Anda di halaman 1dari 70

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK

“BESI DAN PADUANNYA”

OLEH :

ASMAUL HUSNAH (43222041)

MUTMAINNAH (43222042)

KELAS 2B D4 TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

2024
BESI DAN PADUANNYA
A. Definisi
Besi merupakan salah satu jenis logam yang terdapat nomor atom 26,
massa atom relatif (Ar) 55.845 u. Titik leleh besi pada suhu 1538˚C, 2800˚F, 181 K
(Hartina et al, 2020). Paduan besi merupakan jenis paduan logam dengan penyusun
utama berupa besi. Paduan ini merupakan yang paling banyak digunakan
dibandingkan paduan logam lainnya Penggunaan paduan besi dalam kehidupan
sehari-hari digunakan dalam berbagai bidang konstruksi (Amyreeza, 2015).
Paduan besi mengacu pada campuran besi dengan satu atau lebih unsur
atau logam lainnya untuk mengubah sifat-sifatnya. Beberapa paduan besi yang
paling umum termasuk:
1. Paduan besi dan nikel (Feronikel)
Nikel merupakan salah satu unsur paduan baja yang dapat menghambat
korosi yang memiliki sifat konsentrasi relatif rendah untuk baja yang memiiki sifat
tahan karat ferrit serta penambahan nikel di atas 20 % pada baja superaunstenit
(Wessman, 2013). Paduan besi dan nikel adalah campuran yang terdiri dari besi
(Fe) dan nikel (Ni) sebagai elemen utama. Paduan ini dapat mengandung elemen
lain dalam jumlah yang lebih kecil, seperti karbon, kromium, silikon, dan mangan.
Feronikel adalah paduan besi dan nikel (ferroalloy) yang diproduksi
terutama melalui peleburan listrik bijih nikel teroksidasi dalam kondisi reduksi dan
digunakan untuk baja paduan dan paduan. Feronikel mengandung 80% besi dan
20% nikel yang dihasilkan dari proses peleburan reduksi bijih nikel oksida atau
silikat yang mengandung besi. Ferroalloy adalah paduan besi dengan unsur lain
(Cr, Si, Mn, Ti, dll.) yang digunakan terutama untuk deoksidasi dan paduan baja
(misalnya ferrochromium, ferrosilicon). Beberapa paduan yang mengandung besi
hanya dalam bentuk pengotor (silikokalsium, silikomangan, dll) dan beberapa
logam dan nonlogam (Mn, Cr, Si) dengan kandungan pengotor minimal juga
diklasifikasikan sebagai ferroalloy. Mereka dihasilkan dari bijih atau konsentrat
dalam tungku listrik atau poros peleburan (perapian) (Urm-Company,2023).
Gambar 1.1 Feronikel (PT Halmahera Jaya Feronikel, 2020).
2. Besi Cor
Besi cor adalah salah satu material yang umum difungsikan sebagai
rangka pada pondasi bangunan di Indonesia. Besi ini punya karakter yang kuat,
tahan lembab, anti korosi, dan tahan aus. Dilihat dari komposisinya, material ini
mengandung campuran besi, karbon, silikon, mangan, sulfur dan fosfor. Secara
khusus, kandungan karbon pada barang ini berkisar di 2% sampai 6,67%.
Apabila komposisi karbon lebih dari 2%, besi cor akan punya karakter yang lebih
rapuh dan mudah getas.
Barang ini juga punya nama lain yakni besi tuang. Penyebutan ini diambil
dari salah satu proses dalam alur pembuatannya yakni proses penuangan.
Setelah biji besi dilelehkan dan dicampurkan dengan bahan-bahan lain, proses
selanjutnya adalah proses “penuangan” ke dalam cetakan prefabrikasi (casting
process). Usai dituangkan ke dalam cetakan, material ditunggu hingga dingin dan
mengeras. Proses pencetakan besi ini sangatlah memudahkan. Sebelum adanya
teknik ini, pengolahan biji besi harus dilakukan dengan cara penempaan saja.
Maka dari itu, besi jenis ini adalah salah satu material yang produksinya sangat
memungkinkan untuk dibuat dalam jumlah besar. Apabila menelisik artefak yang
ada di dunia, penggunaan besi tuang paling kuno yang berhasil ditemukan oleh
para Arkeolog ada di kawasan Tiongkok. Material yang ditemukan tercatat
difungsikan sebagai bahan pembuatan bangunan, perlengkapan pertanian dan
alat perang ketika abad 5 sebelum Masehi (PT. Karyakerasi Putra Satya).
3. Besi Tempa
Besi tempa adalah besi paduan dengan kandungan karbon yang amat
rendah (kurang dari 0.08%) yang berbeda dengan besi cor (2,1% sampai 4%).
Benda ini adalah sebuah gumpalan besi yang semi-menyatu dan berisikan serat
terak inklusi (sampai 2% dari kandungan berat), yang memunculkan "biji-bijian"
menyerupai kayu yang terlihat ketika besi itu tergores atau bengkok ke titik patah.
Besi tempa itu berkarasteritik tangguh, mudah ditempa, ulet, tahan korosi dan
mudah dilas. Sebelum perkembangan metode yang efektif untuk pembuatan
baja dan ketersediaan jumlah besar dari bahan baja, besi tempa adalah bentuk
paling umum dari besi olahan yang beredar di dunia. Produk tempaan adalah
barang yang telah dikerjakan secara mekanis oleh proses penempaan, ekstrusi,
rolling, hammering, dll., untuk mengubah bentuk dan sifat besi tersebut. Besi
tempa adalah produk besi yang sudah jarang diproduksi saat ini, karena produk
lain yang lebih murah, produk-produk unggulan yang digunakan sebagai gantinya
(Wikipedia, 2023).
4. Besi Baja (iron-carbon alloy)

Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon
sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara
0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai
unsur pengeras. Unsur paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon adalah
mangan (manganese), krom (chromium), vanadium, dan nikel. Dengan
memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas
baja bisa didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat
meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun
di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya
(ductility).
Pengaruh utama dari kandungan karbon dalam baja adalah pada
kekuatan, kekerasan, dan sifat mudah dibentuk. Kandungan karbon yang besar
dalam baja mengakibatkan meningkatnya kekerasan tetapi baja tersebut akan rapuh
dan tidak mudah dibentuk (Davis, 1982).

(Sumber : https://pupr.ngawikab.go.id/8-perbedaan-besi-dan-baja-untuk-kebutuhan-
konstruksi/)
5. Besi Tuang Putih (White Cast Iron)
Besi tuang putih (white cast iron) memiliki bidang patahan yang berwarna
putih karena mengandung sejumlah besar sementit dengan kandungan karbon lebih
dari 1,7%. Dengan kandungan silikon yang rendah dan laju pendinginan yang cepat,
maka setelah didinginkan akan terbentuk fasa metastabil sementit, Fe 3C. Karena
sementit bersifat keras dan getas, besi tuang putih memiliki kekerasan dan
ketahanan aus yang tinggi namun mampu mesin dan kekuatan tariknya rendah. Besi
tuang putih ini merupakan bahan baku untuk pembuatan besi tuang mampu tempa.

Untuk memperoleh besi tuang putih, kita harus berpangkal pada besi
kasar putih. Besi kasar putih memiliki kadar silikon yang rendah ( kurang lebih 0,5%)
dan kadar mangan yang tinggi. Dengan demikian pembentukan sementit digiatkan.
Karena kadar silikon yang rendah hanya terbentuk sementit. Jadi untuk besi tuang
putih hanya diagram penstabil yang penting. Dengan demikian besi tuang putih
setelah didinginkan terdiri dari perlit dan sementit. Besi tuang putih dengan kadar
karbon 2.5% sampai 3.6% mengandung banyak sementit.Dengan adanya kadar
yang besar dari sementit yang sangat keras, akan tetapi rapuh besi tuang putih
memperoleh kekerasan sangat tinggi, akan tetapi kekuatan tarik yang sangat rendah
dan regangan yang sangat kecil (Daryanto, 2010)

(Sumber : http://id.worldironsteel.com/news/the-difference-between-gray-cast-iron-
and-whit-30263029.html)

B. Klasifikasi Bahan
1. Feronikel

Feronikel adalah paduan logam yang terbuat dari nikel dan besi, dengan
jumlah nikel biasanya lebih tinggi dari besi. Bahan ini sering digunakan dalam
industri untuk kekuatan dan ketahanan korosifnya. Klasifikasi bahan feronikel dapat
dilakukan berdasarkan berbagai kriteria, termasuk komposisi kimianya, metode
pembuatannya, dan sifat-sifatnya. Berikut adalah beberapa klasifikasi umum untuk
bahan feronikel :

a. Berdasarkan Komposisi Kimia:


1) Feronikel Tinggi : Paduan dengan kandungan nikel yang tinggi, biasanya
lebih dari 80% nikel. Feronikel tinggi memiliki sifat-sifat yang sangat tahan
terhadap korosi dan oksidasi.
2) Feronikel Rendah : Paduan dengan kandungan nikel yang lebih rendah,
biasanya antara 20% hingga 30% nikel. Feronikel rendah umumnya lebih
murah dan lebih mudah untuk diolah, tetapi tidak sekuat atau seketahan
feronikel tinggi.

Tabel 1.1 Komposisi kimia Feronikel (Azom.com, 2013)

b. Berdasarkan Metode Pembuatan:


1) Feronikel Hasil Peleburan Langsung (Ferro-Nickel) : Diproduksi dengan
cara melebur bijih nikel bersama dengan besi. Proses ini menghasilkan
paduan feronikel dengan komposisi tertentu sesuai dengan proporsi bijih
nikel dan besi yang digunakan.
2) Feronikel Nikel Laterit : Diproduksi dari bijih nikel laterit, yang diperoleh
dari deposit nikel laterit alam. Proses ekstraksi ini melibatkan ekstraksi
nikel dari laterit menggunakan proses hidrometalurgi atau pirometalurgi.
c. Berdasarkan Aplikasi atau Penggunaan :
1) Feronikel untuk Kabel dan Kabel Listrik : Dalam aplikasi ini, feronikel
digunakan untuk kabel karena ketahanannya terhadap korosi dan sifat
listriknya yang baik.
2) Feronikel untuk Industri Kimia : Bahan ini sering digunakan dalam industri
kimia untuk peralatan yang memerlukan ketahanan terhadap korosi dan
suhu tinggi.
3) Feronikel untuk Industri Peralatan Berat : Feronikel digunakan dalam
pembuatan komponen peralatan berat seperti katrol, roda gigi, dan gigi
berat lainnya karena kekuatan dan ketahanannya terhadap abrasi.
2. Besi Cor

Besi cor memiliki beberapa jenis yang dibedakan berdasarkan campuran


material yang ada di dalamnya dan juga kegunaannya. Hal ini mempermudah
untuk memilih mana yang cocok digunakan pada konstruksi bangunan Anda.
Berikut ini merupakan beberapa jenis besi cor berdasarkan campuran material
dan kegunaannya.

1) Besi Cor Kelabu

Besi tuang kelabu adalah jenis besi cor yang paling umum digunakan
dalam setiap konstruksi bangunan. Mengapa jenis ini menjadi besi cor yang
paling banyak digunakan? Hal ini dikarenakan harga yang ditawarkan relatif
murah dan ketersediaan di pasar melimpah. Jadi, Anda tidak perlu takut kesulitan
mencari besi cor jenis ini karena kemudahan stok dan akses pembeliannya
sangat terjamin. Besi cor kelabu ini mengandung grafit. Kelebihan dari jenis besi
cor yang satu ini adalah kandungan grafitnya merata sehingga tidak heran bagian
dalam dari besi cor ini berwarna kelabu. Jenis besi cor ini dikenal karena memiliki
karakteristik spesifik dan kekuatan meredam getaran yang cukup bisa
diandalkan. Hal ini yang membuat besi cor kelabu tidak hanya cocok digunakan
untuk struktur bangunan, tetapi juga alat berat, landasan mesin hingga konstruksi
poros penghubung.

2) Besi Cor Nodular

Berbeda dengan jenis besi tuang yang pertama, besi cor nodular
memiliki kandungan grafit bulat. Ketidakmerataan grafit dalam besi cor nodular ini
membuatnya memiliki tingkat kepadatan cukup rendah. Bukannya menjadi
sebuah kekurangan, hal tersebut justru membuat besi tuang jenis nodular mudah
dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi bangunan. Tetapi jenis besi cor
nodular ini tidak begitu banyak digunakan. Penggunaan besi cor nodular ini
mendukung proses cor pada bagian melengkung. Apabila digunakan untuk
bagian lurus, tentunya Anda akan cukup mengalami kesulitan dengan tingkat
kepadatan yang dimiliki oleh besi cor nodular.

3) Besi Cor Putih

Jenis ini tidak mengandung material grafit di dalamnya, tetapi sementit.


Kandungan tersebut yang membuat jenis besi cor ini berwarna putih hingga
bagian dalamnya. Besi cor putih ini dikenal memiliki daya tahan yang lebih tinggi
dibanding besi cor kelabu. Jenis ini dangat cocok digunakan untuk pembuatan
suku cadang yang membutuhkan ketahanan terhadap korosi tinggi. Sayangnya,
meskipun memiliki daya tahan tinggi tidak menjamin besi cor putih cocok
digunakan untuk seluruh tipe konstruksi bangunan. Struktur material sementit
membuat besi cor putih kaku dan sulit dibentuk. Apabila tidak melakukan proses
dengan tepat dan hati-hati, besi cor putih akan mudah patah.

