Pengantar
Permasalahan rendahnya pendapatan, sering menjadi penyebab kekumuhan suatu kawasan
permukiman. Oleh karena itu, upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR) akan memberikan kontribusi pada pencegahan terjadinya kekumuhan dan makin membaiknya
kualitas suatu kawasan pemukiman. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, melalui
Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) terus menjaga dan meningkatkan kualitas program
pemberdayaan ekonomi yang sebelumnya dilakukan pada Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan).
Penanganan dan pencegahan permukiman kumuh tidak hanya berkenaan dengan kegiatan
infrastruktur saja, namun juga melalui kegiatan pemberdayaan ekonomi.Kegiatan keuangan
mikrosebagai salah satu bentuk kegiatan pemberdayaan ekonomi akan dapat mendukung
terwujudnya permukiman perkotaan yang layak huni, produktif dan berkelanjutan.
Keuangan Mikro melalui Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) menjadi penting karena masih
banyaknya jumlah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang belum memiliki akses ke sektor
keuangan formal. Oleh karena itu, akses terhadap layanan keuangan mikro harus diberikan kepada
semua segmen masyarakat.Keuangan Mikromerupakan pendekatan pembangunan ekonomi untuk
memberikan manfaat bagi orang-orang berpenghasilan rendah dengan pilihan sistem keuangan
sesuai dengan keinginan masyarakat setempat.
Prosedur Opersional Standar Keuangan Mikro diperuntukkan bagi pendamping program, masyarakat
(BKM dan UPK) dan pemerintah daerah serta stakeholder lainnya sebagai acuan bimbingan teknis dan
pelaksanaan dalam pengelolaan keuangan mikro.
POS ini disusun untuk digunakan diseluruh lokasi Program KOTAKU baik yang telah melaksanakan
keuangan mikro melalui PNPM Mandiri perkotaan maupun yang akan melaksanakan keuangan mikro.
2. Tujuan
Tujuan kegiatan Keuangan Mikro pada program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh)adalah untuk :
a. Meningkatkan akses pelayanan keuangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah secara
berkelanjutan.
b. Mengembangkan kapasitas pengelola unit pengelola keuangan (UPK)
3. Keluaran
Keluaran dari kegiatan Keuangan Mikro adalah :
a. Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) lebih banyak terlayani di permukiman kumuh dan
rawan kumuh;
b. Terbukanya jenis layanan keuangan mikro yang sesuai dengan kebutuhan MBR;
c. Meningkatnya kemampuan pengelola keuangan mikro yakni Unit Pengelola Keuangan (UPK) dalam
kualitas pelayanan keuangan mikro;
d. Meningkatnya kinerja Keuangan UPK;
1|
POS Keuangan Mikro
Target Indikator output dijelaskan pada lampiran 1
4. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan keuangan mikro pada program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) memiliki dua pilihan sistem
keuangan yakni konvensional dan syariah.
Keuangan Mikro dengan sistem syariah maupun dengan sistem konvensional dapat melayani dan
dikelola oleh semua masyarakat tanpa memandang latar belakang agama dan keyakinannya. Pilihan
akan sistemyang digunakan adalah berdasarkan kesepakatanmasyarakat.
Pada keuangan syariah, Unit Pengelola Keuangan (UPK) hanya boleh menerima keuntungan dari
penerima perguliran dana ketika proses perguliran dananya berupa transaksi jual beli, kerjasama –
bagi hasil atau sewa-menyewa (multi jasa – ijarah), bukan hanya karena meminjamkan uang. Oleh
karena itu, dari proses dan redaksi akad perjanjiannya harus mencerminkan adanya jenis-jenis
transaksi tersebut.
Keuangan syariah membedakan istilah pinjaman dan pembiayaan. Pinjaman adalah istilah bagi
perguliran dana tanpa adanya kewajiban memberikan keuntungan bagi penerima perguliran dana.
Sebagai contohdari dana yang digulirkan 1 juta rupiah maka harus kembali 1 juta rupiah tanpa ada
kewajiban pemberian kelebihan. Sedangkan perguliran dana dalam keuangan syariah yang
membolehkan pengambilan keuntungan menggunakan istilah pembiayaan. Dalam POS ini kedua
istilah tersebut disatukan adlam istilah pinjaman.
A. Sasaran
Penerima manfaat dari kegaitan Keuangan Mikro adalah sebagaiman tabel di bawah ini :
2|
POS Keuangan Mikro
Tabel 1.
Kriteria penerima manfaat Keuangan Mikro
Catatan :
Anggota KSM diperkenankan berasal dari non-MBR maksimal 1/3 dari total anggota.
Anggota non MBR tidak boleh sebagai pemanfaat pinjaman yang berasal dari modal UPK yang
bersumber dari Bantuan Dana Investasi (BDI) program KOTAKU.
3|
POS Keuangan Mikro
b) Dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
c) Dana yang berasal dari swadaya masyarakat
d) Dana yang berasal dari pihak swasta
e) Pemupukan modal yang berasal dari Laba / Keuntungan hasil pengelolaan Pinjaman Bergulir
yang disisihkan sesuai AD / ART dan keputusan RWT.
f) Dana yang berasal dari channeling / kemitraan atau pinjaman dari Lembaga Keuangan Formal
baik Bank ataupun non-Bank.
g) Dana – dana lain yang halal dan legal.
C. Pendekatan Kelompok
Kelompok merupakan media belajaran bagi masyarakat dalam rangka pelembagaan nilai-nilai
universal sebagai modal dasar, membangun kepedulian sosial dan kemandirin ekonomi. Keuangan
Mikro menggunakan pendekatan kelompok pada pinjaman bergulirnya, baik untuk usaha perorangan
maupun usaha kelompok. Pendekatan kelompok pada pinjaman bergulir adalah bukan karena
perikatan akadnya adalah antara UPK dengan KSM serta bukan karena akun pinjaman dan
tabungannnya adalah akun per-KSM bukan per-anggota KSM. Pendekatan kelompok pada pinjaman
bergulir yang dimaksud adalah proses seleksi persetujuan pinjaman, antisipasi kemacetan dan
penanganan pinjaman bermasalah yang menggunakan mekanisme kelompok.
Beberapa ketentuan dalam pendekatan kelompok diantaranya adalah :
1) Setiap orang yang berminat mendapatkan layanan Keuangan Mikro harus bergabung terlebih
dahulu dalam suatu Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM),
2) Kelompok berfungsi untuk melakukan penguatan kapasitas anggota KSM dan sebagai “penjamin”
pinjaman melalui mekanisme tanggung renteng.
3) Setiap anggota yang akan mengajukan pembiayaan, terlebih dahulu mengajukan
permohonannya kepada KSM secara lisan, terbuka (dihadapan anggota KSM lainnya)
ditambahkan dengan prasyarat lain sesuai aturan program KOTAKU.
4) Setiap pengajuan harus mendapatkan persetujuan secara aklamasi dari anggota KSM lainnya dan
persetujuan guna mendapatkan dukungan tanggung renteng secara aklamasi.
D. Tabungan
Tabungan merupakan kebiasaan yang terus didorong menjadi kebutuhan anggota KSM, tabungan
anggota dalam keuangan mikro terbagi menjadi :
1) Tabungan Cadangan
1) Tabungan cadangan adalah tabungan yang diwajibkan kepada anggota yang mendapat
dana bergulir dan wajib di bayar setiap pertemuan mingguan sesuai dengan waktu
cicilan.
2) Besarnya tabungan cadangan setiap angsuran adalah 10% dari besarnya plafond
pembiayaan dibagi jangka waktu pembiayaan.
