Hidrologi Terapan Prof DR Ir Bambang Triatmodjo Dea
Hidrologi Terapan Prof DR Ir Bambang Triatmodjo Dea
AS TEKNIK
SUMA PURWOKERTO
TERAPAN
Bambang Triatmodjo
Beta Offset
•••
' I
HIDROLOGITERAPAN
Prof. Dr. Ir. Bambang Triatmodjo, DEA
Dosen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada
Cetakan Pertama
Maret 2008
Cetakan ke-7
April 2019
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari penerbit, sebagian
atau seluruh isi dalam bentuk apapun, baik cetak, photoprint, microfilm dan
sebagainya.
Untuk:
Istri dan anak-anakku
Sri Jamilah
Fara, Franido, Feri, Fendy
PEN GANTAR
V
.. ,rr------••--
Bambang Triatmodjo
VI
tot I·• ipl
DAFTARISI
PENGANTAR ················································································· V
vii
BAB rn. PEN GU APAN .... ... ..... ............ .... ... ... ......................... ... .... 49
3.1. Pendahuluan ....................................................................... ...... 49
3.2. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Penguapan..................... 50
3.3. Fisika Evaporasi ........................................................................ 53
3.3.1. Panas laten........................................................................ 53
3.3.2. Proses penguapan ............................................................ 54
3.3.3. Kelembaban udara........................................................ .... 55
3.3.4. Radiasi.............................................................................. 56
3.3.5. Keseimbangan radiasi di pennukaan bumi ..................... 58
3.4. Perkiraan Evaporasi ....................................................... ........... 68
3.4.1. Evaporasi dengan panci evaporasi .................... .. .... .... .... 68
3.4.2. Neraca air di waduk .................. ........ ............ .. .. .... .... . ... . 70
3.4.3. Evaporasi dengan metode transfer massa ........................ 71
3.4.4. Evaporasi dengan metode neraca energi ......................... 73
3.5. Evapotranspirasi ......................................................................... 76
3.6. Soal I.,atihan .. ............................................................................ 88
Vlll
BAB VI. LIMPASAN ..................................................................... 133
6.1. Umum ...................................................................................... 133
6.2. Komponen-komponen Limpasan ............... ............................... 136
6.3. Tipc Sungai ..... .......................................................................... 138
6.4. Hubungan Hujan-Limpasan ...................................................... 139
6.5. Konsentrasi Aliran ..................................................................... 142
6.6. Metode Rasional .... ... ................................................................. 144
6.7. Hidrograf .. ............................................................................... 147
6.7.1 . Komponen hidrograf ....................................................... 147
6.7.2. Pemisahan hidrograf ....................................................... 149
6.8. Hujan Efektif dan Aliran Langsung ........................................... 150
6.9. Metode SCS untuk Menghitung Hujan Efektif............ .............. 154
6 .10. Hidrograf Satuan .. ... ........... ..... ....... ..... ...... ... ............. .. .. ... ....... 161
6. 10 .1. Konsep hidrograf satuan ........ ......... .... .... ..... ... .. ... ..... ... . 162
6.10.2. Penurunan hidrograf satuan .......................................... 163
6. 10.3. Penurunan hidrograf satuan dari hujan sembarang........ 166
6.10.4. Perubahan durasi hidrograf satuan ................................ 172
6.11. Hidrograf Satuan Sintetis ........................................................ 177
6.11 .1. Metode Snyder............................................................... 177
6.11.2. Metode SCS................................................................... 181
6.11.3. Metode GAMA I........................................................... 181
6.11.4. Metode Nakayasu ......................................................... 185
6.12. Saal Latihan ............................................................................ 197
1X.
. . . . . . . . . . ... . . . . . . . I. .... . . - -- - - - - - - - --
X
10.5.2. Kcbutuhan Air .......................................................... ... 331
10.5.3. Kcseimbangan Air ................................ .......... ............ . 333
10.5.4. Kesimpulan ................................. ................................. 335
I 0.6. Studi Keseimbangan Air di Sub SWS Cimanuk...................... 338
I 0.6.1. Analisa ketersediaan air dan kebutuhan air ................. 338
10.6.2. Pola pengelolaan .......... ...................... .......... ............ .... 341
I 0.6.3. Keseimbangan air ........................................................ 346
I 0.6.4. Kesimpulan ................................. ................................. 353
XI
Xll
BABI
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik
mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-si-fatnya dan
hubungan dengan lingkungannya terutama dengan makhluk. hidutJ.
Penerapan ilmu hidrologi dapat dijumpai dalam beberapa kegiataR seperti
perencanaan dan operasi bangunan air, penyediaan air untuk berbagai
keperluan (air bersih, irigasi, perikanan, petemakan), pembangkit listrik
tenaga air, pengendalian banjir, pengendalian erosi dan sedimentasi,
transportasi air, drainasi, pengendali polusi, air limbah, dsb.
Hidrologi banyak dipelajari oleh para ahli di bidang teknik sipil clan
pertanian. Ilmu tersebut .dapat dimanfaatkan untuk beberapa kegiatan
berilrut:
1. memperkirakan besamya banjir yang ditimbulkan oleh hujan deras,
sehingga dapat direncanakan bangunan-bangunan untuk mengendali-
kannya seperti pembuatan tanggul banjir, saluran drainasi, gorong-
gorong, jembatan, dsb.,
2. memperkirakan jumlah air yang dibutuhkan oleh suatu jenis tanaman,
sehingga dapat direncanakan bangunan untuk melayani kebutuhan
tersebut,
3. memperkirakanjumlah air yang tersedia di suatu sumber air (mata air,
sungai, danau, dsb.) untuk dapat dimanfaatkan guna berbagai keper-
luan seperti air baku (air untuk keperluan rumah tangga, perdagangan,
I. PENDAHULUAN 1
industri). irigasi, pcmbangkit listrik tcnaga air, pcrikanan, pctcmakan,
dsb.
Ilmu hidrologi lebih banyak didasarkan pada pcngetahuan empiris
daripada teoritis. Hal ini karena banyaknya parameter yang berpengaruh
pada kondisi hidrologi di suatu dacrah, scpcrti kondisi klimatologi (angin,
suhu udara, kelembaban udara, penyinaran matahari), kondisi lahan ( dae-
rah aliran sungai, DAS) seperti jenis tanah, tata guna lahan, kem iringan
lahan, dsb. Banyaknya parameter tersebut mengakibatkan analisis hidro-
logi sulit diselesaikan secara analitis. Di samping itu kondisi hidrologi
juga sangat dinamis yang tergantung pada perubahan/kegiatan yang
dilakukan oleh manusia, seperti pcrubahan tata guna lahan (penggundulan
hutan, penghijauan, perubahan lahan sawah menjadi daerah pemukiman
atau industri, perubahan hutan menjadi sawah atau fungs i lainnya),
perubahan penutup pemmkaan tanah (dari tanah, rumput, a tau pepohonan
menjadi perrnukaan aspal atau beton), dsb.
2 HIDROLOGI TERAPAN
-
-:,
~
:z /~
0
>
=
C
C ~~---\ ~c <:<~ - / I
t""
C
>
]J 39
Udara lembab
:z 100
Hujan di darat
385
Hujan jatuh di laut
61
Evaporasi dari darat
Evaporasi dan
evapotranspirasi
424
Evaporasi dari laut
h lemb
Aliran bawah
1
__ ~
permukaan Water
--
table
3 Limpasan
•
yang kcmudian kcluar sebagai mata air atau mcngalir kc sungai. Akhir-
nya aliran air di sungai akan sampai kc laut. Proses tcrscbut bcrlangsung
terns menerus yang disebut dengan siklus hidrologi.
Jumlah air yang ada di bumi dan yang berada dalam berbagai proses
dalam siklus hidrologi diberikan dalam Tabcl 1.1. Tabel tersebut menun-
jukkan bahwa jumlah air di bumi adalah 1,386 milyar km 3 ; yang sebagian
besar adalah air laut yaitu sebesar 96,5%. Sisanya sebesar 1, 7% berupa es
di k-utub; 1,7% sebagai air tanah dan hanya 0, I% merupakan air permuka-
an dan air di atmosfer. Air di atmosfer yang merupakan sumber air per-
mukaan hanya berjumlah 12.900 krn 3 atau kurang dari 1/100.000 dari se-
luruh air di bumi. Dari jumlah air tawar sebesar 35 juta km 3 , dua per tiga-
nya adalah dalam bentuk es di kutub dan sisanya scbagian besar berupa
air tanah pada kedalaman 200 sampai 600 m. Hanya 0,006% berupa air
tawar di sungai.
I atmosfer
' ·;;;
' '~ '~
~ "vi
0. ~
en
C: ·a..
~ "vi
0 (l)
'-
a. a.
Ill
>
a, ,r
cii ·;;; "iii
~ ro
a. ~ege~~ ~ 0a.
"vi ·o.
·;;;
Q)
ro
a, >
a. a. a,
"cii ~
19 ro
·a.. 0a.
"cii ro
(l)
'- >
Cl)
a.
,, ,, aliran
permukaan , •
permukaantanah ~
infiltra SI
sungai, danau
....
aliran ...
tanah antara
~
......
'. aliran
,,
perkolasi
kapiler '"'-~ermukaan
1
aliran
,r 1r
i r tana~
Air tanah r laut
4 HIDROLOGI TERAPAN
Tabel 1.1. Perkiraan jumlah air di dunia
Luas Volume Persen thd Persen thd
Jcnis
(10 6km 2 ) (km 3) total air air tawar
Lautan 361,3 1.338.000.000 96,5
Air tanah
Air tawar 134,8 10.530.000 0,76 30, 1
Air asin 134,8 12.870.000 0,93
Lengas tanah 82,0 16.500 0,0012 0,05
Es di kutub 16,0 24.023 .500 I, 7 68,6
Es dan salju 1ainnya 0,3 340.000 0,025 1,0
Danau
Air tawar 1,2 91.000 0,007 0,26
Air asin 0,8 85.400 0,006
Rawa 2,7 11.470 0,0008 0,03
Sungai 148,8 2.120 0,0002 0,006
Air biologis 510,0 1. 120 0,0001 0,003
Air atmosfir 510,0 12.900 0,001 0,04
Total air 510,0 1.385.984.610 100
Air tawar 148,8 35.029.210 2,5 100
Sumber: Chow V.T. (1988)
Jumlah air permukaan dan air atmosfer pada suatu waktu relatif kecil.
Tetapi karena proses pembentukannya terjadi secara terus menerus sesuai
dengan siklus hidrologi, maka jumlahnya dalam satu tahun cukup besar.
Neraca air tahunan global ditunjukkan dalam Tabel 1.2. Dalam tabel
tersebut beberapa parameter yang ditinjau dinyatakan dalam km3/tahun
dan mm/tahun. Dimensi dalam mm/tahun diperoleh dengan membagi
parameter dalam km 3 /tahun dengan luas, yang menunjukkan kedalaman
parameter merata pada seluruh luasan.
I. PENDAHULUAN 5
sclokan yang kcmudian mcngalir ke sungai-sungai kccil dan sclanj utnya
menjadi aliran di sungai utama. Karaktcristik hidrologis dari dacrah tang-
kapan air dipengaruhi oleh luas, bentuk, relief, panjang sungai, dan pola
drainasi daerah tangkapan.
6 HIDROLOGI TERAPAN
J
dcmikian scterusnya. Apabila sebuah sungai dengan suatu tingkat berte-
mu dengan sungai yang mempunyai tingkat lebih rendah maka tingkat su-
ngai pertama tidak berubah. Misalnya sungai tingkat satu bergabung de-
ngan sungai tingkat dua, maka sungai di hilir pertemuan tersebut adalah
tetap sungai tingkat dua.
Titik kontrol
I. PENDAHULUAN 7
titik-titik yang lebih rendah dalam arah tegak lurus dengan garis-garis
kontur. Daerah yang dibatasi olch garis yang menghubungkan titik-titik
tertinggi tersebut adalah DAS. Gambar 1.4. menunjukkan contoh bentuk
DAS. Dalam gambar tersebut dilunjukkan pula penampang pada keliling
DAS. Garis yang mengelilingi DAS tersebut merupakan titik-titik terting-
gi. Air hujan yang jatuh di dalam DAS akan mengalir menuju sungai
utama yang ditinjau, sedang yang jatuh di luar DAS akan mengalir ke
sungai lain di scbelahnya.
Luas DAS diperkirakan dengan mengukur daerah itu pada peta topo-
grafi. Luas DAS sangat berpengaruh terhadap debit sungai. Pada umum-
nya semakin besar DAS semakin besar jumlah limpasan permukaan
sehingga semakin besar pula aliran permukaan atau debit sungai.
i i i l i i
Hujan
i i i
r - Punggung bukit
~ (Batas Das)
TampangA-A
8 HIDROLOGI TERAPAN
1.3.3. Panjang sungai
Panjang sungai diukur pada peta. Dalam rnemperkirakan panjang sua-
tu segmen sungai disarankan untuk mengukumya beberapa kali dan ke-
mudian dihitung panjang reratanya. Panjang sungai adalah panjang yang
diukur sepanjang sungai, dari stasiun yang ditinjau atau muara sungai
sampai ujung hulunya. Sungai utama adalah sungai terbesar pada daerah
tangkapan dan yang membawa aliran menuju muara sungai.
Pengukuran panjang sungai dan panjang DAS adalah penting dalam
analisis aliran limpasan dan debit aliran sungai. Panjang DAS L adalah
panjang maksimum sepanjang sungai utama dari stasiun yang ditinjau
(a tau muara) ke titik terjauh dari batas DAS. Panjang pusat berat Le ada-
lah panjang sungai yang diukur sepanjang sungai dari stasiun yang ditin-
jau sampai titik terdekat dengan titik berat daerah aliran sungai. Pusat
berat DAS adalah pusat berat titik perpotongan dari dua atau lebih garis
lurus yang membagi DAS menjadi dua DAS yang kira-kira sama besar.
Gambar 1.5. menunjukkan panjang sungai.
G = Pusat berat
L = Panjang DAS
L9 = Panjang ke pusat berat
I. PENDAHULUAN 9
..
...........
.,
jarak hilir
10 HIDROLOGI TERAPAN
miringan yang lebih tajam menyebabkan kecepatan limpasan permukaan
tcbih bcsar yang rnengakibatkan kurang waktu untuk terjadinya infiltrasi,
sehingga aliran pennukaan terjadi Iebih banyak .
dengan:
P : presipitasi
Qi, Q0 : debit aliran rnasuk dan keluar
Gi, G0 : aliran air tanah rnasuk dan keluar
E : evaporast
T : evapotranspirasi
.1 S : perubahan volume tampungan untuk selang watu /1 t .
Danau
Semua suku dari Pcrsamaan (1. l) dapat dinyatakan dalam volume air
3 3
(m ) atau dalam debit (m /d) atau dalam kcdalaman air, yaitu volun1e air
yang terdistribusi merata pada seluruh DAS atau danau.
Untuk kondisi tertentu, beberapa suku dari Persamaan ( 1.1) dapat di-
abaikan yang tergantung pada sifat daerah yang ditinjau dan periode hi-
tungan neraca air. Apabila evaluasi dilakukan dalam suatu periode pan-
jang (misalnya siklus tahunan), variasi tampungan air relatif seimbang
sehingga perubahan tampungan ~S dapat diabaikan. Pada suatu DAS, di-
mana tidak ada aliran yang masuk melalui batas DAS maka suku Qi=O.
Dalam suatu DAS dianggap tidak ada transfer air tanah dari satu DAS ke
DAS di dekatnya, sehingga Gi=G0 =0. Persamaan (1.1) menjadi:
P-E-T-Q = O (1.2)
dengan Q adalah debit sungai, yang merupakan aliran dari DAS ke dalam
sungai. Gambar 1.8. menunjukkan imbangan air di suatu DAS.
p
~
a
Gambar 1.8. Imbangan air di suatu DAS
12 HIDROLOGI TERAPAN
-
jam-jaman. Dalam hal ini perubahan tampungan harus diperhitungkan, ..
scdang cvaporasi, presipitasi dan aliran air tanah dapat diabaikan. Bentuk
persamaan imbangan air menjadi:
l:iS
QI. - QO - - =0
fi( (1.3)
•
Persamaan ( 1.3) sering digunakan untuk hitungan penelusuran banjir
(flood routing) di waduk.
Q=P-1 (1.6)
I. PENDAHULUAN 13
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ t,
Contoh I
Suatu DAS seluas 1.000 kn? mempunyai kedalaman hujan tahunan
rerata 2500 mm, kehilangan air karcna infiltrasi adalah 750 111111/tahun dan
penguapan (cvaporasi dan cvapotranspirasi) adalah 1000 mmltahun, kchi-
langan lainnya (sebagai tampungan cekungan dsb.) diperkirakan 200
mm/tahun. Berapakah debit rcrata tahunan (dalam m3/d)?
Penyelesaian
Untuk menghitung debit aliran, Persamaan (1.3) dapat ditulis dalam ben-
tuk:
Q = P - E - T - I - So
Dalam contoh ini semua parameter dinyatakan dalam kedalaman au
(mm/tahun). Dengan memasukkan nilai-nilai yang telah diketahui ke
dalam pcrsarnaan di atas maka diperoleh kedalaman limpasan (diberi no-
tasi q sebagai pengganti Q untuk debit aliran):
q = 2500 - 1000 - 750 - 200 = 550 mm/tahun
Contoh 2
Waduk dengan luas permukaan 1,57 km 2 • Debit rerata harian yang masuk
dan keluar waduk (untuk memenuhi kebutuhan air seperti irigasi, air ba-
ku, dsb) berturut-turut adalah 2,5 m3/d dan 5 m3/d. Evaporasi pada permu-
kaan waduk adalah 5 mmlhari. Aliran air tanah diabaikan. Hitung peru-
bahan tampungan dalam satu hari.
Penyelesaian
Debit rnasuk: Qi = 2,5 X 24 x 3600 = 216.000 m3 I hari
Debit keluar: Qo = 5 X 24 X 3600 = 432.000 m3 / hari
14 HIDROLOGI TERAPAN
5
Evaporasi : E = 5 mm/hari = - - X l 57 x 106 = 7850 m3/hari
1000 '
Dengan menggunakan Persamaan ( 1. l) untuk beberapa parameter aliran
yang dikctahui, didapat tampungan air per hari (aliran air tanah diabai-
kan):
jj_S = Qi - Qo - E
Contoh 3
Suatu waduk dengan luas permuka'1n 1,57 km 2• Pada suatu saat debit ban-
3
jir yang masuk adalah 100 m /d dan selang satu jam berikutnya adalah
125 m 3/d. Pada jam yang sama debit keluar melalui bangunan pelimpah
berturut-turut 20 m 3/d dan 25 m 3/d. Hitung perubahan tampungan dan
perubahan elevasi muka air waduk dalam satu jam.
Penyelesaian
. . 100+ 125 3
Debit masuk rerata: Q1 = - - - =112,Sm Id
2
. 20+ 25 3
Debit keluar rerata: Qo = - - - = 22,5m Id
2
Dengan menggunakan Persamaan (1.3) untuk beberapa parameter
aliran yang diketahui, didapat:
I. PENDAHULUAN 15
A- /1S 324.000
o:=- = = 0,206m
A 1,57 x 10 6
Elevasi muka air di waduk naik setinggi 0,206 m .
16 HIDROLOGI TERAPAN
BAB II
HU JAN
2.1. Pendahuluan
Presipitasi adalah turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi;
yang bisa berupa hujan, hujan salju, kabut, embun, dan hujan es. Di dae-
rah tropis, termasuk Indonesia, yang memberikan sumbangan paling be-
sar adalah hujan, sehingga seringkali hujanlah yang dianggap sebagai
presipitasi. Untuk selanjutnya digunakan istilah hujan untuk mengganti-
kan presipitasi. Hujan berasal dari uap air di atmosfer, sehingga bentuk
dan jumlahnya dipengaruhi oleh faktor klimatologi seperti angin, tem-
peratur dan tekanan atmosfer. Uap air tersebut akan naik ke atmosfer se-
hingga mendingin dan terjadi kondensasi menjadi butir-butir air dan kris-
tal-kristal es yang akhirnya jatuh sebagai hujan.
Atmosfer bumi mengandung uap air. Meskipun jumlah uap air di at-
mosfer sangat kecil dibanding dengan gas-gas lain, tetapi merupakan
sumber air tawar yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Air berada
di udara dalam bentuk gas (uap air), zat cair (butir-butir air) dan kristal-
kristal es. Kumpulan butir-butir air dan kristal-kristal es tersebut, yang
mempunyai ukuran sangat halus (diameter 2-40 mikron), membentuk
awan yang melayang di udara. Awan terbentuk sebagai hasil pendinginan
(kondensasi dan sublimasi) dari udara basah (yang mengandung uap air)
yang bergerak ke atas. Proses pendinginan terjadi karena menurunnya
suhu udara tersebut secara adiabatis dengan bertambahnya ketinggian.
Partikel debu, kristal garam dan kristal es yang melayang di udara dapat
berfungsi sebagai inti kondensasi yang dapat mempercepat proses pen-
II. HUJAN 17
-------.. ~ .....,,
---------··--------,
dinginan. Dcngan dcmikian ada dua syarat pcnting tcrjadinya hujan yaitu
massa udara harus mcngandung cukup uap air, dan massa udara harus na-
ik kc atas sedemikian schingga mcnjadi dingin . Proses terjadinya hujan
banyak dipelajari oleh ahli rnetcorologi dan klimatologi. Ahli hidrologi
lebih banyak mempelajari jumlah dan distribusi hujan baik dalan1 ruang
maupun waktu.
Jumlah air yang jatuh di pennukaan bumi dapat diukur dengan meng-
gunakan alat penakar hujan. Distribusi hujan dalam ruang dapat diketahui
dengan mengukur hujan di beberapa lokasi pada daerah yang ditinjau;
sedang distribusi waktu dapat diketahui dengan mengukur hujan sepan-
jang waktu.
Hujan merupakan surnber dari semua air yang mengalir di sungai dan
di dalarn tampungan baik di atas maupun di bawah permukaan tanah.
Jumlah dan variasi debit sungai tergantung pada jumlah, intensitas dan
distribusi hujan. Terdapat hubungan antara debit sungai dan curah hujan
yang jatuh di DAS yang bersangkutan. Apabila data pencatatan debit ti-
dak ada, data pencatatan hujan dapat digunakan untuk n1emperk.irakan
debit aliran.
1. Hujan konvektif
Di daerah tropis pada musim kemarau udara yang berada di dekat
permukaan tanah mengalami pemanasan yang intensif. Pemanasan ter-
sebut menyebabkan rapat massa udara berkurang, sehingga udara basah
naik ke atas dan mengalami pendinginan sehingga te1jadi kondensasi dan
hujan. Hujan yang terjadi karena proses ini disebut hujan konvektif, yang
biasanya bersifat setempat, mempunyai intensitas tinggi dan durasi sing-
kat.
18 HIDROLOGI TERAPAN
2. Hujan siklonik
J ika massa udara panas yang relatif ringan bertemu dengan massa
udara dingin yang re)atif berat, maka udara panas tersebut akan bergerak
di atas udara dingin. Udara yang bergerak ke atas tersebut mengalami
pendinginan sehingga terjadi kondensasi dan terbentuk awan dan hujan.
Hujan yang terjadi disebut hujan siklonik, yang mempunyai sifat tidak
terlalu lebat dan berlangsung dalam waktu lebih lama.
pendinginan konvektif
udara panas -
pendinginan orografik
3. Hujan orografis
Udara Iembab yang tertiup angin dan melintasi daerah pegunungan
akan naik dan mengalami pendinginan, sehingga terbentuk awan dan hu-
jan. Sisi gunung yang dilalui oleh udara tersebut banyak mendapatkan hu-
jan dan disebut lereng hujan, sedang sisi belakangnya yang dilalui udara
kering (uap air telah menjadi hujan di lereng hujan) disebut lereng ba-
yangan hujan. Daerah tersebut tidak permanen dan dapat berubah tergan-
tung musim (arah angin). Hujan ini terjadi di daerah pegunungan (hulu
DAS), dan merupakan pemasok air tanah, danau, bendungan, dan sungai.
Dari ketiga tipe hujan di atas, yang banyak terjadi di Indonesia adalah
hujan konvektif dan orografis.
II. HUJAN 19
---------..... ,,.
2.3. Parameter Hujan
Jumlah hujan yang jatuh di permukaan bumi dinyatakan dalam keda-
laman air (biasanya mm), yang dianggap tcrdistribusi secara mcrata pada
seluruh daerah tangkapan air. lntensitas hujan adalah jumlah curah hujan
dalam suatu satuan waktu, yang biasanya dinyatakan dalam mn1/jam,
mm/hari, mm/minggu, mm/bulan, mm/tahun, dan sebagainya; yang bertu-
rut-turut sering disebut hujan jam-jaman, harian, mingguan, bulanan, ta-
hunan, dan sebagainya.
Tabel 2.1. adalah keadaan hujan dan intensitas hujan (Suyono Sosro-
darsono, 1985). Tabel tersebut menunjukkan bahwa curah hujan tidak
bertambah sebanding dengan waktu. Jika durasi waktu lebih lama, pe-
nambahan curah hujan adalah lebih kecil dibanding dengan penambahan
waktu, karena hujan tersebut bisa berkurang atau behenti.
Durasi hujan adalah waktu yang dihitung dari saat hujan mulai turun
sampai berhenti, yang biasanya dinyatakan dalam jam. Intensitas hujan
rerata adalah perbandingan antara kedalaman hujan dan durasi hujan. Mi-
salnya hujan selama 5 jam menghasilkan kedalaman 50 mm; yang berarti
intensitas hujan rerata adalah l 0 mm/jam. Demikian juga hujan selama 5
menit sebesar 6 mm, yang berarti intensitas hujan adalah 72 mm/jam. Te-
tapi untuk daerah tangkapan kecil perlu ditinjau durasi hujan yang sangat
singkat seperti 5 men it, 10 menit, dsb. Sebaliknya untuk daerah tangkap-
an yang besar sering digunakan durasi hujan yang lebih lama, misalnya 1
hari, 2 hari, dst.
20 HIDROLOGI TERAPAN
-
Distribusi hujan sebagai fungsi walctu menggambarkan variasi keda-
laman hujan selama terjadinya hujan, yang dapat dinyatakan dalam ben-
tuk di skret atau kontinyu. Bentuk diskret, yang disebut sebagai hyeto-
graph, yaitu histogram kedalaman hujan atau intensitas hujan dengan
pertambahan waktu sebagai absis dan kedalaman hujan atau intensitas
hujan sebagai ordinat, seperti diberikan dalam Gambar 2.2. Sedang yang
bentuk kontinyu menggambarkan hubungan laju hujan kumulatif sebagai
fungsi waktu. Durasi hujan (absis) dan kedalaman hujan (ordinat) dapat
dinyatakan dalam persentasi dari kedua nilai tersebut, seperti diberikan
dalam Gambar 2.3.
4-----------,
---E 3 --- 75
ffl ~
-:::- !...
E C
E (U
:, 3'
ffl .c
ro 2 C
(U
50
E E
E ca
~
iii
C "O
ffl Cl)
"5' ::i:'.'.
I 1 25
0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 25 50 75 100
(a) (a)
II. HUJAN 21
N
N
f Legend
Average annual rainfall (mm) ~ 1500 • 2000
~ 2000 · 2500
Sia 2500 - 3000
ma 3ooo -3soo
m 3soo-4ooo
I 2:1 4000 - 5000 I
. }- } I
~-
' L~ .~
®'~~-
-
..
! Pt
0 Km 1000 -&~~?-·- .,:,:11"
7 ~
=
I I
•.-4
9
,:,
0
t""
0
-
~
~
Gb. 2.4. Distribusi hujan tahunan di Indonesia
:
t!!j
-0
>
z
-
s
e
....cu
C
cc
C
~
::s
.0
C
ca
.5'
..c
....
ca
.0
E
ca
C>
23
.. '
---
24 HIDROLOGI TERAPAN
kedalaman hujan. Curah hujan kurang dari 0, I mm dicatat sebagai 0,0
mm; yang harus dibedakan dengan tidak ada hujan yang dicatat dengan
garis (-). Pengukuran dilakukan setiap hari. Biasanya pembacaan pada
pagi hari, sehingga hujan tercatat adalah hujan yang terjadi selama satu
hari sebelumnya, yang sering disebut hujan harian. Dengan alat ini tidak
dapat diketahui kederasan hujan (intensitas) hujan, durasi (lama waktu)
hujan dan kapan terjadinya.
II. HUJAN 25
Penadah
Jam pencatat
Kertas
pencatat ~ftt+-'
Pelampung
Tabung
gelas
(a)
Tabung tinta
Tempat pema-
sangan alat
perobah AC
JJ - - - -300
(c)
Gambar 2.6. Alat ukur hujan
26 HIDROLOGI TERAPAN
hujan. Apabila grafik miring (naik), berarti terjadi hujan. Semakin tajam
kcmiringannya, semakin tinggi intensitas hujan.
.. . , _ ... • U • ·•••• •• •
f!
J
2(l) tHt,,Hffl
,:rJ:JrlffJ:JtJ1lJ:~Jr;r~1::;r:;:::;rJtJrtt~JrJtJfittJf+tJfJtJfJtJfffJtJfJtJfJ:tffJtJfJ;JfJftffJfdh
40tttttH1ttttttttHtttttttffiltttttttttttttttH-Hffl-tttmffim++HH.f#mAAU+Um+Um+UUJ+UUJWU,UUUUilil
E
I E
-0
.....co
Q)
II. HUJAN 27
a
N DEPARTEMEN PERHUBUNC.AN
0C
Nan,o staslun . KLIMATOLOGI KELAS I SADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
Ka bu paten . SEMARANG JL. ARIEF RAKHMAN HAKIM NO. 3 JAKARTA
Ketingg lan : 13 meter PENAKAR HUJAN OTOMATIS Nama Pengamal · S lswoyo
No. sta . hujan Obs ........................... Type penakar : Hillman
Laporan Bulan : Januarl
No. sta . hujan Otm . . .... . . .' ··· ············ Tahun : 2000
Jumlah pada masing2 perlode waktu JUMLAH HUJA TIAP JAM (MILIMETER) E
5 10 15 30
(dalam mlllmeter)
45 60 120
menll men II monll menil menit menlt menlt
3
Jem
6
Jem
12
1am
J
~ 07 · 06 · 09 · 10 • 11- 12 . 13 · 14 · 15 ·
06 09 10 11 12 13 14 15 16
16 ·
17
17 ·
16
16 - 19 . 20 · 21 · 22 • 23 • 00 - 01 · 02 • 03 · 04 . 05 · 06 •
19 20 21 22 23 24 01 02 03 04 05 06 07
! .q
~
1
2.3 2 06 0.2 07 08 2.3
0.2 0.3 0.3 04 0.6 0,6 0.7 1.4 2.3
6.5 6.5 7,0 3 0.5 85 1.2 06 02 90
6.5 65 6.5 65 6.5 6.5 65
7.0 7.0 4 5.0 1 8 02 70
1.5 2.5 3.0 4.5 5.6 6.0 6.6 7.0
0.6 24 2.4 3.7 3,7 5,7 6,6 5 1.0 05 0.9 0 .5 0 1 0.8 29 0 1 66
0.8 1.0 17
0.3 0.5 0.7 1.5 2,2 29 2.9 3.0 3.0 3.0 6 2.7 0.3 30
2.0 5.0 5.6 85 6.5 8.5 6.7 9,8 10.0 7 2.6 8.4 0.1 0.2 1.1 02 10 0
78
4.6 4.6 4.6 6 2.0 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6 48
0.6 0.6 1,3 2.3 3.2 3.5 4 .6
9
0 ,2 0.5 1.0 1.1 1.6 2.5 2.6 3.0 3.0 3.0 10 25 0.4 0.1 30
0.2 0.6 1.1 1.5 2,0 25 35 3.6 3.9 3.9 11 2.2 12 0.4 0. 1 39
0.2 0.2 0.3 0.5 0.8 1.2 1.4 1.4 1,4 1.4 12 1.2 0.2 14
13
14
15
16
6.5 7.0 7.0 10 0 14.5 15.3 17.5 19.0 19.6 19.6 17 14.5 2.5 1.5 1.0 01 12 20 8
3.4 69 8.4 9.4 10.4 11 .2 12.0 12.5 15.0 22.0 18 0.6 11.0 0.9 1.0 0.5 0.6 08 0.8 1.6 1.7 1.1 0.3 0.3 . . . 03 . . . . . . 21 5
19
2.0 2.5 3.1 3.2 3.3 3.3 3.6 3.6 4.1 4.1 20 02 03 . 0.3 33 "'1
10.0 20.0 30 0 40.5 45.5 60.0 65.0 120.0 170.0 175.2 21 20 0 10.0 51 0 13.5 45.5 35.2 175 2
1.2 2.2 32 56 6.0 6.5 8.4 04.0 17.5 17,5 22 6,0 5.0 5.6 0.7 17 5
4 .5 6.0 6.5 9.6 10.8 11 .3 14 .2 14,8 15.6 15.6 23 06 06 11 .3 2.9 0.2 15 6
-
1.2 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 24 1.3 13
:r: 3.0 3.5 4.0 65 7.7 7.7 9.7 11 .1 14.5 37.0 25 2.0 1.5 2.3 7.3 1.2 0.2 . 4.0 12.2 5.3 1.0 . . 5.7 08 34 0 1 05 20 49 5
7.5 8.5 90 9.7 10.0 15,5 23.5 27.7 29.5 29.5 26 15.5 8,0 30 1.9 0.8 0.3 . . . . . . . . 3.0 10.5 05 . . 43 5
0 3.5 3.5 5.0 6.0 8.1 8.8 9.8 18.0 23.3 24.5 27 0.8 0.1 0.3 . . . 7.8 2.0 6.3 4.0 1.9 13 0.3 . . 0.9 0.6 263
~ 0.2 0.3 0.3 0.4 0.4 0.4 0.5 05 0.5 0.5 28 0.5 05
0 0.2 0.2 0.2 0.4 0.5 0.6 0.8 0.8 0.8 0.8 29 0.5 0 .3 08
t""' 0.5 1.0 2.0 4.0 4.5 6.2 12.0 13.5 15.2 15.2 30 1.5 6.2 5.8 1.4 0.3 15.2
0 3.0 3.5 3.2 8.0 9.0 12.0 14.3 16.2 16,8 16.8 31 0.3 6.2 8 ,0 1.9 0.4 18 8
-
C1
10.0 I I I
TanQQal den lnlensltas Max
1/21/2000
I
20.0 3o.o 4o.5145.51 so.o s5.o 1120.0 110.ol 115.2 I
E
,El
)(
co
~
18.6 23.1 4.7
15.5 11 .0 3.0
3.0
1.9
3,6
2.0
2.9 20.8 32.4 40.4 30.4 75.6 531 66.4 45.5
1.0
0.2
0 .2
0 .6
0.3
1.8 10.7 16.7
35
0.1 0.5
0 .1 05
2.0 459.8
2.0 258.1
Jam Pemeriksean hujan modol Obs (waktu selempa1)
Jam : 7:00 WIB
2.5. Jaringan Pengukuran Hujan
Perencanaan jaringan stasiun pengukuran hujan adalah sangat penting
di dalam hidrologi karena jaringan tersebut akan memberikan besamya
(takaran/jumlah) hujan yang jatuh di DAS. Data hujan yang diperoleh da-
pat digunakan untuk analisis banjir, penentuan banjir rencana, analisis ke-
tersediaan air di sungai, dsb. Untuk maksud tersebut diperlukan jaringan
stasiun pencatat hujan di dalam suatu DAS. Untuk mendapatkan basil
yang dapat dipercaya, stasiun pencatat hujan harus terdistribusi secara
merata. Selain itu jumlah stasiun hujan yang dipasang di dalam DAS ja-
ngan terlalu banyak yang berakibat mahalnya biaya, ataupun terlalu sedi-
k.it yang menyebabkan basil pencatatan hujan tidak dapat dipercaya.
Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organisation,
WMO) memberikan pedoman kerapatan jaringan minimum di beberapa
daerah seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.3 (Shaw, 1988). Kerapatan ja-
ringan adalah jumlah stasiun tiap satuan luas di dalam DAS. Namun pe-
doman tersebut hanya merupakan ancar-ancar. Semakin besar variasi hu-
jan semakin banyak jumlah stasiun yang diperlukan, seperti misalnya di
daerah pegunungan.
II. HUJAN 29
-
sarkan prinsip statistik tcrscbut, jumlah optimum stasiun hujan dapat di-
peroleh dengan menggunakan persamaan bcrikut (Garg SK, 1982):
(2.1)
C = 1000-
\' -
p
l/2
o- = _n_~2 -(p)2}
[ n-1 ~
- Ip
p=-
n
dengan:
N : juntlah stasiun hujan
C" : koefisien variasi hujan didasarkan pada stasiun hujan yang ada
E : persentasi kesalahan yang diij inkan
p : hujan rerata tahunan
p : hujan rerata dari n stasiun
n : jumlah stasiun hujan yang ada
a : standar deviasi
Contoh 1
Di dalam suatu DAS terdapat tiga buah stasiun hujan. Hujan rerata
tahunan di ketiga stasiun tersebut berturut-turut adalah 1800, 2200 dan
1300 mm. Tentukan jumlah optimum stasiun hujan di DAS tersebut, jika
kesalahan yang diijinkan adalah 10%.
Penyelesaian
Menghitung hujan rerata:
_ 2.p 1800+2200+1300
p =- = - - -- - --= 1767 mm
11 3
30 HIDROLOGI TERAPAN
-----
2 2
I.
- 2 'f,p 1800 + 2200 2 + 1300 2
P =- n- = 3
=3.256.667
C = 100a = 100x449 = 25 4
7
V P 1767
II. HUJAN 31
- -
b. distribusi hujan relatif mcrata pada seluruh DAS.
Hujan rerata pada seluruh DAS diberikan oleh bentuk berikut:
P1 + Pi + P3 + ····· + Pn (2.2)
p=
n
dengan:
p : hujan rcrata kawasan
Pi , pi, .. . , Pn : hujan di stasiun 1, 2, 3 . . . , n
n : jumlah stasiun
Contoh 2
Diketahui suatu DAS seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.8. mem-
punyai empat stasiun hujan. Dalam gambar tersebut tiga stasiun hujan
berada di dalarn DAS sedang satu stasiun berada tidak jauh di luar DAS.
Kedalaman hujan di stasiun A, B, C, dan D berturut-turut adalah 50 mm,
40 mm, 20 mm, dan 30 mm. Hitung hujan rerata.
Penyelesaian
Karena Stasiun A berada tidak jauh dari DAS, maka dapat diperhi-
tungkan untuk menentukan hujan rerata. Dengan menggunakan Persa-
maan (2.1) diperoleh:
32 HIDROLOGI TERAPAN
B =40 mm
•
2. Metode Thiessen
Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang
mewakili luasan di sekitamya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap
bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat,
sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut.
Metode ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang
ditinjau tidak merata. Hitungan curah hujan rerata dilakukan dengan
memperhitungkan daerah pengaruh dari tiap stasiun.
Pembentukan poligon Thiessen adalah sebagai berikut ini.
a. Stasiun pencatat hujan digambarkan pada peta DAS yang ditinjau,
termasuk stasiun hujan di luar DAS yang berdekatan, seperti ditun-
jukkan dalam Gambar 2.9.
b. Stasiun-stasiun tersebut dihubungkan dengan garis lurus (garis terpu-
tus) sehingga membentuk segitiga-segitiga, yang sebaiknya mempu-
nyai sisi dengan panjang yang kira-kira sama.
c. Dibuat garis berat pada sisi-sisi segitiga seperti ditunjukkan dengan I
j
garis penuh pada Gambar 2.9.
d. Garis-garis berat tersebut membentuk poligon yang mengelilingi tiap I
I
I
II. HUJAN 33
Untuk stasiun yang bcrada di dckat batas DAS, garis batas DAS
mcmbcntuk batas tcrtutup dari poligon.
e. Luas tiap poligon diukur dan kemudian dikalikan dengan kcdalaman
hujan di stasiun yang berada di dalam poligon.
f. Jumlah dari hitungan pada butir e untuk scmua stasiun dibagi dengan
luas daerah yang ditinjau menghasilkan hujan rerata daerah tersebut,
yang dalam bentuk rnatcrnatik mempunyai bentuk berikut ini.
(2.3)
dengan:
p : hujan rerata kawasan
P1, P2, . .. , Pn : hujan pada stasiun 1, 2, 3 ... , n
A,, A2 , ..• , An : luas daerah yang mewakili stasiun 1, 2, 3 ... , n
50
A
/
/ \
/ \
/
\
40 ~ - - \
\ \
\
\
\
\
\
/
\ /
\ /
30
•
34 HIDROLOGI TERAPAN
-
Mctodc poligon Thiessen banyak digunakan untuk menghitung hujan
rcrata kawasan. Poligon Thiessen adalah tetap untuk suatu jaringan stasi-
un hujan tertentu. Apabila terdapat perubahan jaringan stasiun hujan, se-
pcrti pemindahan atau penambahan stasiun, maka harus dibuat lagi po-
ligon yang barn.
Contoh 3
Diketahui DAS dan stasiun hujan seperti dalam Contoh 2. Luas DAS
2
adalah 500 km • Hitung hujan rerata dengan menggunakan metode
Thiessen.
Penyelesaian
Dengan menggunakan prosedur yang telah dijelaskan di atas dibuat
poligon Thiessen seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.9. Dari gambar ter-
sebut dihitung luasan daerah yang diwakili oleh masing-masing stasiun.
Hujan rerata dihitung dengan menggunakan Tabel 2.4.
Hujan rerata:
16 380
P= · = 32 76 mm
500 '
3. Metode Isohiet
Isohiet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan keda-
Iaman hujan yang sama. Pada metode isohiet, dianggap bahwa hujan pada
suatu daerah di antara dua garis isohiet adalah merata dan sama dengan
nilai rerata dari kedua garis isohiet tersebut. Pembuatan garis isohiet
dilakukan dengan prosedur berikut ini (Gambar 2. 10).
II. HUJAN 3S
_________,.....,,
a. Lokasi stasiun hujan dan kedalarnan hujan digambarkan pada peta
daerah yang ditinjau.
b. Dari nilai kedalarnan hujan di stasiun yang berdampingan dibuat in-
terpolasi dengan pertarnbahan nilai yang ditetapkan.
c. Dibuat kurva yang rnenghubungkan titik-titik interpolasi yang mem-
punyai kedalarnan hujan yang sarna. Ketelitian tergantung pada pem-
buatan garis isohiet dan intervalnya.
d. Diukur luas daerah antara dua isohiet yang berurutan dan kemudian
dikalikan dengan nilai rerata dari nilai kedua garis isohiet.
e. Jurnlah dari hitungan pada butir d untuk seluruh garis isohiet dibagi
dengan luas daerah yang ditinjau menghasilkan kedalaman hujan
rerata daerah tersebut. Secara matematis hujan rerata tersebut dapat
ditulis:
(2.4)
atau
IA;I; + 1;+1
- i=l
p =- 2 -
-n- - (2.5)
I/4
i=I
dengan:
p : hujan rerata kawasan
/ 1, Ii, . . . , In : garis isohiet ke 1, 2, 3 . .. , n, n+ 1
A 1, A 2, • . . , An : luas daerah yang dibatasi oleh garis isohiet ke 1 dan
2, 2 dan 3,. .. . , n dan n+l.
36 HIDROLOGI TERAPAN
/\ =50 mm
•
B=40mm
•
D=30mm
•
Contoh 4
Penyelesaian
II. HUJAN 37
w
0C
·,
I~ I
r\Yi
!
-·
./
I
\··- -- ...
..
•
:c
s
~
\
I
0
KETERANGAN
~I
roe Garis lsohyet
/ ·-v,_/
0
-
~
-.L/
0
Sunga!
lbukota Kabupaten/Proplnsl I
•\.)
j
~
~ Batas Proplnsl
~
~
Gambar 2.11. Peta isohiet Jawa Tengah \
~
Tabel 2.5. Hitungan hujan rerata dengan metode isohiet
Luasan antara Rerata dari
Isohict Hujan x
Dacrah dua isohict dua isohiet
(mm) Luasan
(km2) (km2)
15
I 12 17,5 210
20
II 50 22,5 1.125
25
III 95 27,5 2.613
30
IV JI I 32,5 3.608
35
V 140 37,5 5.250
40
VI 70 42,5 2.975
45
Jumlah 16.826
16 826
Huian rerata: p = · =33 65 mm
~ 500 '
2. 7. Perbaikan data
Di dalam pengukuran hujan sering dialami dua masalah. Permasalah-
an pertama adalah tidak tercatatnya data hujan karena rusaknya alat atau
pengamat tidak mencatat data. Data yang hilang ini dapat diisi dengan ni-
lai perkiraan. Masalah kedua adalah karena adanya perubahan kondisi di
lokasi pencatatan selama suatu periode pencatatan, seperti pemindahan
atau perbaikan stasiun, perubahan prosedur pengukuran atau karena pe-
nyebab lain. Kedua masalah tersebut perlu diselesaikan dengan melaku-
kan koreksi berdasarkan data dari beberapa stasiun di sekitarnya.
II. HUJAN 39
---------a. tflf
u
dengan:
Px : hujan yang hilang di stasiun x
Pi, P2, Pn: data huj an di stasiun sekitamya pada periode yang sama
Nx : hujan tahunan di stasiun x
Ni, N2, .. ... , Nn: hujan tahunan di stasiun sekitar x
n : jumlah stasiun hujan di sekitar x
b. Reciprocal method
Cara ini lebih baik karena memperhitungkan jarak antar stasiun (Li),
seperti diberikan oleh bentuk berikut:
40 IDDROLOGI TERAPAN
£L;
i=l
p~
Px = n 1 (2.6)
I -L; 2
i=l
Contoh 5
Data hujan harian di stasiun X pada tanggal I Januari 2000 hilang/ru-
sak. Data hujan pada hari yang sama di tiga stasiun di sekitarnya yaitu A,
B dan C adalah 35, 25 dan 40 mm. Hujan tahunan di stasiun X, A, B dan
C adalah 1900, 2100, 2000 dan 2200 mm. Jarak dari stasiun A, B dan C
ke X berturut-turut adalah 15 km, 10 km dan 25 km. Perkirakan hujan
yang tidak terukur di stasiun X dengan menggunakan metode perbanding-
an normal dan reciprocal method.
Penyelesaian
Untuk metode perbandingan nonnal, data hujan yang hilang dapat di-
perkirakan dengan n1enggunakan Persamaan (2.5):
IT. HUJAN 41
--------......
800------------------,
-E
-0
>-
§ 600
titik patah
-
(/)
ro
( /)
- -
....
"'O
~ 400
E
::::>
.::,,:_
C:
ro
C:
::::>
.c
~ 200
C
ro
·s-
I
~ = .!_( 35 + 25 + 40 ) = 30 mm
1900 3 2100 2000 2200
In -P;2 35
-+-+-
25 40
- i=l L ; - 152 102 252 =29 3
Px - n 1 - 1 1 1 ' mm
EL/ 15 2 + 102 + 25 2
Contoh 6
Tabel berikut memberikan pencatatan hujan di lima stasiun. Selidiki
konsistensi data hujan di stasiun A. Jika pencatatan tersebut tidak konsis-
ten, koreksi data di stasiun A.
42 HIDROLOGI TERAPAN
Pcnyclesaian
Hitungan dilakukan menggunakan Tabel 2.6. dan prosedur berikut ini.
Tabel 2.6. Hujan tahunan untuk analisis kurva massa ganda
Hujan tahunan (mm) Rerata Sta Kumul Kumul rerata
Tahun
A B C D E B,C,D,E A B,C,D,E
1985 1.3 I4 1.495 1.228 1.828 1.590 1.535 1.314 1.535
1986 1.123 1.235 1.640 1.541 1.583 1.500 2.437 3.035-
1987 1.341 1.680 1.618 1.931 1.68 1 1.727 3.778 4.762
1988 1.183 1.597 1.300 1.386 1.656 1.484 4.961 6.246
1989 950 1.453 1.469 1.805 1.262 1.497 5.911 7.743
1990 2,336 1.465 2.494 2.131 2.222 2.078 8.246 9.821
1991 1.850 1.545 1.914 1.603 1.925 1.747 10.096 11.568
1992 1.214 1.076 1.310 1.183 1.594 1.291 11 .309 12.858
1993 1.871 1.298 1.445 1.667 1.816 1.556 13.180 14.415
1994 1.523 1.663 1.229 1.925 1.796 1.653 14.703 16.068
1995 l .713 1.253 1.416 1.579 1.306 1.388 16.416 17.456
1996 l .5 l 7 1.766 1.567 1.765 1.835 1.733 17.933 19.189
1997 2.027 2.025 1.73 I 1.558 1.842 1.789 19.959 20.978
1998 1.874 1.644 1.994 1.663 1.991 1.823 21 .833 22.800
1999 2.021 1.56 I 1.915 1.987 1.89 I l.838 23.854 24.638
2000 l.375 1.378 1.286 1.277 1.483 1.356 25.229 25.994
II. HUJAN 43
30.000 ! - - - - - . - - - - , - - - - r - - - - ; - - - - . - - 7
e 20.000
.s<:
~
-
1/)
iii
:i
~ 1 ,06
E
:,
/ 1,0
:it:
10.000 ~------+---++--+---t------1--,
TilJ'k
1989
pata_h--t-y /
• F94 mm C32mm
80 mm E .,__ _ _ _ _ _ _____.,.
054mm
Gambar Soal No 1
44
HIDROLOGI TERAPAN
-··
Stasiun kedalaman Luas sub
hujan hujan (mm) DAS (knl)
A 65 240
B 55 180
C 48 300
D 42 90
E 52 210 •D
F 38 200
2
3. Suatu DAS dengan luas 100 km dilengkapi dengan 13 alat pengukur
hujan seperti ditunjukkan dalam gambar di bawah. Setelah kejadian
hujan, jumlah hujan yang terakumulasi dalam masing-masing alat
penakar hujan diberikan dalam gambar. Hitung hujan rerata pada
DAS dengan a. metode rerata aljabar, b. poligon Thiessen, c. metode
isohiet.
45
II. HUJAN
----------a•~··.
-
4. Suatu kejadian hujan dengan kedalaman berikut:
waktu Uam) 0-3 3-6 6-9 9-12
Hujan (mm) 4 8 16 2
Tentukan a. intensitas hujan rerata dalam 3 jam pcrtama dan 6 jam 1
46 HIDROLOGITERAPAN
Tahun Hujan di Z Rerata IO stasiun
1972 35 28
1973 37 29
1974 39 31
1975 35 27
1976 30 25
1977 25 21
1978 20 17
1979 24 21
1980 30 26
1981 31 31
1982 35 36
1983 38 39
1984 40 44
1985 28 32
1986 25 30
1987 21 23
8. Diketahui DAS dan stasiun hujan seperti tergambar. Koordinat
masing-masing stasiun dan kedalaman hujannya seperti diberikan
dalam tabel.
47
Tl. HUJAN
--------'• .
.,
-
I
48 HIDROLOGI TERAPAN
BAB III
PENGUAPAN
3.1. Pendahuluan
Penguapan adalah proses berubahnya bentuk zat cair (air) menjadi
gas (uap air) dan masuk ke atmosfer. Dalam hidrologi, penguapan dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu evaporasi dan transpirasi. Evaporasi
(diberi notasi £ 0) adalah penguapan yang terjadi dari permukaan air (se-
perti laut, danau, sungai), permukaan tanah (genangan di atas tanah dan
penguapan dari permukaan air tanah yang dekat dengan permukaan ta-
nah), dan permukaan tanaman (intersepsi). Apabila permukaan air tanah
cukup dalam, evaporasi dari air tanah adalah kecil dan dapat diabaikan.
Intersepsi adalah penguapan yang berasal dari air hujan yang berada pada
permukaan daun, ranting dan batang tanaman. Sebagian air hujan yang
jatuh akan tertahan oleh tanaman dan menempel pada daun dan cabang,
yang kemudian akan menguap. Transpirasi (E1) adalah penguapan melalui
tanaman, di mana air tanah diserap oleh akar tanaman yang kemudian di-
alirkan melalui batang sampai ke permukaan daun dan menguap menuju
atmosfer. Di lapangan, sulit membedakan antara penguapan dari badan
air, tanah dan tanaman. Oleh karena itu, biasanya evaporasi dan transpi-
rasi dicakup menjadi satu yang disebut evapotranspirasi; yaitu penguapan
yang terjadi di permukaan ]ahan, yang me]iputi permukaan tanah dan ta-
naman yang tumbuh di permukaan tersebut. Laju evaporasi, transpirasi
dan evapotranspirasi dinyatakan dengan volume air yang hilang oleh pro-
ID. PENGUAPAN 49
-
scs tcrscbut tiap satuan luas dalam satu satuan waktu; yang biasanya dibe-
rikan dalam mmlhari atau mm/bu/an. Laju cvapotranspirasi tcrgantung
pada kctersediaan air dan kemampuan atmosfer mengevapotranspirasikan
air dari pcrmukaan. Apabila ketersediaan air (lcngas tanah) tak tcrbatas
maka evapotranspirasi yang terjadi disebut evapotranspirasi potensial
(ETP) . Pada umumnya ketersediaan air di pern1ukaan tidak tak terbatas,
sehingga evapotranspirasi terjadi dengan laju lebih kecil dari evapotrans-
pirasi potensial. Evapotranspirasi yang sebenarnya terjadi di suatu daerah
disebut evapotranspirasi nyata.
Dua masalah utama dalam analisa hidrologi adalah memperkirakan 1)
debit besar (banjir) dan 2) debit tersedia (rerata bulanan atau tahunan) da-
ri suatu DAS. Dalam hal yang pertama, debit dengan jumlah besar terjadi
dalam waktu singkat, sedang yang kedua menyangkut debit kecil yang
terjadi dalam periode waktu panjang. Seperti telah dijelaskan dalam si-
klus hidrologi, penguapan merupakan kehilangan air terhadap air hujan.
Pada masalah pertama (banjir), kehilangan air yang disebabkan oleh
penguapan dapat diabaikan; sementara untuk masalah kedua hams diper-
hitungkan karena berlangsung dalam durasi panjang. Di beberapa daerah
kering di Indonesia, kehilangan tersebut terhadap hujan yang jatuh dapat
mencapai lebih dari 60%. Sebagai gambaran, hujan yang jatuh dengan
keclalaman 5 mmlhari tidak akan efektif membentuk aliran karena selu-
ruhnya dapat menguap.
50 HIDROLOGITERAPAN
I. Radiasi matahari
Pada setiap perubahan bentuk zat; dari es menjadi air (pencairan), da-
ri zat cair mcnjadi gas (penguapan), dan dari es langsung menjadi uap air
(pcnyubliman) diperlukan panas laten (latent heat). Panas Iaten untuk
penguapan berasal dari radiasi matahari dan tanah. Radiasi matahari me-
rupakan sumbcr utama panas dan mempengaruhi jumlah evaporasi di atas
permukaan bumi, yang tergantung letak pada garis Iintang dan musim.
Radiasi matahari di suatu lokasi bervariasi sepanjang tahun, yang ter-
gantung pada letak lokasi (garis lintang) dan deklinasi matahari. Pada bu-
Ian Desember kedudukan matahari berada jauh di selatan, sementara pada
bulan Juni kedudukan matahari berada paling jauh di utara. Daerah yang
berada di belahan bumi selatan menerima radiasi maksimum matahari pa-
da bulan Desember, sementara radiasi terkecil terjadi pada bulan Juni.
Radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi juga dipengaruhi oleh
penutupan awan. Penutupan oleh awan dinyatakan dalam persentase dari
lama penyinaran matahari nyata terhadap lama penyinaran matahari yang
mungkin terjadi.
Tabel 3.1. adalah contoh data klimatologi di DAS Cimanuk Jawa Ba-
rnt, yang meliputi data prosentase penyinaran matahari, temperatur udara,
kelembaban relatif, dan kecepatan angin. Tabel tersebut menunjukkan
bahwa prosentase penyinaran matahari rerata bulanan antara 42,5% per
hari pada bulan Januari (musim penghujan) dan 77% per hari pada bulan
Agustus (musim kemarau).
Peny.mthr (%) 42,5 52,4 57,4 62,8 67,7 68,1 72,4 77,0 76,7 70,1 57,6 53,6
Temp. (uC), 25,9 26,2 26,5 27,2 27,6 26,7 26,7 26,8 27,9 28,1 27,7 26,5
Kelemb. Rlt (%) 89,1 89,1 88,1 85,5 85,l 84,1 81,6 79,6 78,4 79,6 84,7 86,9
Kecep. Angin 167,6 171 ,3 178,3 132,0 144,0 154,5 182,0 198,8 228,5 178,4 148, I 150,0
'km/hari)
III. PENGUAPAN 51
2. Temperatur
Temperatur udara pada pennukaan evaporasi sangat berpengaruh ter-
hadap evaporasi. Scmakin tinggi temperatur scmaki n besar kemampuan
udara untuk mcnycrap uap air. Sclain itu scmakin tinggi tcmperatur, ener-
gi kinetik molekul air meningkat sehingga molekul air semakin banyak
yang berpindah ke lapis udara di atasnya dalam bcntuk uap air. Oleh ka- \
rena itu di daerah beriklim tropis jumlah evaporasi lebih tinggi, dibanding
dengan daerah di kutub (daerah beriklim dingin).
Variasi harian dan bulanan temperatur udara di Indonesia relatif kecil.
Seperti terlihat dalam Tabel 3.1., tcmperatur rerata bulanan hampir kon-
stan sepanjang tahun yang bervariasi antara 25,9°C dan 28, 1°C.
3. Kelembaban
Pada saat terjadi penguapan, tekanan udara pada lapisan udara tepat
di atas pennukaan air lebih rendah dibanding tekanan pada permukaan
air. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan terjadinya penguapan. Pada
waktu penguapan terjadi, uap air bergabung dengan udara di atas per-
mukaan air; sehingga udara mengandung uap air. Udara lembab merupa-
kan campuran dari udara kering dan uap air. Apabila jumlah uap air yang
masuk ke udara sernakin banyak, tekanan uapnya juga semakin tinggi.
Akibatnya perbedaan tekanan uap semakin kecil, yang menyebabkan ber-
kurangnya laju penguapan. Apabila udara di atas permukaan air sudah je-
nuh uap air tekanan udara telah mencapai tekanan uap jenuh, di mana
pada saat itu penguapan terhenti. Kelembaban udara dinyatakan dengan
kelembaban relatif.
Di Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan perairan laut
cukup luas, mernpunyai kelembaban udara tinggi. Kelembaban udara ter-
gantung pada musim, di mana nilainya tinggi pada musim penghujan dan
berkurang pada musim kemarau. Di daerah pesisir umumnya kelembaban
udara lebih tinggi daripada di daerah pedalaman. Pada musim penghujan
kelembaban udara mencapai 80-90%, sementara pada musim kemarau
kelembabannya turun menjadi sekitar 70%. Seperti ditunjukkan dalam
Tabel 3.1. untuk daerah Cimanuk kelembaban bervariasi antara 78,4%
sampai 89,1%.
52 HIDROLOGI TERAPAN
4. Kecepatan angin
Penguapan yang terjadi menyebabkan udara di atas pennukaan eva-
porasi menjadi lebih Iembab, sampai akhimya udara menjadi jenuh terha-
dap uap air dan proses evaporasi terhenti. Agar proses penguapan dapat
berjalan terns Iapisan udara yang telah jenuh tersebut harus diganti de-
ngan udara kering. Penggantian tersebut dapat terjadi apabila ada angin.
Oleh karena itu kecepatan angin merupakan faktor penting dalam evapo-
rasi . Di daerah terbuka dan banyak angin penguapan akan Iebih besar da-
ripada di daerah yang terlindung dan udara diam.
Kecepatan angin di Indonesia relatif rendah. Pada musim penghujan
angin dominan berasal dari barat laut yang membawa banyak uap air, se-
mentara pada musim kemarau angin berasal dari tenggara yang kering. Di
DAS Cimanuk seperti terlihat dalam Tabel 3.1. kecepatan angin rerata
bulanan bervariasi antara 132 km/hari dan 228,5 km/hari.
III. PENGUAPAN 53
-----------~............
Selama terjadinya penguapan, air mcnycrap cnergi yang disebut de- I
ngan panas pcnguapan laten. Encrgi terscbut dipcrlukan untuk melawan 1
gaya tarik menarik antara molekul air, sehingga 1nolekul tersebut lepas I
dan berubah menjadi uap air. Panas pcnguapan laten tcrsebut diperlukan \
untuk penguapan, yang merupakan fungsi dari temperatur dan mempu-
nyai bentuk berikut:
dengan:
T : temperatur (°C)
Iv : panas penguapan laten dalam kalori per gram (cal./gr).
Persamaan tersebut mempunyai arti bahwa sekitar 590 kalori diperlukan
untuk penguapan satu gram air.
54 HIDROLOGI TERAPAN
3.3.3. Kelembaban udara
Sclama terjadinya penguapan, uap air bergabung dengan udara di atas
pcrmukaan air; sehingga udara mengandung uap air. Udara Iembab me-
rupakan campuran dari udara kcring dan uap air. Banyaknya uap air yang
terkandung dalam udara dapat dinyatakan dalam beberapa cara yaitu ke-
lcmbaban mutlak, kelembaban spesifik, dan kelembaban relatif. Kelem-
baban mutlak adalah berat uap air di dalam I m3 udara lembab, dinyata-
3
kan dengan gramlm • Kelembaban spesifik adalah berat uap air yang ter-
dapat dalam I kg udara lembab, yang dinyatakan dalam gram/kg. Kelem-
baban relatif adalah perbandingan antara tekanan uap air dan tekanan uap
air jenuh pada suhu yang sama, dan dinyatakan dalam persen. Dari ketiga
cara tersebut, kelembaban relatif adalah yang paling banyak digunakan.
Kelembaban relatif dinyatakan dalam bentuk:
(3.2)
dengan:
ed tekanan uap air, yaitu tekanan yang disebabkan oleh uap air
yang terdapat di udara.
es : tekanan uap air jenuh.
Tekanan uap air dinyatakan dalam milimeter kolom air raksa (mm
Hg), milibarometer (mm bar.), atau pascal, Pa (Nlm 2).
Di atas permukaan air tekanan uap air jenuh tergantung pada tempe-
ratur, yang dapat diperkirakan dengan rumus berikut:
17 27
e = 61 lex ( ' T ) (3.3)
s p 237,3+T
dengan
es : tekanan uap air jenuh (Pa)
T : temperatur (°C)
Tabel 3.2. memberikan tekanan uap jenuh untuk berbagai temperatur
udara yang dinyatakan dalam mm Hg, mm bar, dan Pa.
Ill. PENGUAPAN 55
------iiiiii-....., .
Tabcl 3.2. Tckanan uap air jcnuh e.f.
Tckanan Uap Air Jcnuh e.f•
Suhu (°C)
mm Hg mm bar. Pa
10 9,20 12,27 1228
11 9,84 13, 12 1313
12 10,52 14,02 1403
13 11 ,23 14,97 1498
14 11,98 15,97 1599
15 12,78 17,04 1706
16 13,63 18, 17 1819
17 14,53 19,37 1938
18 15,46 20,61 2065
19 16,46 21,94 2198
20 17,53 23,37 2339
21 18,65 24,86 2488
22 19,82 26,42 2645
23 21,05 28,06 2810
24 22,27 29,69 2985
25 23,75 31,66 3169
26 25,3 1 33,74 3363
27 26,74 35,65 3567
28 28,32 37,76 3781
29 30,03 40,03 4007
30 31,82 42,42 4244
31 33,70 44,93 4494
32 35,66 47,54 4756
33 37,73 50,30 5032
34 39,90 53,19 5321
35 42,18 56,23 5625
3.3.4. Radiasi
Radiasi adalah suatu bentuk energi yang dipancarkan oleh setiap ben-
da yang mempunyai suhu di atas nol mutlak. Semua benda memancarkan
radiasi dengan berbagai panjang gelombang. Pancaran radiasi dari suatu
benda mengikuti hukum Stefan-Boltzmann, yang mempunyai bentuk
berikut:
56 HIDROLOGI TERAPAN
Re = eaT 4 (3.4)
dengan
Re : flu ks radiasi (cal./cm 2 lmenit)
e : keterpancaran (emisivitas), yaitu perbandingan antara peman-
caran suatu permukaan dan pemancaran pennukaan benda hi-
tam pada suhu dan panjang gelombang yang sama.
T : suhu benda, dalam derajad Kelvin (°K=°C+273)
cr : konstanta Stefan-Boltzmann ( 1, 17 x I0- 7 ca/.lcm2!°~/hari)
Untuk benda dengan pemancaran sempuma (benda hitam), emisivitas
e = I. Tabel 3.3. memberikan koefisien emisivitas untuk beberapa jenis
permukaan.
A= 2,9 x 10-3
(3 .5)
T
III. PENGUAPAN 57
, :2aaua ..
Ra = Ri (1 - a) (3.6)
dcngan
Rn : radiasi yang diserap
Ri : radiasi yang mcngcnai pcm1ukaan
a : koefisien refleksi (albedo)
Re == (1-o.) R, - R ,
diasi netto
ang diserap
\\\
Gambar 3.1. Keseirnbangan refleksi (albedo)
58 HIDROLOGI TERAPAN
.
.
alami pcnyerapan, pcmantulan, hamburan dan pemancaran kembali. Se-
mcntara itu bumi dan atmosfer yang mempunyai temperatur juga me-
mancarkan radiasi dengan panjang gelombang yang Iebih besar. Dengan
dcmikian pcrmukaan bumi memancarkan radiasi, dan pada saat yang
sama mcncrima radiasi dari atmosfer (termasuk awan), yang keduanya
merupakan radiasi gelombang panjang.
Gambar 3.2. memberikan gambaran proses penjalaran radiasi mataha-
ri memasuki atmosfer bumi sampai ke permukaan bumi (National Aca-
demy os Science, 1975, dalam Chow et al., 1988). Radiasi matahari yang
sampai ke puncak atmosfer adalah I 00 satuan. Radiasi matahari tersebut
sebanyak 16% diserap oleh uap air dan ozon (03), dan 3% diserap oleh
awan. Sebagian yang lain dipantulkan oleh awan (20%) dan permukaan
bumi (4%); sedang sebesar 6% dihamburkan oleh molekul udara. Dengan
demikian bagian yang diserap oleh permukaan bumi ada]ah sebesar 51 %.
Dari 51 % tersebut sebesar 21 % dipancarkan kembali oleh permukaan
bumi sebagai radiasi ge]ombang panjang. Dari 30% energi yang diserap
permukaan bumi, 23 % nya dipancarkan sebagai panas tak tampak (panas
laten, latent heat) yang digunakan untuk penguapan air, sedang 7%
kembali ke atmosfer sebagai panas tampak (sensible heat).
ATMOSFIR
ihamburka
leh udara pancaran
diserap uap air oleh awan
dan debu
diserap oleh
~
uap air
diserap
oleh awan
pancaran panas panas
permukaan tampak laten
dari radiasi
gelombang
panjang
Tanah, laut
III. PENGUAPAN 59
,,
--
1
Dengan demikian radiasi netto yang terscrap bumi ~ang digunakan
1
apan a dalah radiasi gclombang pcndck dan matahari yang
untu k pengu . . . 1
terserap bumi di~rangi dengan rad1as1 gelombang panJang netto yang \
dipancarkan burnt ke atmosfer.
(3 .7)
Ln = Lb - La
dengan:
Rn : radiasi netto yang terserap bumi
Sn : radiasi matahari (gelombang pendek, short wave) dari yang
diserap bumi.
S, : radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi
a : albedo
Ln : radiasi gelombang panjang (long wave) netto, yaitu selisih
antara radiasi bumi ke atmosfer dan radiasi atmosfer ke bumi
Lb : radiasi gelombang panjang yang dipancarkan bumi ke atmosfer
L0 : radiasi gelombang panjang yang dipancarkan atmosfer ke bumi
1
tiap menit, yang disingkat lylmen; dengan 1 ly = 1 cal. I cm 2 •
Mengingat bahwa temperatur matahari sangat tinggi, yaitu 6000°K,
ynaka sesuai dengan hukum Wien (Persamaan 3.5), radiasi yang dipan-
0 HIDROLOGI TERAPAN
-
carka n olch matahari mempunyai gelombang pendek. Oleh karena itu ra-
diasi matahari disebut juga radiasi gelombang pendek.
Banyaknya radiasi matahari yang jatuh pada puncak atmosfer bumi
tcrga ntung pada waktu tahun, waktu hari dan posisi daerah (derajad lin-
ta ng). Dalam waktu tahun, orbit bumi mengelilingi matahari yang berben-
tuk e llips menyebabkan jaraknya terhadap matahari selalu berubah. Ener-
gi matahari yang diterima pada saat bumi berada pada sumbu pendek
cllips (perihelion) ada)ah lebih besar daripada saat berada pada sumbu
panjangnya (aphelion). Selain itu sumbu rotasi bumi yang membentuk
sudut terhadap vertikal juga menyebabkan terjadinya perubahan musim.
Dalam waktu hari, ketinggian matahari, yaitu sudut antara sinar matahari
dan permukaan bumi, juga mempengaruhi banyaknya energi matahari
yang diterima. Makin besar ketinggian matahari makin besar energi tiap
satuan waktu yang diterima per satuan luas permukaan bumi.
Banyaknya radiasi matahari total yang diterima di suatu tempat juga
dipengaruhi oleh lamanya siang hari. Panjangnya siang hari beragam de-
ngan garis lintang dan musim. Di sekitar khatulistiwa, siang dan malam
sepanj ang tahun hampir sama. Pada umumnya panjang siang hari ber-
tambah atau berkurang dengan bertambahnya derajad lintang. Daerah di
belahan bumi utara, pada waktu musim panas panjang siang hari ber-
tambah dari khatulistiwa menuju kutub utara; dan kebalikannya pada
waktu musim dingin. Kondisi tersebut juga berlaku untuk daerah di be-
lahan bumi selatan. Tabel 3.5. memberikan lama penyinaran matahari
yang mungkin terjadi (panjang siang) di beberapa lokasi menurut garis
lintang sepanjang tahun.
Radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi dapat dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu radiasi matahari langsung dan radiasi langit.
Radiasi matahari langsung adalah radiasi matahari yang langsung datang
dari matahari, sedang radiasi langit adalah radiasi matahari yang telah
mengalami hamburan atau pemantulan dalam perjalanannya di atmosfer.
Gabungan dari keduanya disebut radiasi matahari global.
III. PENGUAPAN 61
Tabel 3.5. Lama penyinaran matahari maksimum yang mungkin terjadi tiap hari (jam)
°'
N
Garis Apr. Mei Juni Juli Agst Sept 0kt. Nop. Des.
Utara Jan Feb. Mar.
Lintang Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni
Nop. Des.
co) Se Iatan .I u Ii Agst Sept 0kt .
I 6,3 15,9 14,5 12,7 10,8 9, l 8, 1
50° 8,5 10, l 11,8 13,8 15,4
16,0 15,6 I 4,3 12,6 10,9 9,3 8,3
4go 8,8 10,2 11,8 13 ,6 15,2
15,4 14,2 12,6 10,9 9,5 8,7
46° 9, 1 10,4 11 ,9 13,5 14,9 15,7
15,2 14,0 12,6 11,0 9,7 8,9
9,3 10,5 11,9 13,4 14,7 15,4
44°
14,9 13,9 12,5 11, 1 9,8 9, 1
9,4 10,6 11,9 13,4 14,6 I 5,2
42°
14,7 13,7 12,5 11,2 10,0 9,3
9,6 10,7 11,9 13,3 14,4 I 5,0
40°
14,5 14,3 13,5 12,4 11,3 10,3 9,8
10, 1 11,0 11,9 13,1 14,0
35°
13,9 13,2 12,4 11,5 10,6 10,2
10,4 11, 1 12,0 12,9 13,6 14,0
30°
13,5 13,0 12,3 11,6 l 0,9 10,6
10,7 11,3 12,0 12,7 13,3 13,7
25°
13,2 12,8 12,3 11,7 11,2 10,9
11,0 11,5 12,0 12,6 13, 1 13,3
20°
12,9 12,6 12,2 11,8 11,4 11,2
11,3 11,6 12,0 12,5 12,8 13,0
::t 15°
12, 1 11,8 11,6 11,5
8
:,::, 10° 11,6 11,8 12,0 12,3 12,6 12,7 12,6 12,4
0 12,3 12,4 12,3 12,3 12, 1 12,0 11,9 11,8
r:--c 50 11,8 11,9 12,0 12,2
0 12, 1 12, 1
-
C')
~
~
oo 12, 1 12, 1 12, 1 12, 1 12, 1 12, 1 12, 1 12, 1 12, 1 12,1
~
~
~
•
-
Radiasi matahari biasanya diukur di stasiun meteorologi dengan
mcnggunakan alat radiometer, yang mengukur kenaikan suhu permukaan
yang mcnerima radiasi. Radiometer yang biasa digunakan adalah pi-
ranomctcr, pirhcliomcter, dan difusometer. Selain menggunakan alat ter-
scbut, radiasi matahari juga dapat diukur dengan alat perekam penyinaran
matahari . Alat ini mengukur durasi atau lamanya penyinaran matahari
yang ccrah. Banyaknya radiasi matahari yang jatuh ke permukaan bumi
dapat ditaksir dari durasi penyinaran matahari basil pengukuran tersebut
dengan menggunakan persamaan berikut:
S,=so(a+b:) (3.8)
dengan:
S, : radiasi matahari global harian yang jatuh pada permukaan ho-
risontal tiap satuan luas (ca/./cm 2/hari).
S0 : radiasi matahari global harian yang jatuh pada permukaan ho-
risontal tiap satuan luas di bagian luar atmosfer di atas tempat
yang sama,seperti diberikan dalam Tabel 3.6.
a, b : tetapan yang tergantung dari lokasi clan iklim.
n : durasi total penyinaran matahari harian yang diukur dengan alat
tersebut di atas.
N : durasi penyinaran matahari maksimum yang mungkin terjadi.
III. PENGUAPAN 63
2
Cl\
,l:l,,. Tabel 3.6. Radiasi gelombang pendek di tepi luar atmosfer (kal./cm /han)
Ill. PENGUAPAN 65
Substitusi Pcrsamaan (3.8) dcngan mcnggunakan nilai a dan h untuk
dacrah tropika basah (misalnya Indonesia) kc dalam pcrsa1naan d i atas
akan diperoleh:
11
Sn = So(l - a)(0,29 + 0,42 - ) (3.9)
N
dengan:
Ln : radiasi gelombang panJang yang dipancarkan bumi (daratan)
2
(cal.lcm /hari).
T : temperatur absolut pada elevasi 2 m di atas permukaan ( 0 K)
cr : konstanta Stevan-Boltzman (1, 17 x I 0-7 cal./cm2! 0 K4 /hari).
ed : tekanan uap air pada elevasi 2 m di atas permukaan (mmHg) .
3. Radiasi Netto
Radiasi netto yang diserap permukaan bumi merupakan selisih antara
radiasi matahari netto (gelombang pendek) yang diterima permukaan
bumi dikurangi radiasi netto gelombang panjang yang dipancarkan
permukaan bumi, sehingga mempunyai bentuk:
66 HIDROLOGI TERAPAN
Rn = Sn -L n (3. I I)
(3.12)
Contoh 1
Hitung radiasi netto yang diperlukan untuk evaporasi di daerah tropi-
ka basah yang berada pada 10 °LS pada bulan Agustus. Data yang diberi-
kan adalah a) temperatur udara rerata T = 28 ° C; b) kelembaban relatif r
= 70%; c) koefisien refleksi permukaan a = 25%; dan d) nlN = 80%.
Penyelesaian
Menghitung radiasi gelombang pendek Sn
Temperatur absolut T = 273 + 28 = 301 ° K . Dari Tabel 3.6. untuk lo-
kasi pada I 0°LS dan bulan Agustus diperoleh nilai S0=795 ca/./cm2/hari.
Dengan menggunakan Persamaan (3.9) untuk nilai a = 25% dan nlN =
80%, akan diperoleh:
es= 28,32 mm Hg
Tekanan udara nyata dihitung dengan Persamaan (3.2):
Ill. PENGUAPAN 67
68 HIDROLOGI TERAPAN
sckitar dan dibawah panci. Panci tcrsebut diisi air sampai kedalaman
0,203 m. Evaporasi dihitung dari pcrbedaan elevasi muka air selama in-
terval waktu pengukuran.
0.61 m
El =KEp (3.13)
dengan
EL: evaporasi dari badan air (waduk atau danau)
Ep: evaporasi dari panci
K : koefisien panci.
Koefisien panci bervariasi menun1t musim dan lokasi, yaitu berkisar
antara 0,6 dan 0,8. Biasanya digunakan koefisien panci tahunan sebesar
0,7.
III. PENGUAPAN 69
3.4.2. Neraca air di waduk
Neraca air di danau atau waduk didasarkan pada persamaan konti-
nuitas yang merupakan hubungan antara air masuk, air keluar dan jumlah
tampungan. Gambar 3.4. menunjukkan neraca air di danau, yang secara
matematis dapat dinyatakan dalam bentuk berikut:
E = P + Q- 0 - 1- ~ (3. 14)
dengan:
E : volume evaporasi dari waduk
P : hujan yang jatuh di waduk
Q : aliran pennukaan yang masuk ke waduk
0 : aliran keluar dari waduk
I : volume infiltrasi dari waduk ke dalam tanah
~S : perubahan volume tampungan
70 HIDROLOGITERAPAN
luar dari bangunan pclimpah. Pcrubahan volume air di waduk dapat dihi-
tung dcngan mcngukur clcvasi muka air waduk. Sedang infiltrasi hanya
dapat sccara kasar dihitung bcrdasar teori aliran air tanah, dengan terlebih
<lahulu mcngukur pcrmcabilitas tanah dan monitoring perubahan elevasi
muka air tanah di dalam sumur yang berdekatan.
(3 .15)
dengan:
E : evaporasi (mm/hari)
C : koefisien
j( u) : fungsi kecepatan angin
u : kecepatan angin pada jarak 2 m di atas permukaan air (mid)
es : tekanan uap jenuh (mm Hg)
ed : tekanan uap udara (mm Hg)
Beberapa peneliti mengusulkan nilai C dan bentuk/{u). Dengan me-
masukkan nilai-nilai tersebut, Seyhan (1990) mengusulkan bentuk per-
samaan berikut:
E = 0,35 (0,5 + 0,54 U2) (es - ed) (3 .16)
dengan:
N = 0,0291
A o,os
s
III. PENGUAPAN 71
dengan E dalam cmlhari, es dan ed dalam mm bar., dan A.t adalah luas per-
mukaan danau dalam meter persegi.
Chow ( 1988) mengusulkan pcrsamaan berikut:
E = B (e~ - ed) (3. 18)
dengan:
di mana:
E : penguapan (mm/hari)
es : tekanan uap jenuh (Pa)
ed : tekanan uap udara (Pa)
u2 : kecepatan angin pada ketinggian z2 = 2 m di atas permukaan yang
Contoh 2
Hitung laju evaporasi dari permukaan danau dengan luas permukaan
4 juta meter persegi yang mempunyai temperatur 25 ° C, kelembaban
relatif 40%, dan kecepatan angin 3 mid. Semua data tersebut diukur pada
ketinggian 2,0 m di atas permukaan air. Tinggi kekasaran z0=0,03 cm.
72 HIDROLOGITERAPAN
Pcnyclesaian
Tekanan uap jenuh dihitung dari Tabel 3.2 untuk temperatur rerata
25°C, yang didapat:
40
ed =-x23,75= 9,5mmHg = 1267 Pa = 1266mmbar.
100 '
B= o,102 x 3 =0 003947
{mU,~~Jf ,
E = 0,003941 (3169- 1267) = 7,5 mm/hari
Ill. PENGUAPAN 73
- - -- ·· .... ..
E
n
= Rn (3.19)
p},.,LV
dengan:
En: kedalaman penguapan (cm/hari)
Rn: radiasi netto yang diterima permukaan bumi (cal./cm2 /hari)
Pw: rapat massa air (gr/cm3)
/,. : panas laten untuk evaporasi (cal./gr)
Berdasar Persamaan (3 .19) maka radiasi matahari yang sampai di tepi
luar atmosfer seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 3.6. dapat dinyatakan
dalam bentuk kedalaman penguapan. Dengan cara tersebut hitungan
evaporasi menjadi lebih sederhana. Tabel 3.10. adalah radiasi matahari
yang sampai di tepi luar atmosfer yang dinyatakan dalam kedalaman
evaporas1.
Contoh 3
t Berdasar data seperti dalam Contoh 1, hitung laju evaporasi dari per-
mukaan air dengan menggunakan metode keseimbangan energi, jika di-
ketahui rapat massa air Pw = 1000 kg I m3•
Penyelesaian
Panas penguapan laten dihitung dengan Persamaan (3 .1) untuk tem-
peratur udara 28°C.
lv= 597,3 - 0,564 T = 597,3 - 0,564x28 = 581,5 cal/gr
74 HIDROLOGI TERAPAN
Tabel 3.10. Radiasi gelombang pendek di tepi luar atmosfer (mm/hari)
Belahan Bumi Utara Belahan Bumi Selatan
90° goo 70° 60° 50° 40° 30° 20° 10° oo 10° 20° 30° 40° 50° 60° 70° goo 90°
Jan - - - 1.3 3.6 6.0 8.5 10.8 12.8 14.5 15.8 16.8 17.3 17.3 17.1 16.6 16.5 17.3 17.6
Feb - - 1.1 3.5 5.9 8.3 10.5 12.3 13 .9 15.0 15.7 16.0 15.8 15.2 14.1 12.7 11.2 10.5 10.7
Mar - 1.8 4 .3 6.8 9.1 11.0 12.7 13.9 14.8 15.2 15. l 14.6 13.6 12.2 10.5 8.4 6. 1 3.6 1.9
Apr 7 .9 7.8 9.1 11.1 12.7 13 .9 14.8 15.2 15.2 14.7 13 .8 12.5 10.8 8.8 6.6 4.3 1.9 - -
Mei 14.9 14.6 13.6 14.6 15.4 15.9 16.0 15 .7 15.0 13 .9 12.4 10.7 8.7 6.4 4 .1 1.9 0. 1 - -
Jun 18. l 17.8 17.0 16.5 16.7 16.7 16.5 15.8 14.8 13.4 11.6 9.6 7.4 5.1 2.8 0.8 - - -
Jul16.8 16.5 15 .8 15.7 16.1 16.3 16.2 15.7 14.8 13.5 11.9 10.0 7.8 5.6 3.3 1.2 - - -
Ags 11.2 10.6 11.4 12.7 13.9 14.8 15.3 15.3 15.0 14.2 13.0 11.5 9.6 7.5 5.2 2.9 0.8 - -
Sep 2.6 4.0 6.8 8.5 10.5 12.2 13.5 14.4 14.9 14.9 14.4 13.5 12. 1 10.5 8.5 6.2 3.8 1.3 -
0kt - 0.2 2.4 4.7 7.1 9.3 11.3 12.9 14.1 15.0 15 .3 15.3 14.8 13 .8 12.5 10.7 8.8 7.1 7.0
Nop - - 0 .1 1.9 4 .3 6.7 9.1 11.2 13 . l 14.6 15.7 16.4 16.7 16.5 16.0 15.2 14.5 15.0 15 .. 3
Des - - - 0 .9 3.0 5 ..5 7.9 10.3 12.4 14.3 15.8 16.9 17.6 17.8 17.8 17.5 18. l 18.9 19.3
...a
I.II
Dari Contoh 1 telah dipcro]ch nilai Rn= 244,2 cal./cni2111ari. Pcn guapan
1 3
dihitung dengan Persamaan (3 .27), dengan Pw = 1000 kglm = 1,0 grlcm :
157,98 . .
En = - - - - = 0,27 cm/han = 2,7 mm/han
581,5 X l,Q
3.5. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah evaporasi dari permukaan lahan yang ditum-
buhi tanaman. Berkaitan dengan tanaman, evapotranspirasi adalah sama
dengan kebutuhan air konsumtif yang didefinisikan sebagai penguapan
total dari lahan dan air yang diperlukan o]eh tanaman. Dala1n praktek
hitungan evaporasi dan transpirasi dilakukan secara bersama-sama.
Dalam hidrologi dan irigasi evapotranspirasi ini adalah sangat pen-
ting. Banyak metode telah dikembangkan untuk memperkirakan besamya
evapotranspirasi, yang dibedakan dalam tiga katagori yaitu 1) metode
neraca air, 2) rnetode imbangan energi, 3) metode transfer massa, 4)
kombinasi metode transfer energi dan panas, seperti metode Penmann, 5)
metode prediksi, seperti persamaan-persamaan empiris dan indeks yang
digunakan untuk data panci evaporasi, dan 6) rnetode untuk tanaman
spesifik.
a. Evapotranspirometer
Evapotranspirometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
evapotranspirasi potensial (Gambar 3.7). Alat ini terdiri dari tangki kedap
air berisi tanah yang di atasnya ditumbuhi tanaman (biasanya rumput).
Biasanya terdapat dua atau tiga buah tangki. Di dasar tangki terdapat pipa
yang dihubungkan dengan tempat penampungan air. Air hanya dapat ma-
suk ke dalam tangki dari atas, bail< karena hujan atau disiram, dan dapat
meninggalk.an tangki melalui pipa di dasar. Evapotranspirasi dapat dihi-
tung dari selisih antara jumlah air yang masuk tangki dan jumlah air yang
\
Pipa baja yang
Kaleng pengumpul air dilapisi seng
Gambar 3. 7. Evapotranspirometer
b. Lisimeter
..-M--100 cm--M
Tanah pasir
Pasir kasar
Kerikil
Dasar bertubang
III. PENGUAPAN 77
___________..... ,.
2. Persamaan empiris Thornthwaite
Sejumlah rurnus empiris digunakan untuk mcnghitung cvapotrans-
pirasi potcnsial yang didasarkan pada data klimatologi. Pcnggunaan ru-
mus-rumus tersebut perlu disesuaikan dcngan kondisi dacrah yang di-
tinjau. Salah satunya adalah rumus yang diusulkan oleh Thomthwaite
yang berlaku untuk daerah basah.
Evapotranspirasi potensial dipengaruhi oleh temperatur dan lama pe-
nyinaran matahari. Untuk 30 hari dalam satu bulan dan pcnyinaran mata-
hari 12 jam per hari, persamaan tersebut mempunyai bentuk:
10.Tm)a (3.20)
ETbulan =1,62( /
dengan:
9 3
a= 675x10- 1 - 771 x l 0-1 I 2 + 179 x 10 4 I+ 492 x 10-3
12 (Tm)l,514
l=I-
m=l S
dengan:
Penyclcsaia n
Pertama kali dihitung nilai / untuk seluruh bulan dan kemudian hasilnya
dijumlahkan sehingga diperoleh:
12 ( Jl,514
I= L ~m = 151,3 I
m=1
Dari nilai a dan I yang telah diperoleh dan untuk setiap nilai Tm, dihitung
ET setiap bulan:
3 773
IO.Tm)
ETbulan = I,62(- -
'
151,31
III. PENGUAPAN 79
Tabet 3.11. Faktor penyesuaian untuk Persamaan Thomthwaite
Juli Agst. Sept. 0kt. Nop . Des.
Feb. Mar. Apr. Mei Juni
Lintang Jan. 1,04 1,01 1,04
1,04 1,01 1,04 1,04 1,01
1,04 0,94 1,04 1,01 0,99 1,02
0° LU 1,06 1,05 1,01 1,03
0,93 1,03 1,02 1,06 1,03
5° LU 1,02 1,07 1,02 1,02 0,98 0 ,99
1,03 1,08 1,06 1,08
10° LU 1,00 0,91 1,03 1,01 0,95 0 ,97
1,08 1, 12 1,08 1,02
0,91 1,03 1,04 l, 11 0,94
15° LU 0,97 1, 11 1,02 1,00 0,93
1,05 1, 13 1, 11 1, 14
20° LU 0,95 0,90 1,03 0,99 0,91 0,91
1, 14 1, 17 1, 12 1,02
0,89 1,03 1,06 1, 15 0,88
25° LU 0,93 l, 14 1,03 0,98 0,89
1,08 1, 18 1, 17 1,20
30° LU 0,90 0,87 1,03 0,97 0,86 0,85
1,21 1,21 1,23 1, 16 1,03
0,87 0,85 1,03 1,09 0,83 0,81
35° LU 1,27 1, 18 1,04 0,96
0,83 1,03 I, 11 1,24 1,25
40° LU 0,84 1,21 1,04 0,94 0,79 0,75
1,02 1, 13 1,28 1,29 1,31
45° LU 0,80 0,81 1,06 0,92 0,76 0,70
1, 15 1,33 1,36 1,37 1,25
50° LU 0,74 0,78 1,02
Bulan
Tm
(OC) I=(T;nr 14
ET (cm)
Faktor
Pengali
ET koreksi
(cm)
c. Metode Blaney-Criddle
Metode Blaney-Criddle digunakan untuk menghitung evapotrans-
pirasi potensial berdasarkan data temperatur dan lama penyinaran mata-
hari. Metode ini banyak digunakan untuk memperkirakan kebutuhan air
tanaman. Persamaan Blaney-Criddle mempunyai bentuk:
dengan:
/ : faktor kebutuhan air (mmlhari)
p : persentase rerata dari jumlah jam siang bulanan dalam setahun,
yang dapat diperoleh dari Tabel 3.13.
t : temperatur udara rerata harian pada bulan yang ditinjau
Untuk suatu jenis tanaman, kebutuhan air konsumtif adalah jumlah
air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi apabila
ketersediaan air tak terbatas. Kebutuhan air konsumtif adalah sama
dengan perkalian antara faktor kebutuhan air/ dan koefisien tanaman kc.
81
III. PENGUAPAN
Kcbutuhan air konsumtif sangat bcrvariasi yang dipcngaruhi olch
iklim. Pcngaruh iklim pada kcbutuhan air tanaman tidak scpcnuhnya
dinyatakan oleh faktor kebutuhan air .f Pengaruh iklim dapat diga.
bungkan ke dalam koefisien tanaman kc,. Biasanya, nilai kc tcrgantung
pada waktu dan tempat, sehingga dipcrlukan pcnclitian di lapangan di
daerah yang ditinjau untuk menentukan nilai yang benar.
Doorenbos dan Pruitt (dalam Ponce, 1989) melakukan modifikasi
terhadap persamaan Blaney-Criddle untuk mempcrhitungkan pengaruh
waktu penyinaran matahari (n/N) , kelembaban relatif minimum (RHmin),
dan kecepatan angin di siang hari (Usiang hari). Persamaan tersebut adalah:
dengan:
ET0 : evapotranspirasi tanaman referensi
a, b : konstanta, yang dapat dicari dari Gambar 3. 9.
Hubungan antara ET0 clan f ditunjukkan dalam Gambar 3. 9. untulc tiga
tingkatan waktu penyinaran matahari (n/N) yaitu rendah (kurang dari
0,6), sedang (0,6-0,8) clan tinggi (lebih dari 0,8); tiga tingkatan
kelembaban relatif minimum (RHmin) yaitu (kurang dari 20%), sedang
(20-50%) dan tinggi (lebih dari 50%); dan tiga tingkatan kecepatan angin
siang hari yaitu lemah (0-2 mid), sedang (2-5 mid) dan kuat (lebih dari 5
mid).
Kebutuhan air konsumtif untuk suatu tanaman, ETc, dapat dihitung
dengan persamaan berikut:
(3.23)
Koefisien tanaman untuk beberapa jenis tanaman diberikan dalam
Tabel 3.14.
82 HIDROLOGI TERAPAN
-
!"'""
"'d
Tabel 3.13. Faktor p dalam metode Blaney-Criddle
==-
~
z Garis Utara Jan. Feb. Mar. Apr.
~ Lintang Mei Juni Juli Agst.
~ Sept. 0kt. Nop. Des.
>
"'d
co) Selatan Juli Agst. Sept. 0kt. Nop. Des. Jan. Feb. Mar. Apr. Mei
>
z 60° 0,15
Juni
0,20 0,26 0,32 0,38 0,41 0,40 0,34 0,28 0,22 0, 17
55° 0, 18 0,22 0,26 0, 13
0,31 0,36 0,38 0,37 0,33 0,28 0,23 0, 19 0. I 7
50° 0,19 0,23 0,27 0,31 0,34 0,3 6 0,35 0,32 0,28
45° 0,21 0,24 0,27 0,30 0,33
0,24 0,20 o.18
0,35 0,34 0,3 I 0,28
40° 0,25 0.22 0,20
t 0,22 0,24 0,27 0,30 0,32 0,34 0,33 0,31
•
t 35° 0,23 0,25 0,27 0,29 0,31
0,28 0,25 0,22 0,21
0,32 0,32 0,30 0,28 0,25
30° 0,23 0,22
0,24 0,25 0,27 0,29 0,31 0,32 0,31 0,30 0,28 0,26 0,24
25° 0,24 0,23
0,26 0,27 0,29 0,30 0,31 0,31 0,29 0,28 0,26 0,25 0,24
20° 0,25 0,26 0,27 0,28 0,29 0,30 0,30 0,29 0,28 0,26 0,25
15° 0,25
0,26 0,26 0,27 0,28 0,29 0,29 0,29 0,28 0,28 0,27 0,26 0,25
10° 0,26 0,27 0,27 0,28 0,28 0,29 0,29 0,28 0,28 0,27 0,26 0,26
50 0,27 0,27 0,27 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28
oo 0,27 0,27 0,27
0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27
I
I
Minimum rendah RH<20% Minimum sedang RH 20-50% Minimum tinggi RH> 50%
9 a b a b a b
(3) 1.60 1.40 (3) . 1.70 1.25 (3) . 1.65 0.98
8 . 1.85
(2) 1.80 1.28 (2) 1.15 3 (2) . 1.55 0.88
7 (1) - 2.00 (1) . 2.00 1.05 . ~
co
2 ( 1) 1.45 0.80 ci
--E
"O
6
1
y
.s 0
5
~
c::
.,c
I-
w 4 "'
"O
C
a,
3 Ir
2
VII VIII
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5
11 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7
10
a b a b a b
(3) . 1.80 1.73 (3) - 2.10 1.52 (3) . 1.70 1.16
9 (2) - 2.05 (2) - 2.15 1.38 (2) - 1.75 1.06
(1) 2.30 (1) - 2.20 1.20
8
1 (1) - 1.80 0.97
-.. 7 a:,
1
--EE
"O
6 3
0
U)
-0
I-
5
2
1 ~
c::
~
w 4 0,
C
<O
3 -0
a,
VJ
2
IV V
1 2 3 4 5 6 7 1 2
13 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7
a b a b
(3) - 2.00
a b
12 2.06 (3) - 2.55 1.82 (3) 1.70 1.31
(2) - 2.30 1.82 (2) - 2.50
11 1.61 (2) 1.95 1.22
(1) - 2.60 (1) - 2.40 1.37 (1) 2.15 1.14
10 1 2
9
1
8
~
-.. 7
0
3 I\
"O
2
E 6 ~
c::
E 5 1 C>
0,
0 C
I- 4 ;=
w
3
2
I ,II
I
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2
•
3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
f(mm/d) f (mmld) f(mm/d)
84
HIDROLOGI TERAPAI'
Tahcl 3.14. Kocfisicn tanaman kc
tanaman kr tanaman kc
Apokat 0,66 - 0,75 Kentang 0,25 - 0,40
Pisang 0,90 - 1,05 Padi 0,45 - 0,65
Buncis 0,20 - 0,25 Serat 0,25 - 0,40
Coklat 0,95 - 1,10 Sorghum 0,30- 0,45
Kopi 0,95 - 1, 10 Kedelai 0,30- 0,45
Kapas 0,50 - 0,65 Bit gula 0,50 - 0,65
Kurma 0,85 - I, I 0 Tebu 1,05-1,20
Rami 0,55 - 0,70 Tembakau 0,30- 0,35
Biji-bijian 0,25 - 0,30 Tomat 0,30- 0,45
Jagung 0,30 - 0,45 Sayuran 0,15 -0,30
Contoh 5
Hitung kebutuhan air konsumtif padi dengan menggunakan metode
Blaney-Criddle pada bulan Maret untuk lokasi yang berada di 10°LU,
dengan temperatur harian rerata 30°C. Dianggap bahwa waktu penyinar-
an matahari (n/N) ada]ah sedang, kelembaban relatif minimum (RHmin)
adalah sedang dan tingkatan kecepatan angin siang hari sedang.
Penyelesaian
Dari Tabel 3.13. untuk lokasi pada 10°LU pada bulan Maret diper-
oleh nilai p=0,27. Kemudian dengan menggunakan Persamaan (3.21)
didapat:
III. PENGUAPAN 85
ETc = 0,55 x 5,5 = 3,03 mm I hari
c. Metode Penman
Penman menggabungkan metodc transfer massa (Sub bab 3.4.3) dan
metode neraca energi (Sub bab 3.4.4) untuk mcnghitung cvaporasi E
Selanjutnya evapotranspirasi diperoleh dengan mengalikan nilai eva i~
rasi dengan suatu konstan empiris. Hasil penggabungan kedua met~de
menghasilkan persamaan berikut:
Mn+ rEo
E,=----
ll+r
atau
E - _fl_F-n_+_E
,- /J+l (3.24)
Temperatur T
P=t:Jy
(OC)
0 0,68
5 0,93
IO 1,25
15 1,66
20 2,19
25 2,86
30 3,69
35 4,73
HIDROLOGI TERAPAN
Contoh 6
Penyelesaian
Dalam contoh ini data klimatologi adalah sama dengan Contoh l dan
Contoh 3, sehingga kedalaman pcnguapan yang dihitung berdasar radiasi
netto yang diterima pennukaan bumi telah diperoleh yaitu:
Rn = 244,2 cal. I cm 2 I hari
244 2
En= '
581,5 X J,0
= 0,42 cm I hari = 4,2 mm I hari
Dengan menggunakan Tabel 3.2. untuk t = 28°C diperoleh tekanan uap
air jenuh (interpolasi):
III. PENGUAPAN 87
3.6. Soal Latihan
1. Hitung radiasi netto yang diperlukan untuk evaporasi di daerah tropika
basah yang berada pada 0°LS pada bu\an Juni . Data yang dibcrikan
adalah a) tcmpcratur udara rcrata T=30°C; b) kc\embaban relatif
r=75%; c) koefisien refleksi pennukaan a =25%; dan d) n/N = 80%.
2. Hitung laju evaporasi dari pem1ukaan danau dengan luas permukaan S
juta meter persegi yang mempunyai temperatur 30°C, kelembaban
relatif 70%, dan kecepatan angin 3 mid, dengan menggunakan rnetode
Seyhan, Harbeck dan Chow. Semua data tersebut diukur pada
kctinggian 2,0 m di atas permukaan air.
3. Berdasar data seperti dalam Soal 1, hitung laju evaporasi dari
permukaan air dengan menggunakan metode keseimbangan energi,
jika diketahui rapat massa air rhow= 1000 kg/ m sup 3.
4. Diketaht.i temperatur rcrata bulanan di daerah yang tcrletak pada garis
lintang 0° (katulistiwa), seperti ditunjukkan dalam label di bawah.
Hitung evapotranspirasi potensial bulanan.
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept 0kt Nop Des
Tm(0 C) 25,5 25,5 26,0 26,5 27,0 28,0 29,0 30,0 30,0 29,0 28,0 27,5
88 HIDROLOGI TERAPAN
......... as: , - - - - - - -- -
1
cal/cm /d, kccepatan angin pada 2 m diatas pennukaan v2=150
kmlhari, kclembaban relatif 50%.
8. Gunakan metode Blaney-Criddle (dengan koreksi Doorenbos clan
Pruitt) untuk menghitung evapotranspirasi tanaman referensi selama
bulan Juli untuk Iokasi geografis 40° lintang utara, dengan temperatur
harian rerata 25°C. Dianggap high actual insolation time, kelembaban
relatif 70% dan kecepatan angin siang hari 1 mid.
9. Gunakan metode Thomthwaite untuk menghitung evapotranspirasi
potensial selama bulan Mei untulc lokasi yang berada pada garis
lintang 35°LU, dengan temperatur bulanan rerata berikut dalam °C
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ae:s Sept 0kt Nov Des
6 8 10 12 15 20 25 20 16 12 10 8
89
DI. PENGUAPAN
••
90
HlDROLOGITERAPAN
BAB IV
INFILTRASI
4.1. Umum
Infiltrasi adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah.
Di dalan1 tanah air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran antara
(interjlow) menuju mata air, danau dan sungai; atau secara vertikal, yang
dikenal dengan perkolasi (percolation) menuju air tanah. Gerak air di da-
lam tanah melalui pori-pori tanah dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan ga-
ya kapiler. Gaya gravitasi menyebabkan aliran selalu menuju ke tempat
yang lebih rendah, sementara gaya kapiler menyebabkan air bergerak ke
segala arah. Air kapiler selalu bergerak dari daerah basah menuju ke dae-
rah yang lebih kering. Tanah kering mempunyai gaya kapiler lebih besar
daripada tanah basah. Gaya tersebut berkurang dengan bertambahnya ke-
lembaban tanah. Selain itu, gaya kapiler bekerja lebih kuat pada tanah de-
ngan butiran halus seperti lempung daripada tanah berbutir kasar seperti
pasir. Apabila tanah kering, air terinfiltrasi melalui permukaan tanah ka-
rena pengaruh gaya gravitasi dan gaya kapiler pada seluruh permukaan.
Setelah tanah menjadi basah, gerak kapiler berkurang karena berku-
rangnya gaya kapiler. Hal ini menyebabkan penurunan laju infiltrasi.
Sementara aliran kapiler pada lapis permukaan berkurang, aliran karena
pengaruh gravitasi berlanjut mengisi pori-pori tanah. Dengan terisinya
pori-pori tanah, laju infiltrasi berkurang secara berangsur-angsur sampai
dicapai kondisi konstan; di mana laju infiltrasi sama dengan laju perko-
lasi melalui tanah.
IV. INFILTRASI 91
jiP
Waktu
92 HIDROLOGI TERAPAN
tinggi tckanan total yang mcnyebabkan aliran adalah D+l. Tahanan
tcrhadap aliran yang diberikan olch tanah adalah sebanding dengan tebal
lapis jcnuh air L. Pada awal hujan, dimana l adalah kecil dibanding D,
tinggi tekanan adalah besar dibanding tahanan terhadap aliran, sehingga
air masuk kc dalam tanah dengan cepat. Sejalan dengan waktu, L
bertambah panjang sampai melebihi D, sehingga tahanan terhadap aliran
semakin besar. Pada kondisi tersebut kecepatan infiltrasi berkurang.
