seperti biasa,
O (Objektif) pasien sudah terlihat melakukan aktivitas seperti biasa,
terlihat luas permukaan luka bakar mengecil, tidak terlihat tanda-tanda
infeksi, terlihat jaringan baru pada kulit mulai terbentuk, terlihat skala
nyeri 0, A (Analisa/ assessment) tujuan skala nyeri sudah tercapai dengan
dibuktikan bahwa skala nyeri 0, tujuan tindakan keperawatan luka bakar
sudah tercapai dengan dibuktikan luas permukaan luka bakar mengecil,
tidak terlihat tanda-tanda infeksi, terlihat jaringan baru pada kulit mulai
terbentuk, tujuan pola aktivitas pasien sudah tercapai dengan di buktikan
makan dan minum sendiri tanpa bantuan orang lain, P (Planning)
melakukan edukasi perawatan luka ketika dirumah, melakukan edukasi
farmakologis dirumah, menginformasikan untuk melakukan konsultasi
secara rutin, melakukan edukasi keluarga pasien untuk tetep mendampingi
apabila pasien membutuhkan bantuan. Apabila tujuan telah tercapai maka
intervensi dihentikan namun, jika tujuan belum tercapai maka perawat
akan melakukan modifikasi intervensi supaya tujuan dapat dicapai.

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pelayanan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

27
28

Anda mungkin juga menyukai