Anda di halaman 1dari 37

ETT dan Nafas Kendali

Oleh : Mohamad Egatama


Pembimbing
Dr. Joko Waluyo, Sp. An
PENDAHULUAN

 1846, William Morton pertama kali menggunakan obat anestesi


dietil eter untuk menghilangkan nyeri selama operasi

 1909, Ludwig Burkhardt melakukan pembiusan dengan


menggunakan kloroform dan ether melalui intravena

 1916, Elisabeth brendenfeld morfin dan skopolamin secara


intravena
STATUS PASIEN
Nama : Tn. T (47th)
No CM : 134xxx
Tanggal Operasi : 8 Juni 2018
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Keluhan Utama : Tangan kanan sakit untuk digerakkan dan
akan dilakukan operasi
RPS : Pasien mengeluh merasa tidak nyaman pada tangan
kanannya, terkadang saat tangan kanannya digerakkan pas
ien merasa sedikit nyeri. Pasien mengaku sudah sejak kura
ng lebih 1 tahun mengkonsumsi amlodipin untuk mengatasi
hipertensinya.
Riwayat operasi : Pasien sudah 4 kali menjalani operasi dengan
teknik anestesi spinal untuk operasi kaki kanannya dan anestesi u
mum untuk operasi tangan kanannya yang patah.Saat selesai ope
rasi dengan teknik anestesi umum pasien mengeluh mual dan mu
ntah.
RPK : Riwayat hipertensi (+)

Kebiasaan : Kebiasaan merokok dan minum minuman


beralkohol disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 58 kg
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 36 OC
PEMERIKSAAN FISIK
Semua dalam batas normal
Gilut : Oral higiene baik, bibir tidak kering, lidah bersih, Mallampati II
Leher : Trakea terletak di tengah,
LABORATORIUM
Pemeriksaan Hematologi, dan Kimia Klinik

Hematologi: dalam batas Normal


Kimia klinik:
- SGOT: 48
- SGPT: 43
PEMERIKSAAN RADIOLOGI

- EKG : Normal
- Thorax PA : cor dan pulmo dalam batas normal
- Antebrachii Dx
DIAGNOSIS

Metal fatigue FR radius dextra post orif


DIAGNOSIS ANESTESI

Status fisik ASA kelas II, laki-laki, usia 47 tahun, pro ORIF dan
Bone Cement rencana dengan anastesi umum dengan ETT dan
nafas kendali
RENCANA PEMBEDAHAN

ORIF + Bone Cement


RENCANA ANESTESI

General anesthesia dengan endotrakea tube napas spontan


PERSIAPAN ANESTESI Sebelum
Operasi

Di ruang Di ruang
operasi Persiapan Perawatan

Di ruang
persiapan
PERSIAPAN ANESTESI Mesin
Anestesi

Kanulasi
Obat Alat Vena

STATICS
PERSIAPAN ANESTESI Persiapan Obat
• General Anestesia
• Koinduksi : Midazolam 1 mg, Fentanyl 100 mcg
• Induksi : Propofol 100 mg, Atracurium 30 mg
• Obat tambahan : Ranitidin, Dexamethasone, Ondancetron, Trama
dol, Ceftriaxone
• Maintenance : Isoflurance, N2O, O2
• Obat Emergensi
• Sulfas Atropin dosis 0.5 mg- 1 mg IV
• Epinephrine dosis 1 mg atau 0.02 mg/kg larutan 1:10.000
• Ephedrine dosis 5-20 mg
• Dexamethason dosis 0.5- 25 mg/hari IV
• Aminophylline dosis 5-6 mg/kg IV
• Amiodarone dosis 150 mg IV dalam 10 menit Nalokson dosis 1-2 mcg/kgBB
IV
• Lidokain
• Calcium Glukonas
PELAKSANAAN ANESTESI
JAM TINDAKAN TEKANAN NADI,
DARAH SATURASI

08.30 Premedikasi Midazolam 2 mg, 130/80mmHg 70x/menit, 100%


dilanjutkan dengan pemberikan
Fentanyl 100mcg, induksi
dengan Propofol 50mg. Mulai
dilakukan ETT nafas kendali
09.00 Operasi dimulai 120/70mmHg 70x/menit, 100%

13.00 Operasi selesai 118/62mmHg 85x/menit, 99%


Kebutuhan Cairan Selama Anestesi
Berat badan pasien: 58 kg
Estimated Blood Volume
[BB x 70 ml/kgBB] --- estimasi volume darah/kgBB untuk dewasa laki-laki
TERAPI CAIRAN
EBV = 58 kg x 70 ml/kgBB
= 4060 ml

Allowable Blood Loss


[20% x EBV]
ABL = 20% x 4060 ml
= 812 ml

Terapi Cairan
Maintenance = 2x kgBB/jam
= 2x 58kgBB/jam
= 116cc

Pengganti Puasa (PP) = Puasa (jam) x M


= 6x 116cc = 696cc

Stress Operasi = BB x Jenis Operasi (Ringan)


= 58 x 4cc/kgBB/jam
= 232cc
Pemberian cairan pada operasi ini :
Kebutuhan cairan jam I = M + 50% (PP) + SO
TERAPI CAIRAN
= 116 + 50% (696) + 232
= 696cc
Kebutuhan cairan jam II = M + 25% (P)
= 116 + 25% (684)
= 174cc
Kebutuhan cairan jam III = 174 cc

Cairan yang diberikan selama anestesi:


RL I 500 cc
Total 1500 cc
Cairan yang keluar selama operasi:
Urin 400cc
Perdarahan 1ml
Jumlah 1 ml
POST OP
Setelah pasien dibawa ke ruangan pemulihan pada pukul 13.10, dilakukan pemulihan terhadap
fungsi vital, yaitu TD 118/62 mmHg, nadi 86 x/menit, Napas 18 x/menit, SaO2 99%
Penilaian pulih sadar menurut Aldrette score:

Kesadaran : 2
Pernafasan : 2
Tekanan darah : 2
Aktivitas : 2
Warna kulit : 2
Jumlah nilai pulih sadar : 10
(Pasien dapat dipindahkan ke ruangan)

Instruksi post-operasi
a. Awasi tekanan darah, nadi, pernafasan tiap 15 menit selama 2 jam
b. Obat-obatan sesuai instruksi dokter bedah
c. Bila mual atau muntah injeksi ondansetron 4 mg iv
TINJAUAN PUSTAKA
Anestesia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “hilangnya rasa”. Anestesia didefinisik
an sebagai tindakan dan usaha meniadakan nyeri secara sentral dis-ertai hilangnya kesa
daran yang bersifat pulih kembali (reversible). Dahulu dikenal Trias Anestesia yaitu hipn
otis, analgesia dan arefleksia. Sekarang anestesia umum memiliki komponen yang lebih
luas :
• Hipnosis (hilangnya kesadaran)
• Analgesia (hilangnya rasa sakit)
• Arefleksia (hilangnya refleks-refleks motorik tubuh, memungkinkan imobilisasi p
asien)
• Relaksasi otot  memudahkan prosedur pembedahan dan memfasilitasi intuba
si trakeal
• Amnesia (hilangnya memori pasien selama menjalani prosedur)
TINJAUAN PUSTAKA
Keuntungan Anestesia Umum
• Pasien tidak sadar, mencegah ansietas pasien selama prosedur medis berlangsung
• Efek amnesia meniadakan memori buruk pasien yang didapat akibat ansietas dan be
rbagai kejadian intraoperatif yang mungkin memberikan trauma psikologis
• Memungkinkan dilakukannya prosedur yang memakan waktu lama
• Memudahkan kontrol penuh ventilasi pasien
TINJAUAN PUSTAKA

Kerugian Anestesia Umum


• Sangat mempengaruhi fisiologi  hampir semua regulasi tubuh menjadi tumpul dibawa
h anestesia umum.
• Memerlukan pemantauan yang lebih holistic dan rumit.
• Tidak dapat mendeteksi gangguan susunan saraf pusat, misalnya perubahan kesadaran.
• Resiko komplikasi pascabedah lebih besar.
• Memerlukan persiapan pasien yang lebih seksama.
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Meyer
Overton

Glutamat
Reseptor FISIOLOGI Pauiling

Gamma
Aminobutyric
Acid (GABA)
TINJAUAN PUSTAKA
STADIUM ANASTESIA

4. OVERDOSIS
OBAT 1. INDUKSI
ANASTETIK

3. SURGICAL
2. EKSITASI
ANASTESIA
TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen perioperatif
Periode
preoperatif
Periode
intraoperatif
Periode
pascaoperatif
TINJAUAN PUSTAKA
Indikasi penggunaan ETT :

– Pasien dengan tingkat kesadaran yang menurun


dengan penilaian glasgow coma scale (GCS) < 8.
– Pasien sadar yang tidak mendapatkan ventilasi
atau oksigenasi yang adekuat.
Keuntungan penggunaan ETT :
Pengamanan total jalan napas (terutama jika menggunakan cuff) dan kemudahan
pengisapan secret.
TINJAUAN PUSTAKA
Kontraindikasi penggunaan ETT :

– Tidak dapat mengekstensi kepala : Artritis berat atau


degenerasi spinal.
– Trauma berat pada spinal servikal atau trauma pada leher
anterior.
– Infeksi epiglottal.
– Fraktur mandibular.
– Hemoragik orofaringeal tidak terkontrol.
TINJAUAN PUSTAKA
Kerugian penggunaan ETT :

– Pemasangan ETT termasuk tindakan invasive yang pemasangannya


dapat menyebabkan traumatic dan bagi pasien dengan jalan napas
yang hipereaktif dapat mencetuskan asma.
– Apabila pemasangan ETT terlalu dalam di salah satu bronkus dapat
menyebabkan hipoksia karena atelektasis satu paru.
– Pemasangan ETT terkadang dapat masuk ke esofagus
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi mallampati

• Grade 1 : Tampak pilar faring, palatum mole, dan uvula

• Grade 2 : Tampak hanya palatum mole dan uvula

• Grade 3 : Tampak hanya pallatum mole

• Grade 4 : Pallatum mole tidak tampak


TINJAUAN PUSTAKA
Laryngeal Mask Airway (LMA)

Ujung LMA yang terbuat dari karet akan berada pada posterior laring, menutup pangkal esophagus. Lubangnya
dibagian anterior akan berada tepat didepan rima glottis. Oleh karena LMA tidak dimasukkan melewati pita
suara, sehingga LMA tidak bersifat iritatif dan traumatic. Kerugiannya adalah jalan napas tidak sepenuhnya
terlindungi.
TINJAUAN PUSTAKA
Perbedaan Keuntungan Kerugian
ETT & LMA
Berguna pada intubasi sulit Meningkatkan risiko aspirasi gastrointestinal
Trauma pada gigi dan laring rendah Harus dalam posisi prone atau jackknife
Mengurangi kejadian bronchospasme
Tidak aman pada pasien obesitas berat
dan laryngospasme
Maksimum positive pressure ventilation (PPV)
Tidak membutuhkan muscle relaxan
terbatas
Mengurangi efek pada tekanan
Keamanan jalan napas kurang terjaga
intraokulat
Mengurangi risiko intubasi ke Risiko kebocoran gas dan polusi ruangan lebih
esophagus atau endobronkial tinggi
Dapat menyebabkan distensi lambung
TINJAUAN PUSTAKA
Obat-obat Anestesia Umum

• Sedatif
• Analgesik
• Induksi
• Muscle relaxan
• Maintanance anestesia
KESIMPULAN

Sebelum melakukan pembedahan elektif, pasien harus disiapkan supaya


berada dalam keaadaan bugar. Berdasarkan status fisik menurut ASA, pasien ini
termasuk ke dalam ASA II karena pada anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang ditemukan hasil bahwa pasien memiliki hipertensi grade I.
Pada operasi ini, digunakan anestesia umum dengan pemasangan ETT napas
spontan untuk memastikan bahwa jalan napas akan selalu berada dalam kondisi
terbuka dan mendapatkan ventilasi yang adekuat selama operasi, serta mencegah
terjadinya aspirasi atau regurgitasi yang dapat menjadi penyulit semasa operasi

Anda mungkin juga menyukai