Anda di halaman 1dari 1

dikenakan pajak tersendiri, tidak dapat digabungkan dengan penghasilan lainnya, baik

yang diperoleh dari dalam negeri maupun luar negeri.

Selain itu, atas permintaan Wajib Pajak, Kepala KPP dapat memperpanjang jangka
waktu penyampaian lampiran-lampiran seperti yang disebutkan di atas, karena alasan-alasan
yang ada di luar kekuasaan Wajib Pajak. Lalu, jika terjadi perubahan besaran penghasilan
yang berasal dari luar negeri, Wajib Pajak mesti melakukan pembetulan SPT Tahunan dengan
melampirkan dokumen-dokumen yang berkenaan dengan perubahan tersebut.

Selanjutnya, jika pembetulan SPT menyebabkan PPh kurang bayar, maka atas
kekurangan bayar tersebut tidak akan dikenakan sanksi bunga. Di sisi lain, apabila atas
pembetulan SPT itu menjadi lebih bayar, maka dapat dikembalikan kepada Wajib Pajak
setelah diperhitungkan dengan utang pajak lainnya. Adapun PPh yang dibayarkan atau
terutang di luar negeri melebihi PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan, kelebihan tersebut tidak
dapat diperhitungkan di tahun berikutnya, tidak juga dibebankan sebagai biaya, dan tidak
dapat direstitusi.

Contoh Perhitungan:

Pada tahun 2022, PT Jaya Selalu Abadi memperoleh pendapatan neto dari luar negeri
sebesar Rp 200 juta dan penghasilan dalam negeri senilai Rp 300 juta. Sesuai peraturan
perpajakan di negara tersebut, diasumsikan badan usaha ini harus membayar pajak sebesar 15
persen. Untuk dapat menghitung total pajak terutang yang harus dibayarkan di Indonesia,
maka Wajib Pajak Badan ini harus menjumlahkan total pendapatan neto keseluruhan yang
menjadi Rp 500 juta. Selanjutnya, total PPh terutang dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut:

15% x Rp 500.000.000 = Rp 75.000.000.000

Setelah mendapat total PPh terutang, maka perlu dihitung jumlah pajak maksimum yang
dapat dikreditkan melalui rumus:

(Penghasilan Neto dari Luar Negeri/Total Penghasilan) x Total PPh Terutang

(Rp 200.000.000/Rp 500.000.000) x Rp 75.000.000 = Rp 30.000.000

Anda mungkin juga menyukai