3) Bila karena satu dan lain hal anggota yang lain tidak bisa membayar cicilan tepat
waktu, dan anggota lain tidak bisa menalangi secara cash, maka secara otomatis
tabungan cadangan anggota tersebut dikurangi untuk menutupi kewajiban anggota
tersebut.
4|
POS Keuangan Mikro
4) Setelah dikurangi untuk penalangan, tabungan tersebut tetap harus dibayar kembali
oleh anggota yang ditalangi.
5) Tabungan cadangan akan dikembalikan kepada anggota saat hutang telah lunas.
6) Tabungan cadangan dihimpun oleh petugas UPK pada pertemuan mingguan yang
pembayarannya disatukan pembayaran angsuran pinjaman.
2) Tabungan Individu
a) Tabungan Individu adalah tabungan sukarela dari anggota KSM
b) Tidak ada batasan minimal atau maksimal penyetoran tabungan individu.
c) Penyetoran atau penarikan tabungan dilakukan di pertemuan mingguan yang dilayani oleh
pendamping lapang (PL) KSM UPK
3) Tabungan Kelompok
Ketika UPK belum berbadan hukum maka tabungan – tabungan diatas disimpan di lembaga
keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
E. SKIM Pinjaman
SKIM Pinjaman diatur dalam tabel dibawah ini :
Tabel 2.
SKIM Pinjaman
Pilihan sistem Syariah atau konvensional
Alokasi/peruntukan pinjaman Usaha : modal kerja atau investasi
Non usaha : peningkatan kualitas pemukiman (renovasi rumah, jamban,
pengadaan air bersih, pengelolaan sampah dan sebagainya serta
peningkatan kapasitas masyarakat untuk peningkatan ketrampilan dan
keahlian misalnya kursus, sekolah, dll.
Maksimum pinjaman Maksimum Rp.1 juta untuk pinjaman/pembiayaan pertama per anggota
KSM
Pinjaman/pembiayaan selanjutnya maksimal Rp. 5 juta (khusus untuk
program PPMK maksimal adalah Rp.10 juta)
Jangka waktu Maksimal 24 Bulan/100 minggu
Margin / Jasa 1 % – 3 % dari pokok pinjaman atau margin setara dengan itu untuk sistem keuangan
syariah
Masa tenggang pembayaran Maksimal 2 minggu
Frekuensi angsuran Mingguan.
Untuk pertanian, jangka waktu angsuran musiman.
Frekuensi pinjaman / Tidak ada pembatasan
pembiayaan
F. Tanggung renteng
5|
POS Keuangan Mikro
Tanggung renteng adalah kesepakatan saling tolong-menolong atau saling menalangi antar anggota
KSM. Untuk memudahkan saling menalangi antar anggota, maka anggota KSM diwajibkan menyisihkan
dana dalam bentuk tabungan. Proses pelaksanaan tanggung renteng sebagai berikut :
1) Anggota menarik tabungan individu yang ia miliki
2) Anggota lain menalangi secara tunai atau dari pemotongan tabungan individu
3) Tabungan Cadangan yang bersangkutan
4) Tabungan Cadangan anggota lain dalam satu KSM
5) Tabungan kelompok
Setelah ditalangi, anggota tetap harus membayar penalangan senilai yang ditalangi.
UPK dapat mendebet tabungan cadangan karena anggota KSM telah memberikan kuasa debet
tabungan cadangan yang dituangkan sekaligus dengan akad pinjamannya.
Paramater
Cadangan Kolektibitas
Resiko= Saldo dan tarif
pokok Cadangan resiko
pembiayaan dijelaskan
(berdasar oleh tabel 3 di bawah
kolektibilitas) ini:
tarif kolektibiltas
Tabel 3.
