Anda di halaman 1dari 27

Journal Reading

“Comparison of the Effects of Dexmedetomidine


and Propofol on Hypothermia in Patients Under
Spinal Anesthesia: a Prospective , Randomized,
and Controlled Trial”

Disusun oleh: Claudia Julaine Pontoh (201670033)

Pembimbing: dr. Pangky Suwiknyo, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PAPUA
2023
OUTLINE

01 03
IDENTITAS JURNAL ISI JURNAL
Nama penulis, judul jurnal, jurnal Metode, hasil, pembahasan,
asal, tahun terbit, jenis jurnal kelebihan dan keterbatasan

02 04
PENDAHULUAN TELAAH KRITIS
PICO, Validity, Importance,
Applicability
01. IDENTITAS JURNAL
Nama Jurnal

Judul Artikel

Penulis

Waktu Publikasi Jurnal


02. PENDAHULUAN
Hipotermia perioperative yang tidak disengaja (suhu inti <36,0ºC) sering terjadi selama anestesi regional dan umum.

Menyebabkan komplikasi jantung (aritmia atau infark miokard), perdarahan, kebutuhan transfusi darah, pemulihan
pasca anestesi yang tertunda, gangguan penyembuhan luka, lama perawatan di rumah sakit.

Pembedahan ekstremitas bawah dapat dilakukan dengan anestesi spinal dan obat penenang → Propofol dan
Dexmedetomidine

Propofol mudah dititrasi dan memiliki onset dan offset aksi yang cepat.

Dexmedetomidine menyebabkan depresi pernapasan minimal serta memiliki efek ansiolitik dan analgesik.

Namun keduanya menyebabkan berbagai derajat gangguan termogulasi.

Kombinasi penggunaan anestesi spinal dan obat penenang meningkatkan risiko hipotermia dibandingkan dengan anestesi
spinal saja.
02. PENDAHULUAN
Dexmedetomidine adalah agonis
α2-adrenoseptor yang poten dan
sangat selektif; pada konsentrasi
plama yang tinggi atau setelah
pemberian intravena yang cepat.
Bekerja langsung pada otot polos
pembuluh darah pasca sinaps, Propofol menyebabkan vasodilatasi
menghasilkan vasokonstriksi. dengan cara yang tergantung pada dosis.

• Hipotesis Penelitian → Dexmedetomidine akan lebih menguntungkan daripada propofol dalam


mempertahankan suhu inti normal.
• Redistribusi panas tubuh dari inti ke perifer karena vasodilatiasi pada 30 menit hingga 1 jam
setelah induksi anestesi umum atau neuraksial adalah penyebab utama hipotermia.
• Tujuan penelitian → Membandingkan suhu inti pasien yang menerima Dexmedetomidine atau
Propofol untuk sedasi sedang selama operasi ortopedi ekstremitas bawah dengan anestesi
spinal.
03. BAHAN & METODE
Populasi Kriteria Eksklusi
Pasien berusia 19 – 70 tahun dengan status
fisik ASA kelas I – III yang menjalani operasi • Pasien menerima anestesi
ortopedi ekstremitas bawah elektif dengan
umum
durasi operasi 30 – 120 menit.
• Suhu inti pra operasi <36,0ºC
Pilihan Studi atau >37,5ºC
Randomized clinical trial • Obesitas (IMT >35kg/m2)
• DM tidak terkontrol
Analisis Statistic • Hipotiroidisme
• Software PASW statistic • Koagulasi abnormal
• Dianalisis (Students’s t – test atau Mann – • Infeksi
Whitney U test) dan uji Chi-square kuadrat
• Penyakit kejiwaan atau kognitif
• OAAN/S → koreksi Bonferroni
• P dua sisi <0,05 (signifikan)
03. BAHAN & METODE
Pasien secara acak dialokasikan ke kelompok Dexmedetomidine
atau Propofol dengan rasio 1:1 menggunakan perangkat lunak
pengacakan online (www.randomizer.org)

Di ruangan pre-operasi, peneliti menyiapkan amplop tertutup yang


berisi tugas kelompok pasien untuk diberikan Dexmedetomidine
atau Propofol)

Sesuai protokol untuk anestesi, pasien berpuasa ± 8 jam sebelum


operasi

Suhu inti dasar diukur di ruangan pre-operasi menggunakan


thermometer timpani inframerah (Thermoscan IRT 4020; Braun
GmbH, Kronberg, Jerman), yang akurat hingga ±0,2ºC pada suhu
35,5-42ºC dan ±0,3ºC pada suhu <35,5ºC.

Di ruang operasi, sebelum dan selama anestesi spinal, EKG, tekanan


darah dan oksimetri dan nadi dipantau.
03. BAHAN & METODE
Anestesi spinal diberikan dalam posisi lateral decubitus
dengan lokasi pembedahan di bawah

Setelah permukaan kulit desinfeksi dan injeksi lidokain, dura


ditusuk pada tingkat L3 – L4 atau L4 – L5 menggunakan
jarum Quincke ukuran 25G

Setelah cairan serebrospinal jernih diamati, Bupivakain


hiperbarik 0,5% (10 – 12 mg) dan Fentanil (10 µg) disuntikkan

Anestesi dianggap memadai jika tingkat blok sensorik lebih


tinggi dari T12 pada uji pinprick pada 5 menit setelah anestesi
spinal
03. BAHAN & METODE
• Setelah konfirmasi anestesi yang memadai, penghangat udara paksa (Forced-air
warmer) diatur pada suhu 38ºC (pengaturan “sedang”) dan diterapkan pada tubuh
bagian atas.
• Suhu inti diukur setiap 15 menit sampai akhir operasi.
• Kelompok Dexmedetomidine, dosis awal 1 µg/kg diberikan selama 10 menit
diikuti dengan dosis pemeliharaan 0,2 – 0,7 µg/kg/jam
• Kelompok Propofol, dosis awal 75 µg/kg diberikan selama 10 menit diikuti dengan
dosis pemeliharaan 12,5 – 75 µg/kg/menit
• Kedua kelompok, dosis sedative dititrasi untuk mencapai sedasi sedang (Observer’s
Assessment of Alertness/Sedation, OAA/S scale score 3 – 4)
• Skor OAA/S dan suhu inti dievaluasi setiap 15 menit, dan infus obat penenang
dihentikan saat penutupan kulit dimulai.
• Jika TD sistolik intraoparatif ↓ hingga <90 mmHg atau <80% dari nilai awal →
Fenilefrin 50 – 100 µg, atau jika terjadi Bradikardia hingga <50x/menit → 5 – 10
mg Efedrin
• Jika Bradikardia intraoperatif tanpa hipotensi → 0,5 mg Atropin IV
03. BAHAN & METODE
• Di unit perawatan pasca-anestesi (PACU), skor kenyamanan termal Hipotermia didefinisikan
sebagai suhu timpani
(0 = sangat tidak nyaman; 10 = sangat nyaman) dievaluasi dan suhu < 36ºC :
inti diukur setiap 15 menit. • Ringan (35-35,9ºC)
• Pasien yang mengeluh merasa kedinginan atau memiliki suhu inti • Sedang (34 – 34,9ºC)
<36ºC menerima pemanasan udara paksa • Berat (≤34ºC)
• Penghangat udara paksa diatur pada 43ºC (pengaturan “tinggi”) Hasil Utama
tetapi diturunkan ke 38ºC (pengaturan “sedang”) jika pasien merasa Suhu inti pada akhir
tidak nyaman operasi
• Nyeri diobati dengan Fentanil 0,5 µg/kg Hasil Sekunder
• Tingkat menggigil ≥ 2 (0 = tidak menggigil; 1 = menggigil yang • Suhu tubuh terendah
terlokasi di leher dan dada, 2 = menggigil yang melibatkan selama perioperatif

ekstremitas atas dengan atau tanpa menggigil di dada; dan 3 = Tingkat keparahan
hipotermia perioperative
menggigil yang melibatkan seluruh tubuh) diberikan Meperidine 25 • Skor kenyamanan termal
mg • Derajat menggigil

• Mual dan muntah → diberikan Metoclopramide 10 mg Perubahan suhu inti
selama periode
perioperatif
04. HASIL
40 pasien secara acak di alokasikan ke kelompok Propofol atau Dexmedetomidine (ratio 1:1)

Hasil utama
Suhu inti pada akhir operasi tidak berbeda
secara signifikan antara kedua kelompok
04. HASIL
40 pasien secara acak di alokasikan ke kelompok Propofol atau Dexmedetomidine (ratio 1:1)
04. HASIL
40 pasien secara acak di alokasikan ke kelompok Propofol atau Dexmedetomidine (ratio 1:1)
05. PEMBAHASAN

Hasil utama dan hasil sekunder didapatkan hasil yang tidak


berbeda secara signifikan antara kedua kelompok

Perubahan suhu inti selama periode perioperative


menunjukkan perbedaan antara kedua kelompok, namun
perbandingan berpasangan tidak menunjukkan perbedaan
antar-kelompok pada setiap titik waktu pengukuran.

Hasil ini menyiratkan bahwa efek Dexmedetomidine mirip


dengan Propofol dalam mencegah hipotermia pada pasien
yang menerima anestesi spinal dengan sedasi sedang.
05. PEMBAHASAN
● Respons simpatis vasokonstriktif bertanggung jawab untuk menjaga panas.
● Dalam penelitian sebelumnya, pemberian Fenilefrin agonis α1 – adrenergic murni
selama operasi mengurangi besarnya redistribusi hipotermia dengan
mempertahankan vasokonstriksi pembuluh darah prekapiler
● Dexmedetomidine adalah agonis α2 yang memiliki efek simpatolitik dengan
mengaktifkan adrenoreseptor α2 sentral dan menyebabkan vasokonstriksi perifer
melalui otot polos pembuluh darah perifer.

Hipotesis peneliti → vasokonstriksi perifer karena Dexmedetomidine akan


mempertahankan suhu tubuh, tetapi hasilnya menunjukkan hasil klinis yang
serupa dari pemberian Dexmedetomidine dan Propofol.
05. PEMBAHASAN
● Anestesi spinal mirip dengan anestesi umum, yang menghambat termogulasi sentral.
● Anestesi spinal mencegah vasokonstriksi di daerah yang dianestesi dengan menghambat
saraf motoric simpatis perifer
● Kejadian hipotermia perioperative masing-masing kelompok adalah 75% dan 65 % pada
kelompok Propofol dan Dexmedetomidine

Blokade yang diinduksi oleh anestesi spinal


pada serat simpatif preganglionic di daerah Hal tersebut konsisten dengan hasil
yang menerima anestesi menyebabkan penelitian ini → suhu tubuh
vasodilatasi → ambang vasokonstriksi terendah perioperative menurun
pasien yang menerima anestesi spinal dengan rata-rata lebih dari 1ºC pada
menurun sekitar 0,6ºC dan pasien yang kedua kelompok dibandingkan
dibius biasanya mengalami penurunan dengan suhu pra-operasi
suhu inti 1 - 2ºC.
05. PEMBAHASAN

Obat penenang digunakan Dapat menganggu persepsi


selama anestesi spinal untuk pendinginan suhu inti dan
kenyamanan pasien, respon perlindungan otonom
anxiolysis, kooperatif, dan terhadap dingin
mengurangi penggunaan
analegesik opioid
Serta signifikan
meningkatkan kepuasan
pasien dan meningkatkan
kualitas anestsi dan
pembedahan.
05. PEMBAHASAN
Pemberian Menginduksi vasokonstriksi dalam waktu 3 – 5 menit, diikuti oleh vasokonstriksi kondisi stabil
Dexmedetomidine selama 10 – 15 menit
Intra Vena Namun, aktivasi sintase nitrat oksida endotel melemahkan efek vasokonstriksi Dexmedetomidine
diikuti oleh vasodilatasi.

Vasokonstriksi diinduksi lebih awal setelah pemberian Dexmedetomidine dosis tinggi, yang diikuti
oleh vasodilatasi tertunda setelah konsentrasi plasma menurun.

Selain itu efek kardiovaskular Dexmedetomidine bervariasi berdasarkan konsentrasi

Konsentrasi plasma yang lebih rendah, konsentrasi norepinefrin plama berkurang lebih dari 50%,
akibatnya penurunan TD, tetapi vasokonstriksi perifer tidak diinduksi

Namun Dexmedetomidine meningkatkan TD, resistensi vascular sistemik, dan resistensi vascular
perifer pada konsentrasi plasma melebihi 1,9 µg/ml.

Jadi meskipun konsentrasi plasma Dexmedetomidine tidak diukur, konsentrasi Dexmedetomidine


yang digunakan dalam penelitian ini mungkin tidak cukup untuk mempertahankan vasokonstriksi
yang adekuat untuk mencegah hipotermia
05. PEMBAHASAN
Faktor penting lain yang mempengaruhi kejadian hipotermia adalah
penggunaan Fentanil dan Bupivakain intratekal.
Fentanil adalah agonis reseptor lipofilik yang sangat terionisasi yang
mengurangi kejadian menggigil dengan bekerja pada termoregulator
pusat dan input termal aferen di sumsum tulang belakang.

Pencegahan menggigil dengan Fentanil


memperbaiki gejala tetapi meningkatkan
risiko hipotermia karena penghambatan
pertahanan termogulasi terhadap dingin.

Penggunaan Fentanil
dapat menutupi efek
langsung dan tunggal dari
obat pada hipotermia
Keterbatasan
Keterbatasan Menggunakan thermometer timpani infamerah untuk memperkirakan
Penelitian suhu inti, karena mudah digunakan pada pasien yang terjaga sehingga
biasanya digunakan pada pasien yang menerima anestesi regional.
Namun keandalan thermometer timpani inframerah tidak jelas.

Dosis Dexamedetomidine dan Propofol penelitian ini disesuaikan untuk


memberikan sedasi sedang.

Dexmedetomidine umumnya menunjukkan kecenderungan yang lebih


menguntungkan daripada Propofol dalam mempertahankan suhu tubuh
normal, tetapi tidak ada perbedaan statistik antara kelompok tersebut
TELAAH KRITIS
VALIDITY
● Apakah pertanyaan (PICOS) penelitian didefinisikan secara jelas dan spesifik ? (YA) Pada
meta-analisis ini menggunakan PICOS sbb:

Populasi Pasien yang akan menjalani operasi ortopedi


ekstremitas bawah dengan anestesi spinal
I (Intervention) Dexmedetomidine
C (Comparation) Propofol
O (Outcome) Kejadian hipotensi perioperatif
Study Design Randomized Controlled Trials
VALIDITY → Apakah studi ini sahih?
Apakah peserta penelitian dirandomisasi? • Ya. Perekrutan dilakukan dengan penomoran secara random dengan
Dan apakah table randomisasinya program computer, dan setiap nomor diisi di dalam amplop tertutup dan
disembunyikan? diambil oleh setiap pasien ketika akan memasuki ruang operasi

Apakah karakteristik kedua kelompok


• Ya
sebanding sebelum dilakukan intervensi?

Apakah pasien dan peneliti tidak • Ya. Dalam metode dijelaskan bahwa baik pasien maupun dokter yang
mengetahui perlakuan yang diberikan? terlibat tidak mengetahui adanya randomisasi tersebut.

Selain obat atau pengobatan yang diberikan,


• Ya. Obat-obatan yang digunakan di luar induksi anestesi adalah sama
apakah kelompok-kelompok tersebut
untuk kedua kelompok.
memperoleh perlakuan yang sama?

Apakah semua pasien yang ikut dalam uji


klinis diikutsertakan dalam analisis akhir?
• Ya
Dan apakah mereka dianalisis dalam
kelompok awal saat randomisasi?
IMPORTANCE
Outcome dari penelitian ini adalah berupa nilai rata-rata suhu inti masing-masing
kelompok ➔ tidak dapat dilakukan perhitungan importance dalam tabel 2x2

Variabel hasil utama


Tidak berbeda secara signifikan
antara kedua kelompok
APPLICABILITY → Apakah hasil penelitian dapat
diterapkan pada pasien kita ?

Apakah karakteristik pasien kita


• Ya
mirip dengan pasien penelitian?

Apakah tersedia obat, keahlian,


• Ya
fasilitas, biaya yang diperlukan?

Apakah pasien dan keluarga dapat


menerima pemberian obat/
• Ya
pengobatan atas dasar nilai-nilai
sosial, budaya, agama?
KESIMPULAN
Titrasi Dexmedetomidine untuk memberikan sedasi sedang
tidak berbeda dalam hal titik akhir termogulasi, termasuk
suhu inti pada akhir operasi, insidensi dan tingkat keparahan
hipotermia perioperative, kenyamanan termal, dan tingkat
keparahan menggigil, dibandingkan dengan Propofol yang
digunakan untuk mencapai hasil yang serupa.

Sehingga dalam hal pencegahan


hipotermia perioperative pada pasien
yang menjalani operasi dengan anestesi
spinal dengan sedasi sedang, penggunaan
Dexmedetomidine dan Propofol
berhubungan dengan hasil yang serupa.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai