Anda di halaman 1dari 21

Pengantar

Selamat datang dalam perjalanan ke dalam dunia mimpi yang


penuh misteri dan keajaiban melalui buku ini, "Menembus Batas
Realitas: Panduan Praktis untuk Lucid Dream." Buku ini adalah
panduan komprehensif yang akan membimbing Anda melalui berbagai
teknik dan konsep untuk mencapai pengalaman lucid dream, di mana
Anda dapat menyadari bahwa Anda sedang bermimpi dan bahkan
mengendalikan alur cerita mimpi Anda.

Dalam halaman-halaman berikutnya, Anda akan menemukan


rahasia-rahasia untuk memasuki alam bawah sadar Anda, menjelajahi
lapisan-lapisan pikiran yang tersembunyi, dan memanfaatkan potensi
kreatif yang luar biasa yang ada dalam mimpi Anda. Apakah Anda
seorang pemula yang ingin memahami dasar-dasar lucid dreaming atau
seorang praktisi berpengalaman yang mencari teknik lanjutan, buku ini
dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan eksplorasi Anda.

Saya berharap buku ini memberikan inspirasi dan wawasan yang


mendalam, membantu Anda membuka pintu ke dunia mimpi yang tak
terbatas. Selamat membaca, dan selamat menjelajahi alam bawah sadar
Anda melalui pengalaman lucid dream yang menakjubkan!

Marsal Wirdana
Peringatan

Tanggung Jawab Pribadi dalam Melakukan Lucid Dream

Sebelum Anda memulai perjalanan ke dunia Lucid Dream,


penting untuk diingat bahwa pengalaman ini adalah tanggung jawab
pribadi Anda. Penulis, pembuat konten, dan platform penyedia
informasi ini tidak bertanggung jawab atas konsekuensi apapun yang
mungkin terjadi selama atau setelah Anda mencoba praktik-praktik
Lucid Dream yang dijelaskan.

Keamanan Pribadi: Pastikan Anda berada dalam kondisi


kesehatan yang baik sebelum mencoba Lucid Dream. Jika Anda
memiliki masalah kesehatan mental atau fisik, konsultasikan dengan
ahli kesehatan terlebih dahulu.

Ketertarikan dan Keyakinan Pribadi: Setiap individu


memiliki tingkat ketertarikan dan keyakinan yang berbeda terhadap
pengalaman Lucid Dream. Jangan memaksakan diri Anda melakukan
teknik yang diberikan dibuku ini jika Anda merasa tidak nyaman atau
tidak yakin.

Kontrol Emosional: Lucid Dream dapat membawa


pengalaman emosional yang intens. Pastikan Anda siap secara
emosional untuk menghadapi berbagai situasi yang mungkin muncul
dalam mimpi Anda.
Waktu dan Tempat: Pilih waktu dan tempat yang tepat untuk
mencoba Lucid Dream. Jangan lakukan ini ketika Anda sedang
mengemudi, bekerja, atau dalam situasi di mana kewaspadaan dan
fokus diperlukan.

Batas Realitas: Meskipun Lucid Dream memberi Anda


kendali dalam mimpi, ingatlah bahwa ini masih merupakan pengalaman
dalam batas imajinasi. Jangan menganggap pengalaman dalam mimpi
sebagai kenyataan yang absolut.

Hentikan Jika Diperlukan: Jika Anda merasa tidak nyaman


atau mengalami efek samping yang tidak diinginkan selama atau
setelah Lucid Dream, hentikan praktik tersebut.

Dengan mengakses dan menggunakan informasi yang


terkandung dalam praktik-praktik Lucid Dream, Anda setuju untuk
mengambil tanggung jawab penuh atas keputusan Anda dan efeknya
pada diri Anda. Lakukan dengan bijak, pahami batasan diri Anda, dan
nikmatilah perjalanan menuju batas-batas imajinasi Anda.
BAGIAN PIKIRAN MANUSIA

Ketika kita membahas tentang Lucid Dream, kita sebenarnya


sedang mengulas salah satu Fenomena Pikiran Bawah Sadar. Penting
untuk membahasnya dengan cermat agar kita memahaminya sebelum
mencoba menerapkannya. Pikiran manusia, yang luar biasa, umumnya
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu Pikiran Sadar (Conscious) dan
Pikiran Bawah Sadar (Subconscious).