Apabila L sangat lebih besar daripada D, perubahan L mempunyai penga-
ruh yang hampir sama dengan gaya tekanan dan hambatan, sehingga laju
infiltrasi hampir konstan.
-
-.,,-
l
D
Genangan
air
Muka tanah l
lL
lllll lll Tanah jenuh
1
Tanah tak jenuh
2. Kelembaban tanah
Jumlah kadar air tanah mempengaruhi kapasitas infiltrasi. Ketika air
jatuh pada tanah kering, permukaan atas dari tanah tersebut menjadi
basah, sedang bagian bawahnya relatif masih kering. Dengan demikian
terdapat perbedaan yang besar dari gaya kapiler antara permukaan atas
tanah dan yang ada di bawahnya. Karena adanya perbedaan tersebut,
maka terjadi gaya kapiler yang bekerja bersamasama dengan gaya berat,
sehingga air bergerak ke bawah (infiltrasi) dengan cepat. Dengan
bertambahnya waktu, permukaan bawah tanah menjadi basah, sehingga
perbedaan gaya kapiler berkurang, sehingga infiltrasi berkurang. Selain
itu, ketika tanah menjadi basah koloid yang terdapat dalam tanah akan
mengembang dan menutupi pori-pori tanah, sehingga mengurangi
kapasitas infiltrasi pada periode awal hujan.
IV. INFILTRASI 93
------~;;:;:a.....,.
3. Pemampatan ofeh hujan
Ketika hujan jatuh di atas tanah, butir tanah mengalami pemadatan
oleh butiran air hujan. Pemadatan tersebut mengurangi pori-pori tanah
yang berbutir halus (seperti lempung), sehingga dapat mengurangi
kapasitas infiltrasi. Untuk tanah pasir, pengaruh tersebut sangat kecil.
5. Tanaman penutup
Banyaknya tanaman yang menutupi permukaan tanah, seperti rumput
atau hutan, dapat menaikkan kapasitas infiltrasi tanah tersebut. Dengan
adanya tanaman penutup, air hujan tidak dapat rneman1patkan tanah, dan
juga akan terbentuk lapisan humus yang dapat menjadi sarang/tempat
hidup serangga. Apabila terjadi hujan lapisan humus mengembang dan
lobang-lobang (sarang) yang dibuat serangga akan menjadi sangat
permeabel. Kapasitas infiltrasinya bisa jauh lebih besar daripada tanah
yang tanpa penutup tanaman.
6. Topografi
Kondisi topografi juga mempengaruhi infiltrasi. Pada lahan dengan
kemiringan besar, aliran permukaan mempunyai kecepatan besar
sehingga air kekurangan waktu untuk infiltrasi. Akibatnya sebagian besar
air hujan menjadi aliran permukaan. Sebaliknya, pada lahan yang datar
air menggenang sehingga mempunyai waktu cukup banyak untuk
infiltrasi.
7. lntensitas hujan
Intensitas hujan juga berpengaruh terhadap kapasitas infiltrasi. Jika
intensitas hujan / lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi
aktual adalah sama dengan intensitas hujan. Apabila intensitas hujan
lebih besar dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi aktual sama
dengan kapasitas infiltrasi.
94 HIDROLOGI TERAPAN
--------
1. lnfiltrometer genangan
Infiltrometer genangan yang banyak digunakan adalah dua silinder
konsentris atau tabung yang dimasulckan ke dalam tanah. Untuk tipe
pertama, dua silinder konsentris yang terbuat dari logam dengan diameter
antara 22,5 dan 90 cm ditempatkan dengan sisi bawahnya berada
beberapa sentimeter di bawah permukaan tanah seperti terlihat dalam
Gambar 4.3. Ke dalam kedua ruangan diisikan air yang selalu dijaga pada
elevasi sama. Fungsi dari silinder luar adalah untuk mencegah air di
dalam ruang sebelah dalam menyebar pada daerah yang lebih besar
setelah merembes di bawah dasar silinder. Kapasitas infiltrasi dan
perubahannya dapat ditentukan dari kecepatan penambahan air pada
silinder dalam yang diperlukan untuk mempertahankan elevasi konstan.
lnfiltrometer tipe kedua terdiri dari tabung dengan diameter sekitar
22,5 cm dan panjang 45 sampai 60 cm yang dimasukkan ke dalam tanah
sampai kedalaman minimum sama dengan kedalaman di mana air
meresap selama percobaan (sekitar 37,5 sampai 52,5 cm), sehingga tidak
terjadi penyebaran. Laju air yang harus ditambahkan untuk menjaga
kedalaman yang konstan di dalam tabung dicatat.
Infiltrometer genangan ini tidak memberikan kondisi infiltrasi yang
sebenarnya terjadi di lapangan, karena pengaruh pukulan butir-butir hujan
tidak diperhitungkan dan struktur tanah di sekeliling dinding silinder
telah terganggu pada waktu pemasukannya ke dalam tanah. Tetapi
meskipun mempunyai kelemahan, alat ini mudah dipindah dan dapat
digunakan untuk mengetahui kapasitas infiltrasi di titik yang dikehendaki
sesuai dengan tata guna lahan, jenis tanaman dan sebagainya.
IV. INFILTRASI 95
---------.... ,,
-
-=
- //A"-"-
//A"-"-
I I I
I I I
I I I
I I I I I I \ I I I
I I I I I \ \ I I I
I I I I I \ \ I I I
I I I I \ \ \
I I I \ \ '
Gambar. 4.3. Infiltrometer genangan
2. Simulator hujan
Untuk mengurangi kelemahan dari pengggunaan alat di atas, dibuat
hujan tiruan dengan intensitas merata yang lebih tinggi dari kapasitas
infiltrasi. Luas bidang yang disiram adalah antara 0, 1 sampai 40 m 2.
Besamya infiltrasi dihitung dengan mencatat besamya hujan dan
limpasan.
Gambar 4.4. adalah sket simulator hujan. Hujan tiruan dengan inten-
sitas hujan I jatuh pada bidang yang akan dicari kapasitas infiltrasinya.
Intensitas hujan lebih besar dari kapasitas infiltrasi f sehingga terjadi
genangan di atas permukaan tanah. Pada suatu saat genangan air akan
meluap dan luapan air ditampung dalam ember. Dengan mengetahui
intensitas hujan I, volume tampungan dalam ember dan tinggi genangan,
maka akan dapat dihitung kapasitas infiltrasif
)\.---
__ - ~
ember
Gambar4.4. ~ _ , / ' penampung
96 HIDROLOGI TERAPAN
4.4. Kapasitas lnfiltrasi
Ketika air hujan terkumpul di atas permukaan tanah, air tersebut akan
terinfillrasi me lalui permukaan dan masuk ke dalarn tanah dengan laju
infiltrasi awal (/u) yang nilainya tergantung pada kadar air tanah saat itu.
Ocngan berlanjutnya hujan , laju infiltrasi berkurang karena tanah menjadi
Iebih basah. Laju infiltrasi sebagai fungsi waktu diberikan oleh Horton
(1940) dalam Persamaan (4.1) dan Gambar 4 .5. berikut:
ft =fc + (/o - fc) C- kt ( 4 . ])
dengan:
ft : kapasitas infiltrasi pada saat ke t
Jo : kapasitas infiltrasi awal
fc : kapasitas infiltrasi konstan, yang tergantung pada tipe tanah
k : konstanta yang menunjukkan laju pengurangan kapasitas infil-
trasi.
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa apabila suplai hujan melam-
paui kapasitas infiltrasi, infiltrasi berkurang secara eksponensial.
Konstanta k merupakan fungsi tekstur permukaan. Jika pada permu-
kaan ada tanaman nilai k kecil, sedang jika tekstur permukaan halus
seperti tanah gundul nilai tersebut besar.
Parameter Jo danfc adalah fungsi jenis tanah dan tutupan. Untuk tanah
berpasir atau berkerikil nilai tersebut tinggi, sedang tanah berlempung
yang gundul nilainya kecil, dan apabila permukaan tanah ada rumput
nilainya bertambah.
Jumlah total air yang terinfiltrasi pada suatu periode tergantung pada
laju infiltrasi dan fungsi waktu. Apabila laju infiltrasi pada suatu saat
adalah ./{t), maka infiltrasi kumulatif atau jumlah air yang terinfiltrasi
adalah F(t). Laju infiltrasi dan jumlah air yang terinfiltrasi adalah:
IV. INFILTRASI 97
e to
a,
'[
-E
---i---------=-~-=-:__=-:_:-::_,......._ _ __
I
I
~
I
I
0 Waktu
(4.4)
98 HIDROLOGI TERAPAN
mcngurangkan kapasitas infilt_rasi terhada_p i~tensitas hujan (Gambar 4. ).
7
Dalam gambar terscbut, bagian yang d1ars1r adalah bagian dari hujan
yang berubah menjadi aliran permukaan, yaitu curah hujan dikurangi
dcngan kapasitas infiltrasi.
(a)
f I
f(t) = Jr(u)du
0
0 Waktu
F
(b)
◄-----·-··
F(t) i
'
'
O t Waktu
curah hujan
curah
hujan dan
lnfiltrasi
(cm/jam)
Kurva kapasitas
infiltrasi
Waktu Oam)
Gambar 4.7. Kapasitas infiltrasi dan intensitas hujan
IV. INFILTRASI 99
---- -
Contoh 1
Dalam percobaan dengan menggunakan alat infiltrotn eter genangan,
kapasitas infiltrasi di suatu daerah pada interval waktu tcrtentu diberikan
oleh tabel berikut.
Waktu (jam) 0 0,25 0,5 0,75 1,0 1,25 1,5 1,75 2,0
Kapasitas infiltrasi ft
10,4 5,6 3,2 2, 1 1,5 1,2 1, 1 1,0 1,0
(cm/jam)
Penyelesaian
Persamaan (4.1) dapat ditulis dalam bentuk:
1 1
t = kl log(/, - fc) +kl log(fo - fc)
oge oge
Persamaan tersebut mempunyai bentuk:
y = mx+c
100
HIDROLOGITERAPAN
t 2
Dari persamaan (4.1) dan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai
fc= 1,0. Selanjutnya hitungan dilakukan dengan menggunakan tabel
berikut:
----.;;...... .
-
t Uam) l/6 l /2 l 2 3
J; (cm/jam) 6,53 2,92 1,39 1,02 1,00
= 5,96 cm / 3jam
102 HIDROLOGITERAPAN
dcngan
F : infiltrasi total
P : hujan total
Q : aliran permukaan total
Tr : waktu terjadinya hujan.
Contoh 2
Distribusi hujan berikut diukur selama hujan 6 jam.
Jam 0 I 2 3 4 5 6
Intensitas hujan (cm/j) 0,5 1,5 1,2 0,3 1,0 0,5
Penyelesaian
Dari distribusi hujan, hujan total adalah P = 5 cm; sehingga kehi-
langan yang disebabkan oleh infiltrasi adalah: F = P - Q = 5 - 2 = 3 cm.
Dengan menggunakan gambar di bawah; indeks <l> dihitung dengan cara
coba banding. Dianggap nilai <I> berada antara 0,5 dan 1,0 cm/jam. De-
ngan menyamakan luas histogram yang diarsir dan kedalaman limpasan,
dapat diperoleh nilai <I>:
(1,5 - <I>) x I + (1,2 - <I>) x I + (1,0 - <l>) x I =2 cm
_3
E
('0
"~E
C Kedalaman limpasan = 2 cm
('0
(arsir)
":5' 2
.c
-
1/)
('0
.iii
-
C
(I)
C
1
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Waktu Oam)
104 HIDROLOGITERAPAN
5. Distribusi hujan di suatu DAS diberikan dalam tabel di samping.
Apabila kedalaman runoff adalah 40 mm, hitung indeks <I>.
Walctu (jam) 0 0,25 0,5 0,75 1,0 1,25 1,5 1,75 2,0
Kapasitas infiltrasi ft ( cm/jam) 10,9 6,1 3,7 2,6 2,0 1,7 1,6 l.5 1,5
7. Intensitas hujan yang dicatat setiap 20 menit selama 140 menit adalah:
2,5; 2,5; 10,0; 7,5; 1,25; 1,25; 5,0 cm/jam. Diketahui <I> indeks adalah
3,2 cm/jam. Hitung runoff dan kedalaman hujan total dalam cm.
_________ ,_
106 HIDROLOGI TERAPAN
r
BAB V
HID RO ME TRI
5.1. Pendahuluan
Debit aliran sungai, diberi notasi Q, adalah jumlah air yang mengalir
n1elalui tampang lintang sungai tiap satu satuan waktu, yang biasanya di-
nyatakan dalam meter kubik per detik (m 3/d). Debit sungai, dengan dis-
tribusinya dalam ruang dan waktu, merupakan informasi penting yang di-
perlukan dalam perencanaan bangunan air dan pemanfaatan sumberdaya
air. Mengingat bahwa debit aliran sangat bervariasi dari waktu ke waktu,
maka diperlukan data pengamatan debit dalam waktu panjang.
Debit di suatu lokasi di sungai dapat diperkirakan dengan cara ber-
ikut:
1. pengukuran di lapangan (di lokasi yang ditetapkan),
2. berdasarkan data debit dari stasiun di dekatnya,
3. berdasarkan data hujan,
4. berdasarkan pembangkitan data debit.
Pengukuran debit di lapangan dapat dilakukan dengan membuat stasi-
un pengamatan atau dengan mengukur debit di bangunan air seperti hen-
dung dan peluap. Pada pembuatan stasiun pengamatan debit, parameter
yang diukur adalah tampang lintang sungai, elevasi muka air dan kecepat-
an aliran. Selanjutnya, debit aliran dihitung dengan mengalikan luas
tampang dan kecepatan aliran. Untuk mendapatkan hasil yang teliti, lebar
sungai dibagi menjadi sejumlah pias, dan diukur kecepatan aliran pada
vertikal di setiap pias. Apabila di sungai terdapat bangunan air, misalnya
V. HIDROMETRI 107
-
bendung, debit sungai dapat dihitung dcngan mcngukur tinggi muka air di
atas puncak bcndung; bcrdasar rumus pcluapan yang bcrlaku untuk
bangunan tersebut.
Sering di suatu lokasi yang akan dibangun bangunan air tidak terda-
pat pencatatan debit sungai dalarn waktu panjang. Dalam kcadaan terse-
but terpaksa debit dipcrkirakan berdasar l) debit di lokasi lain pada su-
ngai yang sama, 2) debit di lokasi lain pada sungai di sekitamya, 3) debit
pada sungai lain yang berjauhan tetapi mempunyai karakteristik yang
sama, seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.1 .a. Debit di lokasi yang ditin-
jau dihitung berdasar perbandingan luas DAS yang ditinjau dan DAS sta-
siun referensi.
dengan:
QA : debit di stasiun A yang dicari (pada DAS yang sama dengan sta-
siun B)
Q8 : data debit di stasiun B yang sudah diketahui
Qc: debit di stasiun C yang dicari (pada DAS yang berbeda dengan
stasiun B, tetapi mempunyai arakteristik DAS yang serupa)
AA : luas DAS di stasiun A
As : luas DAS di stasiun B
Ac : luas DAS di stasiun C
a= t (p)
t Q = f (p, I, E, ...)
(b)
_ 2000 .+------,/4A---A---........l-~-~-.l-~-'-'--J1
E
.s 1500
~ -+--H---'------+----1..-~'--------1~~
3'
:::c
(c)
V. HIDROMETRI 109
-
Dari persamaan yang dipcroleh dihitung debit aliran bcrdasar data hujan,
yang biasanya mempunyai pencatatan dalam waktu lcbih panjang.
Metode regresi, Mock dan Model Tangki adalah contohnya, y ang biasa.
nya digunakan untuk menurunkan debit bulanan atau sctcngah bulanan.
Sedang hidrograf adalah grafik yang mcmbcrikan hubungan antara debit
dan waktu. Hidrograf tersebut diturunkan dari data hujan dan debit aliran
yang berkaitan.
Debit aliran juga dapat diperkirakan berdasar data debit dari pencatat-
an yang telah lalu dengan menggunakan model deret berkala (Gambar
5.1.c), seperti model Thomas-Fearing, autoregresi (autoregresive, AR),
autoregresi re-rata bergerak (autoregresive moving average, ARMA),
autoregresi rerata bergerak terpadu (autoregresive integrated moving
average, ARIMA), dsb. Model-model tersebut dikembangkan dengan
maksud untuk meniru-kan sifat-sifat statistik utama dari deret berkala
hidrologi, dan kemudian menurunkan deret (debit) sintetis yang dapat
digunakan untuk perencana-an dan/atau pengoperasian suatu sistem. Dari
beberapa cara perkiraan debit sungai tersebut, dalam bah ini hanya akan
dibahas lebih rinci mengenai pengukuran debit di stasiun pengamatan.
"'" ,..,
-
•
Distribusi Kecepatan
pada vertikal
Oistribusi Kecepatan
melintang sungai
V. HIDROMETRI 11 1
________ ,,
Distribusi kecepatan pada vcrtikal mcmpunyai bcntuk parabolis dc-
ngan keccpatan nol di dasar dan bcrtam-bah bcsar dcngan jarak mcnuju
ke pennukaan. Dalam arah lebar sungai, kecepatan aliran di kedua tebing
adalah nol, dan semakin ke tengah kecepatan semakin bertambah besar.
Dengan memperhatikan distribusi tersebut, maka pengukuran kecepatan
harus dilakukan di beberapa vertikal dalam arah lebar sungai dan bebera-
pa titik pada vertikal. Semakin banyak vertikal dan titik pengukuran akan
memberikan hasil semakin baik. Dari data kecepatan di beberapa titik
pada vertikal dihitung kecepatan reratanya dengan menyamakan luasan
distribusi kecepatan terukur dengan luasan kecepatan rerata pada seluruh
kedalaman.
Mengingat bahwa sungai mempunyai bentuk tampang lintang yang
tidak teratur dan kecepatan aliran juga tidak seragam pada seluruh tam-
pang, maka pengukuran debit sungai dilakukan dengan membagi tam-
pang sungai menjadi sejumlah pias. Di setiap pias diukur luas tampang
dan kecepatan reratanya. Debit aliran diberikan oleh bentuk berikut:
Q= l: av (5.1)
dengan:
a : luasan dari setiap pias
v : kecepatan rerata di setiap pias
I
5.3. Pengukuran Debit
Pengukuran debit sungai dilakukan dengan pemasangan alat di suatu
lokasi di sungai yang ditetapkan, yang memungkinkan pengamatan secara
kontinyu dan teratur elevasi muka air dan debit serta data lainny"7 seperti
angkutan sedimen dan salinitas. Pengukuran debit dilakukan dengan
langkah-langkah berikut ini.
l. Pemilihan lokasi stasiun pengukuran.
2. Pengukuran kedalaman sungai.
3. Pengukuran elevasi muka air secara kontinyu atau harian.
4. Pengukuran kecepatan aliran.
5. Hitungan debit.
112
HlDROLOGITERAPAN
11
6. Mcmbuat rating cun1e yaitu hubungan antara elevasi muka air dan
debit.
I
4'
7. Dari rating curve yang tclah dibuat pada langkah ke 6, dicari debit
aliran bcrdasar pcncatatan clcvasi muka air.
8. Prcscntasi <lan publikasi data tcrukur dan tcrhitung.
Langkah-langkah pcngukuran tcrsebut akan dijelaskan lebih nnc 1
dalam sub bab bcrikut ini.
1. Bak ukur
Untuk sungai yang dangkal, bak ukur yang telah diberi skala dan plat
di bagian bawahnya dimasukkan ke dalam sungai sampai plat dasar
mencapai dasar sungai. Papan tersebut dapat ditegakkan dengan bantuan
perahu atau oleh orang jika sungai dangkal. Kedalaman air dibaca pada
skala di bale ukur tersebut. Biasanya hasil pengukuran diberikan dalam
V. HIDROMETRI 113
.-
,
Teodolit
'\
de =(l-cos0)ab (5.2)
cos0
Sudut vertikal
b ----
\
\
\
\
\
\
Aliran - \
\
\
\
\
\
b f
f
Gambar 5.4. Pengukuran kedalaman dan kecepatan dengan current meter
V. HIDROMETRI 115
Tabcl 5.2. Korck i di bawah muka air (wet-line correction)
Sudut Vertikal Sudut V crtikal
Korcksi (%) Korcksi (%)
0(0) 0(°)
4 0,06 18 1,64
6 0, 16 20 2,04
8 0,32 22 2,48
10 0,50 24 2,96
12 0,72 26 3,50
14 0,98 28 4,08
16 1,28 30 4,72
Contoh
Dalam pengukuran kedalaman rnenggunakan tali dengan pemberat,
kedalaman total tali (lihat Gambar 5.4) aef adalah 7,68 m. Kedalaman
dari titik tetap (a) ke perrnukaan air adalah 3, 14 m. Sudut kemiringan tali
terhadap vertikal adalah 8 = 24°. Berapakah kedalaman air sesungguh-
nya.
Penyelesaian
Penyelesaian dilakukan dengan memperhatikan Gambar 5.4.
.......----------
,.,.
ae.f = 7,68 m
ab = 3, 14 m
Dari Tabel 5. 1. untuk 0 = 24° dan ab = 3,14 m diperoleh:
Koreksi di udara = 9,46% x 3, 14 = 0,297 m
Kedalaman tali basah
e.f = aef- (ab + koreksi di udara)
3. Echosounder
Pada sungai yang lebar dan dalam, pengukuran tampang lintang dapat
dilakukan dengan menggunakan echosounder. Selain itu alat ini juga da-
pat digunakan untuk mengukur bathimetri (kedalaman) laut. Cara kerja
alat ini didasarkan pada prinsip bahwa I) air merupakan media yang baik
untuk perambatan gelombang suara dengan kecepatan ± 1435 mid; 2)
gelombang suara dapat dipantulkan dengan baik oleh dasar sungai.
Alat echosounder dipasang pada dasar kapal atau digantung pada sisi
kapal. Alat tersebut memancarkan getaran suara yang merambat ke dasar
sungai, dan kemudian dipantulkan kembali. Gelombang pantulan tersebut
diterima dan dicatat oleh alat. Selang waktu antara pemancaran dan
penerimaan getaran dapat memberikan kedalaman air yang kemudian
direkam pada kertas pencatat. Dengan alat ini dapat diperoleh hasil profil
dasar sungai secara kontinyu. Ada beberapa jenis echosounder
diantaranya adalah echosounder Elac 30 kc, Raytheon DE 719 B dan
Furuno 200 Mark III. Echosounder Elac 30 kc dapat membedakan jenis
V. HIDROMETRI 117
bahan dasar sungai seperti lumpur, lempung atau pasir, schingga dapat
mempcrkirakan tcbal lapis lumpur. Mcngingat alat ini cukup bcrat n1aka
diperlukan perahu/kapal cukup besar untuk dapat mcnggunakannya.
Raytheon DE 719 B dapat digunakan untuk berbagai survai bathimetri
asal tidak diperlukan penetrasi ke lapis dasar (mengetahui jenis tanah
Iapis dasar). Furono 200 Mark Ill rnempunyai ukuran kecil dan ringan
schingga mudah dibawa dan diangkut serta dapat dipasang pada kapal
kccil.
l. Papan duga
Papan duga merupakan alat paling sederhana untuk mengukur elevasi
muka air. Alat ini terbuat dari kayu atau plat baja yang diberi ukuran ska-
la dalam sentimeter; yang dapat dipasang di tepi sungai atau pada suatu
bangunan seperti jembatan, bendung, dan sebagainya. Angka nol pada
papan duga ditempatkan pada titik terendah dari skala sehingga semua
pembacaan adalah positip. Gambar 5.5. adalah pembagian ukuran papan
duga Pemasangan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga elevasi mu-
ka air tertinggi sampai terendah bisa terbaca. Di suatu sungai di mana
perbedaan elevasi muka air tertinggi dan terendah besar, maka pema-
sangan papan duga dapat dilakukan secara bertingkat. Untuk sungai yang
mempunyai tebing teratur atau saluran buatan, papan duga dapat dipasang
secara miring pada tebing dengan skala ukuran memperhatikan kemi-
ringan tebing. Gambar 5.6. menunjukkan penempatan papanduga secara
vertikal, bertingkat dan miring.
-
.-. 9 I 0,7m
..-
I
--- 8 I
I
I
...-
I
7 rl I
:;=-- } 10mmJ ◄ I
I
·::"' 56 - I.
i , I
I
':""
-
:=-4
I I
I 0,6m
..
--.-.. 3
10 mmI
I I
I
I
.- .. 2 I I
-...- 1
I I
l ◄ I
I
IF I
~
I
0,5 m
H 150 mm M
---
V
--- V
if·• ·: ·(;
• ••· -: .~ ':'- ':'>-
119
V. HIDROMETRI
----a:.;;:.....
Pcngamatan clcvasi muka air pada papan duga biasanya dilakukan
sckali dalam schari. Mcskipun pcnggunaan alat ini murah, tctapi n1cmpu-
nyai kelemahan yaitu tidak tercatatnya muka air pada jam-jam lain yang
mungkin mempunyai informasi pcnting, rnisalnya puncak banj ir. Untuk
mendapatkan infom1asi tcrscbut, rnaka pada waktu tcrjadi banjir (apabila
kondisi memungkinkan) perlu dilakukan lebih banyak penga1natan.
kan dalam Gambar 5.7. Hasil pencatatan bcrupa grafik fluktuasi muka air
sungai scbagai fungsi waktu. Dengan rnengaitkan elevasi muka air terse-
•
but dcngan tampang melintang sungai dapat dihitung luas tampang aliran.
Pi1a pengukur
Katup
l . Pelampung
Pengukuran ke~epatan a~s secara langsung dapat dilakukan dengan
menggunakan pelampung, yaitu dengan mengukur selang waktu yang
diperlukan oleh pelampung untuk menempuh suatu jarak tertentu. Biasa-
nya cara ini dilakukan pada waktu banjir di mana pemakaian current
meter sulit dilakukan, atau pada survai pendahuluan.
Seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.8, pengamat berada pada tam-
pang B dan C yang berjarak L. Panjang L adalah sekitar empat sampai Ii-
ma kali lebar sungai. Beberapa pelampung disebar secara merata pada
V. HIDROMETRI 121
----► - ........ .
lcbar sungai, dan posisinya tcrhadap tcbing sungai dicatat. Pclampung.
pclampung terscbut dimasukkan kc dalam sungai pada tan1pang A yang
berada di sebelah hulu tampang B, sehingga pada saat pelampung sampai
di tampang B kecepatannya sudah sesuai dcngan kcccpatan arus. Untuk
mernasukkan pelampung kc sungai di tampang A bisa dilakukan dari jem-
batan, kabel yang melintang sungai, atau perahu jika sungai besar. De-
ngan rncngetahui panjang L dan waktu yang dipcrlukan (t) olch pelam-
pung untuk melintas dari tampang B sampai C, dapat dihitung kecepatan
aliran dengan persamaan berikut:
(5.3)
Tebing
kiri
Lintasan
. /4 Pelampung
.. ,
~
C
, •
L I '
• I
',
'
"''• B
', '
••
', ' A
,' IV '
llI 11
'
I
~
122
HIDROLOGI TERAPAN
I ;
2. Current meter
V. HIDROMETRI 123
____ .... ._
v : kccepatan arus (mid)
n : jumlah putaran per dctik
sumbu
kawat
CJ
kotak kon~ j Tipe mangkok
mangkok
~ ~~
Aliran
baling-baling
0--
◄--
sumbu
Gambar 5.10. Menunjukkan bentuk current meter tipe mangkok dan baling-
baling (Dandekar, 1991 ).
...
a. Mctodc satu titik, yang hanya dapat digunakan untuk air dangkal di
mana mctodc dua titik atau lebih tidak bisa dilakukan (Gambar
5. 11 .a). Kecepatan diukur pada 0,6 kedalarnan air.
V = Vo'Gd (5.6.a)
'Q'
I
d 1 = 0,2 D
I
d, = 0,20 ,
Uo
)
d = 0,6 D
d = 0,8 D
D
D
Uo,6
d = 0,8 D
(5.6.b)
c. Metode tiga titik, yang menghitung kecepatan rerata berdasar
kecepatan pada 0,2; 0,6 dan 0,8 kedalaman (Garnbar 5.1l.c).
V. HIDROMETRI 125
5.5. Hitungan Debit
Pengukuran debit sungai dilakukan dengan tnembagi lebar sungai
menjadi sejumlah pias, dengan lebar dapat dibuat san1a atau bcrbeda.
Kecepatan aliran dan kedalaman air diukur di masing-n1asing pias, yaitu
pada vertikal yang mewakili pias tersebut. Debit di setiap pias dihitung
dengan mcngalikan kecepatan rerata dan luas tampang alirannya. Debit
sungai adalah jumlah debit di seluruh pias. Ada bebcrapa metode untuk
menghitung debit diantaranya adalah metode tampang tengah, tampang
rerata, integrasi kedalaman-kecepatan, dan kontur kecepatan. Berikut ini
dijelaskan masing-masing metode tersebut.
- - - - - bJ
I• b, ••
j.---b,--+I
Measuring
1
W
,-l-~-5£-W3j>
point
-(~+~)(d
q 3-4 - 2
3 +d 4
2 ) W3
V. HIDROMETRI 127
Secara umum debit melalui pias x dan x+ 1:
(5 .8)
Debit total adalah jumlah debit di seluruh pias. Untuk pias yang ber-
dampingan dengan kedua tebing sungai, persamaan di atas dapat diguna-
kan, di mana kecepatan pada tebing adalah nol dan kedalaman pada titik
tersebut juga nol.
I
r:,.
--.. V
_§_
1)
~
1
Cl>
C:
Q)
I\
E
~
Q)
1)
d
Cl>
-:oc
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
V. HIDROMETRI 129
Pias 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2
Luas (m ) 3,3 6,75 9,3 10,2 10,8 8,25 6,75 4,8 3, 15 1,5
Keccpatan (mid) 0,18 0,19 0,23 0,24 0,21 0,2 0, 19 0, 18 0, 17 0, 1S
130
HIDROLOGITERAPAN
Jarak dari Kcdalaman Posisi alat Jumlah Waktu
titik awal (m) (m) ukur Putaran (detik)
4 0 0
6 0,4 0,6 45 59
8 0,85 0,6 52 61
10 1,58 0,2 58 62
0,8 46 61
12 I, 71 0,2 65 62
0,8 51 63
14 1, 17 0,2 51 62
0,8 39 60
16 0, 18 0,6 41 63
17 0,48 - -
6. Sclesaikan Soal no 5 dengan metode yang lain.
V. HIDROMETRI 131
-
132 HIDROLOGITERAPAN
BAB VI
LIMPASAN
6.1. Umum
Apabila intensitas hujan yang jatuh di suatu DAS melebihi kapasitas
infiltrasi, setelah laju infiltrasi terpenuhi air akan mengisi cekungan-ce-
kungan pada perrnukaan tanah. Setelah cekungan-cekungan tersebut pe-
nuh, selanjutnya air akan mengalir (melimpas) di atas permukaan tanah.
Limpasan permukaan (surface runoff) yang merupakan air hujan yang
mengalir dalam bentuk lapisan tipis di atas pennukaan lahan akan masuk
ke parit-parit dan selokan-selokan yang kemudian bergabung menjadi
anak sungai dan akhirnya menjadi aliran sungai. Di daerah pegunungan
(bagian hulu DAS) limpasan permukaan dapat masuk ke sungai dengan
cepat, yang dapat menyebabkan debit sungai meningkat. Apabila debit
sungai lebih besar dari kapasitas sungai untuk mengalirkan debit maka
akan terjadi luapan pada tebing sungai sehingga terjadi banjir. Di DAS
bagian hulu di mana kemiringan lahan dan kemiringan sungai besar, atau
di suatu DAS kecil kenaikan debit banjir dapat terjadi dengan cepat, se-
mentara pada sungai-sungai besar kenaikan debit terjadi lebih lambat un-
tuk mencapai debit puncak.
Banjir yang terjadi setiap tahun di banyak sungai di Indonesia menye-
babkan kerugian yang sangat besar, baik berupa korban jiwa maupun ma-
teriil. Beberapa variabel yang ditinjau dalam analisis banjir adalah volu-
2000 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
0 --------...::::=------------'~~-~
.L
.
Jan Feb Mar Aor Mei Jun Jul Ags Sep 0kt Nop Des
Bulan
1,. . ._ _ _ _ _iiiii_ _ _ _ _ _ __
BENGAWAN SOLO BABAT
NO POS OUGA AIR: 2-55-23-4
TAHUN: 1994
BESARNY A A URAN DITENTUKAN BERDASARKAN LENG KUNG ALIRAN 0 . 12/06/95 YANG DIBUAT MENU RUT DATA
PENGUKURAN ALIRAN DARI TAHUN 1984 SAMPAI DENGAN TAHUN 1995
CATATAN
PENG UK URAN ALIRAN MASIH KURANG TE RUTAMA UNTUK MUKA AIR TINGGI, AIR TERTINGGI YANG PERNAH
DIUKUR PADA 7.03 M DENGAN Q = 1057 M3/IJET TANGGAL 15/01/1987
DATA TAHUNAN
RATA-RATA : 326 ALIRAN KM2 (LJOET) : 20.0 TINGGI ALIRAN (MM) ; 626 METER KUBIK (10""' 6) : 101~
135
VI. LIMPASAN
.... ,.
Dengan mengetahui data debit dan data hujan di stasiun-stasiun pc-
nakar hujan yang berpengaruh pada DAS yang ditinjau, maka dapat dicari
hubungan antara hujan yang jatuh dan debit ah ran yang tcrjadi. Pengalih-
ragaman dari data hujan menjadi debit aliran dapat dibcdakan untuk debit
banjir dan debit rendah (kekeringan). Untuk yang pcrtan1a pcngalih-ra-
gaman dapat dilakukan dengan menggunakan metode rasional, hidrograf,
hidrograf satuan sintetis (Snyder, Gama I, Nakayasu, dsb ); scdang yang
kedua dapat dilakukan dengan mctode rcgrcsi, Mock, Tangki, dan seba-
gamya.
Dalam bab ini akan diberikan beberapa metode untuk memperkirakan
debit aliran berdasar data hujan. Dalam analisis debit puncak, metode ra-
sional digunakan pada DAS kecil, misalnya untuk perencanaan sistem
drainasi kota; sedang analisis hidrograf digunakan untuk DAS besar/
sedang.
Limpasan dinyatakan dalam volume atau debit. Satuan dari volume
limpasan adalah meter kubik, sedang debit adalah volume per satuan
waktu yang melalui suatu luasan tertentu, dan dinyatakan dalam meter
kubik per detik.
Di dalam hidrologi, sering limpasan dinyatakan dalam satuan keda-
laman. Hal ini dilakuk:an dengan membagi volume limpasan dengan luas
DAS untuk memperoleh kedalaman limpasan ekivalen yang terdistribusi
pada seluruh DAS.
136
HIDROLOGI TERAPAN
-
•
hujan
1111
infillrasi
perkolasi
Aliran antara (inter.flow) adalah aliran dalam arah lateral yang terjadi
di bawah permukaan tanah. Aliran antara terdiri dari gerakan air dan Ie-
ngas tanah secara lateral menuju elevasi yang lebih rendah, yang akhimya
masuk ke sungai. Proses aliran antara ini lebih lambat dari aliran permu-
kaan, dengan tingkat kelambatan dalam beberapa jam sampai hari.
Aliran air tanah adalah aliran yang terjadi di bawah pennukaan air
tanah ke elevasi yang lebih rendah yang akhirnya menuju ke sungai atau
langsung ke laut. Air hujan yang terinfiltrasi melalui pennukaan tanah
sebagian menjadi aliran antara dan sebagian yang lain mengalir ke bawah
(perkolasi) sehingga mencapai muka air tanah. Muka air tanah mempu-
nyai kemiringan yang sangat kecil, dan aliran air se arah dengan kemi-
ringan tersebut menujuke sungai sebagai aliran dasar (base flow) . Proses
aliran air tanah ini lebih lambat dari aliran antara, dengan tingkat kelam-
batan dalam mingguan sampai tahunan.
Semua tipe aliran tersebut memberi sumbangan pada aliran sungai.
Limpasan permukaan mulai terjadi segera setelah hujan, aliran antara
agak lambat dan aliran air tanah yang paling lambat sampai ke sungai.
Apabila terjadi hujan pada suatu daerah, aliran pennukaan dan aliran an-
tara yang dihasilkannya akan mencapai sungai dalam hitungan jam sam-
pai hari, sedang tanggapan dari aliran air tanah baru terjadi dalam hitung-
an minggu, bulan dan bahkan tahun. Oleh karena itu dalam analisis hidro-
logi, aliran permukaan dan aliran antara dapat dikelornpokkan menjadi
satu yang disebut aliran langsung; sedang aliran air tanah disebut dengan
- musim kering
sepanjang
.5 tahun
musim kemarau
Q = b (P-Pa) (6.1)
dengan:
Q : kedalaman limpasan
b : kemiringan garis
a
C
G)
en
G)
C. Q = b (P- Pa)
E
:J
\• Pa \ Hujan, p
Apabila curah hujan P lebih kecil dari Pa berarti seluruh hujan terse-
but hilang di DAS yang berupa infiltrasi dan evapotranspirasi, tampungan
permukaan; dan limpasan mulai terjadi setelah P lebih besar dari Pa• Da-
lam persamaan di atas b dan Pa dihitung dengan analisis regresi berdasar
data hujan dan limpasan. Pemakaian persamaan tersebut memungkinkan
untuk tidak menghitung parameter hujan-limpasan seperti intensitas hu-
jan, laju infiltrasi dan sebagainya. Biasanya penyebaran data hujan-lim-
pasan cukup besar, sehingga persamaan yang mewakili data tersebut
mempunyai variasi, oleh karena itu pemakaian persamaan tersebut sangat
terbatas. Meskipun penggunaan hubungan seperti dalam persamaan terse-
but terbatas, namum cara ini dapat digunakan untuk memprediksi lim-
pasan bulanan atau tahunan atau diterapkan pada DAS yang tidak mem-
punyai pengukuran debit.
Gambar 6.5. adalah contoh grafik hubungan antara hujan dan debit
bulanan di SWS Ciujung-Ciliman yang berada di Propinsi Banten (Multi-
mera Harapan, 1997). Data debit diperoleh di stasiun Kopamaja dan
Parigi yang berada di sungai Cidurian. Di stasiun Kopamaja, yang mem-
...........a;;;:;;..~-----
punyai Iuas DAS sebcsar 303, 7 km2, data debit sepanjang 12 tahun (
l 980-1987 dan I 99 1-1994) sedang stasiun Parigi dengan Iuas DAS 602 2
km2 data debit sepanjang 8 tahun (1982-1986 dan 1992-1994). Data hu- '
,.
jan adalah hujan rerata SWS pada tahun yang sama dengan data debit.
Grafik tersebut mempunyai bentuk persamaan:
Q = 0 ,59H + 11 ,11
dengan Q adalah debit bulanan (mm/bu/an) dan H adalah hujan bulanan
(mm/bu/an). Apabila hujan bulanan adalah 100 mm/bu/an maka diperoleh
debit aliran adalah:
Q = 0,59 x I 00 + I 1,11 = 70,1I mm/bu/an
Untuk stasiun Kopamaja yang mempunyai luas DAS 303,7 km2, maka
debit aliran adalah:
Q = 70, 11 x 303,7 x 1000 = 21.292.407 m 3/bulan
= 21.292.407 = 8 21 m 3/d
30 X 24 X 3600 '
Persamaan hubungan antara hujan dan debit tersebut dapat diterapkan
di stasiun lain, dengan anggapan bahwa karakteristik DAS adalah sama
450 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ,
c
~
::,
.D
400 •
E 350
.s •
0 300 • •
i 250
• ••
I • ••
....-.• ••.
200
150 • • I
100
Q = 0.59 (H) + 11.11
••• R2= 0.7187
•••
50
I
I
I
i
I
I
I
'
,..__. ,..__. ,..__. ,..__.
A J.
I
I
I
I
I ◄- ---
l
◄ --- ◄
I
"'' 'I.
•
'I.
- te - f-4- fc
0 •Omar= Oe
I
'
(a) Terkonsentrasi (b) Superkonsentrasi
r-rl
-----------,
(c) Subkonsentrasi
dengan:
Q debit puncak yang ditimbulkan oleh hujan dengan intensitas,
durasi dan frekuensi tertentu (m 3/d)
I intensitas hujan (mm/jam)
A luas daerah tangkapan (km2)
C koesifien aliran yang tergantung pada jenis permukaan lahan,
yang nilainya diberikan dalam Tabel 6.2.