Penggolongan Kolektibilitas
6|
POS Keuangan Mikro
Hapus buku pinjaman tidak mengakibatkan dihapusnya/ditiadakannya hak UPK/BKM untuk
melakukan penagihan. Sewaktu-waktu UPK/BKM dapat menagih pinjaman yang telah
dihapusbukukan apabila peminjam tersebut (KSM) sudah layak untuk ditagih dan belum
kadaluarsa menurut aturan yang berlaku.
b) Hapus tagih adalah tindakan pemutihan hutang yang dilakukan oleh UPK kepada debitur.
Dengan dilakukannya hapus tagih, maka pinjaman yang bersangkutan sudah lunas dan
anggota KSM tidak mempunyai kewajiban pembayaran kepada UPK.
Hapus tagih bisa dilakukan dengan proses hapus buku terlebih dahulu atau bersamaan dengan
proses hapus buku.
Hapus buku dan Hapus tagih hanya dapat dilakukan terhadap penyediaan dana (pinjaman) yang
masuk golongan kolektibilitas macet.
UPK menyusun daftar pinjaman macet yang akan dihapus buku dan hapus tagih dengan
mencantumkan penyebab pinjaman tersebut dihapusbukukan.
Membentuk Tim verifikasi pinjaman yang dihapus buku dan hapus tagih yang terdiri dari UPK,
Pengawas BKM dan aparat kelurahan/desa
7|
POS Keuangan Mikro
Putusan hapus buku dan hapus tagih melalui rapat BKM dan tim verifikasi, selanjutnya
pelaksanaan hapus buku dan hapus tagih dilaporkan kepada masyarakat melalui rembug
warga tahunan (RWT)
Dalam rangka hapus tagih, tidak ada kegiatan pembukuan tetapi dibuatkan surat keputusan
dari BKM/LKM
Tatacara pencatatan dan pelaporan di pembukuan UPK sebagai dampak dari hapus buku dan
hapus tagih dijelaskan dalam POS pengelolaan keuangan di tingkat desa/kelurahan.
I. Tahapan Pelaksanaan
Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan keuangan mikro sesuai tujuan maka disusun tahapan
pelaksanaan sebagai berikut :
A. B. C. D.
Persiap Perenc Pelaksa Keberla
an anaan naan njutan
Kegiatan yang Kegiatan yang Kegiatan yang Kegiatan yang
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Gambar 1
Tahapan pelaksanaan keuangan mikro
8|
POS Keuangan Mikro
Secara detil masing-masing tahapan pelaksanaan mulai dari tahap persiapan sampai pada keberlanjutan, dijelaskan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4
Tahapan pelaksanaan keuangan mikro
9|
POS Keuangan Mikro
No Kegiatan Fasilitator/pelaksana Peserta Output Keterangan
5 Penyusunan rencana BKM, Badan Pengawas UPK Tersusunnya rencana kerja Rencana kerja dimaksud menjadi acuan
kerja UPK UPK UPK dalam pelayanan keuangan Mikro
dalam 1 tahun kedepan.
6 Penyusunan rencana BKM, Badan Pengawas UPK Tersusunnya rencana bisnis Rencana bisnis dimaksud menjadi acuan
bisnis dan skema dan skema layanan UPK UPK dalam pencapaian indikator kinerja
layanan UPK keuangan.
C Pelaksanaan
1 Uji Kelayakan calon UPK, KSM dan Anggota KSM Atas hasil pemetaan KSM, Kunjungan UPK ke setiap rumah atau usaha
peminjam Relawan adanya verifikasi kesediaan anggota KSM.
dari anggota KSM untuk ikut Penjelasannya ada pada lampiran 5
pinjaman bergulir dan
kesediaan mengikuti aturan
pinjaman UPK.
2 Pelatihan Wajib UPK/KSM Anggota KSM Terbangunnya komitmen Selama 3 hari berturut-turut, maksimal 1
kelompok menjadi peminjam yang jam setiap kalinya. Harus tepat waktu dan
baik dihadiri oleh semua anggota KSM.
