Anda di halaman 1dari 2

NAMA : Rafi Anargya Pratama

NRP : 5033231092
KELAS : A
MATA KULIAH : Pengantar Sosiologi dan Antropologi

KORELASI HUBUNGAN LGBT DENGAN


PANCASILA

Jurnal yang berjudul “THE EXISTENCE OF THE LESBIAN, GAY, BISEXUAL AND
TRANSGENDER (LGBT) COMMUNITY IN THE PERSPECTIVE OF A STATE BASED ON
PANCASILA” ini membahas tentang korelasi antara penganut kaum LGBT dengan landasan
dasar negara kita yaitu Pancasila.
Sebelumnya, LGBT kepanjangan dari Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender
merupakan sebuah komunitas yang memiliki pandangan yang berbeda dan melenceng karena ini
berhubungan dengan sesama jenis. Ada beberapa komunitas dari publik yang menentang adanya
komunitas LGBT ini karena melanggar norma agama, norma sosial, dan bahkan norma adat.
Mereka yang mendukung komunitas LGBT memiliki pegangan berupa aturan hak asasi manusia,
sedangkan masyarakat yang menentang komunitas tersebut, mereka memiliki kecendrungan
untuk ‘keras’ menyatakan Allah SWT/Tuhan Yang Maha Esa dengan tegas melarang umatnya
untuk saling berhubungan atau mencintai sesama jenis.
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, selanjutnya disebut
Undang-Undang Perkawinan pada khususnya dalam Pasal 1 ayat (1) bersifat meniru dan tegas
menetapkan bahwa:
“Pernikahan adalah ikatan jasmani dan rohani antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami dan istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
langgeng dilandasi oleh keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.”
Berdasarkan peraturan pasal 1 ayat 1 yang dijelaskan di atas tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pernikahan di Indonesia hanya dapat diterima jika laki-laki sebagai suami dan wanita
sebagai istri. Ketentuan pasal tersebut memang demikian tidak untuk mengatur pernikahan
sesama jenis, oleh karena itu komunitas LGBT tidak diatur dalam Undang-Undang Dasar Nomor
1 tahun 1974.
Secara substansif, suatu negara yang berlandaskan pancasila merujuk pada negara yang
mencakup perlindungan terhadap manusia, yaitu untuk melindungi umat manusia secara pasif
dengan mencegah kesewenang-wenangan bertindak dan secara aktif dengan menciptakan kondisi
manusia bermasyarakat yang memungkinkan proses sosial dapat berjalan secara wajar agar
setiap manusia sama-sama mempunyai kesempatan yang luas dan setara untuk berkembang
secara utuh potensi penuh kemanusiaan mereka. Namun berdasarkan kajian filsafat pancasila,
setiap warga negara sebagai subjek hukum yang hak dan kewajiban advokat harus dilihat
sebagaimana meraka melalui kesadaran diri, esensi dari kebebasan, kemandirian, kesehatan,
tujuan hidup, dan kehormatan serta martabat pribadi.1
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari sisi positif adalah jika kita melihat ke kesetaraan
gender, itu berhubungan dengan pancasila sila ke-5 yang menjelaskan tentang keadilan sosial.
Karena semua gender baik laki-laki ataupun perempuan harus mendapatkan kesetaraan yang
sama seperti bidang keahlian. Jika kita lihat dari sisi negatifnya, LGBT ini dapat berbahaya dari
sisi mental dan juga moral. Jika dihubungkan dengan korelasi pancasila, LGBT sangat
melanggar pancasila sila ke-1 karena bertentangan dengan aturan di agama tentang hubungan
sesama jenis.

SUMBER :
https://jurnal.ugm.ac.id/jmh/article/view/28655/20042
- Mohamad Noor Syam, 1998, Penyebaran Filsafat Pancasila Dalam Filsafat Hukum, Lab.Pancasila IKIP
Malang, Malang, p. 80.

1
Mohamad Noor Syam, 1998, Penyebaran Filsafat Pancasila Dalam Filsafat Hukum, Lab.Pancasila IKIP Malang,
Malang, p. 80.

Anda mungkin juga menyukai