Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

1.1 Studi Komparatif


Menurut Nazir (2005:58) penelitian komparatif adalah sejenis penelitian
deskriptif yang ingin mecari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat,
dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya
suatu fenomena tertentu.
Studi komparatif dapat dikatakan sebagai penelitian yang bersifat
membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta yang
diteliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu.Penulis mencari jurnal
penelitian yang relevan dengan Tugas Akhir yang akan dilakukan oleh
penulis, dengan adanya jurnal tersebut diharapkan bisa digunakan dalam
referensi penyusunan Tugas Akhir. Penelitian terdahulu yang menjadi
referensi penyusunan Tugas Akhir yang dilakukan oleh penulis diantaranya:
1. Arief Darmawan (2017)
Penelitian yang dilakukan oleh Arief Darmawan berjudul
Pembuatan Film Pendek Action “WILD” Dengan Penerapan Teknik Color
Correction dan Color Grading Pada Lumetri Adobe Premiere Pro CC. Dalam
penelitian tersebut dijelaskan bahwa dalam proses pembuatan film pendek
meliputi perancangan konsep yang terdiri dari tema, naskah dan storyboard,
metode pengambilan gambar, serta metode editing film yang terdiri dari
menyusun dan menambahkan efek gambar serta color correction dan color
grading.
2. Rahma El Yunusia (2017)
Penelitian dari Rahma El Yunusia ini berjudul Implementasi
Teknik Color Correction dan Color Grading Dalam Pembuatan Film
“Tempat Wisata di Batam”. Penelitian tersebut menggunakan metode
Vilamill Molina yang dimana terdiri dari beberapa tahapan, diantaranya;
development, preproduction, production, postproduction, delivery. Dalam
penelitian tersebut dijelaskan bahwa pengaruh color correction dan color
grading terhadap nilai mean warna RGB.
Adapun ringkasan penelitian terdahulu dapat dijelaskan pada tabel berikut

Arief Darmawan Rahma El Yunusia


(2017) (2017)

Judul Pembuatan Film Pendek Implementasi Teknik


Action “WILD” Dengan Color Correction dan
Penerapan Teknik Color Grading Dalam
Color Correction dan Pembuatan Film
Color Grading Pada “Tempat Wisata di
Lumetri Adobe Batam”
Premiere Pro CC

Tujuan Penelitian 1. Membuat film 1. Membuat film


Pendek Action “WILD” dokumenter “Tempat
dengan Penerapan Wisata di Batam”
Teknik Color 2. Membuat film
Correction dan Color “Tempat Wisata di
Grading pada Lumetri Batam” dengan
Adobe Premiere Pro CC menerapkan teknik
2. Pembuatan Film color correction dan
Pendek Action “WILD” color grading
dengan mengangkat 3. Mengetahui pengaruh
cerita bahaya narkoba color correction dan
yang memberi pesan color grading terhadap
pada anak muda nilai mean warna RGB
penerus bangsa pada film “Tempat
3. Menjadikan pembuat Wisata di Batam”
film pendek ini lebih sesuah dilakukannya
tahu dan mengerti akan color correction dan
struktur dan lebih
mengenal dunia color grading
perfilman
4. Berharap kepada
penikmat karya dapat
sama-sama belajar
mengenai teknik-teknik
pada proses pembuatan
film

Pendekatan Penelitian Kualitatif Kualitatif

Jenis Penelitian Deskriptif Deskriptif

Hasil Penelitian 1. Proses dalam 1. Dapat diketahui


pembuatan film pendek bahwa color correctio
“WILD” meliputi dan color grading
pembuatan konsep, memiliki pengaruh
perancangan terhadap salah satu
storyboard, editing, parameter pengukuran
penerapan color yang dilakukan yaitu
correction dan color mean warna RGB
grading dengan
menggunkan metode
Lumetri Color.
2. Dalam film ini
terdapat bagaimana cara
pembuatan film,
editing, pemberian
effect pada film, serta
audio.
1.2 Film
2.1.1 Pengertian Film
Sebagai salah satu media penyampai informasi, film merupakan media
yang terbilang cukup efektif dalam penyampaian pesan kepada khalayak.
Pengemasannya pun beragam, ada yang sesuai dengan kebutuhan khayalak masa
kini, ada yang mengangkat isu-isu sosial yang sedang dan telah terjadi, bahkan
ada pula yang mengangkat tentang masa yang akan datang.
Undang-Undang nomor 33 tahun 2009 menjelaskan, film adalah sebuha
karya seni budaya yang merupakan suatu pranata social dan media komunikasi
massa yang dibuat atas kaidah cinematography dengan atau tanpa suara dan dapat
dipertunjukan.
Menurut Effendy (1986) film merupakan salah satu media komunikas
massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu ralita yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Film juga dapat diartikan sebagai komunikasi
massa yang merupakan gabungan dari berbagai teknologi fotografi dan rekaman
suara.

2.1.2 Sejarah Perkembangan Film


Pada tahun 1950-an film Indonesia mencapai puncak produksinya dengan
65 judul film sampai dengan tahun 1955. Periode tahun 1950-an juga ditandai
dengan semakin banyaknya film impor yang masuk ke Indonesia. Sebagian besar
film impor ini berasal dari Amerika Serikat yang masuk melalui agennya AMPAI
(American Motion Pictures Associattion Indonesia), Inggris, Itali, dan sebagian
negara-negara di benua Asia. Perkembangan perfilaman di Indonesia dapat
dikatakan begitu pesat, hingga muncul anggapan bahwa rentang tahun 1950-an
hinga 1960-an adalah masa-masa keemasan perfilman di Indonesia.
Menurut Javandalasta (2014:17) dalam perkembangannya film memiliki
beberapa kekuatan, diantaranya adalah:
1. Film dapat menghadirkan pengaruh emosional yang kuat, sanggup
menghubungkan penonton dengan kisah-kisah personal.
2. Film dapat mengilustrasikan kontras visual secara langsung.
3. Film dapat berkomunikasi dengan para penontonnya tanpa batas
menjangkau luas kedalam perspektif pemikiran.
4. Film dapat memotivasi penonton untuk membuat perubahan.
5. Film dapat sebagai alat yang mampu menghubungkan penonton
dengan pengalaman yang terpampang melalui bahasa gambar.

Seiring berkembangnya zaman, perfilman Indonesia pun dari waktu-waktu


mulai berbenah, canggihnya teknologi masa kini serta tingkat kreatifitas para
sineas menjadi salah satu faktor utama berkembangnya perfilman di Indonesia.

2.1.3 Jenis-Jenis Film

Menurut Effendy (2002:11-15) film terbagi dalam 4 jenis, antara lain:

1. Film Dokumenter
2. Film Cerita Pendek (Short Films)
3. Film Cerita Panjang (Feature-length Films)
4. Film-film jenis lain; Profil Perusahaan (Corporate Profile), Iklan Televisi
(TV Commercial/TVC), Program Televisi (TV Programme), dan Video
Klip (Music Video).

2.1.3.1 Film Dokumenter


Dokumenter adalah suatu karya film atau video berdasarkan
realitas serta fakta peristiwa. Dokumenter pada awalnya merupakah film
non-cerita. Hanya terdapat dua tipe film non-ceirta, yakni; film
dokumenter dan film faktual. Film factual pada umumnya hanya
menampilkan fakta, kamera sekedarnya saja merekam peristiwa. Film
factual di jaman ini hadir dalam bentuk film berita (News Feel).
Sedangkan film dokumenter selain mengandung mengandung fakta, ia
juga mengandung subjektivitas pembuatnya. “Di tahun 1920-an,
merupakan periode penting bagi tumuhnya pemikiran film dokumenter”.
(Sumarno, 1996).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan dokumenter adalah termasuk
jenis film non-fiksi yang menceritakan realita/kenyataan suatu peristiwa
tertentu. Dokumenter juga menyajikan realitas melalui berbagai cara untuk
berbagai macam tujuan antara lain; penyebarluasan informasi, pendidikan,
dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Dokumenter bukan
menciptakan kejadian atau peristiwa, tetapi merekam peristiwa atau
kejadian yang benar-benar terjadi bukan direkayasa (otentik).
Istilah dokumenter pertama kali digunakan oleh pembuat film dan kritikus
film asal Inggris John Grierson melalui filmnya yang berjudul Maona
(1926). John Grierson berpendapat dokumenter merupakan cara kreatif
mempresentasikan realitas.
Intinya, film dokumenter berpijak pada hal-hal yang senyata mungkin.
Kini dokumenter menjadi sebuah tren tersendiri dalam perfilman dunia.
Para pembuat film dapat bereksperimen dan belajar tentang banyak hal
ketika terlibat dalam waktu produksi film dokumenter. Beberapa film
dokumenter dapat membawa keuntungan dalam jumlah yang cukup
memuaskan. Salah satu contoh dokumenter TV adalah National
Geographic dan Animal Planet, bahkan saluran televisi Discovery Channel
pun mantap menasbih diri sebagai saluran televisi yang hanya
menayangkan program-program dokumenter tentang keragaman alam dan
budaya. Dokumenter kini juga telah banyak ditayangkan diberbagai
stasiun TV.
2.1.3.2 Film Cerita Pendek (Short Films)

Film pendek adalah film yang berdurasi pendek dengan cerita yang
singkat, biasanya di bawah 60 menit. Pada kenyataannya membuat film
pendek jauh lebih rumit dibanding membuat film berdurasi panjang,
karena film yang dibuat harus dapat menyampaikan pesan yang tersirat
dalam film tersebut dalam kurun waktu yang cukup singkat, agar para
penonton dapat memahami apa esensi dari film tersebut.

2.1.3.3 Film Cerita Panjang (Feature-Length Films)

Jenis film ini adalah lazimnya sebuah film yang banyak diputar di
bioskop yang berdurasi lebih dari 60 menit, antara 90-100 menit. Jenis
film ini banyak diproduksi oleh perusahaan besar/rumah produksi yang
memiliki dana besar. Kebanyakan jenis film ini diproduksi untuk
kebutuhan hiburan dan akan menghasilkan profit yang lumayan besar.
Meskipun ada beberapa yang tetap mengusung pesan-pesan moral
disamping bernilai edukatif juga informasi dan entertainment. Beberapa
film, seperti film-film produksi India (Bollywood) rata-rata berdurasi
hingga 180 menit.

Catatan sejarah mengungkapkan pada tahun 1990-an produksi film


dikuasai oleh studio milik Disney, Time Warner, Viacom, Universal,
MGM, dan News Corporation. Semua perusahaan tersebut, selain MGM
adalah bagian dari konglomerat dunia. Perusahaan film tersebut adalah
perusahaan yang memproduksi film panjang dan sampai hari ini
perusahaan-perusahaan tersebut masih mendominasi produksi perfilman
dunia.

2.1.3.4 Film-Film Jenis Lain

2.1.3.4.1 Profil Perusahaan (Corporate Profile)

Istilah lainnya Company Profile, filmini diproduksi untuk


kepentingan institusi tertentu berkaitan dengan kegiatan yang mereka
lakukan, misal tayangan “Usaha Anda” di SCTV dan “Profil Niaga” di
RCTI. Dalam perkembangannya jenis film ini tidak hanya diproduksi
oleh perusahaan-perusahaan saja, tetapi banyak pula dari Lembaga
Pendidikan, dan Personal. Jenis film profile di Indonesia cukup
berkembang pesat dan memiliki istilah-istilah yang baru, sebagai contoh
jika film ini diproduksi oleh pribadi mak disebut dengan Personal Profile
dan yang lain seperti Campus Profile, School Profile. Bahkan jika
dimusim PEMILU film jenis ini banyak dipesan oleh para CALEG
(Calon Legislatif) untuk mempresentasikan siapa dirinya (profilnya).
Karena film ini sendiri berfungsi sebagai alat bantu presentasi alias
propaganda.
2.1.3.4.2 Iklan Televisi (TV Commercial/TVC)

Jenis film ini cukup menjanjikan bagi para pembuat film baik dari
segi pendapatan atau dari segi kreativitas. Dari segi pendapatan film ini
dibuat dengan durasi pendek namu berbudget tinggi, sedangkan dari segi
kreatvitas bahwa film ini dibuat dengan durasi terbatas (30-60 detik)
tetapi isi/pesan harus mampu ditangkap dengan baik oleh penonton.

2.1.3.4.3 Program Televisi (TV Programme)

Jenis film ini diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi, contoh;


film serial (TV Series), film televisi/FTV dan film cerita pendek, sinetron
(Sinema Elektronik), Variety Show, TV Quiz, Talk Show, Magazine
Show, dan lain-lain.

2.1.3.4.4 Video Klip (Music Video)

Istilah ini mulai populer pada tahun 1980 lewat saluran televisi
khusus musik MTV. Fungsi video klip adalah saran bagi para produser
untuk memasarkan produknya lewat media televisi. Di Indonesia, sejak
memasuki tahun 2000-an video klip ini kemudian berkembang sangat
pesat dan merupakan bisnis yang cukup menggiurkan sama seperti TVC,
hal ini dipicu oleh para musisi baru (pendatang baru) yang bermunculan
akhir-akhir ini. Akhirnya video klip tumbuh sebagai aliran dan industri
tersendiri.

Beberapa rumah produksi (PH) mantap memilih video klip menjadi


bisnis utama (Core Business) mereka. Di Indonesia, tak kurang dari
ratusan video klip diproduksi tiap tahunnya seiring dengan
perkembangan dunia musik Indonesia.
2.1.4 Genre Film

Menurut Pratista (2008:11) istilah Genre berasal dari bahasa Perancis yang
bermakna “bentuk” atau “tipe”. Dalam film, genre dapat didefinisikan sebagai
jenis atau klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola
yang sama seperti; setting, isi dan subyek cerita, tema, struktur cerita, aksi
atau peristiwa, periode, gaya, situasi, serta karakter. Klasifikasi tersebut
menghasilkan genre-genre popular seperti aksi, petualangan, drama, komedi,
horor, roman dan sebagainya.

Fungsi genre mampu memudahkan klasifikasi film. Genre dapat


membantu memilah-milah film tersebut sesuai dengan spesifikasinya. Selain
itu, genre juga dapat berfungsi sebagai antisipasi penonton terhadap film yang
akan ditonton.

Menurut Pratista (2008:11) genre dibagi menjadi; Genre Primer dan


Genre Sekunder. Genre Primer merupakan genre-genre pokok yang telah ada
dan popular sejak perkembangan sinema era 1900-an hingga 1930-an,
misalnya aksi, drama, komedi, horror, fantasi, serta fiksi ilmiah. Genre
Sekunder merupakan turunan atau pengembangan dari genre primer, misalnya
detektif, thriller, spionase, dan superhero. Berikut keteragan genre dan contoh
filmnya:

1. Aksi

Film yang dimana karakter protagonis dipaksa berada dalam


tantangan yang berkenaan dengan kekerasan, pertarungan, tekanan
fisik, dan aksi kejar-kejaran.
Sumber: http://www.impawards.com/2015/san_andreas.html

2. Drama

Suatu karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dan dengan
maksud dipertunjukkan oleh aktor. Bisa menggambarkan karakter yang
realistis, pengaturan, situasi kehidupan, dan cerita yang melibatkan
pengembangan karakter yang kuat dan interaktif.

Sumber:
https://www.imdb.com/title/tt5874502/mediaviewer/rm180753664

3. Komedi

Film yang tujuan utamanya adalah kelucuan, film-film seperti ini


di desain sedemikian rupa untuk membuat para penonton terhibur.
Sumber:
http://www.impawards.com/intl/indonesia/2016/warkop_dki_reborn_ja
ngkrik_boss_part_one.html

4. Horor

Dirancang untuk menakut-nakuti dan menguji adrenalin penonton.

Sumber: https://www.imdb.com/title/tt7981182/
5. Fantasi

Fantasi adalah jenis film yang penuh imajinasi

Sumber: http://www.geekykool.com/star-wars-the-last-jedi-movie-poster/

6. Fiksi Ilmiah (Sci-fi)

Genre film yang penuh dengan imajinasi fiksi ilmiah, seperti


penggambaran fenomena berbasis ilmu pengetahuan, teknologi dengan
unsur-unsur futuristik.

Sumber: http://www.impawards.com/2013/gravity.html
2.2 Editing

2.2.1 Pengertian Editing

Editing berasal dari bahasa Inggris, yaitu kata edit yang artinya
membaca, memperbaiki dan mempersiapkan naskah untuk diterbitkan.
Kata editing telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi
penyuntingan. Orang yang mengerjakan editing disebut editor (bahasa
Inggris) dan disebut penyuntingan (bahasa Indonesia). Sedangkan proses
pengerjaannya disebut copyediting. Dalam bidang penelitian, kata editing
diartikan sebagai kegiatan meneliti atau memeriksa naskah (manuscript)
untuk menjaga kebenaran dan keasliannya.

Editing dalam bahasa Indonesia bersinonim dengan kata editing.


Nardi (1977:47) berpendapat editing film adalah merencanakan dan
mimilih serta menyusun kembali potongan gambar yang diambil oleh juru
kamera untuk disiarkan kepada masyarakat.

Editor orang yang sangat penting dalam pasca produksi, sering kali
dihadapkan dengan deadline. Maka beberapa Production House (PH) dan
televisi membuat Standar Operasionalisasi Prosedur (SOP) atau Standart
Operation serta manajemen waktu. Sering pula aturan itu berbeda dengan
PH atau televisi lainnya. Editor merupakan penyunting gambar, editor
yang akan menyusun serangkaian hasil shooting menjadi satu kesatuan
cerita. Tidak hanya sekedar potong sambung, editor pun harus memiliki
kemampuan serta insting sehingga hasilnya memuaskan. Aspek
penyambungan gambar seperti ritmik, tempo, spasial, dan ruangan itu
sebagai syarat utama yang harus dipahami oleh para editor.

Secara khusus, editing berarti sebuah proses mengumpulkan,


mengatur, dan menyatukan semua materi menjadi satu kesatuan yang
sanggup bercerita melalui gambar dan suara.
Istilah editing telah dikenal luas dan banyak orang pemahaman
sendiri. Pekerjaan editing berkaitan dengan sebagai berikut:

 Menata, menambahkan atau memindahkan klip video atau


klip audio.
 Menerapkan Color Correction, filter dan sebagainya.
 Membuat Transisi atau klip.

2.2.2 Jenis-Jenis Editing

Menurut Semedhi (2011:96-97) editing dibagi menjadi dua jenis,


yaitu News Story Editing dan Continuity Editing.

2.2.2.1 News Story Editing

News story editing ialah editing untuk keperluan berita, feature


atau bahkan untuk dokumentasi. Editing jenis ini sangat mengandalkan shot
yang dihasilkan oleh juru kamera di lapangan. Artinya panduan editor ketika
melakukan editing adalah skrip kasar yang tidak mencantumkan shot-shot
yang telah disusun terlebih dahulu di dalam shooting scripti atau skenario
seperti halnya film cerita. Namun hanya mengandalkan lokasi atau materi
objeknya. News story editing menuntut keterampilan editor untuk
menyambung gambar sesuai dengan imaginasinya. Oleh karena itu, alur
cerita sangat ditentukan oleh editor. Jika editor kurang pengalaman atau
kurang mengetahui materi yang akan diedit, pasti hasilnya akan kurang
baik. Editor biasanya juga menentukan waktu atau durasi tayangannya
tergantung bahan dasar atau shot yang telah disiapkan oleh juru kamera.
Editing jenis ini sangat mengandalkan kemampuan editor dalam
berkreativitas atau berimaginasi.
2.2.2.2 Continuity Editing

Continuity editing yaitu editing untuk sebuah film/video


cerita. Editor megandalkan skrip yang sudah dipersiapkan dengan
matang berupa shooting script. Editor tinggal menyambung gambar
sesuai tuntutan script. Peran editor hanya sebagai asisten sutradara,
karena seluruh shot dan juga transisi atau bahkan berbagai varaisi
editing sudah dipersiapkan matang sebelumnya.

2.2.3 Tahapan Editing

a. Logging adalah proses memotong gambar, mecatat waktu


pengambilan gambar dan memilih shot-shot yang ada
disesuaikan dengan camera report.
b. NG Cutting (Not Good Cutting) adalah memisahkan shot-
shot yang tidak baik.
c. Capture adalah proses memindahkan gambar dari kaset ke
komputer.
d. Assembly adalah penyusunan gambar sesuai naskah.
e. Rought Cut adalah hasil editing sementara, sangat
dimungkinkan terjadinya perubahan.
f. Fine Cut adalah hasil edit akhir setelah mencapai tahapan
ini, susunan gambar tidak bisa lagi berubah.
g. Visual Graphic adalah pembuatan unsur-unsur graphic
dalam film. Seperti teks, animasi, color grading, dsb.
h. Sound Editing Mixing adalah proses editing dan
penggabungan suara. Suara meliputi dialog, musik, dan
efek suara.
i. Married Print adalah proses penggabungan suara dan
gambar yang tadinya terpisah menjadi satu kesatuan.
j. Master Edit adalah hasil akhir.
2.2.4 On/Off Line Editing
Menurut Semedhi (2011:99) istilah on line editing dimaksud
sebagai cara editing menggunakan seluruh jalur atau track yang sudah
komplit (termasuk ilustrasi, narasi, efek, color corrections, dan lain-
lain) sehingga hasil editing sudah final atau langsung bisa
ditayangkan.
Off line editing ialah editing untuk menyambung raw material atau
bahan dasar sehingga hasilnya masih berupa bahan setengah jadi,
karena masih perlu penambahan berbagai bahan lain, seperti sound
effect, video effect, ilustrasi, transisi, dan mungkin perlu penambahan
credit title, dan lain-lain.

2.2.5 Color Grading


Color Grading adalah proses editing video yang bertujuan sebagai
penambahan warna agar sesuai dengan tema pada film. Color Grading
dapat juga diartikan sebagai sebuah proses kreatif yang dimana
seorang sinematografer memberikan gaya pada film dengan warna dan
meningkatkan nuansa pada film, membuat atau memanipulasi warna
pada suatu latar tempat sehingga gambar/video terlihat berbeda
dengan yang aslinya.
Seperti membuat keadaan latar tempat tersebut menjadi terlihat
lebih dingin dengan mempermainkan warna biru dan putih atau
membuat latar tempat mejadi lebih hangat dengan mempermainkan
warna oranye dan merah. Teknik permainan warna yang dilakukan
oleh sinematografer harus sesuai dengan kebutuhan tema dan genre
pada film.
Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bonnel,
Suknavalli, Paris, Pfister (2013) menjelaskan bahwa Color Grading
adalah proses penyesuaian warna dan keseimbangan nada pada film
untuk mendapatkan tampilan yang lebih spesifik dari film tersebut.
Dengan penggunaan teknik Color Grading yang optimal, maka
sinematografer dapat lebih memancing emosi dan memberikan kesan
yang lebih dramatis kepada penonton.

2.2.5.1 Warna
Menurut C.S Jones ada 8 warna dasar yang
menggambarkan emosi dan rasa, yaitu warna merah, oranye,
kuning, biru, hijau, hitam, putih, dan cokelat.

No Warna Arti Warna

Warna merah memberi arti simbol keberanian, kekuatan dan energi serta
melambangkan kegembiraan. Merah merupakan warna yang paling mendalam di
1 antara warna-warna yang ada, warna ini termasuk golongan warna yang hangat.
Warna ini juga bisa mengartikan kehidupan seperti darah dan juga kehangatan.
Negatfnya warna ini identik dengan kekerasan.

Warna oranye memberi kesan hangat dan bersemangat serta merupakan simbol dari
petualangan, optimisme, percaya diri dan kemampuan bersosialisasi. Warna oranye
merupakan peleburan dari warna merah dan kuning, sama-sama memberi efek yang
2
kuat dan hangat. Oranye merupakan warna ketenangan yang berkaitan dengan
sebuah hubungan. Warna ini menyatu dengan nuansa musim gugur dan juga nuansa
keindahan seperti matahari terbenam.

Warna kuning dapat dikatakan warna yang paling bahagia, menyolok dan juga
menyatu dengan ekstrovert. Warna ini biasanya digunakan oleh orang yang ingin
3 tampil atau ingin diperhatikan oleh orang lain. Keberadaan warna kuning dapat
merangsang aktivitas pikiran dan mental. Aura yang terdapat pada warna kuning
sangat baik digunakan untuk membantu penalaran secara logis dan analitis.

Warna biru diyakini dapat merangsang kemampuan berkomunikasi, ekspresi artistik


4 dan juga sebagai simbol kekuatan. Jika dikaitkan dengan kepribadian, warna biru
berkaitan dengan tipe orang yang melankolis.
Warna hijau adalah warna yang identik dengan alam dan mampu memberi suasana
5
yang santai.

Warna hitam adalah warna yang akan memberi kesan suram, gelap dan menakutkan,
namun juga elegan. Karena itu elemen manapun jika dikombinasikan dengan warna
6
hitam akan terlihat menarik. Hitam mempunyai arti yang melambangkan
keanggunan, kemakmuran, kecanggihan, independen dan juga misteri.

Warna putih digunakan sebagai warna yang suci dan tidak menggunakan campuran
7
apapun yang member arti suci dan bersih.

Warna cokelat adalah salah satu warna yang mengandung unsur bumi. Dominasi
warna ini memberi kesan hangat, nyaman dan aman. Secara psikologis warna
8
cokelat akan memberi kesan kuat dan dapat diandalkan. Warna ini melambangkan
sebuah pondasi dan kekuatan hidup.

Anda mungkin juga menyukai