Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH TEORI BIMBINGAN DAN KONSELING KARIER

TEORI TRAIT AND FACTOR

Disusun oleh :
Anggota Kelompok 5 Kelas 3B :
1. Ayu Khoirunnisa Hariyanto (K3120015)
2. Helen Evy Kurniawati (K3120027)
3. Renasya Melda Hanifah (K3120051)
4. Rizky Ridha Yassari (K3120055)
5. Ukky Rachma Fauziah (K3120069)

S-1 BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami panjatkan puji
dan sukur kehdirat Allah SWT , yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-
nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyesaikan laporan makalah kami tentang “Teori
Bimbingan Dan Konseling Karier Teori Trait And Factor”

Makalah ilmiah ini telah kami susun secara maksimal atas bantuan dari berbagai pihak sehingga
laporan makalah ini bisa selesai dengan lancara. Untuk itu, kami selaku penyusun, banyak
berterimakasih kepada semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu atas segala
bantuan dan supportnya selama ini.

Kami menyadari, makalah yang kami buat jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, guna
menghasilkan laporan makalah yang lebih baik.

Kami berharap, makalah tentang “Teori Bimbingan Dan Konseling Karier Teori Trait And
Factor” yang kami susun bisa memberikan manfaat dan menambah ilmu pengetahuan kita
semua.

Surakarta, 19 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………... i

Daftar Isi…………………………………………………………………………. ii

Bab I Pendahuluan……………………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang …………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………… 2
C. Tujuan……………………………………………………………………. 2
D. Manfaat…………………………………………………………………… 2

Bab II Pembahasan……………………………………………………………….. 3
A. Pengertian Teori Trait and Factor ………………………………………... 3
B. Konsep Dasar Teori Trait and Factor ……………………………………. 4
C. Pendekatan Perkembangan karir Trait dan Factor……………………….. 7
D. Penerapan Teori Trait and Factor………………………………………… 8
E. Tujuan Konseling Teori Trait and Factor………………………………… 10
F. Analisis Teori Trait and Factor…………………………………………… 11
G. Implikasi Teori Trait and Factor Bagi Konselor…………………………. 12
H. Asumsi Dasar Teori Trait and Factor ……………………………………. 13
I. Tahap-Tahap Konseling Trait-Factor…………………………………….. 14
J. Teknik-Teknik Konseling Trait and Factor……………………………… 16
K. Kentungan dan Kelemahan Teori Trait and Factor ………………………. 19

Bab III Penutup…………………………………………………………………… 21


Simpulan………………………………………………………………………...... 21
Saran……………………………………………………………………………… 21

Daftar Pustaka……………………………………………………………………. 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Kepribadian pada diri manusia ditentukan oleh faktor dalam diri maupun
lingkungannya. Kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling
berkaitan satu dengan lainnya seperti kecakapan, minat, sikap, dan tempramen. Pada tiap
individu ada sifat-sifat yang umum dan sifat yang khusus, terdapat pada seseorang yang
merupakan sifat yang unik. Hal ini terjadi karena pembawaan dan lingkungan tiap orang
tidak sama. Oleh sebab itu, kepribadian adalah suatu sistem saling bergantungan dengan
trait atau faktor seperti; kecakapan, minat, sikap, temperamen, dan lain-lain.
Teori Trait and Factor dikembangkan berdasarkan sumbangan beberapa ahli
perkembangan karir seperti frank parson, E. G. Williamson, D. G. Patterson, J.G. Darley,
dan Miller yang tergabung dalam kelompok “Minnesota” (Munandir, 1996).
Istilah “Trait” itu sendiri merujuk pada karakteristik yang dapat diukur melalui tes.
“factor” merujuk pada karakteristik yang dibutuhkan untuk penampilan kerja yang
sukses. Jadi istilah ”trait and factor” merujuk pada penilaian karakteristik individu dan
pekerjaan (Sharft, 1992 : 17).
Konseling dengan pendekatan Trait and Factor, digolongkan ke dalam kelompok
pendekatan pada dimensi kognitif atau rational. Dalam proses penanganan pada kasus
konseling menggunakan metode rasional. Teori atau pendekatan ini secara intelektual,
logis dan rasional menerangkan, memecahkan kesulitan-kesulitan klien dalam suatu
proses konseling. Konseling dengan pendekatan Trait and Factor atau pendekatan
rasional ini sering disebut konseling yang direktif (directive counseling), karena konselor
secara aktif membantu klien mengarahkan perilakunya menuju pemecahan kesultannya,
sehingga konseling ini juga disebut konseling yang “counselor centered” dan ada juga
yang menyebutnya sebagai “clinical counseling”. Akan tetapi beberapa ahli mengatakan
bahwasannya pendekatan konseling ini, sangat berpengaruh atau bersifat “directive”.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Teori Trait and Factor?
2. Bagaimanakah pendekatan perkembangan karier menurut Teori Trait and Factor?
3. Bagaimana tahapan penerapan Teori Trait and Factor pada layanan konseling karier?
4. Apa saja implementasi Teori Trait and Factor dalam layanan konseling karier?
5. Apa saja keuntungan dan kelemahan penggunaan Teori Trait and Factor dalam
konseling karier?
C. Tujuan
1. Mampu mengetahui dan memahami pengertian dari Teori Trait and Factor
2. Mampu menganalisis dan menerapkan pendekatan perkembangan karier menurut
Teori Trait and Factor
3. Mampu mengetahui dan mengaplikasikan tahapan penerapan Teori Trait and Factor
pada layanan konseling karier
4. Mampu menelaah dan menindaklanjuti implementasi Teori Trait and Factor dalam
layanan konseling karier
5. Mmapu mengetahui keuntungan dan kelemahan penggunaan Teori Trait and Factor
dalam konseling karier
D. Manfaat
1. Bagi guru BK / konselor bisa menambah wawasan dan bahan pengembangan untuk
program layanan BK
2. Bagi siswa / konseli dan pembaca umum bisa menambah pengetahuan dan memahami
mengenai Teori Trait and Factor

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Trait and Factor


Secara bahasa trait dapat diartikan dengan sifat, karakteristik seorang individu.
Sedangkan factor berarti tipe-tipe, syarat-syarat tertentu yang dimilki oleh sebuah
pekerjaan atau suatu jabatan. Teori Trait and Factor memberikan asumsi bahwa
kecocokan antara trait dengan factor akan melahirkan kesuksesan dalam suatu karir yang
dilalui oleh seseorang dan begitu sebaliknya kegagalan dalam mencocokkan Trait dengan
factor akan menimbulkan kegagalan dalam sebuah pekerjaan.(Hadiarni Irman, 89-90:
2009), Teori Trait and Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian
seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan sejumlah ciri, sejauh tampak dari
hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu.
Konseling trait-facot berpegang pada pandangan yang sama dan menggunakan alat tes
psikologis untuk menganalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri atau
dimensi/aspek kepribadian tertentu yang diketahui mempunyai relevansi terhadap
keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam memangku jabatan dan mengikuti suatu
program studi Williamson (WS. Winkel, 1997: 338).
Menurut teori ini kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang
saling berkaitan satu dengan yang lainnya seperti kecakapan, minat. sikap dan
temperamen. Perkembangan kemajuan individu mulai dari masa bayi hingga dewasa
diperkuat oleh interaksi sifat dan faktor. Banyak usaha untuk membuat kategori orang-
orang atas dasar macam-macam sifat. Studi ilmiah yang telah dilakukan adalah: pertama
menilai ciri-ciri seseorang dengan tes psikologis, kedua mendefinisikan atau
menggambarkan seseorang, ketiga, membantu orang untuk memahami diri dan
lingkungannya, dan keempat, memprediksi keberhasilan yang mungkin dicapai dimasa
datang. Hal yang mendasar bagi konseling trait dan factor adalah asumsi bahwa individu
berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan mengetahui kecakapan dirinya
sebagai dasar bagi pengembangan potensinya. Pencapaian penemuan diri menghasilkan
kepuasan intrinsik dan memperkuat usaha untuk mewujudkan diri.

3
Williamson mencatat bahwa “landasan konsep konseling modern" adalah terletak
dalam asumsi individualitas yang unik dari setiap anak dan identifikasi keunikan tersebut
dengan menggunakan pengukuran obyektif sebagai lawan teknik perkiraan subyektif.
Para ahli psikologi telah lama mencoba mengembangkan instrumen yang dapat menilai
individu secara obyektif untuk digunakan dalam konseling baik dalam pendidikan
maupun vokasional. Dengan mengidentifikasikan diri dan faktor individu konselor dapat
membantunya dalam memilih program studi, mata kuliah, perguruan tinggi dan lain
sebagainya secara rasional dan dengan perkiraan keberhasilan.
Tugas konseling trait dan factor menurut Shertzer & Stone adalah membantu
individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara
membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kaitan dengan tujuan
perubahan kemaiuan tujuan-tujuan hidup dan karir. Begitu juga menurut Williamson
bahwa maksud konseling ini adalah untuk membantu perkembangan kesempurnaan
berbagai aspek kehidupan manusia. Konseling dilaksanakan dengan membantu individu
untuk memperbaiki kekurangan, ketidakmampuan, dan keterbatasan serta membantu
pertumbuhan dan integrasi kepribadian. Dalam hubungan konseling, individu mampu
untuk menghadapi, menjelaskan dan menyelesaikan masalah-masalahnya. Dari
pengalaman ini individu belajar untuk mengahadapi situasi konflik di masa mendatang.
Mengenai martabat kehidupan manusia, Williamson mengatakan bahwa manusia
berpotensi untuk melakukan yang baik dan yang jahat, namun kehidupan adalah
mengejar yang baik dan menolak serta mengontrol yang jahat. Dalam perkembangannya
manusia membutuhkan bantuan dari orang lain untuk dapat mengembangkan semua
kemampuan yang dimilikinya secara memadai. Konselor di institusi pendidikan berusaha
dengan sejujur-jujurnya untuk mempengaruhi arah perkembangan itu dan klien meminta
bantuan konselor karena dirinya sendiri belum menemukan arah perkembangannya
sendiri.

B. Konsep Dasar Teori Trait and Factor


Yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam
berpikir, berperasaan, dan berprilaku, seperti intelegensi (berpikir), iba hati
(berperasaan), dan agresif (berprilaku). Ciri itu dianggap sebagai suatu dimensi

4
kepribadian, yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau skala yang terentang
dari sangat tinggi sampai sangat rendah. Teori Trait dan Factor adalah pandangan yang
mengatakan bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan
jumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing
dimensi kepribadian itu. Konseling Trait dan Factor berpegang pada pandangan yang
sama dan menggunakan tes-tes psikologis untuk menganalisis atau mendiagnosis
seseorang mengenai ciri-ciri dimensi/aspek kepribadian tertentu, yang diketahui
mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam jabatan
dan mengikuti suatu program studi. Dan juga istilah konseling trait dan factor dapat
dideskripsikan adalah corak konseling yang menekankan pemahaman diri melalui
testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan baraneka problem
yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program studi/bidang pekerjaan.
Eysenck tokoh lain dari Aliran Trait-factor menyebut pula sifat sebagai konsep
pokoknya. Ia memberikan batasan yang pada dasarnya sama, tetapi dengan perumusan
yang agak lain. Ia menyebut sifat sebagai prinsip pengatur yang dapat disimpulkan dari
pengamatan perilaku. Secara lebih sederhana ia menyebut sifat sebagai kelompok
prilaku yang berkorelasi. Metode yang digunakan untuk penelitianya sama dengan
Cattell ialah analisis faktor. Mengenai tipe-tipenya ia banyak mengambil dari tipelogi
yang sudah ada. Jadi sifat-sifat seseorang dikaitkanya kepada tipe-tipe. Eyseck jga
memakai istilah sikap seperti Cattell, tetapi dihubungkannya dengan minat, opini
(pendapat dan ideologi). Menurut pendapatnya, minat adalah sikap yang menunjukkan
nilai positif terhadap sesuatu. Sedangkan sentimen sesuai dengan arti yang diberikan Mc
Dougall mencangkup daerah afektif (perasaan) maupun conative (kemauan).
Williamson berpendapat bahwa kepribadian terdiri dari sistem sifat atau faktor
yang saling tergantung, seperti kemampuan, minat, sikap dan temperamen.
Perkembangan individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa maju kalau faktor-
faktor tersebut diperkuat dan menjadi matang. Studi ilmiah telah dilakukan untuk
mengetahui berbagai sifat individu dan membantunya mengenal dirinya sendiri serta
meramalkan keberhasilanya dalam berbagai kegiatan atau jabatan. Williamson pun
memiliki konsep pokok bahwa terdapat sifat (trait) yang unik pada tiap individu dan
yang harus diselidiki secara objektif dengan pengukuran yang objektif pula. Sama juga

5
dengan tokoh-tokoh yang lainnya, ia menekankan pentingnya lingkungan, terutama
masyarakat. Tujuan penyuluhan tidak dapat terbatas kepada bantuan kepada individu
untuk mengenal dirinya sendiri dan mengatur dirinya sendiri saja. Dengan demikian, ia
mungkin menjadi orang yang berpusat pada diri sendiri dan hanya mementingkan diri
sendiri dan tak mungkin pula ia menjadi orang yang baik dalam arti yang sebenarnya.
Sifat ini merupakan konsep pokok dalam aliran yang dipengaruhi oleh Allport,
karena Allport yang mulai menekankan pentingnya konsep diri. Untuk aliran ini, sifat
dapat disebut struktur mental yang ditemukan melalui pengamatan perilaku dan
merupakan keteraturan dan ketetapan dari perilaku tertentu. Ada beberapa jenis dan
pengelompokan sifat, yaitu:
a. Sifat umum (comon traits) ialah sifat yang terdapat pada semua manusia.
b. Sifat khas (unique traits) yang terdapat pada orang-orang tertentu, yang dapat
lagi dibagi menjadi:
- Sifat unik relatif, perbedaanya terjadi karena pengaturan sifat yang berbeda.
- Sifat unik intrinsik, sifat yang betul-betul berbeda dengan orang lain, yang
menyebabkan keunikan seorang individu.
a) Sifat permukaan (surfacetraits) yang bisa tampak pada seseorang dan bisa diamati
orang lain merupakan hasil interaksi antara pembawaan dan lingkungan dan
merupakan sekelompok peristiwa perilaku yang beralan bersama.
b) Sifat asal (source trait) merupakan pengaruh struktural sebenarnya yang mendasari
kepribadian, berasal dari pembawaan dan konsistusi seseorang, sifat asal yang
berinteraksi dengan lingkungan ada yang tampak sebagai sifat permukaan, tetapi ada
juga yang tetap intrinsik sifatnya.
Adapun tujuan dari konseling trait dan factor adalah untuk mengajak siswa (konseling)
untuk berfikir mengenai dirinya serta mampu mengembangkan cara-cara yang
dilakukan agar dapat keluar dari masalah yang dihadapinya. Selain itu, dimaksudkan
agar siswa mengalami:
a) Self-Clarification / Klarifikasi diri
b) Self-Understanding / Pemahaman diri
c) Self-Acceptance / Penerimaan diri
d) Self-Direction / Pengarahan diri

6
e) Sel-Actualization / Aktualisasi diri
C. Pendekatan Perkembangan karir Trait dan Factor
Dalam pendekatan trait dan faktor, individu tersebut telah mengerti pola dari
perilaku seperti ketertarikan, tingkah laku, pencapaian, dan karakteristik kepribadian,
yang dikenal melalui maksud yang objektif, seperti biasanya tes psikologi ataupun
inventori, dan profil yang mewakili potensi dari si individu tadi. Pendekatan trait dan
faktor ini beranggapan kesamaan pekerjaan, hal inilah merupakan terdiri dari faktor yang
dibutuhkan dalam kesuksesan performa kerja yang bisa diprofilkan berdasarkan kepada
banyak trait yang dibutuhkan individu tadi.Menurut CH Miller (1974, p. 238) dia
memberikan asumsi yang membawahi pendekatan trait dan faktor terdiri dari:
1. Pilihan dilakukan untuk mencapai yang telah direncanankan
2. Pilihan okupasi adalah even yang tersendiri.
3. Dimana adnya satu tujuan untuk setia orang dalam pemilihan.
4. Satu orang bekerja dalam setiap pekerjaan. Ini sama halnya dengan koin bermata dua.
5. Adanya pemilihan kerja yang tersedia untuk setiap individu.
Secara unsur sejarah, studi trait dan faktor telah menyediakan pondasi teksnis
untuk menjelaskan tiga proses langkah dari bimbingan yang didasarkan oleh F. Parsons
(1909). Asumsi dari parsons yang mana pendekatan trait dan faktor berorientasikan
kepada okupasi yang secara spesifik atau khusus, atau tugas yang sebagai kriteria kepada
variabel seperti perilaku, kemampuan mental, sosioekonmi, ketertrikan atau gaji,
menifestasi dari kepribadian.Perkembangan karir sebenarnya tidak hanya mengenai
pemilihan okupasi tetapi juga mengenai proses seperti pemilihan secara tertuju dan
terintegrasi dalam bentuk pilihan yang tertata, yang sesuai dengan kebutuhan dan sesuai
dengan mengertinya antara perilaku dalam pekerjaan. Menurut Krumboltz (1994), dia
berpendapat diantara adanya teori trait dan faktor bahwasanya “hal itu tidak membantu
kita memahami pemerolehan emosional dan skill yang dibutuhkan dalam pencarian kerja,
hal ini pula tidak menginformasikan kita tentang adanya pekerjaan dan phobia kerja, juga
tidak menjelaskan bagaimana menangani keluarga yang memiliki dual pekerjaan,
bagaimana perencanaan pensiun dan hal lainnya dan ini berkaitan dengan konseling karir.
Oleh karena itu trait dan faktor teori, merupakan gambaran dari perkembangan karir dan

7
pembuatan pemilihan dalam pekerjaan saja yang sesuai dengan aptitudes dan skill yang
dimiliki individu.
Chartrand (1991) menyimpulkan bahwa pertama, orang akan digambarkan
mampu dalam membuat pilihan yang rasional. Ini tidak berarti bahwa proses perilaku
bisa dihilangkan. Kedua, orang akan bekerja dalam lingkungan yng berbeda dalam
kereliabelan, bermakna dan cara yang konsisten, ini bukan berarti bahwa satu tipe orang
bekerja dalam satu pekerjaan. Ketiga, semakin besar kongruen antara karakteristik
pribadi dan persyaratan pekerjaan, maka semakin tingginya kecendrungan kesuksesan.
Ini berarti bahwa pengetahuan seseorag dan pola lingkungannya bisa digunakan untuk
memberitahukan orang tentang kemungkinan dari kepuasan dan peningkatan dalam
perbedaan pendidikan dan seting pekerjaan.
D. Penerapan Teori Trait and Factor
Dari pemahaman teori trait and factor banyak hal yang bias dilakukan oleh
seorang konselor dalam penerapannya dilapangan. Secara garis besar, setidaknya ada
empay langkah yang diterapkan konselor, yaitu:
a. Mengenal klien, dengan data yang akurat dan lengkap sehingga data kien menjadi
modal awal bagi konselor untuk melakukan proses preventif, kuratif dan diploment.
b. Mengadakan peninjauan terhadap berbagai pekerjaan yang ada, dilengkapi dengan
pengenalan sifat pekerjaan, keahlian yang dibutuhkan pekerjaan dan prasyarat
lainnya, sehingga seorang konselor betul memiliki referensi, wawasan luas dan
sempurna tentang pekerjaan dan jabatan yang ada.
c. Mencocokan potensi (bakat, minat, kecendrungan, keahlian dan kondisi objektif
lainnya) yang dimiliki oleh klien dengan pekerjaan dan jabatan yang ada.
d. Melakukan konseling dengan klien dan mendiskusikan perihal sehubunggan dengan
data diri dan pekerjaan, untuk melakukan pilihan, keputusan diri dan berbagai solusi
terhadap masalah yang dialami klien.
Ada beberapa langkah konseling menurut Cattell, yaitu:
1. Selama satu jam tiap pertemuan konseli mengerjakan test buku yang objektif dan test
kepribadian maupun mengadakan pengukuran fisiologis.
2. Setengah jam ia menceritakan tentang mimpi-mimpinya dengan bantuan konselor
biasanya ia dapat menafsirkan mimpi-mimpinya,

8
3. Setengah jam terakhir konseli disuruh berasosiasi bebas tentang mimpinya.

Konseling tidak dibatasi kepada jenis konflik tertentu, dan oleh karena itu
konseling mencakup berbagai teknik yang relevan dan sepadan dengan hakekat masalah
konseli dan situasi yang dihadapi. Keragaman individu memunculkan keragaman teknik
konseling. Di dalam proses konseling, tidak ada teknik tertentu yang dapat digunakan
untuk konseling kepada seluruh siswa dan arah konseling bersifat individual. Teknik
konseling harus disesuaikan dengan individualitas siswa, dan kita tidak menghindari
kenyataan bahwa setiap masalah siswa menuntut fleksibelitas dan keragaman konseling.
Teknik konseling bersifat khusus bagi individu dan masalahnya. Setiap teknik
hanya dapat digunakan bagi masalah dan siswa secara khusus. Teknik– teknik yang
digunakan dalam proses konseling ialah :
1. Pengukuran Hubungan Intim (rapport). Konselor menerima konseli dalam hubungan
yang hangat, intim, bersifat pribadi, penuh pemahaman dan terhindar dari hal-hal
yang mengancam konseli.
2. Memperbaiki pemahaman diri. Koseli harus memahami kekuatan dan kelemahan
dirinya, dan dibantu untuk menggunakan kekuatanya dalam upaya mengatasi
kelemahanya.
3. Pemberian nasehat atau perencanaan program kegiatan. Konselor mulai bertolak dari
pilihan, tujuan, pandangan atau sikap konselor dan kemudian menunjukan data yang
mendukung atau tidak mendukung dari hasil diagnosis. Ada 3 metode pemberian
nasehat yang dapat digunakan oleh konselor, yaitu :
a. Nasehat langsung (direct advising), dimana konselor secara terbuka dan jelas
menyatakan pendapatnya. Pendekatan ini dapat digunakan kepada konseli
yang berpegang teguh pilihan atau kegiatannya, yang oleh konselor diyakini
bahwa keteguhan konseli itu akan membawa kegagalan bagi dirinya sendiri
b. Metode Persuasif, dengan menunjukkan pilihan yang pasti secara jelas.
Penyuluh menata evidensi ecara logis dan beralasan sehingga tersuluh melihat
alternative tindakan yang mungkin dilakukannya.
c. Metode Menjelaskan, yang merupakan metode yang paling dikehendaki dan
memuaskan. Konselor secara hati- hati dan perlahan-lahan menjelaskan data

9
diagnostik dan menunjukkan kemungkinan situasi yang menuntut penggunaan
potensi konseli.
4. Melaksanakan rencana, yaitu menetapkan pilihan atau keputusan.
5. Mengalihkan kepada petugas atau ahli lain yang lebih berkompeten atau disebut
dengan alih tangan kasus.
Menurut Eysenc, tujuan konseling ialah mempekuat keseimbangan antara
pengaktian dan pemahaman sifat – sifat, sehingga dapat bereksi dengan wajar dan stabil.
Teknik penyuluhan disamping penggunaan tes, penting sekali wawancara, hubungan
tatap muka antara konselor dan konseli. Pendekatan konseling harus berbeda kalau
berhadapan dengan anak-anak, remaja atau dewasa. Menurut pendapatnya, hubungan
konseling merupakan hubungan yang akrab, sangat bersifat pribadi dari hubungan yang
akrab, sangat bersifat pribadi dari hubungan tatap muka kemudian konselor bukan hanya
membantu individu mengembangkan individualitas apa saja yang sesuai dengan
potensinya, tetapi konselor harus mempengaruhi siswa berkembang ke suatu arah yang
terbaik baginya. Konselor memang tidak menetapkan, tetapi hanya cara yang baik yang
memberi pengaruh, karena itu pula aliran ini disebut dengan konseling direktif.
E. Tujuan Konseling Teori Trait and Factor
Menurut Williamson, tujuan konseling adalah membantu individu mencapai
tingkat ekselen (excellent) dalam segala aspek kehidupannya, dengan cara membantu
atau member kemudahan (to facilitate) proses perkembangan individu klientersebut.
Dalam sumber lain dikemukakan bahwa tujuan konseling trait and factor adalah mengajar
klien keterampilan-keterampilan membuat keputusan yang efektif, dengan membantu
menilai karakteristik-karakteristiknya secara efektif dan mengkaitkan penilaian diri itu
dengan kriteria psikologis dan sosial yang berarti.
Berkaitan dengan tujuan konseling ini, Williamson mencoba mengkaitkannya
dengan tujuan pendidikan. Dikatakannya, tujuan konseling pada dasarnya sama dengan
tujuan pendidikan, karena konseling itu sama dengan pendidikan (counseling as
education). Dalam hal ini Williamson mengatakan bahwa tujuan konseling dan
pendidikan adalah sama, yaitu perkembangan optimum daripada individu sebagai pribadi
yang utuh dan bukan semata-mata ditujukan pada terlatihnya kemampuan intelektual.
Konseling trait and factor bertujuan :

1
a) Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai aspek
kehidupan manusia;
b) Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri
dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan
dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir;
c) Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, tidakmampuan, dan
keterbatasan diri serta membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian; dan
d) Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam penilaian diridengan
mengggunakan metode ilmiah.
Secara ringkas tujuan konseling menurut ancangan Trait and Factor dapat
disebutkan yaitu: Self-clarification (kejelasan diri), Self-understanding (pemahaman diri),
Self-accelptance (penerimaan diri) Self-direction (pengarahan diri) Self-actualization
(perwujudan diri). Melalui tujuan ini, maka manfaat yang bisa didapatkan adalah :
a. pertama, Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai aspek
kehidupan manusia.( Klarifikasi diri)
b. Kedua, Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola
diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelamahan diri dalam kegiatan
dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir. (Pemahaman diri)
c. Ketiga, Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, tidakmampuan, dan
keterbatasan diri serta membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian.
(Penerimaan diri)
d. Keempat, Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam penilaian diri dengan
mengggunakan metode ilmiah.( Pengarahan diri)
e. Kelima, Membantu individu dalam perwujudan diri untuk menunjukkan bahwa
dirinya ada, dan memberi manfaat untuk sesama sehingga keberadaannya diakui
secara sosial. (Aktualisasi diri).
F. Analisis Teori Trait and Factor
Menurut (Hadiarni dan Irman, 2009: 98).Di antara keunggulan yang dimilikinya
adalah:
a. Klien mendapatkan data yang akurat dan valid tentang dirinya, yang diperoleh
melalui tes psikologi dan non tes yang dikerjakan oleh konselor secara ilmiah.

1
b. Klien mendapatkan berbagai informasi dunia kerja dan berbagai persyaratan yang
mesti dimiliki untuk dimasuki dunia kerja tersebut.
c. Klien mendapatkan berbagai tawaran terhadap pilihan pekerjaan, kepuasan karir, dan
solusi terhadap berbagai persoalan yang dihadapinya
d. Klien akan lebih puas apabila mendapatkan karir sesuai dengan analisis sifat dan
factor. Kemungkinan tingkat keberhasilan dan kesuksesan dalam mengeluti karir akan
lebih tinggi.
Disamping keunggulan, menurut (Hadiarni dan Irman, 2009: 98- 99) juga
ditemukan kelemahan yang dimiliki teori trait and factor, diantaranya adalah:
a. Klien lebih bersifat pasif dan yang lebih aktif itu guru pembimbing (konselor)
b. Klien akan frustasi apabila tawaran pilihan karir tidak dapat dia temukan, karena
klien terbatas pada pilihan karir yang telah diteapkan oleh konselor berdasarkan
analisa sifat dan factor.
Dalam konseling yang lebih tahu tentang diri klien adalah klien itu sendiri, tugas
dari konselor adalah menemukan potensi diri yang dimiliki klien dan melahirkan
kemandirian yang sesungguhanya, sementara dalam konseling trait and factor ini
sebaliknya. Dari berbagai keunggulan dalm kelemahan yang dimiliki oleh teori trait and
factor, sebagai konselor disekolah maupun diluar sekolah, tentu memiliki sikap dalam
penerapan konseling dilapangan, diantara sikap seorang konselor dalam bekerja
semestinya melihat dan memahami situasi dan kondisi yang ada, artinya satu teori untuk
satu persoalan mungkin cocok dan amat tepat sekali, akan tetapi untuk persoalan yang
lain mungkin tidak pas.
G. Implikasi Teori Trait and Factor Bagi Konselor
Teori trait-factor menawarkan sejumlah implikasi bagi para konselor
antara lain (M. Thayeb, 1992: 67-68) :

a. Karena individu-individu memilikih sifat-sifat yang berhubungan dengan pilihan


okupasional yang dapat diukur, maka konselor dapat membantunya memahami
dirinya sendiri, minat-minat, bakat-bakat, nilai-nilai dan ketrampilan-ketrampilannya
yang dapat ditransfer.

1
b. Karena okupasi-okupasi dapat digambarkan menurut tugas-tugas, menjadi tidak asing
dengan tugas-tugas okupasional, maka konselor membantu klien mempelajarinya
sehingga mereka dapat membedakan dan mengambarkan okupasi-okupasi.

c. Karena mempelajari bagaimana mengumpulkan, memahami, dan menerapkan


informasi tentang diri dan dunia kerja merupakan suatu ketrampilan penting dan
pokok untuk mengambil keputusan-keputusan, maka konselor harus membantu
individu-individu mempempelajari ketrampilan

H. Asumsi Dasar Teori Trait and Factor


Williamson merumuskan asumsi yang mendasari Trait and Factor yang dimuat
dalam Theories of Counseling (Stefflre:1965) (dalam Winkel, 2010:410):

a. Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan potensi, seperti taraf


intelegensi umum, bakat khusus, taraf kreatifitas, wujud minat serta keterampilan,
yang bersama-sama membentuk suatu pola yang khas untuk individu itu.

b. Pola kemampuan dan potensi yang tampak pada seseorang menunjukkan


hubungan yang berlain-lainan dengan kemampuan dan keterampilan yang dituntut
pada seorang pekerja di berbagai bidang pekerjaan.

c. Kurikulum sekolah yang berbeda akan menuntut kapasitas dan minat yang
berbeda. Dengan kata lain, individu akan belajar dengan lebih mudah dan efektif
apabila potensi dan bakatnya sesuai dengan tuntutan kurikulum

d. Setiap individu mampu, berkeinginan, dan berkecenderungan untuk mengenal diri


sendiri serta memanfaatkan pemahaman diri itu dengan berpikir baik-baik.

Sesuai dengan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa asumsi yang
mendasari teori trait and factor adalah setiap individu mempunyai keunikan, pola
kemampuan dan potensi yang tampak pada individu disesuaikan dengan pemilihan
pekerjaan, kurikulum sekolah yang akan menuntut kapasitas dan minat yang berbeda pada
diri individu, dan kecenderungan mengenal diri sendiri serta pemanfaatan diri sendiri untuk
memahami diri dengan berpikir baik-baik.

Asumsi pokok yang medasari teori konseling trait dan factor adalah :

1
1) Karena setiap individu itu sebagai suatu pola kecakapan dan kemampuan
yangterorganisasikan secara unik, dan karena kemampuan kualitasnya relative stabil
setelahremaja , maka tes obyektif dapat digunakan untuk mengidentifikasi
karakteristik-karaktersitik tersebut.

2) Pola-pola kepribadian dan minat berkorelasi dengan prilaku kerja tertentu. Oleh
karenaitu maka identifikasi karakteristik para pekerja yang berhasil merupakan suatu
informasiyang berguna dalam membuat individu memilih karir.

3) Kurikulum sekolah yang berbeda akan menuntut kapasistas dan minat yang berbeda
danhal ini dapat ditentukan. Individu akan belajar dengan lebih mudah dan efektif
apabilapotensi dan bakatnya sesuai dengan tuntutan kurikulum.

4) Baik siswa maupun konselor hendaknya mendiagnosa potensi siswa untuk


mengawalipenempatan dalam kurikulum atau pekerjaan. Hasil diagnosis juga dapat
dijadikan dasarmemprogram proses belajar mengajar.

5) Setiap orang mempunyai kecakapan dan keinginan untuk mengidentifikasi


secarakognitif kemampuannya sendiri.

I. Tahap-Tahap Konseling Trait-Factor

1) Analisis

Analisis merupakan langkah mengumpulkan informasi tentang diri klien beserta latar
belakangnya. Data yang dikumpulkan mencakup segala aspek kepribadian klien,
seperti kemempuan, minat, motif, kesehatan fisik, dan karakteristik lainnya yang
dapat mempermudah atau mempersulit penyesuaian diri pada umumnya. Data yang
dikumpulkan diklasifikasikan menjadi dua yaitu: Data Vertikal (mencakup diri klien)
yang dapat dibagi lebih lanjut atas: Data Fisik: kesehatan, cirri-ciri fisik, penampakan
atau penampilan fisik dsb. DataPsikis: bakat, minat, sikap, cita-cita, hobi, kebiasaan
dsb. Data Horizontal (berkenaan dengan lingkungan klien yang berpengaruh
terhadapnya): keluarga klien, hubungan dengan familinya, teman-temannya, orang-
orang terdekatnya, lingkungan tempat tinggalnya, sekolahnya dsb.

2) Sintesis

1
Sintesis adalah usaha merangkum, mengolong-golongkan dan menghubungkan data
yang telah terkumpul pada tahap analisis, yang disusun sedemikian sehingga dapat
menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri klien. Rumusan diri klien dalam
sistesis ini bersifat ringkas dan padat. Ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam
merangkum data pada tahap sistesis tersebut: cara pertama dibuat oleh konselor,
kedua dilakukan klien, ketiga adalah cara kolaborasi.

3) Diagnosis

Model diagnosis dalam konseling trait and factor merupakan tahap pertama
menginterprtrasikan data melalui proses penarikan kesimpulan permasalahan dari
klien secara logis berupa identifikasi masalah.26 Diagnosis merupakan tahap
menginterpretasikan data dalam bentuk (dari sudut) problema yang ditunjukkan.
Rumusan diagnosis dilakukan melalui proses pengambilan atau penarikan simpulan
yang logis.

4) Prognosis (tahap ke-4 dalam konseling)

Menurut Williamson prognosis ini bersangkutan dengan upaya memprediksikan


kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada sekarang.
Misalnya: bila seorang klien berdasarkan data sekarang dia malas, maka
kemungkinan nilainya akan rendah, jika intelegensinya rendah, kemungkinan nanti
tidak dapat diterima dalam seleksi penerimaan perguruan tinggi.

5) Konseling (Treatment)

Dalam konseling, konselor membantu klien untuk menemukan sumbersumber pada


dirinya sendiri, sumber-sumber lembaga dalam masyarakat guna membantu klien
dalam penyesuaian yang optimum sejauh dia bisa. Bantuan dalam konseling ini
mencakup lima jenis bantuan yaitu:

a. Hubungan konseling yang mengacu pada belajar yang terbimbing


kearah pemahaman diri.

1
b. Konseling jenis edukasi atau belajar kembali yang individu
butuhkan sebagai alat untuk mencapai penyesuaian hidup dan
tujuan personalnya.

c. Konseling dalam bentuk bantuan yang dipersonalisasikan untuk


klien dalam memahami dan trampil untuk mngaplikasikan pinsip
dan teknikteknik dalam kehidupan sehari-hari.

d. Konseling yang mencakup bimbingan dan teknik yang mempunyai


pengaruh terapiutik atau kuratif.

e. Konseling bentuk redukasi bagi diperolehnya kataris secara


terapiutik.

6) Follow Up

Tindak lanjut merujuk pada segala kegiatan membantu siswa setela mereka
memperoleh layanan konseling, tetapi kemudian menemui masalah-masalah baru
atau munculnya masalah yang lampau. Tindak lanjut ini juga mencakup penentuan
keefektifan konseling yang telah dilaksanakan.

J. Teknik-Teknik Konseling Trait and Factor

Teknik – teknik konseling yang dikemukakan Wiliamson ada lima macam yaitu sebagai
berikut:

a) Establishing rapport (menciptakan hubungan baru)

Untuk cepat menciptakan hubungan baru yang baik, konselor perlu menciptakan
suasana hangat, bersifat ramah dan akrab dan menghilangkan kemungkinan
situasi yang bersifat mengancam. Ada beberapa hal yang terpenting, dan terkait
dengan keperluan penciptaan rapport tersebut: Reputasi konselor, khususnya
reputasi dan kompetensi (competency repulation), konselor harus memiliki nama
baik dimata siswa. Penghargaan dan perhatian konselor kepada individu
Kemampuan konselor dalam menyimpan rahasia (confidentiality) termasuk
kerahasiaan hasil-hasil konseling atas siswa-siswa terdahulu. Untuk memenuhi
maksud di atas, maka dalam prosesnya konselor dapat melakukan tindakan-

1
tindakan yang membuat siswa merasa aman dan dihargai sejak penyambutan.
Oleh karena itu, konselor perlu: menyebut nama siswa begitu ia muncul, menjabat
tangan, menghindarkan kesan segan, menolak atau tidak sabar dan muka
cemberut, mempesilahkan duduk, dan mengawali pembicaraan dengan topik-
topik netral.

b) Cultivatingself-understanding (mempertajam pemahaman diri).

Konselor perlu berusaha agar klien atau siswa lebih mampu memahami dirinya
yang mencakup segala kelebihan maupun kekurangannya, dan dibantu untuk
menggunakan kekuatan dan mengatasi kekurangannya. Untuk itu, dapat
dimengerti kalau misalnya konselor dituntut untuk menginterprestasikan data
klien, termasuk data hasil testing.

c) Advising or planning a program of action (membari nasehat atau membantu


merencanakan program tindakan)

Dalam melaksanakan hal ini, konselor memulai dari apa yang menjadi pilihan
klien, tujuannya, pandangannya, dan sikapnya: kemudian mengemukakan
alternasialternasi untuk dibahas segi-segi positif dan negatifnya, manfaat dan
kerugiannya. Oleh karena itu, klien perlu didorong untuk menyampaikan ide-
idenya sendiri untuk dipertimbangkan, dan konselor memberikan saran-saran
pengambilan keputusan dan pelaksanaannya Ada tiga cara dalam memberikan
nasehat, yaitu:

1) Direct advice (nasehat langsung), secar jelas dan terbuka konselor


mengemukakan pendapatnya. Cara ini dilakukan bila klien memang tidak
mengetahui langsung apa yang harus diperbuat atau diinginkan.

2) Persuasive, dilakukan bila klien telah mampu menunjukkan alas an yang logis
atas pilihan-pilihannya, tetapi belum mampu menentukan pilihan.

3) Explanatory (penjelasan), dilakukan apabila klien telah dapat mengajukan


pilihannya termasuk pertimbangan baik buruknya.Konselor memberikn nasehat
dengan menjelaskan implikasiimplikasi putusan klien.

1
d) Carrying out the plan (melaksanakan rencana).

Mengikuti pilihan atau keputusan klien, konselor dapat memberikan bantuan


langsung bagi implementasi atau pelaksanaannya. Bantuannya, antara lain berupa
rencana atau program pendidikan dan pelatihan atau usaha-usaha perbaikan
lainnya yang lebih dapat menyempurnakan keberhasilan tindakan. Contoh:
apabila dalam keputusannya, klien akan menemui gurunya, maka klien diajak
mendiskusikan kapan hal itu dilakukan, dimana, dengan cara apa, dengan siapa
dan sebagainya.

e) Refferal (pengiriman pada ahli lain).

Pada kenyataannya tidak ada konselor yang ahli dalam memecahkan segala
permasalahan siswa, yang karena itu konselor perlu menyadari keterbatasan
dirinya. Apabila konselor tidak mampu, janganlah memaksakan diri atau berbuat
coba-coba. Konselor perlu mengirimkan kliennya pada ahli lain yang lebih
mampu.

Ada beberapa teknik umum yang digunakan dalam pendekatan ini :

1. Atending

Atending dapat dipahami sebagai usaha pembinaan untuk menghadirkan klien


dalam proses konseling. Penciptaan dan pengembangan Atending dimulai dari
upaya konselor menunjukkan sikap empati, menghargai, wajar, dan mampu
mengetahui atau paling tidak mengantisipasi kebutuhan yang dirasakan oleh klien

2. Mengundang Pembicaraan Terbuka

Ajakan terbuka untuk berbicara memberi kesempatan klien agar


mengeksplorasi dirinya sendiri dengan dukungan pewawancara. Pertanyaan
terbuka memberi peluang klien untuk mengemukakan ide perasaan dan arahnya
dalam wawancara. Responnya terhadap pertanyaan terbuka ialah untuk
menunjukkan kesadarannya bahwa dia diminta untuk menceritakan sejarahnya
atau lebih menjabarkan apa yang telah dikatakan

3. Refeksi perasaan

1
Refleksi perasaan merupakan keterampilan konselor untuk merespons keadaan
perasaan klien terhadap situasi yang sedang dihadapi. Tindakan tersebut akan
mendorong dan merangsang klien untuk mengemukakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapinya. Jadi, esensi
keterampilan ini adalah untuk mendorong dan merangsang klien agar dapat
mengekspresikan bagaimana perasaan tentang situasi yang sedang dialami

4. Meringkas

Meringkas adalah suatu proses untuk memadu berbagai ide dan perasaan dalam
satu pernyataan pada akhir suatu unit wawancara konseling. Meringkas :upaya
merekapituasi, memadatkan, dan mengkristalisasi esensi apa yang telah
dikatakan klien. Dengan menggunakan ringkasan secarea periodik, konselor
dapat memeriksa kecermatannya dalam mendengarkan. Ringkasan juga
membantu untuk mengakiri wawancara dengan suatu cartatan yang wajar, dan
dapat menjadi panduan wawancara. Panduan umum meringkas:

a. Adakan refleksi atau atending terhadap berbagai variasi tema dan nada
emosional pada saat klien berbicara

b. Gabungkan perasaan dan ide kunci ke dalam pernyataan-pernyataan yang


pengertian dasarnya luas

c. Jangan tambahkan ide-ide baru dalam ringkasan

d. Pertimbangkan kalau sekiranya dapat membantu kalau menyatakan ringkasan


atau mengajak klien untuk membuat ringkasan.

K. Kentungan dan Kelemahan Teori Trait and Factor

Winkel (2004), dalam bukunya Bimbingan dan Konseling dalam Institusi


pendidikan, mengemukakan mengenai keuntungan dan kelemahan teori Trait and
Factors. Keuntungannya antara lain:

- Penekanan pada penggunaan data tes objektif membawa kepada upaya perbaikan dalam
pengembangan tes dan penggunanya, serta perbaikan dalam pengumpulan data
lingkungan.

1
- Penekanan yang diberian pada diagnose mengandung makna sebagai suatu perhatian
terhadap masalah dan sumbernya mengarahkan kepada upaya pengkreasian teknik-
teknik untuk mengarasinya.

- Penekanan pada aspek kognitif merupakan upaya menyeimbangkan pandangan lain yang
lebih menekaankan afektif atau emosional.

Sedangkan kelemahan pendekatan Trait and Factors menyangkut pilihan bidang


studi dan/pekerjaan. Kelemahan tersebut antara lain sebagai berikut :

1) Kurang diindahkan adanya pengaruh dari perasaan, keinginan, dambaan aneka nilai
budaya,nilai-nilai kehidupan,dan cita-cita hidup, terhadap perkembangan jabatan anak
dan remaja serta pilihan program/bidang studi dan bidang pekerjaan.

2) Diandalkan bahwa pilihan jabatan dan pilihan program studi terjadi sekali saja da ini
pun bersifat keputusan terakhir atau definitif, dengan berfikir secara rasional.

3) Kurang diperhatiakn peranan keluarga dekat, yang ikut mempengaruhi rangakaian


pilihan anak dengan cara mengungkapkan harapan,dambaan dan memberikan
pertimbangan untung-rugi sambil menunjuk tradisi keluarga, tuntutan mengingat
ekonomi keluarga, serta keterbatasan yang konkret dalam kemampuan finansial dan
sebagainya.

4) Kurang diperhitungkan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat, yang ikut


memperluas atau membatasi jumlah pilihan yang tersedia bagi seseorang.

5) Kurang disadari bahwa konstelasi kualifikasi yang dituntut untuk mencapai sukses di
suatu bidang pekerjaan atau program studi dapat berubah selama bertahun-tahun yang
akan datang.

6) Pola ciri-ciri kepribadian tertentu belum pasti sangat membatasi jumlah kesempatan
yang terbuka bagi seseorang, karena orang dari berbagai pola ciri kepribadian dapat
mencapai sukses di bidang pekerjaan yang sama.

2
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori Trait and Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian
seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan sejumlah ciri, sejauh tampak dari
hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu.
Konseling trait-facot berpegang pada pandangan yang sama dan menggunakan alat tes
psikologis untuk menganalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri atau
dimensi/aspek kepribadian tertentu yang diketahui mempunyai relevansi terhadap
keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam memangku jabatan dan mengikuti suatu
program studi Williamson (WS. Winkel, 1997: 338).
Menurut teori ini kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang
saling berkaitan satu dengan yang lainnya seperti kecakapan, minat. sikap dan
temperamen. Perkembangan kemajuan individu mulai dari masa bayi hingga dewasa
diperkuat oleh interaksi sifat dan faktor. Banyak usaha untuk membuat kategori orang-
orang atas dasar macam-macam sifat. Studi ilmiah yang telah dilakukan adalah : pertama
menilai ciri-ciri seseorang dengan tes psikologis, kedua mendefinisikan atau
menggambarkan seseorang, ketiga, membantu orang untuk memahami diri dan
lingkungannya, dan keempat, memprediksi keberhasilan yang mungkin dicapai dimasa
datang.
B. Saran
Hendaknya setelah kita mempelajari makalah ini kita dapat menghindari sifat
angkuh dalam kehidupan sehari- hari karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Dampak dari sifat angkuh sangat tidak baik bagi orang tersebut.
- Manfaat bagi konselor :
Konselor diharapkan mampu membantu konseli secara optimal, selain itu bisa dijadikan
menjadi sebuah pengalaman yang baru bagi tentang bagaimana cara mengatasi sebuah
permasalahan/kasus pada umumnya dan khususnya mengenai kasus yang di selesaikan
melalui pendekatan trait and factor kepada konseli di masa yang datang.

2
- Manfaat bagi konseli :
Bermanfaat bagi konseli dalam menghadapi masalah yang ia sedang alami, agar ia dapat
mengendalikan dirinya, kemudian mendapatkan gambaran untuk bisa mengambil
keputusan yang lebih baik dalam menyelesaikan masalahnya di kemudian hari.
- Manfaat bagi orang tua :
Dengan ini diharapkan orang tua dapat mengerti dan memahami anaknya yang sedang
mengalami masalah dan lebih peka terhadap kondisi yang di alami oleh anak dan
menjadi figur yang lebih perduli terhadap masalah yang dihadapi anak.
- Manfaat bagi pembaca umum :
Dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari permasalahan ini agar keluarga maupun
orang terdekat mereka tidak mengalami nasib yang sama.

2
DAFTAR PUSTAKA

Hadiarni dan Irman. 2009. Konseling karir. Batusangkar: STAIN Batusangkar Press.
Mohammad Thayeb Manrihu. 1992. Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Jakarta: Bumi
Aksara.
Taufik. 2012. Model-Model Konseling. Padang: UNP Press

Anda mungkin juga menyukai