4) Besi Cor Mampu Tempa


Jenis yang terakhir adalah besi cor mampu tempa. Sesuai namanya,
besi cor ini terbuat dari tempaan berbagai jenis material. Proses penempaan
material membuat jenis besi cor ini memiliki daya tahan kuat karena tekstur yang
lebih padat. Dari semua jenis besi cor, dapat dikatakan bahwa besi cor mampu
tempaan ini memiliki tingkat kekuatan paling tinggi untuk sebuah konstruksi
bangunan.
Kekuatan besi cor mampu tempa ini tidak hanya digunakan untuk
konstruksi dari sebuah bangunan saja. Jenis besi cor ini juga cocok digunakan
untuk perancangan kebutuhan otomotif dan juga kereta api. Dengan kualitas
terbaik, tentunya jenis besi cor ini menawarkan harga yang cukup mahal
dibandingkan dengan jenis yang lainnya (Indosteger, 2023).
3. Besi Tempa
Besi tempa merupakan paduan besi dengan kandungan karbon yang
sangat rendah (kurang dari 0,05%) berbeda dengan besi tuang (2,1% hingga
4%). Ini adalah massa besi setengah menyatu dengan inklusi terak berserat
(hingga 2% berat), yang memberikan "butir" seperti kayu yang terlihat saat
tergores, berkarat, atau dibengkokkan hingga rusak . Besi tempa bersifat keras,
mudah ditempa, ulet , tahan korosi , dan mudah ditempa , tetapi lebih sulit
untuk dilas secara elektrik.
Besi tempa sangat halus, dengan sejumlah kecil terak silikat ditempa
menjadi serat. Ini terdiri dari sekitar 99,4% besi berdasarkan massa. Kehadiran
terak dapat bermanfaat untuk operasi pandai besi, seperti pengelasan tempa,
karena inklusi silikat bertindak sebagai fluks dan memberikan struktur berserat
yang unik pada material. Filamen silikat dalam terak juga melindungi besi dari
korosi dan mengurangi efek kelelahan akibat guncangan dan getaran.
4. Besi Baja (Iron-carbon-alloy)
Menurut ASM handbook vol.1.2:329 (1993), baja dapat diklasifikasikan
berdasarkan komposisi kimianya yaitu baja karbon dan baja paduan. Klasifikasi baja
karbon dan baja paduan berdasarkan komposisi kimianya sebagai berikut:
a. Baja karbon
Baja karbon terdiri dari besi dan karbon. Karbon merupakan unsur
pengeras besi yang efektif dan murah. Oleh karena itu, pada umumnya sebagian
besar baja hanya mengandung karbon dengan sedikit unsur paduan lainnya.
Perbedaan persentase kandungan karbon dalam campuran logam baja menjadi
salah satu pengklasifikasian baja. Berdasarkan kandungan karbon, baja dibagi ke
dalam tiga macam yaitu:
1. Baja karbon rendah (Low Carbon Steel)
Baja karbon rendah adalah baja yang mengandung karbon kurang dari 0,3
% C. Baja karbon rendah merupakan baja yang paling murah diproduksi diantara
semua karbon, mudah di machining dan dilas, serta keuletan dan ketangguhannya
sangat tinggi tetapi kekerasannya rendah dan tahan aus. Sehingga pada
penggunaannya, baja jenis ini dapat digunakan sebagai bahan baku untuk
pembuatan komponen bodi mobil, struktur bangunan, pipa gedung, jembatan,
kaleng, pagar dan lain-lain.
2. Baja karbon menengah (Medium Carbon Steel)
Baja karbon menengah adalah baja yang mengandung karbon 0,3% -
0,6% C. Baja karbon menengah memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan baja
karbon rendah yaitu kekerasannya lebih tinggi daripada baja karbon rendah,
kekuatan tarik dan batas renggang yang tinggi, tidak mudah dibentuk oleh mesin,
lebih sulit dilakukan untuk pengelasan, dan dapat 7 dikeraskan (quenching) dengan
baik. Baja karbon rendah dapat digunakan untuk poros, rel kereta api, roda gigi,
pegas, baut, komponen mesin yang membutuhkan kekuatan tinggi dan lain-lain.
3. Baja Karbon Tinggi (High Carbon Steel)
Baja karbon tinggi adalah baja yang mengandung kandungan karbon
0,6% - 1,7%C dan memiliki tahan panas yang tinggi, namun keuletannya lebih
rendah. Baja karbon tinggi mempunyai kuat tarik yang paling tinggi dan banyak
digunakan untuk material tools. Salah satu aplikasi dari baja ini adalah dalam
pembuatan kawat baja dan kabel baja. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung
didalam baja maka baja karbon ini banyak digunakan dalam pembuatan pegas dan
alat-alat perkakas seperti palu, gergaji dan lain-lain (ASM handbook, 1991).
b. Baja paduan
Baja paduan didefinisikan sebagai suatu baja yang dicampur dengan satu
atau lebih unsur campuran seperti nikel, mangan, kromium dan wolfram yang
berguna untuk memperoleh sifat-sifat baja yang dikehendaki seperti sifat kekuatan,
kekerasan dan keuletannya. Paduan dari beberarapa unsur yang berbeda
memberikan sifat khas dari baja. Misalnya baja yang dipadu dengan Ni dan Cr akan
menghasilkan baja yang mempunyai sifat keras dan ulet.
Berdasarkan kadar paduannya baja paduan dibagi menjadi tiga macam yaitu:
1. Baja paduan rendah (low alloy steel)
Baja paduan rendah merupakan baja paduan yang elemen paduannya kurang
dari 2,5% wt misalnya unsur Cr, Mn, Ni, S, Si, P dan lain-lain.
2. Baja paduan menengah (medium alloy steel)
Baja paduan menengah merupakan baja paduan yang elemen paduannya
2,5% - 10% wt misalnya unsur Cr, Mn, Ni, S, Si, P dan lain-lain.
3. Baja baduan tinggi (high alloy steel)
Baja paduan tinggi merupakan baja paduan yang elemen paduannya lebih
dari 10% wt misalnnya unsur Cr, Mn, Ni, S, Si, P dan lain-lain (Amanto dan
Daryanto, 1999).
5. Besi Tuang Putih (White cast iron)
Besi tuang putih diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor, yaitu:
1. Struktur Mikro:
 Besi Tuang Putih Hipoeutektik: Memiliki struktur mikro yang terdiri dari ferit
dan sementit. Ferit adalah fasa lunak dan ulet, sedangkan sementit adalah
fasa keras dan rapuh.
 Besi Tuang Putih Eutektik: Memiliki struktur mikro yang terdiri dari
ledeburit, yaitu campuran eutektik dari ferit dan sementit.
 Besi Tuang Putih Hipereutektik: Memiliki struktur mikro yang terdiri dari
sementit dan ledeburit.
2. Komposisi Kimia:
 Besi Tuang Putih Klasik: Memiliki kandungan karbon sekitar 3,5% dan
kandungan silikon sekitar 1,5%.
 Besi Tuang Putih Paduan: Mengandung elemen paduan seperti nikel,
kromium, dan molibdenum untuk meningkatkan sifatnya.
3. Sifat Mekanik:
 Besi Tuang Putih Keras: Memiliki kekerasan yang tinggi dan ketahanan
aus yang baik, tetapi rapuh dan mudah retak.
 Besi Tuang Putih Kuat: Memiliki kekuatan yang tinggi dan ketahanan
benturan yang baik, tetapi tidak sekeras besi tuang putih keras.

4. Aplikasi:

 Besi Tuang Putih untuk Abrasi: Digunakan untuk aplikasi yang


membutuhkan ketahanan aus yang tinggi, seperti crusher dan grinding
mill.
 Besi Tuang Putih untuk Struktur: Digunakan untuk aplikasi yang
membutuhkan kekuatan dan ketahanan benturan yang baik, seperti roda
gigi dan mesin.
 Besi Tuang Putih untuk Heat-Resistant: Digunakan untuk aplikasi yang
membutuhkan ketahanan panas yang tinggi, seperti cetakan dan knalpot.

Berikut adalah tabel klasifikasi besi tuang putih berdasarkan struktur mikro:
Struktur
Mikro Komposisi Kimia Sifat Mekanik Aplikasi
Karbon 3,0-3,5%, Silikon Keras dan
Hipoeutektik 1,0-2,0% rapuh Abrasi
Karbon 3,5%, Silikon Keras dan
Eutektik 1,5% kuat Struktur
Karbon 3,5-4,5%, Silikon Keras dan
Hipereutektik 1,0-2,0% rapuh Abrasi
C. Sumber
Bahan
1. Feronikel
Feronikel dihasilkan dari peleburan reduksi bijih nikel oksida atau silikat yang
mengandung besi . Pengolahan bijih nikel laterit menjadi feronikel merupakan suatu
metode yang paling umum digunakan di industri saat ini. Proses ini ditujukan untuk
bijih saprolit yang kaya akan magnesium (15—28%) dan kandungan besi yang cukup
rendah (13—20%). Feronikel, yang kira-kira terdiri dan 20% nikel and 80% besi,
diproduksi dengan melebur bijih nikel kadar tinggi. Diperlukan kurang lebih 75—90
wmt (wet metric ton) bijih nikel saprolit untuk memproduksi satu ton nikel dalam
feronikel (Laporan Tahunan PT Antam,2017).

Bahan baku utama untuk pembuatan feronikel adalah bijih nikel laterit. Bijih
nikel laterit adalah jenis bijih nikel yang paling umum dan berlimpah di bumi. Bijih ini
biasanya ditemukan di permukaan bumi dan memiliki kandungan nikel yang berkisar
antara 1-2%.

a. Sumber-sumber bijih nikel laterit :


1) Indonesia : Indonesia adalah salah satu negara penghasil nikel terbesar di
dunia. Beberapa daerah di Indonesia yang memiliki deposit bijih nikel
laterit yang besar adalah Sulawesi, Maluku, dan Papua.
2) Filipina : Filipina adalah negara penghasil nikel terbesar kedua di dunia.
Deposit bijih nikel laterit di Filipina terkonsentrasi di pulau Palawan dan
Mindanao.
3) New Caledonia : New Caledonia adalah negara kepulauan di Pasifik yang
memiliki deposit bijih nikel laterit terbesar di dunia.
4) Australia : Australia adalah negara penghasil nikel terbesar keempat di
dunia. Deposit bijih nikel laterit di Australia terkonsentrasi di wilayah
Queensland dan Western Australia.
b. Proses pengolahan bijih nikel laterit menjadi feronikel :

Gambar 1. 2 Pabrik Pengolahan Feronikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara


Proses pengolahan bijih nikel laterit menjadi feronikel yang diterapkan
di PT Antam adalah sebagai berikut. Bijih nikel dengan rata- rata kadar
nikel,8% di masukkan melalui mesin pengumpan getar ke dalam tanur
pengering putar (rotary dryer) untuk diturunkan kandungan air basahnya dan
30—33% menjadi 20—22% dengan menggunakan gas panas bersuhu 800—
900°C. Bijih nikel kemudian disaring pada pengayak getar berukuran 5 cm.
Ukuran kasar dihancurkan terlebih dahulu untuk kemudian bersama-sama
dengan ukuran halus disimpan pada tempat penampungan bijih nikel. Bahan
pendukung (batu bara, antrasit, dan batu kapur) di masukkan melalui tempat
pengumpanan khusus untuk selanjutnya disimpan pada tempat penampungan
masing-masing. Dan tempat penampungan masing-masing,bijih nikel dan
bahan pendukung dimasukkan ke dalam tanur putar kalsinasi (rotary kiln)
dengan perbandingan tertentu melalui penimbangan yang teliti.
Dalam tanur putar kalsinasi yang bersuhu operasi sekitar 1.000°C
terjadi pengeluaran semua kandungan air basah dan air kristal yang terdapat
dalam bijih nikel, beserta sebagian zat terbang (fly ash) yang terkandung
dalam batu kapur dan batu bara. Semua debu yang terikut dalam gas buang
tanur putar kalsinasi ditangkap dan dijadikan pellet sebelum dimasukkan
kembali ke dalam tanur putar kalsinasi. Dalam tanur listrik (electric furnace)
yang bersuhu operasi sekitar 1.550—1.600°C terjadi proses peleburan,
reduksi, dan pemisahan antara fasa metal (feronikel) dengan terak (slag)
berdasarkan perbedaan berat jenis. Terak dikeluarkan melalui lubang
pengeluaran terak yang terletak pada sisi yang berlawanan dengan lubang
pengeluaran metal. Terak yang keluar di dinginkan menggunakan air untuk
memudahkan penanganan terak selanjutnya, sebelum diangkut ke tempat
pembuangan terak atau dimanfaatkan untuk pengerasan jalan dan
penimbunan pantai.
Logam feronikel yang telah dikeluarkan akan ditampung penampung
logam (ladle), untuk selanjutnya dilakukan pengeluaran belerang melalui
penambahan CaÇ2 dan Na2CO3 sehingga menghasilkan feronikel kadar
arang tinggi (high carbon). Feronikel kadar arang tinggi (high carbon)
dioksidasi pada konverter goyang dengan mengembuskan oksigen murni
melalui pipa besi (lance) untuk mengeluarkan unsur pengotor seperti arang,
silicon, dan fosfor, sehingga diperoleh feronikel dengan kadar arang rendah
(low carbon). Feronikel kadar arang rendah maupun tinggi dijadikan shot.
Seluruh produksi feronikel diekspor ke perusahaan baja nirkarat terkemuka di
Asia dan Eropa (Sari, 2020).
2. Besi Cor

Bahan baku utama untuk membuat besi cor adalah bijih besi. Bijih besi
adalah batuan yang mengandung mineral besi dalam jumlah yang cukup tinggi
untuk ditambang dan diolah secara ekonomis. Berikut adalah beberapa jenis bijih
besi yang umum digunakan:

 Hematite (Fe2O3): Jenis bijih besi yang paling umum, berwarna merah
karena kandungan oksigennya yang tinggi.
 Magnetite (Fe3O4): Jenis bijih besi yang kaya akan zat besi dan memiliki
sifat magnetik.
 Limonite (FeO(OH)nH2O): Jenis bijih besi yang berwarna coklat
kekuningan dan mengandung air.
 Siderite (FeCO3): Jenis bijih besi yang berwarna coklat dan mengandung
karbonat.
Selain bijih besi, bahan baku lain yang digunakan untuk membuat besi cor antara
lain:
 Kokas: Bahan bakar yang digunakan untuk memanaskan tungku
peleburan.
 Batu kapur (CaCO3): Digunakan sebagai fluks untuk mengikat kotoran dan
menghasilkan terak.
 Pasir silika (SiO2): Digunakan sebagai bahan baku untuk membuat
cetakan.
 Logam paduan: Seperti nikel, kromium, dan vanadium, dapat ditambahkan
untuk meningkatkan sifat besi cor.
Proses pembuatan besi cor:
1. Penambangan dan pengolahan bijih besi: Bijih besi ditambang dari bumi
dan diolah untuk meningkatkan kandungan besinya.
2. Peleburan: Bijih besi dan bahan baku lainnya dicampur dan dilelehkan
dalam tungku peleburan.
3. Pengecoran: Cairan besi cor dituang ke dalam cetakan untuk membentuk
produk yang diinginkan.
4. Pendinginan: Besi cor dibiarkan dingin dan mengeras.
5. Pengecoran: Produk besi cor dikeluarkan dari cetakan dan dibersihkan.
Sumber bahan baku besi cor:
Bijih besi ditambang di berbagai negara di seluruh dunia. Berikut adalah
beberapa negara penghasil bijih besi terbesar:
 Australia
 Brazil
 China
 India
 Rusia
Indonesia juga memiliki beberapa tambang bijih besi, namun produksinya masih
relatif kecil dibandingkan dengan negara-negara lain.
3. Besi Tempa
Besi tempa terbuat dari bijih besi yang diolah melalui proses pemurnian
dan penempaan. Berikut adalah beberapa sumber bahan baku besi tempa:
1. Bijih Besi:
 Hematite (Fe2O3): Jenis bijih besi yang paling umum, berwarna merah
karena kandungan oksigennya yang tinggi.
 Magnetite (Fe3O4): Jenis bijih besi yang kaya akan zat besi dan memiliki
sifat magnetik.
 Limonite (FeO(OH)nH2O): Jenis bijih besi yang berwarna coklat
kekuningan dan mengandung air.
 Siderite (FeCO3): Jenis bijih besi yang berwarna coklat dan mengandung
karbonat.
2. Bahan Bakar:
 Kokas: Bahan bakar yang digunakan untuk memanaskan tungku
peleburan.
 Batu bara: Bahan bakar alternatif untuk kokas.
3. Fluks:
 Batu kapur (CaCO3): Digunakan sebagai fluks untuk mengikat kotoran dan
menghasilkan terak.
4. Bahan Paduan:
 Logam paduan: Seperti nikel, kromium, dan vanadium, dapat ditambahkan
untuk meningkatkan sifat besi tempa.
Proses pembuatan besi tempa:
1. Penambangan dan pengolahan bijih besi: Bijih besi ditambang dari bumi
dan diolah untuk meningkatkan kandungan besinya.
2. Peleburan: Bijih besi dan bahan baku lainnya dicampur dan dilelehkan
dalam tungku peleburan.
3. Pemurnian: Cairan besi dimurnikan untuk menghilangkan kotoran.
4. Penempaan: Besi panas ditempa dengan palu atau mesin untuk
membentuk produk yang diinginkan.
5. Pendinginan: Besi tempa dibiarkan dingin dan mengeras.
6. Pengecatan: Besi tempa dapat dilapisi dengan cat untuk melindungi dari
korosi.
Sumber bahan baku besi tempa:
Bijih besi ditambang di berbagai negara di seluruh dunia. Berikut adalah
beberapa negara penghasil bijih besi terbesar:
 Australia
 Brazil
 China
 India
 Rusia
Indonesia juga memiliki beberapa tambang bijih besi, namun produksinya masih
relatif kecil dibandingkan dengan negara-negara lain.
4. Besi Baja (Iron-carbon-alloy)
Sumber utama besi baja adalah bijih besi. Bijih besi adalah batuan yang
mengandung mineral hematit (Fe2O3), magnetit (Fe3O4), limonit
(FeOOH·nH2O), dan siderit (FeCO3). Bijih besi ditambang dari bumi dan
kemudian diolah untuk menghasilkan besi mentah (pig iron).
 Proses pengolahan bijih besi menjadi besi mentah:
 Penambangan: Bijih besi ditambang dari bumi dengan berbagai metode,
seperti tambang terbuka, tambang bawah tanah, dan tambang placer.
 Pengolahan: Bijih besi dihancurkan dan dihaluskan untuk memisahkan
mineral besi dari impurities.
 Peleburan: Bijih besi dicampur dengan kokas dan batu kapur di tanur tinggi
untuk menghasilkan besi mentah.
 Pemurnian: Besi mentah diubah menjadi baja dengan menghilangkan
impurities dan menambahkan unsur paduan.
 Sumber besi baja lainnya:
 Scrap baja: Baja bekas dari berbagai sumber, seperti mobil, bangunan,
dan mesin, dapat didaur ulang untuk menghasilkan baja baru.
 Sponge iron: Besi spons adalah produk antara dalam proses pembuatan
baja.
 Negara-negara penghasil bijih besi terbesar di dunia:
 Tiongkok
 Australia
 Brasil
 India
 Rusia
 Perusahaan-perusahaan baja terbesar di dunia:
 ArcelorMittal
 China Baowu Steel Group
 Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation
 POSCO
 ThyssenKrupp
5. Besi Tuang Putih (White cast iron)
Sumber bahan utama untuk pembuatan besi tuang putih adalah besi
kasar putih (pig iron white). Berikut adalah beberapa sumber besi kasar putih:
 Bijih besi: Bijih besi hematite (Fe2O3) dan magnetite (Fe3O4) merupakan
sumber utama untuk pembuatan besi kasar. Bijih besi ditambang dari bumi
dan diolah di tanur tinggi untuk menghasilkan besi kasar.
 Skrap baja: Skrap baja dari berbagai sumber, seperti mobil bekas, mesin tua,
dan konstruksi yang dibongkar, dapat digunakan untuk menghasilkan besi
kasar. Skrap baja dicampur dengan bijih besi dan bahan lainnya di tanur
tinggi.
 Bahan bakar: Kokas, batu bara, dan gas alam digunakan sebagai bahan
bakar untuk memanaskan tanur tinggi.
Bahan baku lain yang digunakan dalam pembuatan besi tuang putih:
 Batu kapur: Batu kapur ditambahkan untuk membantu proses peleburan
dan menghasilkan terak (slag) yang dapat mengikat kotoran.
 Silikon: Silikon ditambahkan untuk meningkatkan ketahanan panas dan
ketahanan aus besi tuang putih.
 Mangan: Mangan ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan dan
ketahanan benturan besi tuang putih.
 Nikel, kromium, dan molibdenum: Elemen paduan ini dapat ditambahkan
untuk meningkatkan sifat besi tuang putih, seperti ketahanan aus,
ketahanan korosi, dan kekuatan.
Proses pembuatan besi tuang putih:
 Peleburan: Bahan baku (bijih besi, skrap baja, batu kapur, dan bahan
bakar) dicampur dan dimasukkan ke dalam tanur tinggi.
 Reduksi: Di dalam tanur tinggi, kokas atau batu bara dibakar untuk
menghasilkan panas yang tinggi. Panas ini menyebabkan reduksi bijih besi
menjadi besi cair.
 Penuangan: Besi cair dituangkan ke dalam cetakan untuk membentuk
produk akhir.
 Pendinginan: Besi tuang putih didinginkan dengan cepat untuk
menghasilkan struktur mikro yang diinginkan.
D. Sifat Bahan
1. Feronikel
1. Sifat deformasi feronikel
Sifat deformasi feronikel tergantung pada komposisi kimianya,
perlakuan panas, dan suhu. Secara umum, feronikel adalah bahan yang
ulet yang dapat dibentuk menjadi berbagai bentuk. Ini memiliki kekuatan
luluh yang tinggi dan dapat menahan sejumlah besar deformasi sebelum
patah. Deformasi feronikel adalah proses mengubah bentuk feronikel tanpa
mengubah komposisi kimianya. Proses ini dapat dilakukan dengan
berbagai metode, seperti:
 Penempaan: Penempaan adalah proses deformasi feronikel dengan palu
atau alat lainnya.
 Penggulungan: Penggulungan adalah proses deformasi feronikel dengan
melewatkannya melalui rol.
 Penarikan: Penarikan adalah proses deformasi feronikel dengan
menariknya melalui cetakan.
 Ekstrusi: Ekstrusi adalah proses deformasi feronikel dengan
mendorongnya melalui cetakan.
Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi deformasi feronikel:
 Komposisi kimia: Komposisi kimia feronikel memiliki pengaruh yang
signifikan pada sifat deformasinya. Feronikel dengan kandungan nikel
yang lebih tinggi lebih ulet dan lebih mudah dibentuk daripada feronikel
dengan kandungan nikel yang lebih rendah.
 Perlakuan panas: Perlakuan panas dapat mengubah sifat deformasi
feronikel. Feronikel yang dianil lebih ulet dan lebih mudah dibentuk
daripada feronikel yang dikeraskan.
 Suhu: Suhu deformasi memiliki pengaruh yang signifikan pada sifat
deformasi feronikel. Feronikel lebih mudah dibentuk pada suhu tinggi
daripada pada suhu rendah.
 Kecepatan deformasi: Kecepatan deformasi memiliki pengaruh yang
signifikan pada sifat deformasi feronikel. Feronikel yang dideformasi pada
kecepatan tinggi lebih ulet dan lebih mudah dibentuk daripada feronikel
yang dideformasi pada kecepatan rendah.
 Geometri: Geometri benda kerja feronikel memiliki pengaruh yang
signifikan pada sifat deformasinya. Benda kerja dengan bentuk yang
kompleks lebih sulit dibentuk daripada benda kerja dengan bentuk yang
sederhana.
 Pelumasan: Pelumasan dapat membantu mengurangi gesekan antara
feronikel dan alat yang digunakan untuk deformasinya. Hal ini dapat
membantu meningkatkan keuletan dan kemudahan pembentukan
feronikel.
 Toleransi: Toleransi adalah batasan pada dimensi benda kerja feronikel
setelah deformasi. Toleransi yang lebih ketat memerlukan kontrol yang
lebih baik atas proses deformasi.
 Biaya: Biaya proses deformasi feronikel tergantung pada berbagai faktor,
termasuk metode deformasi yang digunakan, komposisi kimia feronikel,
dan toleransi yang diperlukan.
2. Sifat Keuletan Feronikel
Fero nikel, paduan besi dan nikel, memiliki sifat keuletan yang
membuatnya tahan terhadap deformasi dan kerusakan. Keuletan ini
menjadikannya pilihan ideal untuk berbagai aplikasi, seperti pertambangan,
konstruksi, dan otomotif.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keuletan Fero Nikel:
a. Komposisi Kimia:
 Kadar Nikel: Peningkatan kadar nikel meningkatkan keuletan feronikel.
 Kadar Karbon: Peningkatan kadar karbon menurunkan keuletan feronikel.
 Elemen Lain: Elemen lain seperti sulfur dan fosfor juga dapat
memengaruhi keuletan feronikel.
b. Struktur Mikro:
 Ukuran Butir: Butir yang lebih kecil meningkatkan keuletan feronikel.
 Fasa Mikrostruktur: Fasa yang lebih ulet, seperti austenit, meningkatkan
keuletan feronikel.
c. Perlakuan Panas:
 Anil: Meningkatkan keuletan feronikel dengan melunakkan struktur mikro.
 Pengerasan: Menurunkan keuletan feronikel dengan meningkatkan
kekuatannya.
Cara Pengujian Keuletan Fero Nikel:
a. Uji Tarik:
 Uji standar untuk mengukur keuletan feronikel.
 Mengukur perpanjangan dan kekuatan tarik feronikel.
b. Uji Ketangguhan Charpy:
 Mengukur kemampuan feronikel untuk menahan benturan.
 Sampel feronikel dinikmati dengan palu berayun.
c. Uji Kekerasan:
 Mengukur ketahanan feronikel terhadap deformasi plastik.
 Uji Brinell atau Vickers umumnya digunakan (Kalpakjian & Schmid, 2009)
3. Sifat Kekuatan Luluh Feronikel
Kekuatan luluh feronikel adalah nilai tegangan minimum yang
diperlukan untuk menyebabkan deformasi plastis permanen pada material.
Sifat ini penting untuk menentukan ketahanan feronikel terhadap deformasi
dan kegagalan dalam berbagai aplikasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Luluh Feronikel:
 Komposisi kimia: Kandungan elemen paduan seperti kromium, nikel, dan
molibdenum dapat meningkatkan kekuatan luluh feronikel.
 Perlakuan panas: Proses seperti anil, temper, dan pengerasan dapat
meningkatkan kekuatan luluh feronikel.
 Struktur mikro: Ukuran butir dan distribusi fasa dalam feronikel dapat
mempengaruhi kekuatan luluhnya.
 Kerusakan mikro: Cacat seperti retakan dan inklusi dapat menurunkan
kekuatan luluh feronikel.
Cara Uji dan Penilaian Kekuatan Luluh Feronikel:
 Uji tarik: Uji tarik dilakukan dengan menerapkan gaya tarik pada spesimen
feronikel hingga putus. Kekuatan luluh dihitung sebagai tegangan
maksimum yang dicapai sebelum terjadinya deformasi plastis permanen.
 Uji kekerasan: Uji kekerasan dilakukan dengan menekan indentor ke
permukaan feronikel. Kekuatan luluh dapat diestimasikan dari nilai
kekerasan yang diperoleh.
 Uji kompresi: Uji kompresi dilakukan dengan menerapkan gaya tekan pada
spesimen feronikel hingga hancur. Kekuatan luluh dihitung sebagai
tegangan maksimum yang dicapai sebelum terjadinya deformasi plastis
permanen.
Nilai Kekuatan Luluh Feronikel:
Nilai kekuatan luluh feronikel bervariasi tergantung pada faktor-faktor
yang disebutkan di atas. Nilai tipikal untuk feronikel komersial berkisar antara
200 MPa hingga 1200 MPa.
4. Sifat Kekuatan Tarik Feronikel
Kekuatan tarik feronikel adalah kemampuan material untuk menahan
gaya tarik yang diterapkan padanya. Sifat ini penting untuk menentukan
ketahanan feronikel terhadap patah dan kegagalan dalam berbagai aplikasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Tarik Feronikel:
 Komposisi kimia: Kandungan elemen paduan seperti kromium, nikel, dan
molibdenum dapat meningkatkan kekuatan tarik feronikel.
 Perlakuan panas: Proses seperti anil, temper, dan pengerasan dapat
meningkatkan kekuatan tarik feronikel.
 Struktur mikro: Ukuran butir dan distribusi fasa dalam feronikel dapat
mempengaruhi kekuatan tariknya.
 Kerusakan mikro: Cacat seperti retakan dan inklusi dapat menurunkan
kekuatan tarik feronikel.
Cara Uji dan Penilaian Kekuatan Tarik Feronikel:
 Uji tarik: Uji tarik dilakukan dengan menerapkan gaya tarik pada spesimen
feronikel hingga putus. Kekuatan tarik dihitung sebagai tegangan
maksimum yang dicapai sebelum material putus.
 Uji kekerasan: Uji kekerasan dilakukan dengan menekan indentor ke
permukaan feronikel. Kekuatan tarik dapat diestimasikan dari nilai
kekerasan yang diperoleh.
Nilai Kekuatan Tarik Feronikel:
Nilai kekuatan tarik feronikel bervariasi tergantung pada faktor-faktor
yang disebutkan di atas. Nilai tipikal untuk feronikel komersial berkisar antara
400 MPa hingga 1500 MPa.
5. Sifat Kekuatan Tekan Feronikel
Kekuatan tekan feronikel adalah kemampuan material untuk menahan
gaya tekan yang diterapkan padanya. Sifat ini penting untuk menentukan
ketahanan feronikel terhadap deformasi dan kegagalan dalam berbagai
aplikasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Tekan Feronikel:
 Komposisi kimia: Kandungan elemen paduan seperti kromium, nikel, dan
molibdenum dapat meningkatkan kekuatan tekan feronikel.
 Perlakuan panas: Proses seperti anil, temper, dan pengerasan dapat
meningkatkan kekuatan tekan feronikel.
 Struktur mikro: Ukuran butir dan distribusi fasa dalam feronikel dapat
mempengaruhi kekuatan tekannya.
 Kerusakan mikro: Cacat seperti retakan dan inklusi dapat menurunkan
kekuatan tekan feronikel.
Cara Uji dan Penilaian Kekuatan Tekan Feronikel:
 Uji tekan: Uji tekan dilakukan dengan menerapkan gaya tekan pada
spesimen feronikel hingga hancur. Kekuatan tekan dihitung sebagai
tegangan maksimum yang dicapai sebelum material hancur.
 Uji kekerasan: Uji kekerasan dilakukan dengan menekan indentor ke
permukaan feronikel. Kekuatan tekan dapat diestimasikan dari nilai
kekerasan yang diperoleh.
Nilai Kekuatan Tekan Feronikel:
Nilai kekuatan tekan feronikel bervariasi tergantung pada faktor-faktor
yang disebutkan di atas. Nilai tipikal untuk feronikel komersial berkisar antara
600 MPa hingga 2000 MPa.
6. Sifat Kekerasan Feronikel
Kekerasan feronikel adalah kemampuan material untuk menahan
deformasi plastik permanen akibat tekanan lokal. Sifat ini penting untuk
menentukan ketahanan feronikel terhadap aus, goresan, dan lekukan dalam
berbagai aplikasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekerasan Feronikel:
 Komposisi kimia: Kandungan elemen paduan seperti kromium, nikel, dan
molibdenum dapat meningkatkan kekerasan feronikel.
 Perlakuan panas: Proses seperti anil, temper, dan pengerasan dapat
meningkatkan kekerasan feronikel.
 Struktur mikro: Ukuran butir dan distribusi fasa dalam feronikel dapat
mempengaruhi kekerasannya.
 Kerusakan mikro: Cacat seperti retakan dan inklusi dapat menurunkan
kekerasan feronikel.
Metode Uji Kekerasan Feronikel:
 Uji Brinell: Uji Brinell menggunakan bola baja keras untuk menekan
permukaan feronikel. Kekerasan dihitung berdasarkan diameter lekukan
yang dihasilkan.
 Uji Vickers: Uji Vickers menggunakan piramida berlian untuk menekan
permukaan feronikel. Kekerasan dihitung berdasarkan diagonal lekukan
yang dihasilkan.
 Uji Rockwell: Uji Rockwell menggunakan indentor berbentuk kerucut atau
bola untuk menekan permukaan feronikel. Kekerasan dihitung berdasarkan
kedalaman lekukan yang dihasilkan.
Nilai Kekerasan Feronikel:
Nilai kekerasan feronikel bervariasi tergantung pada faktor-faktor yang
disebutkan di atas. Nilai tipikal untuk feronikel komersial berkisar antara 100
HB hingga 600 HV.
7. Kapasitas Panas
Kapasitas panas feronikel adalah kemampuannya untuk menyerap dan
menyimpan panas. Kapasitas panas feronikel lebih tinggi dibandingkan
dengan besi murni. Hal ini disebabkan oleh nikel yang memiliki kapasitas
panas yang lebih tinggi daripada besi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas panas feronikel:
 Kadar nikel: Semakin tinggi kadar nikel, semakin tinggi pula kapasitas
panas feronikel.
 Suhu: Kapasitas panas feronikel meningkat seiring dengan meningkatnya
suhu.
 Bentuk fisik: Feronikel granular memiliki kapasitas panas yang berbeda
dengan feronikel briket.
Metode uji Kapasitas panas Feronikel:
 Metode Kalorimeter:
o Kalorimeter air: Sampel feronikel ditempatkan dalam kalorimeter air dan
dipanaskan hingga suhu tertentu. Kapasitas panas feronikel dihitung
berdasarkan jumlah panas yang diserap oleh air.
o Kalorimeter diferensial scanning (DSC): Teknik ini mengukur
perbedaan aliran panas antara sampel feronikel dan bahan referensi
dengan suhu yang sama.
 Metode Drop Calorimetry:
Sampel feronikel dijatuhkan ke dalam kalorimeter yang berisi zat cair
dengan suhu yang diketahui. Kapasitas panas feronikel dihitung
berdasarkan perubahan suhu zat cair.
Nilai kapasitas panas feronikel:
Nilai kapasitas panas feronikel bervariasi tergantung pada faktor-faktor
yang disebutkan di atas. Berikut adalah nilai perkiraan kapasitas panas
feronikel:
 Feronikel 45% Ni: 500 J/kgK
 Feronikel 60% Ni: 600 J/kgK
 Feronikel 75% Ni: 700 J/kgK
8. Panas Spesifik Feronikel
Panas spesifik feronikel adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu 1 gram feronikel sebesar 1 derajat Celcius. Panas spesifik
feronikel lebih tinggi dibandingkan dengan besi murni. Hal ini disebabkan oleh
nikel yang memiliki panas spesifik yang lebih tinggi daripada besi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi panas spesifik feronikel:
 Kadar nikel: Semakin tinggi kadar nikel, semakin tinggi pula panas
spesifik feronikel.
 Suhu: Panas spesifik feronikel meningkat seiring dengan meningkatnya
suhu.
 Bentuk fisik: Feronikel granular memiliki panas spesifik yang berbeda
dengan feronikel briket.
Metode uji spesifik panas feronikel:
Panas spesifik feronikel dapat dihitung dengan membagi kapasitas panas
feronikel dengan massanya.
Nilai panas spesifik feronikel:
Nilai panas spesifik feronikel bervariasi tergantung pada faktor-faktor
yang disebutkan di atas. Berikut adalah nilai perkiraan panas spesifik feronikel:
 Feronikel 45% Ni: 420 J/kgK
 Feronikel 60% Ni: 460 J/kgK
 Feronikel 75% Ni: 500 J/kgK
9. Pemuaian Thermal Feronikel
Pemuaian termal adalah sifat material untuk memuai atau memanjang
ketika dipanaskan dan menyusut ketika didinginkan. Feronikel memiliki sifat
pemuaian termal yang lebih rendah dibandingkan dengan besi murni. Hal ini
disebabkan oleh nikel yang memiliki koefisien muai termal yang lebih rendah
daripada besi.
Metode uji koefisien muai thermal feronikel:
1. Dilatometer:
 Dilatometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur perubahan
panjang suatu material akibat perubahan suhu.
 Sampel feronikel ditempatkan di dalam dilatometer dan dipanaskan
dengan laju pemanasan yang konstan.
 Perubahan panjang sampel feronikel diukur dan dicatat sebagai fungsi
suhu.
 Dari data tersebut, koefisien muai termal feronikel dapat dihitung.
2. Interferometer:
 Interferometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur perubahan
panjang suatu material dengan menggunakan interferensi cahaya.
 Sampel feronikel ditempatkan di dalam interferometer dan dipanaskan
dengan laju pemanasan yang konstan.
 Perubahan panjang sampel feronikel diukur dan dicatat sebagai fungsi
suhu.
 Dari data tersebut, koefisien muai termal feronikel dapat dihitung.
3. Termomekanis Analyzer (TMA):
 TMA adalah alat yang digunakan untuk mengukur berbagai sifat termal
dan mekanis suatu material, termasuk pemuaian termal.
 Sampel feronikel ditempatkan di dalam TMA dan dipanaskan dengan laju
pemanasan yang konstan.
 Perubahan dimensi sampel feronikel diukur dan dicatat sebagai fungsi
suhu.
 Dari data tersebut, koefisien muai termal feronikel dapat dihitung.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengujian:
 Akurasi alat: Akurasi alat ukur yang digunakan untuk mengukur perubahan
panjang dan suhu sangat penting untuk mendapatkan hasil yang akurat.
 Laju pemanasan: Laju pemanasan yang konstan harus digunakan selama
pengujian.
 Homogenitas sampel: Sampel feronikel harus homogen agar hasil
pengujian akurat.
Koefisien muai termal feronikel:
Koefisien muai termal feronikel bervariasi tergantung pada beberapa faktor,
antara lain:
 Kadar nikel: Semakin tinggi kadar nikel, semakin rendah pula koefisien
muai termal feronikel.
 Suhu: Koefisien muai termal feronikel meningkat seiring dengan
meningkatnya suhu.
 Bentuk fisik: Feronikel granular memiliki koefisien muai termal yang
berbeda dengan feronikel briket.
10. Konduktivias Thermal
Konduktivitas termal adalah kemampuan suatu material untuk
mentransfer panas. Feronikel memiliki konduktivitas termal yang lebih rendah
dibandingkan dengan besi murni. Hal ini disebabkan oleh nikel yang memiliki
konduktivitas termal yang lebih rendah daripada besi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi konduktivitas termal feronikel:

 Kadar nikel: Semakin tinggi kadar nikel, semakin rendah pula konduktivitas
termal feronikel.
 Suhu: Konduktivitas termal feronikel menurun seiring dengan
meningkatnya suhu.
 Bentuk fisik: Feronikel granular memiliki konduktivitas termal yang berbeda
dengan feronikel briket.
Metode uji konduktivitas thermal feronikel:
 Metode batang steady-state:
o Sebuah batang feronikel dipanaskan pada salah satu ujungnya dan
didinginkan pada ujung lainnya.
o Suhu di beberapa titik sepanjang batang diukur.
o Dari data tersebut, konduktivitas termal feronikel dapat dihitung.
 Metode pelat panas:
o Sebuah pelat panas ditempatkan di atas sampel feronikel.
o Suhu permukaan sampel feronikel diukur.
o Dari data tersebut, konduktivitas termal feronikel dapat dihitung.
 Metode flash:
o Sebuah pulsa panas diarahkan ke sampel feronikel.
o Perubahan suhu sampel feronikel diukur.
o Dari data tersebut, konduktivitas termal feronikel dapat dihitung
Nilai konduktivitas termal feronikel:
Nilai konduktivitas termal feronikel bervariasi tergantung pada faktor-
faktor yang disebutkan di atas.

11. Panas Transformasi Feronikel


Panas transformasi feronikel adalah energi yang dibutuhkan untuk
mengubah struktur kristal feronikel dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
Transformasi ini dapat terjadi akibat perubahan suhu atau komposisi kimia.

Jenis-jenis transformasi feronikel:

 Transformasi austenit-ferit: Transformasi ini terjadi ketika feronikel


dipanaskan di atas suhu kritisnya. Austenit (struktur kristal kubus
berpusat muka) berubah menjadi ferit (struktur kristal kubus berpusat
badan).

 Transformasi ferit-perlit: Transformasi ini terjadi ketika feronikel


didinginkan di bawah suhu kritisnya. Ferit berubah menjadi perlit
(campuran ferit dan sementit).

 Transformasi martensit: Transformasi ini terjadi ketika feronikel


didinginkan dengan cepat. Austenit berubah menjadi martensit (struktur
kristal tetragonal).

Mtode uji panas transformasi feronikel:


Terdapat beberapa metode uji yang dapat dilakukan untuk mengetahui
sifat-sifat feronikel, antara lain:
1. Uji Kimia:
 Analisis spektroskopi emisi atom (AES): Digunakan untuk menentukan
kadar unsur-unsur dalam feronikel, seperti nikel, besi, krom, dan kobalt.
 Analisis fluoresensi sinar-X (XRF): Digunakan untuk menentukan kadar
unsur-unsur dalam feronikel, seperti nikel, besi, krom, dan kobalt.
 Titrasi: Digunakan untuk menentukan kadar unsur-unsur tertentu dalam
feronikel, seperti nikel dan besi.
2. Uji Mekanik:
 Uji tarik: Digunakan untuk menentukan kekuatan tarik, yield strength,
dan elongasi feronikel.
 Uji kompresi: Digunakan untuk menentukan kekuatan kompresi
feronikel.
 Uji kekerasan: Digunakan untuk menentukan kekerasan feronikel.
3. Uji Fisik:
 Uji kepadatan: Digunakan untuk menentukan kepadatan feronikel.
 Uji titik leleh: Digunakan untuk menentukan titik leleh feronikel.
 Uji konduktivitas termal: Digunakan untuk menentukan konduktivitas
termal feronikel.
 Uji panas spesifik: Digunakan untuk menentukan panas spesifik
feronikel.
 Uji pemuaian termal: Digunakan untuk menentukan koefisien muai
termal feronikel.
4. Uji Mikrostruktur:
 Mikroskopi optik: Digunakan untuk mengamati struktur mikro feronikel.
 Mikroskopi elektron scanning (SEM): Digunakan untuk mengamati
struktur mikro feronikel dengan lebih detail.
 Difraksi sinar-X (XRD): Digunakan untuk menentukan fase kristal
feronikel.
Panas transformasi feronikel tergantung pada:

 Jenis transformasi: Transformasi austenit-ferit memiliki panas


transformasi yang lebih tinggi daripada transformasi ferit-perlit.
 Kadar nikel: Semakin tinggi kadar nikel, semakin rendah panas
transformasi feronikel.

 Suhu transformasi: Panas transformasi feronikel meningkat seiring


dengan meningkatnya suhu transformasi.

12. Sifat Listrik Feronikel


Feronikel adalah paduan logam yang terdiri dari nikel dan besi. Sifat
listrik feronikel dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
 Kadar nikel: Semakin tinggi kadar nikel, semakin tinggi pula
konduktivitas listrik feronikel.
 Suhu: Konduktivitas listrik feronikel menurun seiring dengan
meningkatnya suhu.
 Struktur mikro: Feronikel dengan struktur mikro yang lebih halus
memiliki konduktivitas listrik yang lebih tinggi.
Nilai konduktivitas listrik feronikel:
Nilai konduktivitas listrik feronikel bervariasi tergantung pada faktor-
faktor yang disebutkan di atas.
Metode uji sifat listrik feronikel:
 Metode empat terminal:
o Sebuah sampel feronikel dihubungkan dengan empat terminal.
o Arus listrik dialirkan melalui sampel feronikel.
o Tegangan diukur di antara dua terminal.
o Dari data tersebut, konduktivitas listrik feronikel dapat dihitung.
 Metode eddy current:
o Sebuah kumparan diinduksikan dengan arus listrik bolak-balik.
o Sampel feronikel ditempatkan di dekat kumparan.
o Arus eddy yang terinduksi dalam sampel feronikel diukur.
o Dari data tersebut, konduktivitas listrik feronikel dapat dihitung.
13. Sifat Magnet feronikel
Feronikel adalah paduan logam yang terdiri dari nikel dan besi. Sifat
magnetik feronikel dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
 Kadar nikel: Semakin tinggi kadar nikel, semakin rendah pula
permeabilitas magnetik feronikel.
 Suhu: Permeabilitas magnetik feronikel menurun seiring dengan
meningkatnya suhu.
 Struktur mikro: Feronikel dengan struktur mikro yang lebih halus
memiliki permeabilitas magnetik yang lebih tinggi.
Nilai permeabilitas magnetik feronikel:
Nilai permeabilitas magnetik feronikel bervariasi tergantung pada
faktor-faktor yang disebutkan di atas.
Metode uji sifat magnet feronikel:
 Metode yoke:
o Sebuah yoke magnetik ditempatkan di atas sampel feronikel.
o Medan magnet diukur di sekitar sampel feronikel.
o Dari data tersebut, permeabilitas magnetik feronikel dapat dihitung.
 Metode permeameter:
o Sebuah permeameter digunakan untuk mengukur permeabilitas
magnetik sampel feronikel.
o Sampel feronikel ditempatkan di dalam permeameter.
o Medan magnet diukur di sekitar sampel feronikel.
o Dari data tersebut, permeabilitas magnetik feronikel dapat dihitung.
14. Sifat Optik feronikel
Feronikel adalah paduan logam yang terdiri dari nikel dan besi. Sifat
optik feronikel dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
 Kadar nikel: Semakin tinggi kadar nikel, semakin tinggi pula reflektifitas
feronikel.
 Suhu: Reflektifitas feronikel menurun seiring dengan meningkatnya suhu.
 Struktur mikro: Feronikel dengan struktur mikro yang lebih halus memiliki
reflektifitas yang lebih tinggi.
Metode uji sifat optik feronikel:
 Metode spektroskopi fotorefleksi:
o Sebuah berkas cahaya diarahkan ke sampel feronikel.
o Intensitas cahaya yang dipantulkan dari sampel feronikel diukur.
o Dari data tersebut, reflektifitas feronikel dapat dihitung.
 Metode ellipsometri:
o Sebuah berkas cahaya terpolarisasi diarahkan ke sampel feronikel.
o Keadaan polarisasi cahaya yang dipantulkan dari sampel feronikel
diukur.
o Dari data tersebut, reflektifitas feronikel dapat dihitung.
15. Sifat deteriorative
Feronikel adalah paduan logam yang terdiri dari nikel dan besi. Sifat
deterioratif feronikel dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Korosi:
Feronikel dapat mengalami korosi akibat paparan air, udara, dan bahan kimia.
Jenis korosi yang paling umum terjadi pada feronikel adalah:
 Korosi galvanik: Terjadi ketika feronikel bersentuhan dengan logam lain
yang memiliki potensial elektroda yang berbeda.
 Korosi pitting: Terjadi ketika feronikel terpapar air yang mengandung
klorida.
 Korosi retak: Terjadi ketika feronikel terpapar tegangan dan air.
2. Oksidasi:
Feronikel dapat mengalami oksidasi akibat paparan udara. Oksidasi feronikel
menghasilkan lapisan oksida yang dapat mengurangi kekuatan dan ketahanan
korosi feronikel.
3. Erosi:
Feronikel dapat mengalami erosi akibat paparan aliran air atau pasir. Erosi
dapat menyebabkan feronikel menjadi tipis dan rapuh.
4. Kelelahan:
Feronikel dapat mengalami kelelahan akibat paparan tegangan yang
berulang. Kelelahan dapat menyebabkan feronikel retak dan patah.
Metode Pencegahan Deteriorasi Feronikel:
Terdapat beberapa metode untuk mencegah deteriorasi feronikel, antara lain:
 Pelapisan: Feronikel dapat dilapisi dengan logam lain, seperti nikel,
krom, atau cat, untuk mencegah korosi dan oksidasi.
 Proteksi katodik: Feronikel dapat dilindungi dengan proteksi katodik
untuk mencegah korosi.
 Penggunaan inhibitor korosi: Inhibitor korosi dapat ditambahkan ke
lingkungan feronikel untuk mencegah korosi.
 Desain yang tepat: Feronikel dapat dirancang dengan tepat untuk
meminimalkan erosi dan kelelahan.
2. Besi Cor
1. Kekerasan: Besi cor memiliki kekerasan yang tinggi, sekitar 200-700
Brinell. Hal ini membuatnya tahan terhadap goresan dan aus. Kekerasan
besi cor diuji dengan menggunakan uji Brinell atau uji Rockwell.
2. Keuletan: Besi cor memiliki keuletan yang rendah, sekitar 1-5%. Hal ini
membuatnya rapuh dan mudah retak. Keuletan besi cor diuji dengan uji
tarik.

3. Kekuatan Luluh: Kekuatan luluh besi cor sekitar 150-300 MPa. Ini adalah
nilai tegangan maksimum yang dapat ditahan material sebelum mengalami
deformasi plastis permanen. Kekuatan luluh besi cor diuji dengan uji tarik.

4. Kekuatan Tarik: Kekuatan tarik besi cor sekitar 200-400 MPa. Ini adalah
nilai tegangan maksimum yang dapat ditahan material sebelum patah.
Kekuatan tarik besi cor diuji dengan uji tarik.

5. Kekuatan Tekan: Kekuatan tekan besi cor sekitar 500-1000 MPa. Ini
adalah nilai tegangan kompresif maksimum yang dapat ditahan material
sebelum patah. Kekuatan tekan besi cor diuji dengan uji tekan.

6. Kapasitas Panas: Kapasitas panas besi cor sekitar 500-600 J/kg°C. Hal ini
membuatnya tahan terhadap perubahan suhu. Kapasitas panas besi cor
diuji dengan uji kalorimeter.

7. Panas Spesifik: Panas spesifik besi cor sekitar 0.52 kJ/kg°C. Ini adalah
jumlah panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 1 kg material
sebesar 1°C. Panas spesifik besi cor diuji dengan uji kalorimeter.

8. Pemuaian Termal: Pemuaian termal besi cor sekitar 10-12 µm/m°C. Ini
adalah tingkat ekspansi material ketika dipanaskan. Pemuaian termal besi
cor diuji dengan uji dilatometer.

9. Konduktivitas Termal: Konduktivitas termal besi cor sekitar 50-60 W/m°C.


Ini adalah kemampuan material untuk mentransfer panas. Konduktivitas
termal besi cor diuji dengan uji konduktivitas termal.
10. Panas Transformasi: Panas transformasi besi cor sekitar 250 kJ/kg. Ini
adalah jumlah panas yang dilepaskan atau diserap material ketika
mengalami perubahan fase. Panas transformasi besi cor diuji dengan uji
kalorimeter.

11. Sifat Listrik: Besi cor adalah konduktor listrik yang baik. Sifat listrik besi cor
diuji dengan uji resistivitas.

12. Sifat Magnet: Besi cor adalah material feromagnetik, yang berarti dapat
ditarik oleh magnet. Sifat magnet besi cor diuji dengan uji permeabilitas.

13. Sifat Optik: Besi cor berwarna abu-abu. Sifat optik besi cor diuji dengan uji
spektroskopi.

14. Sifat Deterotative: Besi cor tahan terhadap korosi dan aus. Sifat
deterotative besi cor diuji dengan uji korosi.
3. Besi Tempa
1. Kekerasan: Besi tempa memiliki kekerasan yang lebih rendah daripada
besi cor, sekitar 120-150 Brinell. Hal ini membuatnya lebih mudah
dibentuk. Kekerasan besi tempa diuji dengan menggunakan uji Brinell atau
uji Rockwell.

2. Keuletan: Besi tempa memiliki keuletan yang lebih tinggi daripada besi cor,
sekitar 15-25%. Hal ini membuatnya lebih tahan terhadap retak. Keuletan
besi tempa diuji dengan uji tarik.

3. Kekuatan Luluh: Kekuatan luluh besi tempa sekitar 200-300 MPa. Ini
adalah nilai tegangan maksimum yang dapat ditahan material sebelum
mengalami deformasi plastis permanen. Kekuatan luluh besi tempa diuji
dengan uji tarik.

4. Kekuatan Tarik: Kekuatan tarik besi tempa sekitar 350-500 MPa. Ini adalah
nilai tegangan maksimum yang dapat ditahan material sebelum patah.
Kekuatan tarik besi tempa diuji dengan uji tarik.
5. Kekuatan Tekan: Kekuatan tekan besi tempa sekitar 500-800 MPa. Ini
adalah nilai tegangan kompresif maksimum yang dapat ditahan material
sebelum patah. Kekuatan tekan besi tempa diuji dengan uji tekan.

6. Kapasitas Panas: Kapasitas panas besi tempa sekitar 450-500 J/kg°C. Hal
ini membuatnya tahan terhadap perubahan suhu. Kapasitas panas besi
tempa diuji dengan uji kalorimeter.

7. Panas Spesifik: Panas spesifik besi tempa sekitar 0.46 kJ/kg°C. Ini adalah
jumlah panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 1 kg material
sebesar 1°C. Panas spesifik besi tempa diuji dengan uji kalorimeter.

8. Pemuaian Termal: Pemuaian termal besi tempa sekitar 11-12 µm/m°C. Ini
adalah tingkat ekspansi material ketika dipanaskan. Pemuaian termal besi
tempa diuji dengan uji dilatometer.

9. Konduktivitas Termal: Konduktivitas termal besi tempa sekitar 50-60


W/m°C. Ini adalah kemampuan material untuk mentransfer panas.
Konduktivitas termal besi tempa diuji dengan uji konduktivitas termal.

10. Panas Transformasi: Panas transformasi besi tempa sekitar 200 kJ/kg. Ini
adalah jumlah panas yang dilepaskan atau diserap material ketika
mengalami perubahan fase. Panas transformasi besi tempa diuji dengan
uji kalorimeter.

11. Sifat Listrik: Besi tempa adalah konduktor listrik yang baik. Sifat listrik besi
tempa diuji dengan uji resistivitas.

12. Sifat Magnet: Besi tempa adalah material feromagnetik, yang berarti dapat
ditarik oleh magnet. Sifat magnet besi tempa diuji dengan uji permeabilitas.

13. Sifat Optik: Besi tempa berwarna abu-abu. Sifat optik besi tempa diuji
dengan uji spektroskopi.

14. Sifat Deterotative: Besi tempa tahan terhadap korosi dan aus. Sifat
deterotative besi tempa diuji dengan uji korosi.
4. Besi Baja (Iron-carbon-alloy)
1. Keuletan: Besi baja memiliki keuletan yang tinggi, yang berarti dapat
diubah bentuknya tanpa patah. Hal ini dibuktikan dengan kemampuannya
untuk dibentuk menjadi berbagai macam bentuk, seperti batang, pipa, dan
lembaran.
2. Kekerasan: Besi baja memiliki kekerasan yang tinggi, yang berarti tahan
terhadap penetrasi oleh benda lain. Hal ini penting untuk aplikasi di mana
ketahanan terhadap keausan dan goresan diperlukan.
3. Ketahanan aus: Besi baja memiliki ketahanan aus yang tinggi, yang berarti
tahan terhadap keausan akibat gesekan. Hal ini penting untuk aplikasi di
mana bahan akan bersentuhan dengan benda lain secara terus menerus.
4. Kekuatan Luluh: Besi baja memiliki kekuatan luluh yang tinggi, yang berarti
mampu menahan beban yang besar tanpa mengalami deformasi
permanen. Hal ini penting untuk aplikasi di mana struktur harus mampu
menahan beban yang besar.
5. Kekuatan Tarik: Besi baja memiliki kekuatan tarik yang tinggi, yang berarti
mampu menahan beban tarik yang besar tanpa patah. Hal ini penting
untuk aplikasi di mana bahan harus mampu menahan tarikan yang besar.
6. Kekuatan Tekan: Besi baja memiliki kekuatan tekan yang tinggi, yang
berarti mampu menahan beban tekan yang besar tanpa patah. Hal ini
penting untuk aplikasi di mana struktur harus mampu menahan beban
tekan yang besar.
7. Kapasitas Panas: Besi baja memiliki kapasitas panas yang tinggi, yang
berarti membutuhkan banyak panas untuk meningkatkan suhunya. Hal ini
dapat menjadi keuntungan dalam aplikasi di mana panas perlu disimpan,
seperti dalam peralatan masak.
8. Panas Spesifik: Besi baja memiliki panas spesifik yang tinggi, yang berarti
membutuhkan lebih banyak panas untuk meningkatkan suhunya
dibandingkan dengan bahan lain. Hal ini dapat menjadi kelemahan dalam
aplikasi di mana bahan perlu dipanaskan dengan cepat.
9. Pemuaian Termal: Besi baja memiliki pemuaian termal yang rendah, yang
berarti tidak mudah memuai ketika dipanaskan. Hal ini penting untuk
aplikasi di mana dimensi bahan harus tetap stabil meskipun terkena
panas.
10. Konduktivitas Termal: Besi baja memiliki konduktivitas termal yang tinggi,
yang berarti dapat mentransfer panas dengan cepat. Hal ini dapat menjadi
keuntungan dalam aplikasi di mana panas perlu ditransfer dengan cepat,
seperti dalam sistem pemanas.
11. Panas Transformasi: Besi baja memiliki panas transformasi yang tinggi,
yang berarti membutuhkan banyak panas untuk mengubah fasenya. Hal ini
penting untuk aplikasi di mana bahan harus dipanaskan hingga suhu tinggi
untuk mengubah fasenya, seperti dalam proses pengerjaan logam.
12. Sifat Listrik: Besi baja adalah konduktor listrik yang baik, yang berarti dapat
mengalirkan listrik dengan mudah. Hal ini penting untuk aplikasi di mana
bahan perlu mengalirkan listrik, seperti dalam kabel dan motor listrik.
13. Sifat Magnet: Besi baja adalah bahan feromagnetik, yang berarti dapat
ditarik oleh magnet. Hal ini penting untuk aplikasi di mana bahan perlu
ditarik oleh magnet, seperti dalam motor listrik dan elektromagnet.
14. Sifat Optik: Besi baja memiliki warna abu-abu dan kilap yang metalik. Hal
ini dapat menjadi keuntungan dalam aplikasi di mana estetika penting,
seperti dalam arsitektur dan dekorasi.
15. Sifat Detorative: Besi baja dapat mengalami korosi dan oksidasi, yang
dapat menyebabkan kerusakan pada bahan. Hal ini perlu dipertimbangkan
dalam aplikasi di mana bahan akan terpapar lingkungan yang korosif.
5. Besi Tuang Putih (White cast iron)
1. Keuletan:
a. Uji Tarik: Dilakukan dengan menggunakan spesimen batang yang
ditarik dengan gaya tertentu hingga patah. Hasilnya menunjukkan
kekuatan tarik, kekuatan luluh, dan perpanjangan persen bahan.
b. Nilai: Rendah dan rapuh, mudah retak atau patah jika terkena
benturan keras.
2. Kekerasan:
a. Uji Brinell: Dilakukan dengan menekan bola baja ke permukaan
bahan dan mengukur diameter bekas indentasi.
b. Uji Rockwell: Dilakukan dengan menekan penetrator berlian atau
bola baja ke permukaan bahan dan mengukur kedalaman indentasi.
c. Uji Vickers: Dilakukan dengan menekan piramida berlian ke
permukaan bahan dan mengukur diagonal bekas indentasi.
d. Nilai: Tinggi karena kandungan sementitnya yang tinggi, tahan
terhadap goresan dan keausan.
3. Ketahanan aus:
a. Uji ASTM G65: Dilakukan dengan menggesekkan spesimen bahan
terhadap permukaan abrasif dan mengukur tingkat keausan.
b. Nilai: Tinggi, ideal untuk aplikasi gesekan tinggi.
4. Kekuatan Luluh:
a. Uji Tarik: Dilakukan dengan menggunakan spesimen batang yang
ditarik dengan gaya tertentu hingga patah. Hasilnya menunjukkan
kekuatan tarik, kekuatan luluh, dan perpanjangan persen bahan.
b. Nilai: Tinggi, mampu menahan beban besar tanpa deformasi
permanen.
5. Kekuatan Tarik:
a. Uji Tarik: Dilakukan dengan menggunakan spesimen batang yang
ditarik dengan gaya tertentu hingga patah. Hasilnya menunjukkan
kekuatan tarik, kekuatan luluh, dan perpanjangan persen bahan.
b. Nilai: Rendah dibandingkan baja dan besi cor, rentan terhadap
patah tarik.
6. Kekuatan Tekan:
a. Uji Tekan: Dilakukan dengan menekan spesimen bahan dengan
gaya tertentu hingga patah. Hasilnya menunjukkan kekuatan tekan
bahan.
b. Nilai: Tinggi, ideal untuk aplikasi beban tekan tinggi.
7. Kekuatan Luluh:
a. Uji Tarik: Dilakukan dengan menggunakan spesimen batang yang
ditarik dengan gaya tertentu hingga patah. Hasilnya menunjukkan
kekuatan tarik, kekuatan luluh, dan perpanjangan persen bahan.
b. Nilai: Tinggi, mampu menahan beban besar tanpa deformasi
permanen.
8. Kekuatan Tarik:
a. Uji Tarik: Dilakukan dengan menggunakan spesimen batang yang
ditarik dengan gaya tertentu hingga patah. Hasilnya menunjukkan
kekuatan tarik, kekuatan luluh, dan perpanjangan persen bahan.
b. Nilai: Rendah dibandingkan baja dan besi cor, rentan terhadap
patah tarik.
9. Kekuatan Tekan:
a. Uji Tekan: Dilakukan dengan menekan spesimen bahan dengan
gaya tertentu hingga patah. Hasilnya menunjukkan kekuatan tekan
bahan.
b. Nilai: Tinggi, ideal untuk aplikasi beban tekan tinggi.
10. Kapasitas Panas:
a. Kalorimeter: Alat untuk mengukur panas yang diserap atau
dilepaskan bahan.
b. Nilai: Tinggi, membutuhkan banyak panas untuk meningkatkan
suhunya.
11. Panas Spesifik:
a. Kalorimeter: Alat untuk mengukur panas yang diserap atau
dilepaskan bahan.
b. Nilai: Tinggi, membutuhkan lebih banyak panas dibandingkan
bahan lain.
12. Pemuaian Termal:
a. Dilatometer: Alat untuk mengukur pemuaian termal bahan.
b. Nilai: Rendah, tidak mudah memuai ketika dipanaskan.
13. Konduktivitas Termal:
a. Uji Batang Panas: Uji untuk menentukan konduktivitas termal
bahan.
b. Nilai: Rendah, tidak mudah mentransfer panas.
14. Panas Transformasi:
a. DSC: Alat untuk mengukur panas transformasi bahan.
b. Nilai: Tinggi, membutuhkan banyak panas untuk mengubah
fasenya.
15. Sifat Listrik:
a. Ohmmeter: Alat untuk mengukur konduktivitas listrik bahan.
b. Nilai: Konduktor listrik yang baik.
16. Sifat Magnet:
a. Permeameter: Alat untuk mengukur permeabilitas magnetik bahan.
b. Nilai: Bahan feromagnetik, mudah ditarik oleh magnet.
17. Sifat Optik:
a. Spektrofotometer: Alat untuk mengukur warna bahan.
b. Nilai: Warna putih dan permukaan kasar.
18. Sifat Detorative:
a. Uji garam kabut: Uji untuk menentukan ketahanan korosi bahan.
b. Uji kelembaban: Uji untuk menentukan ketahanan bahan terhadap
kelembaban.
c. Uji cuaca: Uji untuk menentukan ketahanan bahan terhadap cuaca.
d. Nilai: Dapat mengalami korosi dan oksidasi.
E. Tujuan dan Fungsi Bahan
1. Feronikel
a. Tujuan:
Bahan feronikel diproduksi dengan tujuan utama sebagai bahan baku
pembuatan baja tahan karat (stainless steel). Feronikel mengandung sekitar 75%
nikel dan 25% besi, dan kombinasi ini memberikan sifat tahan karat yang sangat
baik pada baja (Arif,I, 2018)
b. Fungsi:
Feronikel memiliki beberapa fungsi penting dalam berbagai industri, antara lain:

 Industri baja: Feronikel merupakan bahan baku utama pembuatan baja tahan
karat. Baja tahan karat digunakan dalam berbagai aplikasi seperti peralatan
masak, peralatan medis, konstruksi, dan otomotif.

(sumber: https://bajabesi.co.id/)
 Industri kimia: Feronikel digunakan dalam pembuatan katalis dan bahan kimia
lainnya.

(sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Industri_kimia)

 Industri elektronik: Feronikel digunakan dalam pembuatan baterai dan


komponen elektronik lainnya.

(sumber: https://industri.kontan.co.id/news/deretan-perusahaan-elektronik-
yang-ekspansi-dan-investasi-baru-di-tanah-air-tahun-ini )

 Industri penerbangan: Feronikel digunakan dalam pembuatan pesawat


terbang karena sifatnya yang tahan korosi dan kuat.
(sumber: https://student-activity.binus.ac.id/himtri/2022/08/11/perjalanan-
industri-penerbangan-di-indonesia/)

2. Besi Cor
a) Tujuan
Besi cor memiliki beberapa tujuan utama, yaitu:
1. Meningkatkan Ketahanan Korosi:
Besi cor memiliki ketahanan korosi yang baik, terutama terhadap air dan
asam. Hal ini membuatnya ideal untuk digunakan dalam berbagai aplikasi di
mana ketahanan korosi penting, seperti:
 Pipa dan Katup: Digunakan untuk membuat pipa dan katup yang
digunakan dalam sistem pemipaan air dan limbah.
 Peralatan Sanitasi: Digunakan untuk membuat bak mandi, wastafel,
dan toilet.
 Peralatan Industri: Digunakan untuk membuat pompa, kompresor, dan
mesin lainnya yang digunakan dalam berbagai industri.
2. Meningkatkan Kekuatan dan Ketahanan:
Besi cor memiliki kekuatan dan ketahanan yang tinggi. Hal ini
membuatnya ideal untuk digunakan dalam aplikasi di mana kekuatan dan
ketahanan penting, seperti:
 Otomotif: Digunakan untuk membuat blok mesin, kepala silinder, dan
rem.
 Konstruksi: Digunakan untuk membuat balok bangunan, kolom, dan
tangga.
 Peralatan Industri: Digunakan untuk membuat mesin, alat, dan dies.
3. Meningkatkan Ketahanan Panas:
Besi cor memiliki ketahanan panas yang baik dan dapat menahan suhu
tinggi tanpa kehilangan kekuatannya. Hal ini membuatnya ideal untuk
digunakan dalam aplikasi di mana suhu tinggi adalah faktor, seperti:
 Kompor dan Peralatan Masak: Digunakan untuk membuat kompor,
oven, dan peralatan masak lainnya.
 Peralatan Industri: Digunakan untuk membuat tungku, boiler, dan
mesin lainnya yang digunakan dalam berbagai industri.
 Perapian dan Pemanas: Digunakan untuk membuat perapian dan
pemanas ruangan.
4. Meningkatkan Redaman Getaran:
Besi cor memiliki kemampuan meredam getaran yang baik. Hal ini
membuatnya ideal untuk digunakan dalam aplikasi di mana getaran adalah
masalah, seperti:
 Mesin dan Peralatan: Digunakan untuk membuat alas mesin dan
peralatan untuk mengurangi getaran.
 Kendaraan: Digunakan untuk membuat komponen kendaraan untuk
mengurangi getaran dan kebisingan.
 Bangunan: Digunakan untuk membuat bantalan dan isolasi untuk
mengurangi getaran dan kebisingan.
5. Meningkatkan Estetika:
Besi cor memiliki tampilan yang menarik dan klasik. Hal ini membuatnya
ideal untuk digunakan dalam berbagai aplikasi di mana estetika penting,
seperti:
 Arsitektur: Digunakan untuk membuat pagar, railing, dan dekorasi
lainnya.
 Perabotan: Digunakan untuk membuat meja, kursi, dan furnitur lainnya.
 Seni dan Patung: Digunakan untuk membuat patung, dekorasi, dan
karya seni lainnya.
b) Fungsi
Besi cor bisa digunakan sebagai bahan utama dari pembangunan dasar
kolom dan rangka kolom. Karena memiliki kekuatan yang tinggi, besi ini bisa
digunakan juga sebagai dudukan cetakan dari tangga baja hingga rangka
pagar batu untuk rumah Anda.
Kegunaan besi cor dalam konstruksi bisa beragam. Berikut kegunaan besi cor
dalam konstruksi:
 Besi cor bisa dipakai untuk material utama dari konstruksi dasar kolom
dan rangka kolom.
 Daya tahan dan kekuatan besi cor yang tinggi bisa dimanfaatkan sebagai
dudukan cetakan dari tangga baja sampai rangka pagar batu bangunan
Anda.
 Kelebihan besi cor, yaitu mampu bertahan di kelembapan tinggi bisa
digunakan untuk membuat rangka pipa saluran air.
 Digunakan untuk berbagai macam kelengkapan sanitasi. Dari pipa bawah
tanah, pipa air, lubang got, tangki air.
 Dipakai untuk rangka pondasi bangunan.
 Dibentuk menjadi tangga besi, tiang lampu, gerbang, atau bagian-bagian
lain
3. Besi Tempa
a) Tujuan
Besi tempa memiliki beberapa tujuan utama, yaitu:
1. Meningkatkan Ketahanan Korosi:
Besi tempa memiliki ketahanan korosi yang baik, terutama terhadap air
dan asam. Hal ini membuatnya ideal untuk digunakan dalam berbagai aplikasi
di mana ketahanan korosi penting, seperti:
 Pagar dan Railing: Digunakan untuk membuat pagar dan railing yang
tahan terhadap cuaca dan karat.
 Peralatan Taman: Digunakan untuk membuat bangku taman, meja
taman, dan dekorasi taman lainnya.
 Pipa dan Katup: Digunakan untuk membuat pipa dan katup yang
digunakan dalam sistem pemipaan air dan limbah.
2. Meningkatkan Kekuatan dan Keuletan:
Besi tempa memiliki kekuatan dan keuletan yang tinggi. Hal ini
membuatnya ideal untuk digunakan dalam aplikasi di mana kekuatan dan
ketahanan penting, seperti:
 Komponen Bangunan: Digunakan untuk membuat balok bangunan,
kolom, dan tangga.
 Peralatan Industri: Digunakan untuk membuat alat, dies, dan mesin
lainnya.
 Komponen Kendaraan: Digunakan untuk membuat komponen
kendaraan seperti roda, pelek, dan as roda.
3. Meningkatkan Estetika:
Besi tempa memiliki tampilan yang menarik dan klasik. Hal ini
membuatnya ideal untuk digunakan dalam berbagai aplikasi di mana estetika
penting, seperti:
 Arsitektur: Digunakan untuk membuat dekorasi bangunan seperti
balkon, railing, dan gerbang.
 Perabotan: Digunakan untuk membuat meja, kursi, dan furnitur lainnya.
 Seni dan Patung: Digunakan untuk membuat patung, dekorasi, dan
karya seni lainnya.
4. Kemudahan Dibentuk:
Besi tempa mudah dibentuk dan dapat ditempa menjadi berbagai bentuk.
Hal ini membuatnya ideal untuk digunakan dalam berbagai aplikasi di mana
bentuk yang kompleks diperlukan.
5. Ketahanan Aus:
Besi tempa memiliki ketahanan aus yang tinggi. Hal ini membuatnya ideal
untuk digunakan dalam aplikasi di mana gesekan tinggi terjadi.
b) Fungsi
Besi tempa memiliki banyak fungsi, antara lain:
1. Konstruksi:
 Digunakan untuk membuat balok bangunan, kolom, dan tangga.
 Digunakan untuk membuat pagar, railing, dan dekorasi bangunan.
 Digunakan untuk membuat jembatan dan struktur lainnya.
2. Industri:
 Digunakan untuk membuat alat, dies, dan mesin.
 Digunakan untuk membuat komponen kendaraan seperti roda, pelek,
dan as roda.
 Digunakan untuk membuat pipa dan katup.
3. Peralatan:
 Digunakan untuk membuat peralatan taman seperti bangku taman,
meja taman, dan dekorasi taman lainnya.
 Digunakan untuk membuat peralatan rumah tangga seperti gerobak
dorong, rak, dan dekorasi rumah lainnya.
 Digunakan untuk membuat peralatan industri seperti palu, pahat, dan
kunci pas.
4. Seni dan Dekorasi:
 Digunakan untuk membuat patung, dekorasi, dan karya seni lainnya.
 Digunakan untuk membuat furniture seperti kursi, meja, dan tempat
tidur.
 Digunakan untuk membuat pagar, railing, dan dekorasi taman.
5. Lainnya:
 Digunakan untuk membuat rel kereta api.
 Digunakan untuk membuat jangkar kapal.
 Digunakan untuk membuat berbagai macam produk lainnya.
4. Besi Baja (Iron-carbon-alloy)
a) Tujuan:
Besi baja diproduksi dengan tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan
manusia dalam berbagai bidang, seperti:
 Konstruksi: Besi baja merupakan material utama dalam konstruksi
bangunan, jembatan, jalan raya, dan infrastruktur lainnya.
 Industri: Besi baja digunakan dalam berbagai industri, seperti manufaktur
otomotif, pembuatan mesin, dan industri perkapalan.
 Peralatan: Besi baja digunakan untuk membuat berbagai macam
peralatan, seperti peralatan rumah tangga, peralatan pertanian, dan
peralatan industri.
 Senjata: Besi baja digunakan untuk membuat berbagai macam senjata,
seperti pisau, pedang, dan senjata api.
b) Fungsi:
Besi baja memiliki berbagai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan
manusia, antara lain:
 Kekuatan: Besi baja memiliki kekuatan yang tinggi sehingga dapat
digunakan untuk menahan beban berat.
 Kekerasan: Besi baja memiliki kekerasan yang tinggi sehingga dapat
digunakan untuk memotong dan menggerinda material lain.
 Ketahanan: Besi baja tahan terhadap berbagai macam kondisi lingkungan,
seperti panas, dingin, dan kelembaban.
 Keterformaan: Besi baja memiliki berbagai macam sifat yang dapat
disesuaikan dengan kebutuhan spesifik, seperti ketahanan korosi,
ketahanan aus, dan konduktivitas listrik.
5. Besi Tuang Putih (White cast iron)
a) Tujuan:
Tujuan utama pembuatan besi tuang putih adalah untuk mendapatkan
material yang memiliki:
 Ketahanan aus yang tinggi: Besi tuang putih sangat tahan aus karena
kandungan grafitnya yang tinggi. Grafit bertindak sebagai pelumas padat
dan membantu mengurangi gesekan.
 Kekuatan tekan yang tinggi: Besi tuang putih memiliki kekuatan tekan yang
tinggi karena struktur mikronya yang terdiri dari ferit dan sementit.
 Ketahanan terhadap korosi: Besi tuang putih dapat dilapisi dengan
berbagai macam bahan untuk membuatnya tahan terhadap korosi.
b) Fungsi:
Besi tuang putih digunakan dalam berbagai aplikasi, antara lain:
 Benda-benda yang membutuhkan ketahanan aus yang tinggi:
 Ball mill
 Crusher
 Grinding wheel
 Rem cakram
 Gigi mesin
 Benda-benda yang membutuhkan kekuatan tekan yang tinggi:
 Engine block
 Cylinder head
 Pipa
 Katup
 Bantalan mesin
 Benda-benda yang membutuhkan ketahanan terhadap korosi:
 Pompa
 Valve
 Peralatan industri
 Peralatan rumah tangga

