Anda di halaman 1dari 32

Kumpul

Kode Kelas:
Ambil Revisi

D Maks Revisi

Kembali

LAPORAN RINGKAS
PRAKTIKUM DASAR-DASAR PROSES

ESTERIFIKASI ASAM ASETAT


(D)

NAMA : M. RIZKI KHOERUL FADILAH


NIM : 22/496851/TK/54449
HARI/TGL : KAMIS, 9 NOVEMBER 2023
ASISTEN : SEBASTIAN BINSAR PANGARIBUAN

LABORATORIUM DASAR-DASAR PROSES


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2023
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini antara lain :
1. Menentukan profil konsentrasi konversi asan asetat pada berbagai waktu
2. Menentukan persamaan kecepatan reaksi esterifikasi asam asetat

II. METODOLOGI PERCOBAAN


A. Bahan
1. Asam asetat (CH3COOH)
Bersifat korosif terhadap mata dan kulit, selain itu juga dapat
menyebabkan iritasi kulit, luka bakar kimia, atau kerusakan mata jika
terkena mata. Termasuk ke dalam limbah asam. Asam asetat bersifat
flammable dengan flash point sekitar 39 °C.
2. Asam sulfat pekat (H2SO4)
Bersifat korosif yang dapat menyebabkan luka bakar serius pada
kulit dan mata jika terjadi kontak langsung. Asam sulfat pekat sangat
beracun jika tertelan. Bahkan jumlah kecil yang tertelan dapat
mengakibatkan keracunan serius dan berbahaya. Termasuk ke dalam
limbah asam.
3. Etanol teknis (C2H5OH)
Etanol teknis adalah cairan yang mudah terbakar. Itu berarti dapat
terbakar dengan mudah jika terkena sumber panas atau api. Etanol
teknis adalah senyawa yang dapat beracun jika tertelan atau terhirup
dalam jumlah yang signifikan. Paparan kulit terhadap etanol teknis
dalam jangka panjang dapat mengakibatkan kulit menjadi kering,
pecah-pecah, atau iritasi. Termasuk ke dalam limbah asam. Etanol
bersifat flammable dengan flash point 12 °C.
4. Natrium hidroksida teknis (NaOH)
Natrium hidroksida adalah senyawa yang sangat korosif dan dapat
menyebabkan luka bakar serius pada kulit, mata, dan jaringan tubuh
lainnya jika terjadi kontak langsung. Konsumsi natrium hidroksida
secara tidak sengaja dapat mengakibatkan keracunan serius dan
berbahaya. Termasuk ke dalam limbah basa.

1
5. Aqudest
Tidak ada hazard yang berbahaya. Termasuk limbah westafel
6. Larutan HCl 0,1 N yang sudah distandardisasikan
Sangat korosif dan dapat menyebabkan luka bakar serius pada
kulit, mata, dan jaringan tubuh lainnya jika terjadi kontak langsung.
Uap asam klorida yang dihasilkan dari larutan HCl dapat merusak
saluran pernapasan jika dihirup, yang dapat mengakibatkan iritasi,
masalah pernapasan, dan bahkan kerusakan paru-paru. Termasuk ke
dalam limbah asam.
7. Indikator phenolphthalein (C20H14O4)
Dapat bersifat iritan terhadap kulit dan mata ketika terjadi kontak
langsung. Selain itu bersifat flammable (FP: 12,78°C) dan juga
berisfat permeator.
8. Air es
Tidak ada hazard yang berbahaya. Limbah dapat dibuang melalui
westafel.

B. Alat Keterangan :
1. Labu leher tiga 500 mL
2. Pemanas mantel
3. Motor listrik
4. Pengaduk merkuri
5. Pendingin bola
6. Pengatur skala pemanas
7. Termometer alkohol
8. Pengambil cuplikan
9. Penyumbat
10. Steker
11. Botol vial
12. Bola penghisap
13. Statif

Gambar 1. Rangkaian Alat Eseterifikasi


2
C. Cara Kerja
1. Membuat larutan NaOH 0,1100 N sebanyak 500 mL
NaOH ditimbang sebanyak 2,0660 gram dengan botol
timbang lalu dilarutkan dengan aquadest. Larutan dituang ke dalam
labu ukur 500 mL dan ditambahkan aquadest hingga tanda batas,
kemudian digojog hingga homogen. Larutan NaOH yang sudah dibuat
kemudian diambil dengan pipet volume sebanyak 10 mL, lanjut
dituang ke dalam Erlenmeyer 100 mL. indikator pp ditambahkan
sebanyak tiga tetes, lalu distandardisasikan dengan HCl, volume HCl
sebesar 9,5 mL dan 9,7 mL dicatat. Rata-rata volume HCl sebesar 9,6
mL dihitung dan normalitas NaOH sebesar 0,1100 mgek/mL dihitung
pula.
2. Analisis kadar asam asetat yang akan diesterifikasi
Asam asetat yang tersedia di meja diambil sebanyak lima mL
dengan pipet volume. Larutan dituang ke dalam labu ukur 100 mL dan
ditambahkan aqaudest hingga tanda batas, lalu digojog hingga
homogen. Asam asetat yang telah diencerkan diambil sebanyak 25 mL
dan dituang ke dalam Erlenmeyer, indikator pp ditambahkan sebanyak
tiga tetes, lalu dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,1100 N.
Volume NaOH sebanyak 4,2 mL dan 4,5 mL dicatat. Rata-rata volume
NaOH dihitung sebesar 4,35 mL dan normalitas asam asetat yang akan
diesterifikasi dihitung sebesar 1,0544 mgek/mL.
3. Esterifikasi asam asetat
Alat esterifikasi dirangkai. Asam asetat yang akan
diesterifikasi (50% volume asam 50% volume air) yang ada di lemari
asam sebanyak 25 mL diambil dengan pipet ukur 10 mL, lalu dituang
ke dalam Erlenmeyer 250 mL. Asam sulfat sebanyak dua mL
ditambahkan yang diambil dengan pipet ukur, kemudian diaduk
dengan gelas pengaduk hingga tercampur rata, lalu dituang ke labu
leher tiga. Kran pendingin dibuka, pengaduk dinyalakan dengan
putaran 200-300 rpm, reaktor dipanaskan, dan tunggu hingga suhu
campuran ± 90°C. Bersamaan dengan itu, etanol diambil dengan gelas

3
ukur 200 mL, lalu ditunag ke dalam Erlenmeyer 250 mL (Erlenmeyer
yang digunakan adalah Erlenmeyer untuk mencampur asam asetat dan
asam sulfat) sumbat beserta termometer dipasang, kemudian
dipanaskan di atas kompor listrik hingga suhu ±60°C, kompor
dimatikan. Etnaol panas dituang ke dalam reaktor melalui pendingin
bola, lalu catat waktu dan suhu akhir campuran (diusahakan ±70°C)
dengan tetap putaran pengaduk dijaga sebesar 200-300 rpm.
Selanjutnya sampel/cuplikan diambil (kira-kira 10 mL) dituang ke
botol sampel 1 (t=0), lalu didinginkan/direndam dalam air es. Lakukan
pengambilan sampel berikutnya pada saat 5 menit, 10 menit, 15 menit,
30 menit, 60 menit, dan 90 menit. Setiap sampel dituang ke dalam
botol sampel masing-masing nomor 2 sampai 7, untuk t=5, t=10, t=15,
t=30, t=60, t=90, dan t=120. Setiap sampel diambil, segera direndam
dalam air es hingga saatnya untuk dianalisis. Selama rekasi tetap jaga
kecepatan putaran pengaduk dan usahakan suhu campuran konstan
70°C dengan mengatur pemanas. Amati setiap 5 menit dan catat
suhunya. Pemanas dan motor pengaduk dimatikan setelah
pengambilan sampel terakhir.
4. Analisis kadar asam dalam sampel
Sampel diambil dengan pipet volume lima mL pada t=0 lalu
dituang ke labu ukur 100 mL. Aquadest ditambahkan sampai tanda
batas, digojog hingga homogen. Sampel yang telah diencerkan
kemudian diambil dengan pipet volume 25 mL, lalu dituang ke dalam
Erlenmeyer 100 mL. Indikator pp ditambahkan sebanyak tiga tetes
lalu dititrasi dengan NaOH 0,1100 N yang telah diketahui
normalitasnya. Volume NaOH yang dibutuhkan dicatat. Titrasi
diulangi dua kali, lalu volume NaOH rata-rata dihitung. Analisis kadar
asam dalam sampel berikutnya, yang diambil pada t=5, t=10, t=15,
t=30, t=60, t=90, t=120. Lalu hitung rata-rata volume NaOH yang
diperlukan.

4
III. ANALISIS DATA
A. Analisis Data Untuk Mendapatkan Data Normalitas dan Mol Setiap
Senyawa
1. Normalitas HCl X N
2 . Wboraks
NHCl = Mr
boraks . VHCl

(1)
Dengan,
NHCl = Normalitas larutan HCl, mgek/mL
Wboraks = Berat boraks, mg
Mrboraks = Berat molekul boraks = 381,37 mg/mmol
VHCl = Volume larutan HCl untuk titrasi boraks, mL
Sebagai contoh perhitungan untuk persamaan (1) sebagai berikut.
𝑚𝑔𝑟𝑎𝑚
2 x 0,2062 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 1000
𝑔𝑟𝑎𝑚
NHCl = 𝑚𝑔
81,37 𝑥 9,5 𝑚𝐿
𝑚𝑚𝑜𝑙

NHCl = 0,1138 mgek/mL


Menggunakan langkah yang sama diperoleh untuk data normalitas
HCl yang kedua sebesar 0,1154 mgek/mL.
Perhitungan rata-rata normalitas HCl sebagai berikut.
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
0,1138 + 0,1154
̅̅̅̅̅̅
NHCl = 𝑚𝐿 𝑚𝐿
2
̅̅̅̅̅̅
NHCl = 0,1146 mgek/mL
2. Normalitas NaOH
VHCl . NHCl
NNaOH = VNaOH

(2)
Dengan,
NNaOH = Normalitas larutan NaOH, mgek/mL
NHCl = Normalitas larutan HCl, mgek/mL
VHCl = Volume larutan HCl yang diperlukan untuk titrasi NaOH,
mL
VNaOH = Volume larutan NaOH yang dititrasi, mL
Sebagai perhitungan persamaan (2), sebagai berikut.

5
mgek
9,5 mL x 0,1146
NNaOH = mL
10 mL

NNaOH = 0,1088 mgek/mL


Menggunakan langkah yang sama diperoleh untuk data normalitas
NaOH yang kedua sebesar 0,1111 mgek/mL.
Perhitungan rata-rata normalitas NaOH sebagai berikut.
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
0,1088 + 0,1111
̅̅̅̅̅̅̅̅
NNaOH = 𝑚𝐿 𝑚𝐿
2
̅̅̅̅̅̅̅̅
NNaOH = 0,1100 mgek/mL
3. Normalitas asam asetat yang diesterifikasi
Va . NNaOH Vencer 250
N*Aa = x x
V Vpekat 10

(3)
Dengan,
N*Aa = Normalitas asam asetat yang diesterifikasi, mgek/mL
Va = Volume NaOH 0,0457 N yang diperlukan untuk titrasi 25
asam
asetat encer, mL
V = Volume asam asetat encer yang dititrasi = 25 mL
NNaOH = Normalitas larutan NaOH, mgek/mL
Vpekat = Volume asam asetat pekat yang diencerkan = 5 mL
Vencer = Volume asam asetat encer = 100 mL
Sebagai perhitungan persamaan (3) sebagai berikut.
mgek
4,2 𝑚𝐿 . 0,1100 100 mL 250
N*Aa = mL
x x
25 mL 5 mL 10

N*Aa = 9,2400 mgek/mL


Menggunakan langkah yang sama diperoleh untuk data normalitas
asam astetat yang diesterifikasi kedua sebesar 9,9 mgek/mL.
Perhitungan rata-rata normalitas asam astetat yang diesterifikasi
sebagai berikut.
9,24 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿+ 9,9𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
Nasam asetat = = 9,5738 mgek/mL
2

4. Normalitas asam asetat mula-mula (tanpa asam sulfat)

6
𝑉∗𝐴𝑎
NAa = N*Aa . 𝑉𝐴𝑎

(4)
Dengan,
NAa = Normalitas asam asetat awal dalam campuran reaktan,
mgek/mL
N*Aa = Normalitas asam asetat yang diesterifikasi, mgek/mL
VAa = Volum total campuran (asam asetat+asam sulfat+etanol)=
227
mL
V*Aa = Volume asam asetat dalam campuran = 25 mL
Sebagai perhitungan persamaan (4), sebagai berikut.
25 mL
NAa = 9,5738 mgek/mL x 227 mL

NAa = 1,0544 mgek/mL


5. Normalitas asam (asetat dan sulfat) pada t=t
Vt=t . NNaOH V∗s
NA,t=t = x
Vc Vs

(5)
Dengan,
NA,t = t = Normalitas asam pada saat t=t, mgek/mL
Vt = t = Volume larutan NaOH yang diperlukan untuk titrasi, mL
NNaOH = Normalitas larutan NaOH, mgek/mL
Vc = Volume sampel encer yang dititrasi = 25 mL
V*s = Volume sampel yang telah diencerkan = 100 mL
Vs = Volume sampel yang akan diencerkan = 5 mL
Sebagai perhitungan persamaan (5) dimana normalitas asam asetat
pada t-0
15,8 𝑚𝐿 . 0,1100 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
NA,t=t = x
25 𝑚𝐿 5 𝑚𝐿

NA,t=t = 1,3909 mgek/mL


Berikut tabel hasil perhitungan normalitas asam asetat dan asam sulfat
pada beerbagai waktu

7
Tabel I. Data Hasil Perhitungan Normalitas Asam Asetat dan Asam Sulfat Pada Berbagai Waktu

VNaOH
t Normalitas,
Cuplikan Vsampel, mL V NaOH, mL rata-rata,
(menit) mgek/mL
mL
1a 25 15,60
t=0 15,8000 1,3909
1b 25 16,00
2a 25 15,50
t=5 15,3500 1,3513
2b 25 15,20
3a 25 15,00
t=10 15,0000 1,3205
3b 25 15,00
5a 25 13,30
t=30 13,3000 1,1709
5b 25 13,30
6a 25 9,60
t=60 9,5000 0,8363
6b 25 9,40
7a 25 8,80
T=90 8,8000 0,7747
7b 25 8,80
8a 25 8,40
t=120 8,4500 0,7439
8b 25 8,50

6. Konversi asam asetat


NA,t=0 − NA,t=t
XA = NAa

(6)
Dengan,
XA = Konversi asam asetat
NAa = Normalitas asam asetat awal dalam campuran reaktan,
mgek/mL
NA,t =0 = Normalitas asam pada saat t=0, mgek/mL
NA,t = t = Normalitas asam pada saat t tertentu, mgek/mL
Sebagai perhitungan persamaan (6) sebagai berikut.
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
1,3909 − 1,3513
XA = 𝑚𝐿
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
𝑚𝐿
1,0544
𝑚𝐿

XA = 0,0376

8
Berikut data hasil konversi asa, asetat pada berbagai waktu
Tabel II. Data Hasil Konversi Asam Asetat Pada Berbagai Waktu

t, menit Konversi, %
0 0
5 3,76
10 6,68
30 20,87
60 52,60
90 58,45
120 61,37

7. Normalitas etil asetat pada setiap waktu


Netil asetat = NAa . XA
(7)
Dengan,
Netil asetat,t=t = Normalitas etil asetat pada saat t tertentu,
mgek.mL
NAa = Normalitas asam asetat awal dalam reaktan,
mgek/mL
XA = Konversi asam asetat
Sebagai perhitungan persamaan (7) sebagai berikut.
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
Netil asetat = 1,0544 . 0,0376
𝑚𝐿

Netil asetat = 0,0396 mgerk/mL

9
Berikut data hasil normalitas etil asetat pada berbagai waktu.
Tabel III. Data Hasil Perhitungan Normalitas Etil Asetat Pada Berbagai Waktu

t, menit Konversi, % Netil asetat, t=t,


mgek/mL
0 0 0,0000
5 3,76 0,0396
10 6,68 0,0704
30 20,87 0,2201
60 52,60 0,5546
90 58,45 0,6162
120 61,37 0,6471

8. Jumlah mol asam asetat mula-mula


NAa . VAs
nAa = 1000

(8)
Dengan,
nAa = mol asam asetat mula-mula, mol
NAa = Normalitas asam asetat awal dalam reaktan, mgek/mL
VAs = Volume asam asetat dalam campuran reaktan, mL
Perhitungan persamaan (8) sebagai berikut.
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
1,0544 . 25 mL
nAa = 𝑚𝐿
1000

nAa = 0,0264 mol


9. Jumlah mol etanol mula-mula
VB . CBb . 𝜌B
nBo = (9)
MrB

Dengan,
nBo = Mol etanol mula-mula, mol
VB = Volume etanol dalam campuran reaktan = 200 mL
𝜌B = Massa jenis etanol 72% pada suhu ruang, g/mL (Perry’s
Chemical Engineer’s Handbook)
CBb = Kadar etanol = 0,72

10
MrB = Berat molekul etanol = 46 gram/mol
Merujuk pada Perry’s Chemical Engineer’s Handbook, densitas
etanol 100% pada suhu ruang (T = 298,15 K) diperoleh melalui
persamaan
berikut.

(10)

Dengan,
ρ = Densitas etanol 100% pada suhu 298,15 K, g/mL
C1 = 16,6288
C2 = 0,2747
C3 = 514
C4 = 0,2318
T = Suhu ruang (298,15 K)
Berdasarkan persamaan (10) maka dapat diperoleh densitas etanol
100% pada suhu 298,15 K sebagai berikut.

ρ = 0,7793 gram/mL
densitas etanol 72% pada suhu ruang (T=298,15 K) diperoleh melalui
persamaan berikut.
ρB = (XA x ρA) + (XC x ρC) (11)
dengan,
ρ𝐵 = Massa jenis etanol 72% pada suhu ruang, g/mL
XA = Presentase etanol pada campuran, (72%)
XC = Presentase air pada campuran, (28%)
ρ𝐴 = Densitas etanol 100% pada suhu ruang, g/mL
ρ𝐶 = Densitas air pada suhu ruang, (0,001204g/mL)
Dengan persamaan (11), maka densitas etanol 72% pada suhu 298,15
K sebagai berikut.
ρB = (72% x 0,7793 gram/mL) + (28% x 0,001204 g/mL)

11
ρ𝐵 = 0,5612 gram/mL
Maka dengan persamaan (9) dapat ditentukan jumlah mol etanol
mula-mula sebagai berikut.
𝑔𝑟𝑎𝑚
200 mL . 0,5612 . 0,72
nBo = 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝐿
46
𝑚𝑜𝑙

nBo = 1,7568 mol


10. Jumlah mol air mula-mula
1
nEo = (VEa . ρE + VB . ρB (1-CBb)) (𝑀𝑟 ) (12)
𝑔

Dengan,
nEo = Mol air mula-mula, mol
VEa = Volume air dalam asam asetat 3:1 (25% asam asetat teknis
+
75% aquadest),
VB = Volume etanol dalam campuran reaktan =200 mL
𝜌B = Massa jenis etanol 72% pada suhu ruang, g/mL (Perry’s
Chemical Engineer’s Handbook)
CBb = Kadar etanol = 0,72
𝜌E = Massa jenis air pada suhu ruang, g/mL
MrE = Berat molekul air =18 g/mol
Dengan persamaan (12), dapatdiperoleh jumlah mol air mula-mula
sebagai berikut.
nEo = (18,75 . 0,001204 gram/mL + 200 mL . 0,5612 gram/mL (1-
1
0,72)) . (18 𝑔/𝑚𝑜𝑙 )

nEo = 1,7463 mol

B. Analisis Data Untuk Mendapatkan Data Konstanta Laju Reaksi dan


Konstanta Keseimbangan

1. Konversi setimbang teoritis (pendekatan)


𝑛
𝑋𝐴𝑒 = 𝑛𝐴𝑒 × 100% (13)
𝐴𝑎

dengan,
XAe = Konversi asam asetat setimbang teoritis, %

12
nAe = Mol asam asetat yang bereaksi dalam setimbang teoritis,
mol
nAa = Mol asam asetat mula-mula, mol
Setelah reaksi mencapai kesetimbangan, total jumlah mol asam asetat
yang bereaksi sebesar nAe. Dimana jumlah mol etil asetat di
kesetimbangan sebesar nAe dan mol etanol berkurang sebesar nAe dan
mol air bertambah sebesar nAe. Nilai nAe pun dapat dihitung
Berdasarkan persamaan konstanta kesetimbangan
𝑛𝐴𝑒 (𝑛𝐸𝑜 +𝑛𝐴𝑒 )
K = (𝑛 (14)
𝐴𝑎 −𝑛𝐴𝑒 )(𝑛𝐵𝑜−𝑛𝐴𝑒 )

dengan,
nAe = Mol asam asetat yang bereaksi dalam setimbang teoritis,
mol
nAo = Mol asam asetat mula-mula, mol
nBo = Mol etanol mula-mula, mol
nEo = Mol air mula-mula, mol
Nilai konstanta kesetimbangan reaksi dihitung dengan persamaan van’t
Hoff seperti pada persamaan berikut:
𝑑(𝑙𝑛 𝐾) ∆𝐻𝑟
= 𝑅𝑇 2 (15)
𝑑𝑇
∆𝐻𝑟 1 1
𝑙𝑛 𝐾1 − 𝑙𝑛 𝐾2 = (𝑇 − 𝑇 ) (16)
𝑅 𝑟

dengan,
K2 = Konstanta kesetimbangan reaksi pada suhu percobaan
K1 = Konstanta kesetimbangan reaksi pada suhu referensi
ΔHr = Entalpi reaksi esterifikasi, Joule / mol
R = Konstanta gas = 8,314 Joule / mol K
T = Suhu percobaan, K
Tr = Suhu referensi, K = 298 K
Adapun untuk mencari nilai K1, dihitung dengan persamaan berikut:
∆𝐺°
ln 𝐾1 = − 𝑅𝑇 (17)
𝑟

dengan,
K1 = Konstanta kesetimbangan reaksi pada suhu referensi
ΔG° = Energi Gibbs, J/mol

13
R = Konstanta gas = 8,314 J/(mol.K)
Tr = suhu referensi, K
Entalpi dan Energi Gibbs untuk reaksi esterifikasi dapat dihitung dari
entalpi serta energi Gibbs masing-masing senyawa yang diperoleh dari
pustaka.
Data Energi Gibbs tiap senyawa pada suhu referensi 298 K yang
diambil dari Atkins, 2006. Sebagai berikut.
Tabel IV. Data Energi Gibbs Tiap Senyawa Pada Suhu Referensi
Senyawa Energi Gibbs, J/mol
CH3COOH(l) -389900
CH2CH3OH(l) -174780
CH3COOCH2CH3(l) -332700
H2O(l) -237130
Total -5150,0000
Berdasarkan persamaan (17), maka nilai K1 dapat dihitung sebagai
berikut.
(−5150,0000 𝐽/𝑚𝑜𝑙)
ln 𝐾1 = − 𝐽
8,314 . 298,15 𝐾
𝑚𝑜𝑙.𝐾

𝐾1 = 7,9853

Berikut data entalpi tiap senyawa pada suhu referensi (298,15 K).
Tabel V. Data Entalpi tiap senyawa pada suhu referensi
Senyawa Energi Gibbs, J/mol
CH3COOH(l) -484500
CH2CH3OH(l) -277690
CH3COOCH2CH3(l) -479000
H2O(l) -285830
Total -2640,0000
Berdasarkan persamaan (16), maka nilai K2 dapat dihitung sebagai
berikut.
(−2640,000 𝐽/𝑚𝑜𝑙) 1 1
𝑙𝑛 7,9937 − 𝑙𝑛 𝐾2 = 𝐽 (348,2929 𝐾 − 298,15 𝐾)
(8,314 )
𝑚𝑜𝑙.𝐾

14
𝐾2 = 6,8537
Setelah K2 diketahui, maka jumlah mol asam asetat yang bereaksi dalam
setimbang teoritis dapat dihitung dengan persamaan (14) sebagai
berikut.
𝐴𝑒 𝑛 (1,7463 𝑚𝑜𝑙 + 𝑛𝐴𝑒 )
6,9258 = (1,0544 𝑚𝑜𝑙 −𝑛 𝐴𝑒 )(1,7568 𝑚𝑜𝑙 −𝑛𝐴𝑒 )

𝑛𝐴𝑒 = 0,0218 𝑚𝑜𝑙


Berdasarkan persamaan (13), maka nilai konversi asam asetat
setimbang teoritis dapat dihitung sebagai berikut.
0,0218𝑚𝑜𝑙
𝑋𝐴𝑒 = 0,0264 mol × 100%

𝑋𝐴𝑒 = 82,70%
2. Menghitung nilai konstanta kesetimbangan (percobaan)
X
K p = 1−XAn (18)
An

dengan,
Kp = Kontanta kesetimbangan reaksi (yang diperoleh dari
percobaan)
XAn = Konversi akhir asam asetat (pada t=120 menit)
Berdasarkan persamaan (18), nilai kontanta kesetimbangan reaksi
dapat ditentukan sebagai berikut:
0,6137
K p = 1−0,6137

K p = 1,5885
3. Menghitung konsentrasi mula-mula
𝑛𝐴0
𝐶𝐴0 = (19)
𝑉
𝑛𝐵0
𝐶𝐵0 = (20)
𝑉
𝑛𝐷0
𝐶𝐷0 = (21)
𝑉
𝑛𝐸0
𝐶𝐸0 = (22)
𝑉

dengan,
CA0 = Konsentrasi asam asetat mula-mula, mol/L
CB0 = Konsentrasi etanol mula-mula, mol/L
CD0 = Konsentrasi ester mula-mula, mol/L

15
CE0 = Konsentrasi air mula-mula, mol/L
V = Volume total (Volume etanol + volume asam asetat + volume
asam sulfat), L
Berdasarkan persamaan (19), nilai konsentrasi asam asetat mula-mula
dapat ditentukan sebagai berikut:
0,0264 mol
CA0 = 1L
(200+25+2)mL .
1000 mL

CA0 = 0,1161 mol/L


Berdasarkan persamaan (20), nilai konsentrasi etanol mula-mula dapat
ditentukan sebagai berikut:
1,7568 mol
CB0 = 1L
(200+25+2)mL .
1000 mL

CB0 = 7,8080 mol/L


Berdasarkan persamaan (21), nilai konsentrasi ester mula-mula dapat
ditentukan sebagai berikut:
0 mol
CD0 = 1L
(200+25+2)mL .
1000 mL

CD0 = 0,0000 mol/L


Berdasarkan persamaan (22), nilai konsentrasi air mula-mula dapat
ditentukan sebagai berikut:
1,7463 mol
CE0 = 1L
(200+25+2)mL .
1000 mL

CE0 = 7,7613 mol/L

4. Menghitung nilai konstanta reaksi


a. Reaksi dianggap reversible
Nilai konstanta kecepatan reaksi dapat dihitung Berdasarkan
persamaan-persamaan sebagai berikut:
−ln(1 − a𝑋𝐴 ) = 𝑘′1 𝑎𝑡 (23)
Persamaan linierisasi sebagai berikut:
Y = mt+c (24)
Perhitungan nilai slope sebagai berikut:
Y = −ln(1 − a𝑋𝑎 ) (25)

16
m = k′1 𝑎 (26)
c = konstanta (27)
1
a = 1+𝐾 (28)

Sehingga diperoleh nilai konstanta laju reaksi pada reaksi


reversible sebagai berikut:
𝑚
k′1 = (29)
𝑎
k′1
k′2 = (30)
𝐾
k′1
𝑘1 = 𝐶 (31)
𝐵0

k′2
𝑘2 = 𝐶 (32)
𝐸0

dengan,
k1 = konstanta laju reaksi ke kanan (esterifikasi), L/(mol.men)
k2 = konstanta laju reaksi ke kiri (hidrolisis), L/(mol.men)
K = konstanta kesetimbangan reaksi teoritis
CB0 = konsentrasi etanol mula-mula, mol/L
CE0 = konsentrasi air mula-mula, mol/L
t = waktu, menit
Dengan persamaan (28), nilai a dapat ditentukan sebagai berikut:
1
a= 1+ 7,2222

a = 1,1385
Dengan persamaan (25), contoh perhitungan regresi linear pada t=5
adalah sebagai berikut:
Y = −ln(1 − 1,1385 . 0,0376)
Y = 0,0437
Berikut adalah perhitungan regresi linier pada berbagai waktu

17
Tabel VI. Data untuk Perhitungan Regresi Linier apabila Reaksi Reversible
No. t Y t² t.Y
1 0 0,0000 0,0000 0,0000

2 5 0,0437 25,0000 0,2185

3 10 0,0791 100,0000 0,7910

4 30 0,2713 900,0000 8,1390

5 60 0,9134 3600,0000 54,8040

6 90 1,0948 8100,0000 98,5320

7 120 1,1995 14400,0000 143,9400

Jumlah 315 3,6018 27125,0000 306,4245

Dengan regresi linier diperoleh:


(7×306,4245)−(315×3,6018)
m= (7×27125)−3152

m = 0,0111
3,6018−(0,0111×315)
c= 7

c = 3,4965
Persamaan regresi linier menjadi sebagai berikut:
Y = 0,0011t + 3,4965 (33)
Dengan persamaan (29), maka nilai k’1 dapat ditentukan sebagai
berikut:
0,0111
k′1 = 1,1385

k′1 = 9,7496 × 10-3


Dengan persamaan (30), maka nilai k’2 dapat ditentukan sebagai
berikut:
9,7496 × 10−3
k′2 = 7,2222

k′2 = 1,3499 × 10−3


Dengan persamaan (31), maka nilai k1 dapat ditentukan sebagai
berikut:

18
9,7496 × 10−3
𝑘1 = 7,8080

𝑘1 = 1,2486 × 10−3
Dengan persamaan (32), maka nilai k2 dapat ditentukan sebagai
berikut:
1,3499 ×10−3
𝑘2 = 7,7613

𝑘2 = 1,7328 × 10−4
b. Apabila reaksi ke kiri diabaikan :
−𝑙𝑛(𝑋 − 𝑋𝑎) = 𝑘′1𝑠 𝑡 (34)
Persamaaan linierisasi sebagai berikut:
Y = mt + c (35)
Perhitungan nilai slope sebagai berikut :
Y = −ln(1 − 𝑋𝐴 ) (36)
m = k′1𝑠 𝑎 (37)
c = konstanta (38)
Dari persamaan diatas diperoleh konstanta sebagai berikut:
𝑘′1𝑠 = 𝑡𝑎𝑛 θ𝑠 (39)
𝑡𝑎𝑛 θ𝑠
𝑘′1𝑠 = (40)
𝑉𝐶𝐵𝑜

dengan,
k1s = konstanta laju reaksi ke kanan (esterifikasi), L/(mol.men)
CB0 = konsentrasi etanol mula-mula, mol/L
t = waktu, menit
Dengan regresi linier diperoleh:
𝑛 ∑ 𝑡.𝑌−∑ 𝑡.. ∑ 𝑌
m= 2 (41)
𝑛 ∑ 𝑡 −(∑ 𝑡)2
∑𝑌 −𝑚∑𝑡
𝑚= (42)
𝑛

19
Berikut adalah perhitungan regresi linier pada berbagai waktu
Tabel VII. Data untuk Perhitungan Regresi Linier apabila Reaksi kekiri
No. t Y diabaikan t² t.Y
1 0 Reversible 0,0000
0,0000 0,0000
2 5 0,0383 25,0000 0,1915
3 10 0,0691 100,0000 0,6913
4 30 0,2341 900,0000 7,0237
5 60 0,7466 3600,0000 44,7946
6 90 0,8782 8100,0000 79,0358
7 120 0,9511 14400,0000 114,1316
Jumlah 315 2,9174 27125,0000 245,8685
Dengan regresi linier diperoleh:
(7×245,8685)−(315×2,9174)
m= (7×27125)−3152

m = 8,8483 × 10−3
2,9174−((8,8483×10−3 )×315)
c= 7

c = 0,0185
Persamaan regresi linier menjadi sebagai berikut:
Y = (8,8483 × 10−3 )𝑡 + 0,0185 (43)
Nilai k’1s dapat ditentukan sebagai berikut:
𝑘′1𝑠 = 8,8483 × 10−3
Nilai k1s dapat ditentukan sebagai berikut:
8,8483 × 10−3
𝑘1𝑠 = 7,8080 𝑚𝑜𝑙/𝐿

𝑘1𝑠 = 1,1332 × 10−3

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Standardisasi NaOH dengan HCl dan HCl dengan boraks ditujukan
mengetahui konsentrasi larutan standar primer dan sekunder. Normalitas

20
larutan HCl didapatkan dengan cara larutan boraks digunakan sebagai larutan
standar primer dan larutan HCl sebagai larutan standar sekunder. Boraks
sebagai larutan standar primer dikarenakan memiliki sifat yang lebih stabil dan
tidak mudah bereaksi apabila ditempatkan di tempat terbuka, boraks juga
memiliki BM tinggi dimana BM tinggi menjadi salah satu syarat suatu senyawa
dapat digunakan untuk larutan standar primer. Larutan HCl yang sudah
distandardisasi digunakan untuk menitrasi larutan NaOH untuk mendapatkan
normalitas NaOH. Karena HCl bersifat volatil dan NaOH bersifat higroskopis,
kemurnian kedua larutan akan menjadi lebih rendah. Limbah hasil titrasi
larutan HCl dan NaOH merupakan garam NaCl sehingga tidak terlalu
berbahaya. Hasil percobaan yang didapatkan, yaitu normalitas larutan HCl
pertama dan kedua berturut-turut adalah 0,1138 mgek/mL dan 0,1154
mgek/mL dengan normalitas larutan HCl rata-rata adalah 0,1146 mgek/mL.
Normalitas HCl yang sudah didapat, digunakan untuk menentukan normalitas
NaOH dan didapatkan normalitas NaOH pertama dan kedua berturut-turut
adalah 0,1088 mgek/mL dan 0,1111 mgek/mL dengan normalitas larutan
NaOH rata-rata adalah 0,1100 mgek/mL. Perubahan warna yang terjadi pada
saat standardisasi larutan NaOH oleh HCl adalah dari ungu menjadi bening.
Perubahan warna secara permanen saat titrasi menunjukkan bahwa sudah
tercapai titik ekivalen dari reaksi dimana jumlah mol reagen titran (larutan yang
ditambahkan) setara dengan jumlah mol reagen yang direaksikan (larutan yang
dianalisis).
Bau cuka yang ditimbulkan dapat dirasakan pada awal pengambilan
sampel (t=0). Namun baunya berkurang dan tergatikan oleh bau karet setelah
pengambilan sampel berikutnya (t=5-t=120). Pada akhir pengujian, bau karet
menjadi lebih kuat dan karet tersebut merupakan ciri khas etil asetat sebagai
produknya. Peristiwa ini dapat terjadi karena reaksi kimia menurunkan
konsentrasi reaktan dan meningkatkan konsentrasi produk. Perubahan warna
sampel titrasi adalah dari tidak berwarna menjadi ungu. Warna ungu yang
dihasilkan memudar seiring waktu pencuplikan. Hal tersebut terjadi karena
lama kelamaan konsentrasi asam asetat semakin berkurang sehingga warna
larutan titer semakin memudar. Pada langkah ini, asam asetat sebagai reaktan

21
bereaksi dengan etanol membentuk senyawa ester. Oleh karena itu, bau dan
warna setiap sampel titran akan berubah.

Hasil yang didapatkan dari percobaan ini dapat digambarkan dalam


grafik CA vs t, XA vs t, CD vs t ,-ln(1-aXA) vs t, dan -ln(1-XA) vs t untuk
membandingkan laju reaksinya. Berikut merupakan grafik CA vs t.

1.6000
1.3909
1.3513
NORMALITAS ASAM ASETAT. MGEK/ML

1.4000 1.3205

1.1709
1.2000

1.0000
0.8363
0.7747 0.7439
0.8000

0.6000

0.4000

0.2000

0.0000
0 20 40 60 80 100 120 140
WAKTU, MENIT

Gambar 2. Grafik Hubungan Normalitas Asam Asetat Terhadap Waktu

Grafik di atas menunjukkan normalitas asam asetat berkurang seiring


dengan bertambahnya waktu. Hal ini disebabkan karena asam asetat
terkonversi seiring waktu menjadi senyawa ester, yaitu etil asetat. Normalitas
asam asetat yang berkurang akan terhenti (konstan) ketika sudah sampai titik
kesetimbangan pada reaksi tersebut. Selanjutnya adalah grafik hubungan
konversi asam asetat terhadap waktu sebagai berikut.

22
0.7000
0.6137
0.5845
0.6000 0.5260
KONVERSI ASAM ASETAT,
0.5000

0.4000

0.3000
0.2087
0.2000
0.0668
0.1000 0.0376
0.0000
0.0000
0 20 40 60 80 100 120 140
WAKTU, MENIT

Gambar 3. Grafik Hubungan Konversi Asam Asetat Terhadap Waktu

Gambar 3 menunjukkan bahwa seiring berjalannya waktu, konversi


asam asetat menjadi senyawa ester atau etil asetat semakin besar. Peristiwa ini
terjadi karena semakin banyak asam asetat yang terkonversi menjadi etil asetat
dengan bertambahnya waktu. Konversi asam asetat menjadi etil asetat akan
terhenti (konstan) ketika sudah sampai titik kesetimbangan pada reaksi
tersebut. Selanjutnya grafik hubungan normalitas etil asetat terhadap waktu
sebagai berikut.

0.7000 0.6471
0.6162
NORMALITAS ETIL ASETAT, MGEK/ML

0.6000 0.5546

0.5000

0.4000

0.3000
0.2201

0.2000
0.0704
0.1000 0.0396
0.0000
0.0000
0 20 40 60 80 100 120 140
WAKTU, MENIT

Gambar 4. Grafik Hubungan Normalitas Etil Asetat Terhadap Waktu

23
Grafik pada gambar 4 menunjukkan bahwa normalitas etil asetat semakin
bertambah seiring berjalannya waktu. Peristiwa ini terjadi karena asam asetat
terkonversi menjadi senyawa ester atau etil asetat seiring berjalannya waktu. Hal
ini menyebabkan senyawa etil asetat dalam labu leher tiga terus bertambah dan
penambahan normalitas akan konstan ketika rekasi telah mencapai
kesetimbangannya. Selanjutnya, hubungan antara –ln(1- αXa) Vs waktu untuk
reaksi reversible sebagai berikut.

1.6000

1.4000 1.2488
y = 0,0011x + 3,4965
1.1369
1.2000
R² = 0.9475
0.9449
1.0000
-ln(1-aXA)

0.8000

0.6000

0.4000 0.2778

0.2000 0.0808
0.0446
0.0000
0.0000
0 20 40 60 80 100 120 140
Waktu, menit

Gambar 5. Grafik Hubungan Antara -ln(1-aXA) VS Waktu Untuk Reaksi Reversible

Grafik pada gambar 5 di atas terlihat bahwa nilai –ln(1-αXa) bertambah


seiring lamanya waktu. Persamaan yang didapat dari data adalah y = 0,0011x +
3,4965 dengan dengan nilai koefisien regresi senilai 0,9475. Tren dari graifknya
sendiri yaitu semakin bertambahnya nilai -ln(1-aXA) seiring bertambahnya waktu,
namun semakin lama waktu yang ditempuh, pertambahan nilainya semakin kecil
sampai saat setimbang nilainya akan konstan. Selanjutnya hubungan antara –ln(1-
Xa) vs waktu untuk reaksi ke kiri diabaikan sebagai berikut.

24
1.2000

y = 0.0088x + 0.0186 0.9511


1.0000
R² = 0.9402 0.8782

0.8000 0.7466

-ln(1-aXA)
0.6000

0.4000
0.2341
0.2000
0.0691
0.0383
0.0000
0.0000
0 20 40 60 80 100 120 140
Waktu, menit

Gambar 6. Grafik Hubungan Antara -ln(1-aXA) VS Waktu


Untuk Reaksi ke Kiri Diabaikan
Grafik pada gambar di atas terlihat bahwa nilai –ln(1- αXa) bertambah
seiring lamanya waktu. Persamaan yang didapat dari data adalah y = 0,0088x +
0,0186 dengan dengan nilai koefisien regresi senilai 0,9402.
Tabel berikut menunjukkan nilai dari regresi dan nilai konstanta kecepatan
reaksi, serta konstanta kesetimbangan sebagai berikut.

Tabel VIII. Data Nilai ΔHr Referensi Pada Suhu 298K


Reversible
Model Persamaan Reversible Irreversible
Kecepatan Reaski
Koefisien regresi 0,9475 0,9402
Konstanta kecepatan reaksi 1,2486 × 10−3 1,1332 × 10−3
ke kanan, k1
Konstanta kesetimbangan 6,8537 (Teoritis) 6,9258 (Teoritis)

1,5885 (Percobaan) 1,5885 (Percobaan)

Konstanta kecepatan reaksi 1,7328 × 10−4 -


ke kiri, k2

25
Nilai konstanta kestimbangan teoritis untuk rekasi reversible dan
irreversible berturut-turut adalah 6,8537 dan 6,9258, sedangkan nilai konstanta
kestimbangan percobaan adalah 1,5885; keduanya berbeda karena suhu reaksi tidak
konstan selama 120 menit, yang menyebabkan reaksi tidak mencapai
kesetimbangan. Seperti yang diketahui, konstanta kestimbangan adalah fungsi dari
suhu dan nilainya bergantung pada suhu saat reaksi terjadi. Selain itu, kontaminasi
dari zat-zat asing dapat terjadi selama percobaan yang dimana nanti akan
berpengaruh terhadap konsentrasi asam asetat. Percobaan teoritis didasarkan pada
asumsi konsentrasi tetap, sementara dalam percobaan eksperimental, konsentrasi
dapat berubah.
Hasil konversi asam asetat percobaan adalah 61,37%, sementara hasil
pendekatan adalah 83,57%. Hasil ini berbeda karena proses masih mengalami
kestimbangan di akhir langkah percobaan. Namun, waktu percobaan dibatasi
hingga t=120 menit. Hal tersebut terjadi karena faktor-faktor yang sudah disebutkan
yang menyebabkan terjadi perbedaan cukup signifikan antara nilai konstanta
kesetimbangan teoritis dengan nilai konstanta kesetimbangan percobaan. Data
referensi Atkins 2010 untuk nilai ΔHr pada suhu 298K tersedia sebagai berikut.

Tabel IX. Data Nilai ΔHr Referensi Pada Suhu 298K


No Reversible ΔHr, J/mol
senyawa
1 Asam asetat -484500
2 Etanol -277690
3 Etil asetat -479000
4 aquadest -285830
Dengan data tersebut diperoleh nilai ΔHr sebesar -2640 J/mol. Keq pada suhu
reaksi sebesar 6,9258 dan Konversi asam asetat setimbang teoritis sebesar
83,57%.
Hasil percobaan diperoleh nilai konsentrasi asam asetat mula-mula, etanol
mula-mula dan air mula-mula sebesar 0,1161 mol/L, 11,6236 mol/L dan 18,3865
mol/L. Konsentrasi tersebut berdasarkan jumlah mol per liter setiap senyawa
pada saat mula-mula.
Berdasarkan tabel VIII, maka persamaan kecepatan laju reaksinya adalah :
a. Apabila reaksi yang terjadi reversible
(-rCH3COOH) = K1CACB-K2CDCE
=1,2486 × 10−3 .[C2H4O2].[C2H6O]–1,7328 ×
10−4 .[C4H8O2].[H2O]

26
b. Apabila reaksi kekiri diabaikan
(-rCH3COOH)= K1CACB
= 1,1332 × 10−3 .[C2H4O2].[C2H6O]
Hasil di atas menunjukkan bahwa konstanta yang lebih besar dimiliki oleh
reaksi reversible; ini menunjukkan bahwa percobaan ini sejalan dengan teori
tentang reaksi yang terjadi bolak-balik.

27
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Konversi asam asetat
 Pada berbagai waktu percobaan
t=0 : 0,00%
t=5 : 3,76%
t=10 : 6,68%
t=30 : 20,87%
t=60 : 52,60%
t=90 : 58,45%
t=120 : 61,37%
 Pada saat setimbang teoritis = 83,57%
2. Persamaan laju reaksi
a. Apabila reaksi yang terjadi reversible
(-rCH3COOH) = K1CACB-K2CDCE
=1,2486 × 10−3 .[C2H4O2].[C2H6O]–
1,7328 𝑥 10−4 .[C4H8O2].[H2O]
b. Apabila reaksi kekiri diabaikan
(-rCH3COOH) = K1CACB
= 1,1332 × 10−3 .[C2H4O2].[C2H6O]

Yogyakarta, 9 November 2023


Asisten, Praktikan,
Yogyakarta, 8 April 2023

28
Sebastian Binsar Pangaribuan M. Rizki Khoerul Fadilah

29
30
31

Anda mungkin juga menyukai