Penjelasannya ada lampiran 6
3 Pengajuan pinjaman UPK KSM Adanya pengajuan Pengajuan dilakukan secara lisan oleh
KSM tertulis dari KSM dan anggota KSM kepada anggota KSM yang
terpenuhinya lainnya.
kelengkapan pinjaman Tahapan rinci ada pada lampiran 7
sesuai Form Permohonan Pengajuan pinjaman
ketentuan(lampiran 3) ada pada lampiran 8
Adanya persetujuan dari
seluruh anggota KSM
atas pengajuan tersebut
serta kesediaann untuk
tanggung renteng atas
10 |
POS Keuangan Mikro
No Kegiatan Fasilitator/pelaksana Peserta Output Keterangan
pengajuan tersebut.
4 Analisis kelayakan BKM, UPK KSM Diketahuinya kualitas calon UPK menerima dan memeriksa
pinjaman KSM peminjam yang memenuhi kelengkapan dan kebenaran pengisian
syarat untuk menerima blanko Permohonan beserta
pinjaman/pembiayaan lampirannya yang diterima dari Ketua
KSM:
Mengecek kemampuan bayar anggota
KSM dari data yang ada.
UPK melakukan analisa dan putusan
pinjaman KSM sesuai lampiran 9.
5 Pencairan Pinjaman BKM,UPK KSM Ada keputusan UPK Pencairan pinjaman dilakukan di
terhadap pinjaman KSM tempat pertemuan mingguan KSM atau
Ada perjanjian/akad kantor/sekretariat UPK.
yang disepakati dan KSM Bila karena alasan yang dibenarkan dan
menerima sejumlah ada perubahan belanja, maka akad
uang untuk pinjaman diseuaikan dengan realisasi
pinjaman/pembiayaanKS belanja sesuai perubahan tersebut.
M dari UPK(lampiran 5) UPK wajib menjelaskan kembali
Memastikan bahwa apa mengenai besar pinjaman, tujuan,
yang dibelanjakan oleh jangka waktu, bunga serta cara
anggota KSM sesuai pengembalian / mengangsurnya. Juga
rencana/pengajuan dijelaskan mengenai pinjaman bergulir
yang wajib dibayar kembali karena
bukan hibah serta kewajiban tanggung
renteng.
Setelah KSM beserta anggotanya
memahami semua ketentuan pinjaman
yang akan diterimanya, KSM dan
11 |
POS Keuangan Mikro
No Kegiatan Fasilitator/pelaksana Peserta Output Keterangan
anggotanya diminta menandatangani
dokumen Surat Perjanjian Pinjaman
atau akad pinjaman.
UPK merealiasikan pinjaman sesuai
dengan usulan yang telah diputuskan
dan tertuang dalam surat perjanjian
pinjaman.
Form akad perjanjian pinjaman ada
pada lampiran 10.
6 Pembayaran di UPK KSM Pengembangan Ketentuan tentang pelaksanaan
pertemuan mingguan kapasitas pertemuan mingguan ada pada lampiran
kelompok Setoran cicilan - 11
tabungan
D Keberlanjutan
1 Perawatan pinjaman BKM, Badan KSM jadwal pembinaan oleh UPK Dilakukan bersamaan dengan pertemuan
KSM Pengawas, Relawan terhadap kelembagaan minguan KSM
dan UPK maupun usaha KSM agar
pelaksanaan keuangan
mikro dapat berjalan lancar
2 Pembinaan pengelola BKM, Relawan dan UPK jadwal pembinaan yang Dilakukan bersamaan dengan pertemuan
pinjaman KSM Badan Pengawas terencana terhadap ruitn KSM
pengelola pinjaman (UPK)
3 Transformasi ke Tim Fasilitator BKM dan UPK Adanya sinergi antar UPK Dilakuan secara bertahap
Federasi UPK sehingga terciptanya
pelayanan yang efisien dan
lebih memberdayakan
12 |
POS Keuangan Mikro
J. Pengendalian
Pengendalian terhadap kegiatan keuangan mikro didasarkan pada tahapan pelaksanaan kegiatan
mulai dari persiapan sampai pada keberlanjutan. Selain itu, juga harus memastikan sistim
pengelolaan pinjaman di UPK dan KSM, perkembangan usaha KSM, serta kualitas pinjaman dan
tingkat kesehatan UPK.
Kegiatan Monitoring merupakan bagian penting dari pengendalian Keuangan Mikro, monitoring
dilakukan oleh berbagai pihak dengan tujuan : 1). Agar tidak terjadi penyimpangan dalam pemberian
pinjaman, 2). Untuk mengetahui perkembangan usaha / kesejahteraan peminjam, 3). Pengelolaan
keuangan yang baik dan sesuai dengan prosedur yang berlaku, 4). Pencapaian terhadap indikator
kinerja dan tujuan lainnya.
secara berjenjang dan periode waktu tertentu, kegiatan pengendalian terhdap kegiatan Keuangan
Mikro dapat dilakukanoleh berbagai pihak diantaranya :
1) Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah tingakt Kota/Kabupaten maupun Kelurahan melakukan monitoring secara
rutin terhadap pengelolaan keuangan mikro dan memberikan masukan untuk perbaikan-
perbaikan. untuk keberlanjutan dan pengembangan UPK, Pemda dapat melakukan pembinaan
rutin dan membuka akses kerjasama UPK dengan pihak lain.
2) Konsultan Pendamping
a) Fasilitator wajib melakukan kunjungan di wilayah dampingannya untuk melakukan
fasilitasi, pemantauankinerja keuangan, pemantauan kualitas pinjamandan administrasi
UPK, mengunjungi usaha/kegiatan anggota KSM serta melakukan penguatan kapasitas
sesuai kebutuhan UPK dan KSM.
b) Korkot (Koordinator Kota) wajib melakukan uji petik secara rutin di wilayahnya, difokuskan
pada UPK dengan kinerja baikdan berkinerja kurang baik. Monitoring dilakukan dengan
memastikankinerja pinjaman dan keuangan UPK serta memastikan masyarakat dan tim
fasilitator memahami prosedur yang berlaku di KOTAKU.
c) OC/OSP wajib melakukan uji petik secara rutin di wilayahnya. Tujuannya adalah untuk
memastikan kinerja pengelolaan keuangan, kinerja pinjaman dan memastikan kepatuhan
Fasilitator dan Korkot dalam melaksanakan kegiatan pendampingan, penguatan kapasitas
dan monitoring yang dilakukan secara rutin.
d) KMP juga wajib melakukan uji petik. Tujuannya adalah untuk memastikan kinerja
pengelolaan keuangan, kinerja pinjaman dan memastikan kepatuhan OSP, Korkot, Tim
faskel dalam melaksanakan kegiatan pendampingan, penguatan kapasitas dan monitoring
yang dilakukan secara rutin.
3) Masyarakat
a) UPK wajib membuat Neraca, Laba Rugi dan Kolektibilitas setiap akhir bulan,
menempelkannya di tempat strategis sebagai wujud transparansi serta bahan monitoring
partisipatif warga, dan dengan bantuan fasilitator memasukkan data Pinjaman Bergulir
kedalam aplikasi SIM (Sistem Informasi Manajemen) yang dapat diakses di semua tataran
program KOTAKU dan publik.
13 |
POS Keuangan Mikro
b) Pengawas mempunyai tanggung jawab utama memantau kinerja UPK. Untuk itu Pengawas
harus melakukan kegiatan pengawasan baik secara singkat maupun pengawasan lengkap
secara terjadwal (minimal sekali sebulan) terhadap kinerja Keuangan dan kualitas
pinjaman.
Pengawas UPK di samping melakukan pemantauan mengenai kinerja Keuangan Mikro dari
Laporan Keuangan UPK, juga melakukan pemantauan administrasi Keuangan Mikro antara
lain :
• Memantau ketertiban dan kelengkapan berkas pinjaman. Pengawas melakukan
pemeriksaan apakah berkas pinjaman telah diadministrasikan rapi, urut dari nomor
rekening pinjaman 001 sampai dengan pinjaman yang terakhir
• Memantau kelengkapan berkas pinjaman apakah masing-masing berkas berisikan
dokumen yang diperlukan untuk memberikan pinjaman, misalnya, Bukti Kas Keluar,
Surat Perjanjian Pinjaman/akad, Surat Permohonan Pinjaman, Analisis Pinjaman,
Rekomendasi dan Putusan Pinjaman, form aplikasi Pengajuan Pinjaman Anggota KSM,
dan dan lain-lain.
Kegiatan monitoring yang dilakukan juga untuk mengamati dan memastikan semua “core indicators”
atau Indikator Utama yang terdiri dari 4 indikator kinerja keuangan terpenuhi atau tercapai. Kegiatan
ini dilakukan minimal sebulan sekali. Indikator tersebut adalah :
LAR = adalah indikator yang menunjukkan berapa % peminjam yang menunggak. Angka ini diperoleh
dari hasil membandingkan antara jumlah KSM peminjam yang menunggak >≥ 3 bulan dengan
seluruh jumlah KSM peminjam yang masih memiliki saldo pinjaman.
PAR = adalah inidikator yang menunjukkan berapa % pinjaman yang tertunggak. Angka ini diperoleh
dari hasil membandingkan antara jumlah pinjaman yang tertunggak > ≥ 3 bulan dengan total
realisasi saldo pinjaman di UPK
ROI = adalah kemampuan UPK untuk menghasilkan laba dari modal yang digunakan untuk pinjaman
bergulir. Angka ini diperoleh dari hasil membandingkan antara laba yang diperoleh UPK
dengan modal yang digunakan untuk pinjaman bergulir.
CCr = adalah kemampuan UPK untuk menutup biaya tunai dari pendapatan tunai yang
diperolehnya.Angka ini diperoleh dari hasil membandingkan antara seluruh pendapatan tunai
yang diperoleh UPK dengan seluruh biaya tunai yang dikeluarkan UPK.
Besar Indikator utama Kinerja Keuangan Mikro untuk kategori memuaskan, minimal dan penundaan
adalah mengikuti ketentuan sebagai berikut :
14 |
POS Keuangan Mikro
Tabel 5
Indikator utama kinerja keuangan mikro
Kategori
Indikator Rumus/perolehan*
Memuaskan Minimal Penundaan
• LAR dan PAR tinggi (% tinggi), maka UPK harus segera melakukan penguatan KSM dan
memfasilitasi KSM untuk mengatasi permasalahan pinjaman / pembiayaan di KSM-nya.
• ROI rendah (% rendah) maka UPK harus (1) mengintensifkan pinjaman bermasalah bersama
pengurus KSM; (2) mengevaluasi apakah margin terlalu rendah; (3) mengevaluasi apakah biaya
operasional UPK terlalu tinggi. Dengan kondisi demikian UPK tidak akan berkelanjutan dan
berkembang karena tidak akan terjadi penambahan (akumulasi) modal. Sehingga apabila telah
diketahui penyebab utama dari hasil evaluasi tersebut, maka UPK / LKM bersama masyarakat
perlu menetapkan kebijakan baru dalam pelayanan pinjaman bergulirnya.
• CCr tinggi (% tinggi), maka UPK perlu mempertahankan, karena berarti UPK telah bisa mandiri dan
pendapatan UPK cukup untuk membiayai semua kegiatan operasionalnya.
Lampiran – lampiran :
15 |
POS Keuangan Mikro
Lampiran 13– Penjelasan Akad Syariah
16 |
POS Keuangan Mikro