F. Kelebihan dan kekurangan bahan


1. Feronikel
a. Kelebihan Feronikel
- Tahan Korosi: Feronikel memiliki ketahanan korosi yang tinggi, membuatnya
ideal untuk digunakan dalam lingkungan yang keras dan basah.
- Kuat: Feronikel memiliki kekuatan yang tinggi, membuatnya cocok untuk
digunakan dalam struktur dan aplikasi yang membutuhkan daya tahan.
- Tahan Panas: Feronikel dapat menahan suhu tinggi, membuatnya ideal
untuk digunakan dalam aplikasi seperti tungku dan mesin.
- Dapat Daur Ulang: Feronikel dapat didaur ulang, membuatnya menjadi
pilihan yang ramah lingkungan.
- Lebih Murah: Feronikel lebih murah daripada paduan nikel lainnya, seperti
Inconel dan Hastelloy.
b. Kekurangan Feronikel
- Kekerasan: Feronikel dapat menjadi keras dan rapuh, membuatnya sulit
untuk dibentuk dan diproses.
- Ketersediaan: Feronikel tidak tersedia secara luas seperti paduan nikel
lainnya.
- Korosi Galvanik: Feronikel dapat mengalami korosi galvanik jika bersentuhan
dengan logam lain, seperti baja.
- Berat: Feronikel lebih berat daripada paduan nikel lainnya.
2. Besi Cor
a) Kelebihan:
 Kekuatan dan Ketahanan: Besi cor memiliki kekuatan tekan yang tinggi
dan tahan terhadap beban berat. Hal ini membuatnya ideal untuk
digunakan dalam konstruksi dan struktur.
 Ketahanan Korosi: Besi cor memiliki ketahanan korosi yang baik, terutama
terhadap air dan asam. Hal ini membuatnya ideal untuk digunakan dalam
aplikasi di mana ketahanan korosi penting.
 Ketahanan Panas: Besi cor memiliki ketahanan panas yang baik dan dapat
menahan suhu tinggi tanpa kehilangan kekuatannya. Hal ini membuatnya
ideal untuk digunakan dalam aplikasi di mana suhu tinggi adalah faktor.
 Redaman Getaran: Besi cor memiliki kemampuan meredam getaran yang
baik. Hal ini membuatnya ideal untuk digunakan dalam aplikasi di mana
getaran adalah masalah.
 Estetika: Besi cor memiliki tampilan yang menarik dan klasik. Hal ini
membuatnya ideal untuk digunakan dalam berbagai aplikasi di mana
estetika penting.
 Mudah Dituang: Besi cor mudah dituang ke dalam cetakan,
memungkinkan pembuatan berbagai bentuk yang kompleks.
 Relatif Murah: Dibandingkan dengan bahan lain dengan sifat yang sama,
besi cor tergolong murah.
b) Kekurangan:
 Kerapuhan: Besi cor rapuh dan mudah retak atau patah jika terkena
benturan keras.
 Keterbentukan: Besi cor sulit dibentuk dan diproses setelah pengecoran.
 Berat: Besi cor memiliki massa jenis yang tinggi, membuatnya berat dan
sulit dipindahkan.
 Korosi Galvanik: Besi cor dapat mengalami korosi galvanik jika
bersentuhan dengan logam lain yang lebih mulia, seperti tembaga.
 Pengecoran: Proses pengecoran besi cor membutuhkan energi dan
peralatan yang cukup besar.
 Permesinan: Besi cor sulit dikerjakan dengan mesin, membutuhkan alat
dan teknik khusus.
3. Besi Tempa
c) Kelebihan:
 Kekuatan dan Ketahanan: Besi tempa memiliki kekuatan dan ketahanan
yang tinggi. Hal ini membuatnya ideal untuk digunakan dalam aplikasi di
mana kekuatan dan ketahanan penting.
 Ketahanan Korosi: Besi tempa memiliki ketahanan korosi yang baik,
terutama terhadap air dan asam. Hal ini membuatnya ideal untuk
digunakan dalam aplikasi di mana ketahanan korosi penting.
 Estetika: Besi tempa memiliki tampilan yang menarik dan klasik. Hal ini
membuatnya ideal untuk digunakan dalam berbagai aplikasi di mana
estetika penting.
 Kemudahan Dibentuk: Besi tempa mudah dibentuk dan dapat ditempa
menjadi berbagai bentuk. Hal ini membuatnya ideal untuk digunakan
dalam berbagai aplikasi di mana bentuk yang kompleks diperlukan.
 Ketahanan Aus: Besi tempa memiliki ketahanan aus yang tinggi. Hal ini
membuatnya ideal untuk digunakan dalam aplikasi di mana gesekan tinggi
terjadi.
 Dapat Didaur Ulang: Besi tempa dapat didaur ulang, menjadikannya
pilihan yang ramah lingkungan.
d) Kekurangan:
 Biaya: Besi tempa lebih mahal daripada beberapa bahan lain, seperti baja
dan aluminium.
 Keterampilan: Membutuhkan keterampilan khusus untuk menempa dan
mengolah besi tempa.
 Korosi: Besi tempa dapat berkarat jika tidak dilapisi dengan benar.
 Berat: Besi tempa memiliki massa jenis yang tinggi, membuatnya berat
dan sulit dipindahkan.
 Proses Pembuatan: Proses pembuatan besi tempa membutuhkan waktu
dan tenaga.
4. Besi Besi Baja (Iron-carbon-alloy)
a) Kelebihan:
 Kuat dan tahan lama: Besi baja memiliki kekuatan tarik dan tekan yang
tinggi, sehingga mampu menahan beban berat dan tahan lama.
 Tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan: Besi baja tahan terhadap
berbagai kondisi lingkungan seperti panas, dingin, dan kelembaban.
 Dapat didaur ulang: Besi baja dapat didaur ulang berkali-kali tanpa
kehilangan kualitasnya.
 Memiliki berbagai macam sifat yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan: Besi baja dapat dipadukan dengan berbagai macam elemen
lain untuk menghasilkan sifat yang diinginkan, seperti ketahanan korosi,
ketahanan aus, dan konduktivitas listrik.
 Relatif murah: Dibandingkan dengan material lain dengan kekuatan yang
sama, besi baja relatif murah.
b) Kekurangan:
 Berkarat: Besi baja mudah berkarat jika tidak dilapisi dengan pelindung
yang tepat.
 Cukup berat: Besi baja memiliki massa jenis yang tinggi, sehingga cukup
berat.
 Membutuhkan perawatan: Besi baja membutuhkan perawatan yang teratur
untuk menjaga performanya.
 Kadar emisi karbon tinggi: Produksi besi baja menghasilkan emisi karbon
yang tinggi, sehingga dapat berkontribusi terhadap perubahan iklim.
5. Besi Tuang Putih (White cast iron)
a) Kelebihan:
 Ketahanan aus yang tinggi: Besi tuang putih sangat tahan aus karena
kandungan grafitnya yang tinggi. Grafit bertindak sebagai pelumas padat
dan membantu mengurangi gesekan.
 Kekuatan tekan yang tinggi: Besi tuang putih memiliki kekuatan tekan yang
tinggi karena struktur mikronya yang terdiri dari ferit dan sementit.
 Ketahanan terhadap korosi: Besi tuang putih dapat dilapisi dengan
berbagai macam bahan untuk membuatnya tahan terhadap korosi.
 Relatif murah: Besi tuang putih merupakan material yang relatif murah
dibandingkan dengan material lain yang memiliki sifat serupa.
 Mudah dibentuk: Besi tuang putih mudah dibentuk menjadi berbagai
bentuk dan ukuran.
b) Kekurangan:
 Getas: Besi tuang putih bersifat getas, sehingga mudah retak atau patah
ketika terkena benturan.
 Ketahanan tarik yang rendah: Besi tuang putih memiliki ketahanan tarik
yang rendah dibandingkan dengan material lain.
 Sulit untuk dilas: Besi tuang putih sulit untuk dilas karena sifatnya yang
getas dan mudah retak.
 Berat: Besi tuang putih memiliki berat yang lebih berat dibandingkan
dengan material lain
G. Contoh Penggunaan

1. Feronikel
1. Bahan Baku Stainless Steel:
(Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Stainless_steel)

Feronikel adalah bahan baku utama untuk pembuatan stainless steel.


Kandungan nikel dalam feronikel memberikan ketahanan korosi yang tinggi
pada stainless steel, membuatnya ideal untuk berbagai aplikasi seperti
peralatan dapur, peralatan medis, dan konstruksi.
2. Bahan Baku Paduan Tahan Panas:

(Sumber: https://id.aliexpress.com/item/1005005257544610.html)
Feronikel juga digunakan dalam pembuatan paduan tahan panas yang
digunakan dalam aplikasi suhu tinggi seperti mesin jet, turbin gas, dan reaktor
nuklir. Ketahanan panas feronikel berasal dari kombinasi nikel dan kromium,
yang membentuk lapisan oksida pelindung pada permukaan material.
3. Bahan Baku Magnet Permanen:
(Sumber: https://www.tokopedia.com/dejavu-network/magnet-permanen-putih-koin-
neodymium-coin-disc-dia-10mm-tebal-1mm?
utm_source=google&utm_medium=organic&utm_campaign=pdp-seo)
Feronikel digunakan dalam pembuatan magnet permanen yang
memiliki kekuatan tinggi dan tahan terhadap demagnetisasi. Magnet
permanen ini digunakan dalam berbagai aplikasi seperti motor listrik,
generator, dan speaker.
4. Bahan Baku Elektroda Baterai:

(Sumber: http://id.batterypow.com/rechargeable-battery/ni-mh-1-2v-battery/aa-nickel-
metal-hydride-battery.html)
Feronikel digunakan dalam pembuatan elektroda baterai nikel-metal
hidrida (NiMH) yang memiliki kepadatan energi tinggi dan masa pakai yang
lama. Baterai NiMH banyak digunakan dalam kendaraan hibrida dan
elektronik portabel.
5. Bahan Baku Katalis:
(Sumber: https://www.tokopedia.com/kimiagk/katalis-catalyst-500ml?
utm_source=google&utm_medium=organic&utm_campaign=pdp-seo)
Feronikel digunakan dalam pembuatan katalis yang digunakan dalam
berbagai proses industri seperti pemrosesan petrokimia dan hidrogenasi.
Katalis feronikel memiliki aktivitas dan stabilitas yang tinggi, membuatnya
ideal untuk aplikasi industri yang keras.
6. Lapisan Pelindung:

(Sumber: http://www.spensakon.sch.id/home/read/44/teknologi-yang-terinspirasi-
oleh-struktur-tumbuhan)
Feronikel dapat digunakan sebagai pelapis pelindung untuk baja dan
logam lainnya untuk meningkatkan ketahanan korosi dan keausan. Lapisan
feronikel dapat diaplikasikan dengan berbagai metode seperti elektroplating,
pelapisan panas, dan penyemprotan termal.
7. Bahan Baku Perhiasan:
Feronikel dapat digunakan dalam pembuatan perhiasan karena memiliki
kilau yang menarik dan tahan terhadap noda. Perhiasan feronikel sering kali
dilapisi dengan emas atau perak untuk meningkatkan estetika dan daya
tahannya.
(Sumber: https://copperleluhur.com/kelebihan-dan-kekurangan-perhiasan-logam/)
8. Bahan Baku Alat Bedah:
Feronikel digunakan dalam pembuatan alat bedah karena memiliki
kekuatan yang tinggi, tahan korosi, dan biokompatibel. Alat bedah feronikel dapat
digunakan dalam berbagai prosedur bedah seperti operasi jantung dan ortopedi.

(Sumber: https://www.eurolab.net/id/testler/medikal-cihaz-testleri/cerrahi-aletler-ve-
malzemelerin-testleri/)
9. Bahan Baku Komponen Elektronik:

(Sumber: https://www.progressive-scientific.com/product/komponen-elektronik-dan-
simbol-1/)
Feronikel digunakan dalam pembuatan komponen elektronik seperti
konektor dan terminal karena memiliki konduktivitas listrik yang tinggi dan
tahan terhadap korosi.
10. Bahan Baku Konstruksi:

(Sumber: https://www.mitra10.com/blog/konstruksi-adalah)
Feronikel dapat digunakan dalam konstruksi bangunan dan jembatan
karena memiliki kekuatan yang tinggi dan tahan terhadap korosi.
11. Bahan Baku Koin:

(Sumber: https://en.m.wikipedia.org/wiki/File:IDR_1000_Koin.JPG )

Feronikel digunakan dalam pembuatan koin karena memiliki daya


tahan yang tinggi dan tahan terhadap korosi.
12. Bahan Baku Peralatan Industri:
(Sumber: https://www.indahjaya.com/post/peralatan-industri-jenis-fungsi-dan-cara-
memilihnya)

Feronikel digunakan dalam pembuatan peralatan industri seperti


pompa, katup, dan pipa karena memiliki kekuatan yang tinggi dan tahan
terhadap korosi.
13. Bahan Baku Peralatan Militer:

(Sumber: https://beritabuana.co/2023/08/31/as-kirim-peralatan-ke-taiwan-ditengah-
hubungan-dengan-china-kusut/)
Feronikel digunakan dalam pembuatan peralatan militer seperti tank,
pesawat terbang, dan kapal karena memiliki kekuatan yang tinggi dan tahan
terhadap korosi.
14. Bahan Baku Alat Musik:

(Sumber: https://bobo.grid.id/read/082905028/contoh-contoh-alat-musik-ritmis-
tradisional-materi-kelas-3-sd-tema-3?page=all )

Feronikel digunakan dalam pembuatan alat musik seperti gitar, drum,


dan cymbal karena memiliki kekuatan yang tinggi dan tahan terhadap korosi.
15. Bahan Baku Peralatan Olahraga:
(Sumber: https://www.twinkl.co.id/resource/kartu-peralatan-olahraga-flashcard-
twinkl-indonesia-id-l-1694945983)

Feronikel digunakan dalam pembuatan peralatan olahraga seperti raket


tenis, tongkat golf, dan bola bowling karena memiliki kekuatan yang tinggi dan
tahan terhadap korosi.
16. Bahan Baku Peralatan Medis:

(Sumber: https://dinkespapuabarat.wordpress.com/2018/05/06/breaking-news-
berbahaya-peralatan-medis-berserakan-di-pantai-saupapir-sorong/ )
Feronikel digunakan dalam pembuatan peralatan medis seperti kursi roda,
tempat tidur rumah sakit, dan peralatan bedah karena memiliki kekuatan yang tinggi
dan tahan terhadap korosi.
17. Bahan Baku Peralatan Rumah Tangga:
(Sumber: https://www.bangsaonline.com/berita/69397/bahan-baku-home-industri-
kebutuhan-alat-dapur-rumah-tangga-alfalan-diduga-dari-limbah-b3 )
Feronikel digunakan dalam pembuatan peralatan rumah tangga seperti
kulkas, mesin cuci, dan kompor karena memiliki kekuatan yang tinggi dan
tahan terhadap korosi.
18.Bahan Baku Peralatan Elektronik:

(Sumber: https://aseranishi.com/rekomendasi-jenis-alat-elektronik-rumah-tangga/)
Feronikel digunakan dalam pembuatan peralatan elektronik seperti
komputer, televisi, dan telepon karena memiliki konduktivitas listrik yang tinggi
dan tahan terhadap korosi.
2. Besi Cor
Besi cor adalah jenis besi yang dicetak dalam bentuk cetakan yang telah
dibuat sebelumnya dan dicetak dengan bahan campuran yang terdiri dari besi,
karbon, dan silikon. Besi cor umumnya digunakan dalam berbagai aplikasi yang
membutuhkan kekuatan dan ketahanan terhadap korosi, seperti dalam industri
otomotif, konstruksi, dan mesin. Pengaplikasian besi cor dapat dilakukan dengan
beberapa cara, tergantung pada jenis aplikasi dan kebutuhan spesifik. Beberapa
pengaplikasian besi cor yang umum dilakukan antara lain:
Gambar 1.7 proyek konstruksi
Sumber: (https://www.dekoruma.com/artikel/72838/jenis-konstruksi)
 Konstruksi: Besi cor digunakan dalam konstruksi bangunan dan jembatan
untuk membentuk struktur yang kuat dan tahan lama. Besi cor juga digunakan
dalam konstruksi mesin untuk membuat komponen yang tahan aus dan tahan
korosi.

Gambar 1.8 alat industri otomotif


Sumber: (https://kpssteel.com/besi-cor/kegunaan-besi-cor-kelabu-di-industri-
otomotif/)
 Otomotif: Besi cor digunakan dalam industri otomotif untuk membuat
komponen mesin seperti blok mesin, kepala silinder, dan manifold. Besi cor
memberikan kekuatan, ketahanan korosi, dan kemampuan untuk menahan
suhu tinggi yang dibutuhkan dalam mesin otomotif.
Gambar 1.9 panci
Sumber : (https://indonesian.alibaba.com/product-detail/Thick-cast-iron-pan-nonstick-
pot-60344833450.html)

 Perkakas tangan: Besi cor digunakan dalam pembuatan perkakas tangan


seperti panci, wajan, dan alat masak lainnya. Besi cor memiliki sifat tahan
korosi yang baik dan dapat menahan suhu tinggi, sehingga cocok untuk
digunakan dalam aplikasi memasak.

Gambar 1.10 Patung


Sumber : (https://pixabay.com/id/photos/karakter-besi-cor-patung-rakyat-186110/)
 Pengecoran: Besi cor juga dapat digunakan untuk membuat produk dengan
menggunakan teknik pengecoran. Teknik pengecoran memungkinkan
pembuatan produk dengan bentuk yang kompleks dan detail, seperti patung,
hiasan, dan lain sebagainya.
Dalam pengaplikasian besi cor, perlu diperhatikan beberapa faktor seperti
suhu, tekanan, dan kekuatan material. Jika diterapkan dengan benar, besi cor dapat
memberikan kinerja yang sangat baik dan tahan lama dalam berbagai aplikasi
industri dan konstruksi( Anonim, 1983).
3. Besi Tempa
 Dipakai untuk Pembuatan Pipa
Sifat besi yang mengandung terak ini salah satunya adalah tahan terhadap
korosi atau bebas karat. Sehingga sering digunakan untuk pembuatan pipa
air, dan beberapa perusahaan juga menggunakannya untuk pembuatan pipa
uap. Selain itu sifatnya juga mudah dibentuk sehingga pembuatan pipa
menjadi lebih mudah.

https://images.app.goo.gl/uRLVUu8dPVdUAWmT8
 Digunakan untuk Pembuatan Baut
Besi yang ditempa juga sering digunakan untuk pembuatan baut dari berbagai
ukuran dan kegunaan. Sifatnya yang mudah dibentuk membuatnya mudah
dibentuk dalam ukuran kecil. Meskipun begitu besi ini tetap kuat sehingga
cocok dijadikan baut untuk menyatukan satu atau beberapa benda.

https://images.app.goo.gl/TSPDRdcwxRA8B5RQ8
 Dibuat Paku Keling
Kegunaan berikutnya dari besi tempa ini adalah dijadikan paku keling. Paku
keling sendiri merupakan jenis paku yang terdiri dari kepala dan batang.
Penggunaan dari paku keling ini umumnya untuk menyambung pelat besi
dengan cara dikeling.

https://images.app.goo.gl/45uPcnZX5QcJoMDp8

 Dibuat Tali Pengikat


Besi yang dibuat dengan cara ditempa ini juga bisa dan sering digunakan
untuk pembuatan tali pengikat. Tali jenis ini akan sangat familiar dijumpai di
lingkungan perkapalan.

https://images.app.goo.gl/mmUhsH773dRLF9sY8

 Dijadikan Kerangka Atap


Sifatnya yang tahan korosi namun tetap kuat sekaligus mudah dibentuk
membuatnya cocok dijadikan kerangka atap. Khususnya untuk atap yang
terbuat dari material kayu agar tidak mudah rusak atau roboh.
https://images.app.goo.gl/8FVH56n6Xkdy3hgN7

 Dibuat Tapal Kuda


Sejak zaman dulu tapal kuda memang dibuat dari besi yang ditempa, hanya
saja untuk masa sekarang memang sudah menjadi pemandangan langka.
Sebab proses pembuatan tapal kuda cenderung lama dan kebetulan pemilik
kuda pun hanya kalangan terbatas.

https://images.app.goo.gl/JnRXCeeMs6hfQVbg9

 Dibuat Pagar
Besi yang ditempa memang sering dibuat menjadi pagar rumah atau
bangunan apapun. Sebab sekali lagi karena sifatnya yang kuat, tahan korosi,
dan mudah dibentuk.
https://images.app.goo.gl/YKwhrUBrppmgPqCM7

4. Besi Baja (Iron-carbon-alloy)


Besi baja adalah material yang sangat serbaguna dan digunakan dalam
berbagai macam aplikasi di berbagai bidang. Berikut adalah beberapa contoh
penggunaan besi baja:
 Konstruksi:
 Bangunan: Besi baja digunakan sebagai struktur utama bangunan, seperti
balok, kolom, dan plat lantai.
 Jembatan: Besi baja digunakan sebagai struktur utama jembatan, baik
untuk jalan raya maupun kereta api.
 Jalan raya: Besi baja digunakan sebagai tulangan beton untuk
memperkuat jalan raya.
 Infrastruktur lainnya: Besi baja digunakan dalam pembangunan berbagai
infrastruktur lainnya, seperti rel kereta api, tiang listrik, dan menara air.
 Industri:
 Manufaktur otomotif: Besi baja digunakan sebagai bahan baku pembuatan
mobil, truk, dan bus.
 Pembuatan mesin: Besi baja digunakan untuk membuat berbagai macam
mesin, seperti mesin industri, mesin pertanian, dan mesin alat berat.
 Industri perkapalan: Besi baja digunakan sebagai bahan baku pembuatan
kapal dan perahu.
 Industri lainnya: Besi baja digunakan dalam berbagai industri lainnya,
seperti industri tekstil, industri makanan, dan industri kimia.
 Peralatan:
 Peralatan rumah tangga: Besi baja digunakan untuk membuat berbagai
macam peralatan rumah tangga, seperti lemari es, mesin cuci, dan
kompor.
 Peralatan pertanian: Besi baja digunakan untuk membuat berbagai macam
peralatan pertanian, seperti traktor, bajak, dan cangkul.
 Peralatan industri: Besi baja digunakan untuk membuat berbagai macam
peralatan industri, seperti palu, gergaji, dan kunci inggris.
 Senjata:
 Pisau: Besi baja digunakan untuk membuat berbagai macam pisau, seperti
pisau dapur, pisau lipat, dan pisau bedah.
 Pedang: Besi baja digunakan untuk membuat berbagai macam pedang,
seperti katana, samurai, dan pedang arab.
 Senjata api: Besi baja digunakan untuk membuat berbagai macam senjata
api, seperti pistol, senapan, dan senapan mesin.
 Contoh Lainnya:
 Pipa: Besi baja digunakan untuk membuat pipa air, pipa gas, dan pipa
minyak.
 Rel kereta api: Besi baja digunakan untuk membuat rel kereta api.
 Tangki: Besi baja digunakan untuk membuat tangki penyimpanan air,
minyak, dan bahan kimia.
 Peralatan medis: Besi baja digunakan untuk membuat berbagai macam
peralatan medis, seperti pisau bedah, implan, dan alat bantu pernapasan.

5. Besi Tuang Putih (White cast iron)


Besi tuang putih memiliki banyak aplikasi di berbagai industri karena
sifatnya yang tahan aus, tahan panas, dan memiliki kekuatan tekan yang tinggi.
Berikut beberapa contoh penggunaannya:

 Industri:
 Ball mill: Digunakan untuk menghancurkan material keras karena tahan
aus dan dapat menahan beban yang besar.
 Crusher: Digunakan untuk memecah material besar menjadi material yang
lebih kecil karena tahan aus dan memiliki kekuatan tekan yang tinggi.
 Grinding wheel: Digunakan untuk menghaluskan permukaan material
karena tahan aus dan memiliki daya potong yang tinggi.
 Pompa: Digunakan untuk memindahkan cairan karena tahan terhadap
korosi dan tekanan internal.
 Katup: Digunakan untuk mengontrol aliran fluida karena tahan terhadap
korosi dan erosi.
 Peralatan mesin: Digunakan untuk membuat berbagai macam produk
karena tahan aus dan memiliki kekuatan tekan yang tinggi.
 Otomotif:
 Engine block: Digunakan sebagai struktur utama mesin karena tahan
panas dan memiliki kekuatan tekan yang tinggi.
 Cylinder head: Digunakan sebagai ruang bakar mesin karena tahan panas
dan memiliki kekuatan tekan yang tinggi.
 Rem cakram: Digunakan untuk memperlambat kendaraan karena tahan
aus dan dapat menahan panas tinggi.
 Gigi mesin: Digunakan untuk memindahkan tenaga dari mesin ke roda
karena tahan aus dan memiliki kekuatan tekan yang tinggi.
 Konstruksi:
 Pipa: Digunakan untuk mengalirkan air dan limbah karena tahan terhadap
korosi dan tekanan internal.
 Bantalan jembatan: Digunakan untuk menopang jembatan karena tahan
terhadap beban berat dan korosi.
 Peralatan konstruksi: Digunakan untuk membangun infrastruktur karena
tahan aus dan memiliki kekuatan tekan yang tinggi.
 Rumah tangga:
 Peralatan masak: Digunakan untuk memasak karena tahan panas dan
mudah dibersihkan.
 Peralatan makan: Digunakan untuk makan karena tahan terhadap korosi
dan mudah dibersihkan.
 Peralatan dekorasi: Digunakan untuk menghias rumah karena memiliki
estetika yang menarik.
 Contoh lain:
 Batu giling: Digunakan untuk menghaluskan bumbu dan bahan makanan
karena tahan aus dan memiliki tekstur yang kasar.
 Peralatan olahraga: Digunakan untuk berolahraga karena tahan aus dan
memiliki kekuatan tekan yang tinggi.
 Alat musik: Digunakan untuk membuat musik karena memiliki resonansi
yang baik.
Daftar Pustaka
Amyreeza (2015, Agustus 5). Ferrous Alloy (1): Mengenal Definisi Paduan Besi dan
Jenis-jenis Baja. Ahli Metalurgi Wannabe.
https://metallurgistwannabe.wordpress.com/2015/08/05/ferrous-alloy-1-
mengenal-definisi-paduan-besi-dan-jenis-jenis-baja/

Anonim, 1983, “Ilmu Bahan”, Departemen Mesin PEDC, Bandung. Di akses pada
tanggal 11 april 2023 dari
https://mesin.ulm.ac.id/assets/dist/bahan/Material_Teknik_full.pdf

Azom.com. (2013). Ferronickel - Properties, Applications. Diperoleh dari


https://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=9883

Davis, H, E., 1982, The Testing of Engineering Materials, Mc Graw Hill Inc.,
Auckland.

Daryanto, 2010, “proses pengolahan besi dan baja ( ilmu metalurgi )”, Sarana
Tutorial Nurani, Bandung.

Hartina, P., Suciyati, S. W., Supriyanto, A., & Junaidi, J. (2020). Simulasi Dinamika
Molekul Berbasis Kode LAMMPS untuk Mengkaji Titik Leleh Bahan Besi
(Fe), Timbal (Pb) dan Aluminium (Al). Journal of Energy, Material, and
Instrumentation Technology, 1(2), 64-74.

Indosteger. (2023, 28 Juni). Mengenal 4 Klasifikasi Besi Cor Serta Masing-masing


Karakteristiknya untuk Konstruksi. Diperoleh dari
https://www.indosteger.co.id/berita/detail/klasifikasi-besi-cor

Kalpakjian, S., & Schmid, S. R. (2009). Manufacturing engineering and technology


(7th ed.). Upper Saddle River, NJ: Pearson Prentice Hall

PT ANTAM Tbk. (2018). Laporan Tahunan 2017 [Annual Report 2017]. Retrieved
from https://www.antam.com/id/reports/annual-reports
PT Halmahera Jaya Feronikel. (2020). [HJF | HOME]. Diperoleh dari
https://hjferonikel.com/id/

PT. Karyakerasi Putra Satya. Pengertian Besi Cor dan Berbagai Karakteristiknya. Di
akses pada tanggal 08 Maret 2024 dari
https://kpssteel.com/educational/pengertian-besi-cor-dan-karakteristiknya/

Sari Ayu Ningsih. (2020, Agustus). Pengertian dan Pengolahan Feronikel. Diperoleh
dari https://www.dictio.id/t/pengertian-dan-pengolahan-feronikel/146386

Urm-Company. (2023, November 16). Ferroalloys. Diperoleh dari https://www.urm-


company.com/production/ferroalloys/

Wessman, S. 2013. Application of Computational Thermodynamics and Kinetics on


Transformation in Stainless Steels. Tesis. Sweden : Science Stockholm.

Wikipedia Bahasa Indonesia. (2023). Besi tempa. Diperoleh dari


https://wiki.alquds.edu/?query=Wikipedia:Long-term_abuse/List

Anda mungkin juga menyukai