Pikiran Sadar (Conscious) hanya memiliki dampak sebesar


12% terhadap kehidupan manusia, sedangkan Pikiran Bawah Sadar
(Subconscious) memiliki dampak lebih besar, yaitu sebesar 88%, dalam
menentukan jalannya kehidupan manusia. Analoginya sering
digambarkan seperti Gunung Es (The Ice Berg), di mana di bawah
permukaan terdapat es yang sangat besar. Demikian pula, dalam pikiran
manusia, terdapat suatu sistem tersembunyi yang belum atau tidak
sepenuhnya terpahami oleh kemampuan kita. Diperlukan pembelajaran
lebih mendalam untuk mengaksesnya dan menemukan sumber daya
yang dapat kita manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kita.

Antara Pikiran Sadar (Conscious) dan Pikiran Bawah Sadar


(Subconscious), terdapat pembatas yang disebut Critical Factor. Critical
Factor berperan sebagai filter mental yang menyaring informasi yang
dapat masuk ke dalam Pikiran Bawah Sadar Manusia. Informasi dapat
disaring dan diterima oleh Pikiran Bawah Sadar hanya jika sesuai
dengan sistem keyakinan, pengetahuan, dan kebenaran yang diakui
oleh pemilik pikiran.

Tugas Critical Factor sejatinya baik, yaitu menjaga dan


melindungi setiap data yang telah disimpan di Pikiran Bawah Sadar
agar tidak mudah berubah atau diubah oleh informasi baru yang
berbeda dengan data sebelumnya. Inilah sebabnya mengapa banyak
orang kesulitan untuk mencapai Lucid Dream. Beberapa faktor seperti
kurangnya keyakinan, rasa takut, dan alasan-alasan lainnya membuat
proses mencapai Lucid Dream menjadi sulit. Diperlukan upaya untuk
meresapi keyakinan, keberanian, dan tekad dalam melakukannya.
GELOMBANG OTAK (BRAINWAVE)

Kita telah membahas aspek pikiran sebelumnya. Sekarang,


mari telaah fenomena perubahan antara pikiran sadar dan pikiran bawah
sadar dengan memahami variasi Frekuensi Gelombang Otak Manusia
(Brainwave). Untuk mengukur frekuensi gelombang otak, kita dapat
menggunakan alat khusus yang dikenal sebagai Electroencephalo
graphy (EEG). Dengan perangkat ini, kita dapat memantau dan
menganalisis perubahan aktivitas gelombang otak pada manusia.

Setiap keadaan aktivitas sehari-hari, seperti bekerja,


beristirahat, dan tidur, menciptakan perbedaan dalam pola gelombang
otak. Jenis-jenis gelombang otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
Gelombang Gamma (30 Hz - 100 Hz)

Gelombang Gamma, dengan amplitudo yang cenderung rendah


dan kecepatan tertinggi, muncul ketika seseorang mengalami aktivitas
mental yang sangat tinggi. Contohnya termasuk situasi di arena
pertandingan, kompetisi juara, penampilan di depan umum, atau ketika
mengalami kepanikan dan ketakutan. Kondisi Gamma terjadi dalam
keadaan kesadaran penuh.

Berdasarkan penelitian Dr. Jeffrey D. Thompson dari Center


for Acoustic Research, terdapat pula gelombang Gamma yang lebih
tinggi, disebut Hypergamma (tepat pada 100 Hz), dan gelombang
Lambda (tepat pada 200 Hz), yang berkaitan dengan kemampuan
supernatural atau luar biasa. Namun, kedua gelombang ini tidak dibahas
dalam konteks ini.

Gelombang Beta (12 Hz - 30 Hz)

Gelombang otak ini terjadi saat seseorang mengalami aktivitas


mental yang penuh kesadaran. Gelombang Beta muncul selama
aktivitas sehari-hari dan interaksi sosial, mencerminkan kestabilan
pikiran dalam keadaan terjaga. Gelombang Beta dibagi menjadi tiga
kelompok: High Beta (lebih dari 30 Hz), yang merupakan transisi
dengan getaran gamma; Vibrasi Beta (15 Hz - 30 Hz), juga merupakan
transisi dengan getaran gamma; dan Low Beta (12 Hz ~ 15 Hz).
Gelombang Beta diperlukan oleh otak saat melakukan pemikiran
rasional, pemecahan masalah, dan dalam keadaan pikiran di mana
sebagian besar hidup telah dihabiskan.
Gelombang Alpha (8 Hz - 12 Hz)

