CASE REPORT I
PENYUSUN
Faridita Khoirun Nisa’, S. Ked J510225049
PEMBIMBING
dr. Eko Rini Puji Rahayu, Sp. KK
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui.
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS
Dosen Pengampu dr. Eko Rini Puji Rahayu, Sp. KK Tanda tangan
Nama : Perempuan A
Umur : 27 tahun 9 bulan
Berat Badan : 45 kg
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Sanggrahan 002/005 - Joho - Sukoharjo
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Gatal seluruh badan setelah mengkomsumsi obat ( Amoxcillin dan
MetilPrednisolon)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Vital Sign
● TD :109/95mmHg
● HR : 98 x/menit
● RR : 20 x/menit
● T : 36,0 oC
● SpO2 : 98%
Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6
Kepala
● Bentuk : normocephal
● Rambut : hitam lurus, ketombe (-), tampak adanya lesi (+)
● Mata : kelopak mata edema (-/-), sklera ikterik (-/-), dan
konjungtiva anemis (-/-)
● Hidung : tidak ditemukan adanya sekret
● Mulut : kering, mukosa mulut intak, Tonsil T1/T1, lidah bersih,
stomatitis (-)
● Telinga : sekret (-/-)
Leher : pembesaran KGB (-/-), peningkatan JPV (-/-), dan
pembesaran kelenjar tiroid (-/-).
STATUS PASIEN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I dan II reguler, bising (-)
Paru-paru :
Kanan Kiri
STATUS DERMATOLOGI
1. Kepala / Wajah / Leher
UKK Primer : Patch, eritem
UKK Sekunder : purpura multipel
2. Dada / Perut / Punggung
UKK Primer : Patch, eritem
UKK Sekunder : purpura multipel generalisata disertai skuama
3. Punggung
UKK Primer : Patch, eritem
UKK Sekunder : purpura multipel generalisata disertai skuama
4. Tangan Kanan / Tangan Kiri
STATUS PASIEN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
DIAGNOSIS BANDING
Patch Eritem Purpusa disertai Skuama et causa Sindrom Stevens-Johson
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah
Lab. Darah (19-07-2023)
Hematologi
Hematokrit 43.8 % 40 – 52
Index Eritrosit
PDW 13.0 fL
MPV 10.9 fL
P-LCR 32.0 %
PCT 0.27 %
STATUS PASIEN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
DIFF COUNT
IG 5.20 %
MANAJEMEN TERAPI
1. Non Medikamentosa
- Hentikan pemakaian obat yang dicurigai
- Atasi keadaan umum yang buruk
- jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
- Menganjurkan untuk sering minum3
2. Medikamentosa
- Inf.Asering 20tpm
- Inj. Metil Prednisolone 62,5mg
- Ceterizin 1x10mg
- Eritromisin 4x500mg
- Curcuma 3x1
- Dexamethason cr 10gr plus novoid lotion 30gr
- Klindamisin 3x300mg
STATUS PASIEN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
EDUKASI
- Cara membersihkan diri dan dilanjutkan mengoleskan salep
- Cara merawat luka dengan menghindari garukan
- Perbanyak minum untuk menjaga cairan tubuh
LEMBAR FOLLOW UP
patch eritem
hiperpigmenta
si purpura
disertai
skuama
UKK: ad
regio
generalisata
patch
hiperpigmneta
si disertai
skuama
STATUS PASIEN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
LAMPIRAN
STATUS PASIEN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Sindrom DRESS merupakan kumpulan gejala dan tanda reaksi obat
idiosinkrasi berat pada pemberian obat dalam dosis terapi, secara khas
ditandai oleh demam, erupsi kulit, abnormalitas hematologi (eosinofilia
>1500/µL, atau kelainan hematologi lain misal nya leukositosis,
limfositosis, atau limfosit atipik), dan keterlibatan sistemik (limfadenopati
>2cm, hepatitis sitolitik dengan alanine transaminase (AST) >2x normal,
nefritis intersitial, pneumonia interstitial, atau miokarditis).1
2. ETIOLOGI
Antikonvulsan aromatik dan sulfonamid merupakan penyebab tersering
sindrom ini.3
3. PATOGENESIS
Patogenesis sindrom DRESS masih berupa hipotesis yang
melibatkan berbagai interaksi seperti Mutasi spesifik enzim epoxide
hydroxylase yang berperan dalam detoksifikasi menyebabkan akumulasi
metabolit obat Metabolit obat tersebut berikatan dengan makromolekul sel
menyebabkan kematian sel atau menginduksi imunitas sekunder.
Predisposisi mutasi genetik ini diturunkan secara autosomal dominan .1
Sindrom DRESS merupakan reaksi imunitas Aktivasi eosinofil dan
kaskade inflamasi lainnya dapat disebabkan produksi interleukin-5 (IL 5)
oleh T-cell dan Tumor Necrosis Factor (TNF).2
Hubungan genetik antara Human Leukocyte Antigen (HLA) dan
hipersensitivitas obat. Terdapat hubungan antara reaktivasi virus dan
interaksi obat. Manifestasi sindrom DRESS dihubungkan dengan respons
imunitas tubuh terhadap reaktivasi virus seperti virus herpes.Human Herpes
Virus-6 (HHV-6) dapat dideteksi pada 60-80% pasien sindrom DRESS.
Reaktivasi virus lain seperti Epstein-Barr Virus (EBV), cytomegalovirus
(CMV), dan HHV-7, juga menyebabkan sindrom DRESS. Dua penjelasan
keterlibatan reaktivasi virus pada sindrom DRESS yaitu respons imunitas
terhadap obat dengan reaktivasi sekunder virus menyebabkan badai sitokin.
STATUS PASIEN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
5. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan secara klinis jika didapatkan gejala yang khas
dan pemeriksaan penunjang jika diperlukan. Diagnosis sindrom DRESS
sulit ditegakkan karena gejalanya yang beragam. Selain itu, gejala ruam,
demam, dan keterlibatan organ juga dapat ditemukan pada penyakit lain.
Tidak terdapat standar pasti diagnosis sindrom DRESS, lebih sering sebagai
diagnosis eksklusi. Kondisi serius seperti infeksi akut, proses neoplastik,
kelainan autoimun, dan reaksi kulit lain yang juga berhubungan dengan
penggunaan obat-obatan, seperti Stevens Johnson Syndrome (SJS) dan
toxic epidermal necrolysis (TEN) harus dieksklusi sebelum diagnosis
sindrom DRESS. 4
6. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding DRESS yaitu:
Sindrom Stevens-Johson :
SSJ DRESS
Keterlibatan Mukosa Parah dengan erosi pada Hanya pada 50% kasus,
2 lokasi >90% kasus jarang erosi
7. PENATALAKSANAAN
Penanganan sindrom DRESS meliputi 5 pilar prinsip, yaitu
identifikasi dan penghentian obat yang dicurigai sebagai penyebab,
identifikasi dan tatalaksana komorbid, penanganan suportif dan simtomatik
(seperti antihistamin untuk menurunkan rasa gatal), mengontrol inflamasi
dengan terapi topikal dan sistemik, pemantauan lanjut risiko sekuele jangka
panjang, perawatan suportif dan simtomatik, serta kontrol kejadian infeksi.
5
Terapi Suportif
Terapi Sistemik
8. PROGNOSIS
Mayoritas pasien sindrom DRESS memiliki
prognosis baik dan dapat sembuh total dengan diagnosis sedini mungkin,
penghentian obat yang dicurigai, dan terapi yang tepat. Kriteria prognosis
buruk menurut Wei adalah terdapatnya takikardia, leukositosis, takipnea,
koagulopati, perdarahan saluran cerna, dan respons inflamasi
sistemik.Lebih lanjut dilaporkan 10% kasus sindrom DRESS
berhubungan dengan nekrosis hepar. 4
9. Edukasi
c. Menghentikan segera obat yang dicurigai sebagai penyebab
d. Penjelasan kepada pasien dan/atau keluarga mengenai penyakit,
terapi, serta prognosis. 2
STATUS PASIEN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
DAFTAR PUSTAKA
1. Perdoski. 2017. DRESS. Panduan Praktik Klinis. Bagi Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin di Indonesia. Jakarta: Perdoski.
2. Scrace, B., Fityan, A., & Bigham, C. (2020). Drug reactions with eosinophilia and
systemic symptoms. BJA education, 20(2), 65–71.
https://doi.org/10.1016/j.bjae.2019.11.001
3. Hama, N., Abe, R., Gibson, A., & Phillips, E. J. (2022). Drug-induced
hypersensitivity syndrome (DIHS)/drug reaction with eosinophilia and systemic
symptoms (DRESS): clinical features and pathogenesis. The Journal of Allergy
and Clinical Immunology: In Practice, 10(5), 1155-1167.
4. Cardones, A. R. (2020). Drug reaction with eosinophilia and systemic symptoms
(DRESS) syndrome. Clinics in Dermatology, 38(6), 702-711.
5. de Filippis, R., Soldevila-Matías, P., De Fazio, P., Guinart, D., Fuentes-Durá, I.,
Rubio, J. M., ... & Schoretsanitis, G. (2020). Clozapine-related drug reaction with
eosinophilia and systemic symptoms (DRESS) syndrome: a systematic
review. Expert Review of Clinical Pharmacology, 13(8), 875-883.
STATUS PASIEN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA