Anda di halaman 1dari 2

Mengandalkan Tuhan dalam setiap rencana baik

(Kejadian 24:22-27)
Orang tua bertanggung jawab bukan hanya untuk membesarkan dan menyekolahkan anak-
anaknya, tetapi juga menjaga dan membangun kerohanian mereka, termasuk mengarahkan
dalam mencari teman hidup. Sebab orangtua yang mengasihi Tuhan akan mendorong
anakanaknya untuk menikah dengan orang yang seiman. Untuk menjadi orangtua yang benar,
kita perlu belajar dari Abraham yang sangat memperdulikan masalah pernikahan anaknya. Ia
menyuruh hambanya Eliezer untuk pergi ke negeri asal Abraham dan mencari calon isteri
untuk Ishak, karena ia tidak mau jika Ishak anaknya itu menikah dengan orang Kanaan yang
tidak menyembah Allah Israel. Abraham tahu persis bahwa keturunannya adalah keturunan
ilahi milik Allah dan tidak boleh bercampur dengan keturunan orang-orang yang tidak
percaya.
Eliezer hamba Abraham pun berusaha melakukan misinya dengan baik. Dalam usahanya
mencarikan jodoh untuk Ishak, ia selalu meminta tuntunan agar Allah memimpin dan
membuatnya berhasil menunaikan tugasnya. Sebagimana Abraham, Eliezer pun sangat
menghendaki agar anak tuannya itu mendapatkan isteri yang mengasihi Allah. Mereka semua
berpegang pada kehendak Allah yang tidak menghendaki anak-anak-Nya menikahi orang-
orang yang tidak menyembah Allah Israel. Dengan tuntunan dari Allah, Eliezer bertemu
dengan Ribka yang ternyata bersikap santun dan murah hati. Jawaban doa Eliezer nyata di
depan matanya, sehingga ia mengungkapkan kegembiraannya dengan bersujud memuliakan
Allah. Bertemu dengan Ribka yang tidak hanya cantik parasnya melainkan juga hatinya,
membuat Eliezer bersukacita. Misi yang dijalankannya ternyata tidak sia- sia. Kemurahan
hati Ribka telah membuat Eliezer semakin yakin akan jodoh yang tepat bagi Ishak.
Dari penggalan kisah tentang perjumpaan Eliezer dengan Ribka, kita diajak untuk memaknai
dua pelajaran penting dalam hidup beriman. Pertama, firman Tuhan mengajarkan kita untuk
senantiasa mengandalkan Tuhan dalam setiap keinginan dan rencana. Dalam peran apa pun,
bahkan di dalam keluarga kita harus membuktikan sikap sebagai orang Kristen yang benar.
Teristimewa untuk tidak pernah lupa mengucap syukur dan memuliakan Allah senantiasa,
seperti yang dilakukan Eliezer (ayat 26 — 27). Berdasarkan janji Allah, Eliezer merasakan
pertolongan Allah yang memberikan kemudahan kepadanya untuk melakukan tugasnya.
Kasih setia Allah dirasakan tidak pernah berakhir dan itu yang membuat Eliezer sangat
bersukacita. Jika Allah dipihak kita, maka tidak ada yang mustahil selama kita percaya bahwa
Allah dengan kuasa-Nya pasti bertindak.
Kedua, firman Tuhan mengajak kita untuk memiliki sikap yang santun dan murah hati seperti
yang telah diperlihatkan oleh Ribka (ayat 25). Suka memberi atau murah hati; bersikap sopan
santun kepada siapa saja adalah wujud nyata dari iman yang kita miliki. Untuk bisa memiliki
hati yang suka memberi atau sennag berbagi berkat, maka kita harus menyadari bahwa harta
yang kita miliki hanyalah titipan Tuhan, yang harus dikelola dengan baik dan benar. Tidak
bersikap egois; tidak hanya mementingkan diri sendiri, maka kita sudah belajar untuk
memuliakan Tuhan melalui apa yang kita miliki. Karena kemurahan hati adalah wujud nyata
dari iman dan kasih kita kepada Allah dan sesama.
Allah menghadirkan kita dengan tujuan untuk menjadi berkat sesuai dengan talenta dan peran
masing-masing. Seperti Eliezer dan Ribka yang dipakai Allah untuk menjadi berkat satu sama
lain. Banyak orang disekitar kita yang membutuhkan uluran tangan dari kita, yang disebut
sebagai pengikut Kristus. Tuhan mau memakai kita untuk menjadi saluran berkat-Nya.
Karenanya, sediakan diri dan waktu kita untuk dipakai oleh Tuhan menolong dan melayani
sesama. Tetaplah bersikap benar dan pantas untuk ditiru, sehingga cara hidup dan karakter
kita pun menjadi berkat yang indah bagi Allah. Dengan anugerah Allah melayakkan kita
menjadi berkat bagi dunia, untuk keagungan dan kemuliaan Allah kita.

Anda mungkin juga menyukai