Gelombang otak ini muncul saat seseorang mengalami


relaksasi atau memulai istirahat, ditandai dengan mata yang mulai
menutup atau gejala mengantuk. Gelombang Alpha dihasilkan saat
berada di ambang tidur, pada saat transisi antara sadar dan tidak sadar.
Para ahli hipnosis memanfaatkan fenomena Alpha untuk memberikan
sugesti kepada pasien. Gelombang Alpha juga dihasilkan saat memulai
meditasi ringan. Dengan frekuensi 8-12 Hz, ini berfungsi sebagai
penghubung antara pikiran sadar dan bawah sadar. Gelombang Alpha
memungkinkan kita mengingat mimpi dan merupakan keadaan yang
ideal untuk pemrograman bawah sadar.

Gelombang Theta (4 Hz - 8 Hz)

Gelombang otak ini muncul saat seseorang mengalami tidur


ringan atau sangat mengantuk, ditandai dengan pernapasan yang
melambat dan dalam. Gelombang Theta juga dihasilkan saat dalam
keadaan trance, hipnosis, meditasi dalam, berdoa, atau menjalani ritual
keagamaan dengan penuh khusyuk. Orang yang mampu mengalirkan
energi chi, prana, atau tenaga dalam, juga menghasilkan Gelombang
Theta saat berlatih atau menyalurkan energinya kepada orang lain.
Dengan latihan, Gelombang Theta dapat dimanfaatkan untuk mencapai
kondisi meditasi yang sangat dalam, meskipun sering kali dapat
menyebabkan tidur. Gelombang ini terjadi selama tidur, terutama saat
bermimpi, memungkinkan koneksi dengan pikiran bawah sadar dan
eksplorasi kreativitas serta kompleksitas emosional.
Gelombang Delta (0.5 Hz - 4 Hz)

Gelombang otak ini memiliki amplitudo yang besar dan


frekuensi yang rendah, yaitu di bawah 4 Hz. Gelombang Delta
dihasilkan saat seseorang tertidur lelap tanpa bermimpi. Fase Delta
merupakan periode istirahat bagi tubuh dan pikiran, di mana tubuh
melakukan proses penyembuhan, memperbaiki kerusakan jaringan, dan
aktif memproduksi sel-sel baru selama tidur lelap. Gelombang Delta
adalah gelombang terendah pada otak, dan otak tidak akan pernah
mencapai frekuensi 0 Hz karena hal tersebut akan menyebabkan
kematian.
ALPHA DAN THETA

Dalam membahas proses Lucid Dream, aspek yang menarik


untuk dibahas adalah kondisi trance yang diperlukan untuk mencapai
keberhasilan dalam meraih pengalaman Lucid Dream. Diskusi ini
sering kali mempertimbangkan apakah kondisi Trance Alpha atau
Trance Theta lebih efektif dalam mencapai tujuan tersebut, serta sejauh
mana kedalaman trance yang dibutuhkan untuk mewujudkannya.

Trance, sebagai keadaan setengah sadar atau keadaan pikiran


bawah sadar, menjadi fokus pembahasan karena menjadi kunci dalam
membuka pintu menuju Lucid Dream. Hoffman (1998) mendefinisikan
trance secara konvensional sebagai keadaan kesadaran berkurang atau
keadaan mengantuk. Lebih lanjut, kondisi trance ini ditempatkan pada
rentang gelombang otak Alpha hingga Theta. Pemahaman ini membuka
ruang diskusi mengenai bagaimana gelombang otak yang terlibat dapat
memengaruhi keberhasilan Lucid Dream.

Menurut Castillo (1995), kondisi trance dapat dihasilkan


melalui perilaku pemusatan perhatian yang intens. Ini merupakan
mekanisme psikologis dari induksi trance. Respons adaptif, termasuk
dalam bentuk trance, disetel dalam jaringan saraf di otak dan sebagian
besar bergantung pada karakteristik budaya yang ada dalam otak
individu tersebut. Hal ini membawa kita pada pemahaman bahwa
keberhasilan Lucid Dream mungkin lebih mudah dicapai oleh individu
yang hidup dalam lingkungan mistik, di mana pemahaman terhadap
kondisi yang tidak terlihat (mistik) menjadi lebih melekat dibandingkan
dengan individu yang hidup dalam lingkungan rasionalitas yang tidak
percaya pada hal-hal yang tidak terlihat.
Maka, dapat diargumentasikan bahwa orang yang hidup dalam
lingkungan mistik cenderung lebih mudah memasuki kondisi trance
yang diperlukan untuk Lucid Dream, karena budaya dan keyakinan
mereka telah memberikan dasar yang kuat untuk menerima dan
mengakses pikiran bawah sadar dengan lebih mudah. Sebaliknya,
individu yang cenderung lebih rasional mungkin menghadapi hambatan
dalam memasuki trance, karena kecenderungan untuk tidak percaya
pada hal-hal yang bersifat mistik atau tidak terlihat.

Dengan demikian, pemahaman lebih mendalam tentang peran


kondisi trance dalam mencapai Lucid Dream dapat membuka jendela
bagi eksplorasi lebih lanjut mengenai bagaimana budaya, keyakinan,
dan lingkungan psikologis seseorang dapat memengaruhi
kemampuannya untuk meraih pengalaman Lucid Dream. Diskusi ini
juga dapat membantu dalam merancang pendekatan yang lebih efektif
dan terpersonalisasi untuk mereka yang tertarik mengembangkan
kemampuan Lucid Dream dalam konteks keseharian mereka.

Dalam mendiskusikan pengalaman Lucid Dream, fokusnya


sering kali melibatkan pertimbangan tentang metode yang dapat
meningkatkan kesadaran selama mimpi. Salah satu metode yang
menarik perhatian adalah pendekatan yang menggunakan kondisi
trance, yang memungkinkan individu masuk ke dalam gelombang otak
tertentu untuk mencapai keadaan sadar di dalam mimpi. Dalam hal ini,
dua metode umum yang sering dibahas adalah metode berbasis
gelombang otak Theta dan gelombang otak Alpha.

Pertama-tama, metode berbasis gelombang otak Theta


menekankan penciptaan kondisi trance pada rentang gelombang otak
Theta. Ini melibatkan pendekatan yang lebih mendalam, termasuk
dalam kondisi Somnambulisme hingga Ultra High. Panduan yang
tersedia, khususnya di Indonesia, cenderung memanfaatkan Audio
Hypnoterapi sebagai sarana untuk membantu individu mencapai
kondisi ini. Metode ini sering dianggap sebagai jalur yang mendalam
dan intens, membutuhkan konsentrasi tingkat tinggi dan keterlibatan
mental yang dalam.

Di sisi lain, metode berbasis gelombang otak Alpha lebih fokus


pada Light Trance atau Trance Ringan. Dalam hal ini, individu diminta
untuk memasuki kondisi gelombang otak Alpha, di mana mereka masih
dapat mempertahankan sejumlah kendali kesadaran sementara
visualisasi dalam mimpi menjadi lebih hidup. Pendekatan ini lebih
menekankan pada keterlibatan yang lebih fleksibel dan dianggap
sebagai cara untuk tetap terhubung dengan kesadaran di dalam mimpi.

Penting untuk mencatat bahwa pandangan mengenai


keefektifan masing-masing metode ini dapat bervariasi antara individu.
Beberapa orang mungkin merasa lebih nyaman dengan metode berbasis
gelombang otak Theta yang mendalam, sementara yang lain lebih
memilih pendekatan gelombang otak Alpha yang lebih ringan.
Dalam keseluruhan diskusi tentang Lucid Dream, pemahaman
tentang peran trance dalam mencapai keadaan sadar selama mimpi
membuka peluang untuk mendalami eksplorasi batin dan potensi
pikiran bawah sadar. Diskusi ini juga dapat memberikan perspektif
lebih luas tentang bagaimana individu memanfaatkan kondisi trance
untuk mencapai pengalaman Lucid Dream yang lebih beragam dan
pribadi.

Basic Plane (Alpha Optimal)

Pemahaman tentang pelaksanaan Lucid Dream dengan


memanfaatkan kondisi gelombang otak Alpha sejalan dengan teori
yang diusung oleh Jose Silva (1977). Teori tersebut menyatakan bahwa
di perbatasan antara gelombang Alpha dan Theta terdapat bagian yang
disebut sebagai Basic Plane (Dataran Dasar) atau sering disebut juga
Alpha Optimal. Pada kondisi ini, seseorang tetap memiliki kesadaran
namun visualisasi menjadi sangat jelas. Dengan demikian, dalam
proses penciptaan Lucid Dream, penggunaan gelombang otak Alpha
dapat mengurangi risiko terjadinya tidur dan melupakan pengalaman
tersebut.

Basic Plane, atau Alpha Optimal, ditemukan di antara


gelombang otak Alpha (8 Hz hingga 12 Hz) dan Theta (4 Hz hingga 8
Hz). Gelombang Alpha sendiri terkait dengan keadaan kesadaran yang
rileks dan tenang, memungkinkan pikiran lebih terbuka terhadap
visualisasi dan sugesti positif. Pada saat yang bersamaan, gelombang
Theta terkait dengan fase tidur ringan dan mimpi.
Dalam konteks Lucid Dream, Alpha Optimal menjadi penting
karena menciptakan kondisi di mana seseorang dapat tetap memiliki
kendali kesadaran sambil merasakan ketajaman visualisasi yang tinggi.
Pada titik ini, risiko tidur dan lupa akan pengalaman Lucid Dream dapat
ditekan, memungkinkan individu untuk tetap terkoneksi dengan
kesadaran mereka.

Mengaplikasikan Alpha Optimal dalam konteks Lucid Dream


memberikan kesempatan untuk menjelajahi potensi kesadaran tinggi
dan visualisasi yang jelas. Dengan pemahaman yang mendalam
terhadap dinamika gelombang otak ini, praktisi Lucid Dreaming dapat
memanfaatkannya sebagai landasan untuk mencapai pengalaman Lucid
Dream yang lebih mendalam dan memuaskan.
Mata Alpha Optimal

Untuk meningkat ketajaman visualisasi sehingga gambaran


Lucid Dream yang kita menjadi lebih tampak nyata. Kita harus
mengetahui teori posisi mata menurut Jose Silva menjadi relevan
karena konsep ini berkaitan dengan pengaturan kondisi otak untuk
mencapai tingkat kesadaran yang diinginkan. Salah satu aspek penting
dari teori ini adalah ide "20 derajat," yang menekankan bahwa posisi
mata yang diarahkan ke atas sebanyak 20 derajat dari garis lurus dapat
memengaruhi gelombang otak, khususnya gelombang Alpha.

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, gelombang otak Alpha


terkait dengan keadaan kesadaran yang santai dan rileks, yang
memungkinkan seseorang untuk lebih mudah masuk ke dalam keadaan
meditatif. Dengan menghubungkan konsep posisi mata 20 derajat
dengan penciptaan Lucid Dream, kita dapat memahami bagaimana
manipulasi posisi mata dapat menjadi salah satu elemen kunci dalam
mencapai pengalaman Lucid Dream yang lebih mendalam.
Pada titik Alpha Optimal atau Basic Plane yang ditemukan di
antara gelombang otak Alpha dan Theta, seseorang dapat mencapai
kesadaran tinggi sambil tetap terkoneksi dengan visualisasi yang jelas.
Penerapan konsep 20 derajat dapat dianggap sebagai metode yang
mendukung proses ini, membantu mengarahkan otak ke keadaan yang
lebih responsif terhadap sugesti dan visualisasi.

Dalam praktek Lucid Dream, penggunaan konsep ini mungkin


melibatkan kesadaran terhadap posisi mata dan upaya untuk
mengarahkannya sesuai dengan pedoman 20 derajat. Dengan
menciptakan keadaan otak yang cocok, individu dapat merespons lebih
baik terhadap latihan meditasi, sugesti, atau teknik lain yang digunakan
dalam penciptaan Lucid Dream.

Integrasi konsep posisi mata 20 derajat ke dalam praktik Lucid


Dream memberikan dimensi tambahan untuk dipelajari dan
dieksplorasi oleh para praktisi yang ingin memperdalam pengalaman
kesadaran mereka dalam alam mimpi.
Latihan Pra-Lucid Dream
Sebelum memasuki dunia yang menarik dari Lucid Dreaming,
tahap awal yang penting untuk dipertimbangkan adalah melakukan
pengkondisian pada Pikiran Bawah Sadar (Subconscious). Proses ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kemungkinan keberhasilan saat
melaksanakan Lucid Dreaming. Pengkondisian ini terfokus pada upaya
mempertahankan kesadaran, bahkan ketika kita telah memasuki
gelombang otak Alpha atau Theta. Kenapa hal ini penting? Karena kita
ingin menghindari peralihan ke gelombang Delta yang dapat membuat
kita lupa akan pengalaman menarik yang mungkin terjadi selama kita
bermimpi.

Sebuah pendekatan yang dapat digunakan adalah membangun


hubungan yang kuat dengan Pikiran Bawah Sadar. Lapisan pikiran ini
memegang peran penting dalam membentuk realitas kita, terutama saat
kita tengah berada dalam dunia mimpi. Melalui serangkaian latihan,
kita dapat mencapai tingkat kesadaran yang memungkinkan kita untuk
tetap terhubung dengan pikiran bawah sadar, bahkan saat kita mencapai
tingkat relaksasi yang tinggi.

Teknik 5 Hitungan
Mulailah dengan menemukan posisi yang nyaman saat
berbaring. Fokuslah pada relaksasi fisik secara menyeluruh, dimulai
dari ujung kaki dan perlahan menanjak ke atas menuju kepala. Pastikan
setiap bagian tubuh benar-benar rileks sebelum melanjutkan ke bagian
berikutnya.

Posisikan mata Anda menghadap ke atas sejauh 20 derajat,


menciptakan keadaan kesadaran Alpha yang mendalam. Pada tahap ini,
pikiran lebih menerima sugesti positif dan terbuka untuk visualisasi.
Ambil beberapa napas dalam secara perlahan untuk merilekskan tubuh
secara menyeluruh. Tarik napas melalui hidung, tahan sebentar di perut,
dan hembuskan secara perlahan melalui mulut.

Bayangkan angka 1 muncul dalam benak pikiran Anda, lalu


hilangkan. Lanjutkan dengan angka 2, dan terus hilangkan hingga
mencapai angka 5. Setelah itu, diam dan amati visualisasi Anda tanpa
perlawanan, hindari tertidur. Jika sudah berlangsung selama 5 atau 10
menit, mulailah bangun dengan menghitung mundur dari 5 hingga 1,
dan bangun dengan perlahan. Lakukanlah latihan ini setidaknya 3 kali
sebelum melakukan Lucid Dream.

Teknik Lucid Dream


Mulailah dengan menemukan posisi yang nyaman saat
berbaring. Fokuslah pada relaksasi fisik secara menyeluruh, dimulai
dari ujung kaki dan perlahan menanjak ke atas menuju kepala. Pastikan
setiap bagian tubuh benar-benar rileks sebelum melanjutkan ke bagian
berikutnya.

Posisikan mata Anda menghadap ke atas sejauh 20 derajat,


menciptakan keadaan kesadaran Alpha yang mendalam. Pada tahap ini,
pikiran lebih menerima sugesti positif dan terbuka untuk visualisasi.
Ambil beberapa napas dalam secara perlahan untuk merilekskan tubuh
secara menyeluruh. Tarik napas melalui hidung, tahan sebentar di perut,
dan hembuskan secara perlahan melalui mulut.
Bayangkan angka 1 muncul dalam benak pikiran Anda, lalu
hilangkan. Lanjutkan dengan angka 2, dan terus hilangkan hingga
mencapai angka 5. Setelah itu, ucapkan Afirmasi/ Sugesti ini :
"Tubuhku dan pikiranku adalah kanvas kosmis yang terbuka
untuk menjelajahi alam bawah sadar. Setiap saat, dengan penuh
kesadaran, aku memasuki dunia imajinasiku yang tak terbatas. Aku
mengendalikan perjalanan pikiranku, mengarahkan setiap detil dengan
kekuatan pikiranku. Dalam setiap momen, aku menjadi arsitek
kreativitasku sendiri, menemukan keajaiban dan pelajaran yang
tersembunyi. Kemampuan lucid dream adalah medan tanah subur, dan
aku adalah maestro dalam menjalin kisah di dalamnya. Setiap waktu
adalah petualangan tanpa batas, dan aku dengan penuh keyakinan
merajut mimpi-mimpi menjadi kenyataan dalam dunia imajinasi yang
mendalam dan indah." (Hafalkan).
Kemudian, nikmati keadaan visualisasi dan imajinasi yang
seketika menjadi jelas dan terkendali. Untuk kembali ke dalam kondisi
bangun, niatkan dalam pikiran untuk terbangun. Mulailah bangun
dengan menghitung mundur dari 5 hingga 1, dan bangun dengan
perlahan. Selamat mencoba.
Berbagi Cerita/Testimoni Pengalaman
Lucid Dream ke No WhatsApp: 0895377438811
(Marsal Wirdana)

Bergabung didalam Group Pikiran Bawah


Sadar:
https://chat.whatsapp.com/LHVuKYA4Diw2L8t
W2TAOnY

Anda mungkin juga menyukai