144 HIDROLOGITERAPAN
Tabcl 6.2. Koefisien aliran c
Tipe daerah aliran C
Rcrumputan
Tanah pasir, datar, 2% 0,50-0,10
Tanah pasir, sedang, 2-7% 0,10 -0, 15
Tanah pasir, curam, 7% 0, 15 - 0,20
Tanah gemuk, datar, 2% 0,13-0,17
Tanah gemuk, sedang, 2-7% 0,18-0,22
Tanah gemuk, curam, 7% 0,25 - 0,35
Perdagangan
Daerah kota lama 0,75 -0,95
Daerah pinggiran 0,50-0,70
Perumahan
Daerah single family 0,30-0,50
Multi unit terpisah 0,40- 0,60
Multi unit tertutup 0,60- 0,75
Suburban 0,25 - 0,40
Daerah apartemen 0,50-0,70
Industri
Daerah ringan 0,50- 0,80
Dareah berat 0,60- 0,90
Taman, kuburan 0,10-0,25
Tempat bermain 0,20- 0,35
Halaman kereta api 0,20- 0,40
Daerah tidak dikerjakan 0, 10- 0,30
Jalan: beraspal 0,70- 0,95
Beton 0,80- 0,95
Batu 0,70- 0,85
Atap 0,75 - 0,95
145
VI. LIMPASAN
Dalam persamaan (6.2) intensitas hujan diperoleh dari kurva IDF
(Bab VIII), di mana tclah dipcrhitungkan durasi dan frckucnsi (pcriodc
ulang) hujan. Dalan1 hal ini durasi hujan adalah sama dengan waktu kon-
sentrasi (tc).
W aktu konsentrasi dapat dihitung dcngan persamaan yang dibcrikan
oleh Kirpich, yang berlaku untuk lahan pertanian kccil dcngan luas
daerah tangkapan kurang dari 80 hektar.
0 77
0 06628L •
t =-'---- (6.3)
c so,3ss
dengan:
le : waktu konsentrasi Gan1)
L : panjang lintasan air dari titik terjauh san1pai titik yang ditinjau
(km)
S : kemiringan lahan antara elevasi maksimum dan minimum
Rumus lainnya untuk menghitung waktu konsentrasi juga diberikan oleh
Hathway (Ponce, 1989)
t _ 0,606 (Ln)0,467
C - sQ,234
(6.4)
-
:.a
Q)
0
Titik infleksi
sisi turun
Waktu capai
Waktu capai
titik infleksi
puncak
tp~, Akhir resesi
I
I ?
0 1 2 3 4 5 6
- ---------.........
Waktu nol (zero time) mcnunjukkan awal hidrograf. Puncak hidrograf
adalah bagian dari hidrograf yang menggambarkan debit maksi1num .
\\1aktu capai puncak (time to peak) adalah waktu yang diukur dari waktu
nol sampai ,vaktu terjadinya debit puncak. Sisi naik (rising limb) adalah
bagian dari hidrograf antara waktu nol dan waklu capai puncak. Sisi turun
(recession limb) adalah bagian dari hidrograf yang mcnurun antara waktu
capai puncak dan waktu dasar. W aktu dasar (time base) adalah waktu
yang diukur dari waktu nol sampai waktu di mana sisi turun berakhir.
Akhir dari sisi turun ini ditentukan dengan pcrkiraan. Sisi rcsesi mem-
punyai bentuk logaritma natural (In). Volume hidrograf diperoleh dengan
mengintegralkan debit aliran dari waktu nol sampai waktu dasar. Pada
kurva naik dan kurva turun terdapat titik balik di mana kurva hidrograf
berubah arah.
Bentuk hidrograf tersebut yang mempunyai waktu turun lebih lama
dari waktu naik disebabkan oleh tanggapan yang berbeda dari aliran
pcrmukaan, aliran antara dan aliran air tanah seperti terlihat dalam Garn-
bar 6 .9. Aliran permukaan memberikan kenaikan hidrograf dengan cepat
dan besar, sementara dua aliran yang lain naik dengan berangsur-angsur
dan dengan waktu yang lebih lama. Superposisi dari ketiganya mengha-
silkan hidrograf debit dengan sisi resesi yang panjang.
Limpasan
permukaan
/ + aliran antara
hidrograf > + aliran air tanah
:0 :0
Cl)
/ permukaan Cl)
0 > 0
aliran antara
waktu waktu
(a) (b)
C
n,
□ I
t~
~ ..
,
·:r
.c.
'
Gambar 6.10. Hidrograf dengan aliran dasar
Q
I I
,- N han
I • ~I
...,
Metode 3 ... ...... ',
--
..........
_,_,..-
: : _:- __________
Metode 1 ... ... ... '-.i
...________
', D
... Alchir limpasan
8.,,..---langsung
--- 2 - - _... ... ... ...
Metode
C
'---------------------♦ t
Waktu
1. Cara paling sederhana adalah dengan menarik garis lurus dari titik di
mana aliran langsung mulai terjadi (A) sampai akhir dari aliran lang-
sung (titik B). Apabila titik B tidak diketahui, maka tarik garis hori-
sontal dari titik A.
(6.5)
dengan:
N : waktu (hari)
A : luas DAS (kni2)
3. Cara ketiga adalah menarik kurva resesi ke belakang yang berawal
dari titik akhir aliran langsung (B) sampai titik E di bawah titik balik.
Hubungkan titik A dengan garis lurus atau kurva sembarang.
Perbedaan nilai aliran dasar karena penggunaan beberapa cara terse-
but relatif kecil di banding dengan volume hidrograf limpasan langsung.
Contoh 1
DAS Cemoro yang merupakan areal HPH Industri PT Perhutani Unit
T Jawa Tengah di Cepu Kabupaten Blora mempunyai Iuas 13,48 km2 (Edi
Mashuri, 2004). Data hujan dan debit yang terjadi pada tanggal 15-16
Februari 2003 adalah seperti diberikan dalam Tabel 6.4. Hitung hidrograf
aliran langsung, <I> indeks, dan histogram hujan efektif.
Penyelesaian
Hitungan dilakukan dengan menggunakan Tabel 6.4. Data hujan rera-
ta kawasan yang diberikan dalam kolom 2 diperoleh dengan mengguna-
kan metode poligon Thiessen dari data hujan di tiga stasiun yaitu stasiun
Cemoro, Modang dan Ngawenan. Hujan tercatat rnerupakan hujan jam-
jaman. Data debit yang tercatat di stasiun pengukuran debit Cernoro
diberikan dalam kolom 3.
Hitungan dilakukan dengan prosedur berikut ini.
1. Perkiraan aliran dasar. Dengan memperhatikan kolorn 3 dapat diketa-
hui bahwa aliran dasar ada]ah Qb = 0,094 m3/d. Dianggap bahwa aliran
dasar adalah konstan.
2. Hitung hidrograf limpasan langsung, yang diperoleh dengan mengu-
rangkan aliran dasar terhadap hidrograf pada kolom 3, dan hasilnya
diberikan dalam kolom 4.
3. Hitung volume dan kedalaman Iimpasan langsung. Volume limpasan
langsung adalah jumlah dari limpasan langsung (kolom 4) dikalikan
dengan interval waktu yaitu I jam (3600 detik):
Vlimp = 115,189 X 3600 = 414.680,4 m3
Kedalaman limpasan adalah volume limpasan langsung dibagi dengan
luas DAS:
----------◄·-
414.680,4 076 30 76
qlimp = 13,48 x 1.000.000 0,0 3 m = ' 171111
Tabcl 6.4. Data hujan dan debit pada tanggal 15-16 Fcbruari 2003
(4,43 - <I>)+ (32,4 - <I>) + (36,59 - <I>) + (35,52 - <I>) + (32,54- <I>)
~,
•
I'
\
+ (I 9,31 - <I>) + (17,73 - <I>)+ (4,9 - <I>) = 30,76
<I> = (4,43 + 32,4 + 36,59+ 35,52 + 32,54+ 19,3 I+ I7,73+ 4,9-30,76)
8
<I> = 19,08
Karena hasilnya lebih besar dari perkiraan awal, berarti anggapan
bahwa <I>< 4,43 mm adalah salah. Perlu di]akukan anggapan barn.
Misalnya 4,43 < <l> < 4,9 mm, maka dipero]eh:
<I> = (32,4 + 36,59 + 35,52 + 32,54 + 19,31+17,73 + 4,9-30,76) = l,I?
2
7
Pemisalan masih sa]ah karena ni]ai <I> hasi] hitungan Jebih besar dari
pemisalan.
Misalnya 4,9 < <l> < 17,73 mm, maka diperoleh:
<I> = (32,4+36,59+35,52+32,54+19,31+17,73-30,76) =23 89
6 '
Pemisalan masih salah karena nilai <I> hasil hitungan lebih besar dari
pemisalan.
M isalnya I 7,73 < <I> < 19,31 mm, maka diperoleh:
<D = (32,4 + 36,59 + 35,52 + 32,54 + 19,31-30, 76) = 25 12
5 '
Pemisalan masih sa]ah karena ni]ai <I> hasi] hitungan lebih besar dari
pemisalan.
Misalnya 19,3 I < <l> < 32,4 mm, maka diperoleh:
<I> = (32,4 + 36,59 + 35,52 + 32,54-30,76) = 26 57
4 '
Dengan diperoleh <I> = 26,57 mm, berarti anggapan bahwa 19,3 1 < <I>
< 32,4 mm adalah benar. Jadi diperoleh <I> = 26,57 mm.
5. menghitung histogram hujan efektif, yaitu dengan mengurangkan <I> =
26,57 mm terhadap kolom 2 dan hasilnya diberikan dalam kolom 5.
Untuk mengecek bahwa hitungan telah benar dapat dilakukan dengan
VI. LIMPASAN 153
•
....
UI
Hujan p (cm)
~
2.5 2.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 25.0 27.5 30.0
8
18 = 0.2S
7 17.5
Runoff curve number
6
"
u~
~ ._rs)
15.0 -
a-
E
(.)
O>
5 C
::,
IJ')
O>
C
ro
4 C
ro
IJ')
ro
a.
3
E
_J
2
§
~
t""'
0
-~
·f,ij-, o V/4:::1/"--e'~~ =---------::::: --- ~ I
~
0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
-0 Hujan p (In)
>
z Gumar 6.12. Hujan efektif sebagai fun~i hujan clan av
-
Nilai CN dalam Gambar 6.12. berlaku untuk antecedent moisture
conditions (kondisi kclengasan awal) normal (AMC II). Untuk kondisi ke-
ring (A MC I) a tau kondisi basah (A MC IIJ), nilai CN ekivalen dapat dihi-
tung dcngan Pcrsamaan (6.8) dan (6.9). Tabel 6.6. memberikan AMC un-
tuk masing-masing kelas.
4,2CN(/l)
CN(l) = - - - - - (6.8)
10 - 0,058CN(/l)
dan
CMIII = 23CN(II)
(. ~ IO - 0,13CN(II)
(6.9)
Selain itu jenis tanah juga sangat berpengaruh terhadap nilai hujan
efektif. Tanah berpasir mempunyai nilai infiltrasi tinggi sehingga hujan
efektif kecil; sebaliknya nilai infiltrasi tanah lempung sangat kecil sehing-
ga sebagian besar hujan yang jatuh di pennukaan tanah menjadi limpasan
permukaan. J enis tanah dibagi dalam empat kelompok yaitu:
Kel. A : terdiri dari tanah dengan potensi limpasan rendah, mempunyai
laju infiltrasi tinggi. Terutama untuk tanah pasir (deep sand) de-
ngan silty dan clay sangat sedikit; juga kerikil (gravel) yang sa-
ngat lulus air.
Kel. B : terdiri dari tanah dengan potensi limpasan agak rendah, laju in-
fi ltrasi sedang. Tanah berbutir sedang (sandy soils) dengan laju
meloloskan air sedang.
Kel. C : terdiri dari tanah dengan potensi Iimpasan agak tinggi, laju infil-
trasi lambat jika tanah tersebut sepenuhnya basah. Tanah berbu-
Contoh 2
Suatu DAS dengan luas 1000 hektar, terjadi hujan merata dengan ke-
dalaman hujan 100 mm. DAS tersebut terdiri dari dua kelompok tanah,
yaitu 60% kelompok B dan 40% kelompok C. Dianggap kondisi kele-
ngasan termasuk A MC II. Tataguna lahan berupa lapangan terbuka de-
ngan tanaman penutup adalah rumput kondisi sedang. Hitung limpasan
permukaan.
25400 25400
S= - 254 = - 254 = 93 9 mm
CN 73 '
(P- 0,2 S) 2
(I 00 - 0,2 X 93,9) 2
P e = - - - - - - - - - - = 37,67mm
P+0,8S 100 + 0,8 X 93,9
Contoh 3
Soal dalam Contoh 2, apabila kondisi kelengasan adalah kelompok
III, hitung limpasan.
Penyelesaian
Dihitung nilai CN untuk kondisi AMC III dengan Persamaan (6.8.)
dan (6.9.).
Contoh 4
Sesuai dengan berjalannya waktu, DAS seperti diberikan dalam Con-
toh 2 telah berkembang menjadi daerah pemukiman. Tataguna lahan telah
berubah menjadi:
Penyelesaian
Dihitung CN untu1c masing-masing tataguna lahan dengan menggu-
nakan Tabel 6.5. Tabel 6.8. memberikan hitungan perkalian antara nilai
CN dan persentase tataguna lahan.
. 4761 + 3437
CN kompos1t: CNr.= l OO =81,98
25400
S = 25400 - 254 = - 254 = 55,83 mm
CNK 81,98
2
p - ~( p --
0,2S) (100-0,2 x 55,83)2
- - =----____;_- =54 55 mm
e - p+0,8S 100+0,8x55,83 '
• •
- ....
- .........
. - ___
---------------~-◄-◄-.
-
1. Hidrograf banjir berpuncak tunggal, hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan analisis.
2. Hujan penyebab banjir terjadi mcrata di scluruh DAS, hal ini dipilih
untuk memenuhi kriteria teori hidrograf satuan.
3. Dipilih kasus banjir dengan debit puncak yang relatif cukup bcsar.
Berdasar kriteria tersebut maka akan terdapat beberapa kasus banjir.
Untuk masing-masing kasus banjir diturunkan hidrograf satuannya. Hi-
drograf satuan yang dianggap dapat mewakili DAS yang ditinjau adalah
hidrograf satuan rerata yang diperoleh dari beberapa kasus banjir terse-
but
162 HIDROLOGITERAPAN
hujan efektif 1 mm
~ periode tr en
~c
} B-Duasaruan
-~ C: hujan efektif 1 mm
'iii (\1 en A
c(l) ·~
::,
c ·-"'
Cl) ::,
_.,:; I _.c
E ..5:
◄ ~- le _ .., --l
Ir I Ir hidrograf
I I limpasan
'◄- Ip lag - ~I
I
1
I B I
-
:0
..
:cCl)
a>
0 0 '
waktu
(a) (b)
hujan efektif 1 mm
~ periode tr
hidrograf
limpasan
hidrograf
-
:0
a>
satuan
waktu
(c)
,_..__________....___
... ... --..... au ........... .
Dihitung luasan di bawah HAL yang mcrupakan volume aliran pcr-
mukaan. Volume aliran terscbut dikonvcrsi mcnjadi kcdalaman aliran
di seluruh DAS.
3. Ordinat dari HAL dibagi dengan kedalaman aliran, yang menghasil-
kan hidrograf satuan dengan durasi sama dcngan durasi hujan.
Contoh 5
. ___ DAS Cimanuk di stasiun Sukatali mempunyai luas DAS sebesar 286
f 2
km • Hujan dengan durasi 1 jam sebesar 5,26 mm terjadi secara merata di
seluruh DAS menghasilkan hidrograf debit seperti ditunjukkan dalam
Tabel 6.9. Tentukan hidrograf satuan.
Penyelesaiao
Hitungan dilakukan dengan menggunakan Tabel 6.10.
Kolom 1 menunjukkan waktu (dalam jam), sedang kolom 2 adalah
debit. Kolom 3 adalah aliran dasar ditetapkan sebagai nilai terendah dari
hidrograf sebelum kemudian naik karena adanya aliran langsung, dan
diambil konstan yaitu sebesar 13,2 m3/d. Kolom 4 adalah aliran langsung,
yaitu hidrograf debit dikurangi aliran dasar. Volume limpasan langsung
diperoleh dengan menjumlahkan kolom 4 dan kemudian dikalikan de-
ngan 1 jam (3600 detik).
165
VI. LIMPASAN
OrdinatHidrografsatuan = kolom 4
5,26
Hidrograf satuan tersebut dapat dilihat dalam Gambar 6.14.
14.0
12.0
10.0
8.0
6.0
4.0
2.0
0.0 -,--..r-,--,--.-~~-r--..----.--.----.---.-~~-~...:::::;:::--...---.
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
n = 1, 2, 3, .... , N
m = 1, 2, 3, .... , M
dengan:
Qn : hidrograf limpasan langsung
Pm : hujan efelctif
hidrograf satuan
qn-m+I:
N : jumlah ordinat dari hidrograf limpasan langsung
M : jumlah durasi hujan yang berurutan.
J
Notasi n < M yang mcrupakan batas atas dari penjumlahan untuk m= l 2
- ' '
••• ,
11
untuk n < M, tetapi untuk n > M, penjumlahan dibatasai sampai m
= I, 2, 3, .... , M. ..
Masukan Pm
•
P1
1 2
P3
2 m
Qn- m+1
Tanggapan thd hujan P:J
n-m+1
Keluaran
Keluaran Qn -~ .,
Q. =
.. _,
:E p.q._._ .. ,
7 8 9 n
0 1 2 3 4 5 6
167
VI. LIMPASAN
Scperti yang ditunjukkan dalam Garn bar 6.15 . nilai M = 3 yang bcr-
arti terdapat tiga hujan berurutan dengan intcnsitas berbcda yaitu Pt, P2,
p 3• Jumlah ordinal yang nilainya tidak sama dengan nol dari hidrograf sa-
tuan adalah 6.
Dari Persamaan (6.10), untuk m = 1 dan n = l maka:
(6.10.a)
Untuk n=2, ada dua suku yang membentuk ordinat hidrograf limpasan
langsung, yaitu:
2
Pt q2 + P2q1 (6.10.b)
Untuk n=3, terdapat tiga suku yaitu:
3
Q3 = LPmqn-m+I
m=l
(6.1 0.d)
Dengan cara yang sama, untuk n=5, 6, 7, 8, dan 9 maka persamaan men-
jadi:
Qs = Pt qs + /J2 q4 + p3 q3 (6.10.e)
Q6 = p, q6 + /J2 q5 + p3 q4 (6.10.f)
Q1 = Pt q1 + Pi q6 + P3 qs (6.1 0.g)
Contoh 6
Hitung hidrograf satuan satu jam-an dengan menggunakan histogram
hujan cfektif dan hidrograf limpasan langsung seperti diberikan dalam
Tabel 6.11.
Penyelesaian
Dari Tabel 6.11 . diketahui bahwa M=3 dan N= 11 . Jadi jumlah ordinat
dari hidrograf adalah N-M+l=I 1-3+1=9. Substitusi ordinat dari hujan
efektif dan hidrograf Iimpasan langsung ke dalam Persamaan (6.10)
memberikan 11 persamaan simultan. Persamaan tersebut dapat diselesai-
kan untuk mendapatkan ordinat hidrograf satuan.
Dari Persamaan (6.1O.a) yaitu Q1 = p 1 q1 didapat:
QI 12,l 3
q1 = - = - = 0,448m Imm
p1 27
· •• t a1 uausaaasn,...........,,, ,
Q2 - P 2q1 54,5 - 49 x 12,1
q2 =--..;,;____:_=-----= 1,203
Pt 27
Contoh 7
Dari hasil hidrograf satuan seperti diberikan dalam Contoh 6, hitung
hidrograf limpasan langsung apabila terjadi hujan efektif dengan keda-
laman 12 mm, dengan 3 mm pada jam pertama, 5 mm pada jam kedua dan
4 mm padajam ketiga.
170 HIDROLOGITERAPAN
Tabel 6.12. Hidrograf Satuan
Waktu Hidrograf
(jam) Satuan (m3/d)
I 0
2 0.448
3 l.205
4 2.605
5 2.797
6 l.630
7 0.491
8 0.443
9 0.297
10 0.177
11 0.044
12 0
35
Q)
15 ·
- Hidrograf gabungan
Q
10 -
5 -
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Waktu Oam)
Q3 = Pt q3 + Pi q2 + p3 q1
I. Lagging method
Metode ini digunakan pada keadaan di mana durasi dikonversi menja-
di durasi yang lebih lama yang merupakan kelipatan dari durasi aslinya
Apabila hidrograf satuan dengan durasi tr ditambahkan pada hidrograf sa-
tuan identik lainnya dengan keterlambatan tr, maka hidrograf yang diha-
silkan merupakan hidrograf dari 2 satuan hujan yang terjadi dalam waktu
2 tr seperti ditunjuk.kan dalam Gambar 6.16. Apabila ordinat dari hidro-
graf tersebut dibagi 2 akan didapat hidrograf satuan dengan durasi 2 tr.
HS durasi n tr= Jum/ah n HS durasi tr dengan keterlambatan tr (6.l l)
n
, . . . ..
_ ____________
__ l
2tr
Hujan satuan durasi
___,
Hujan satuan durasi 2tr
tr
Hidrograf satuan
,.,, /
/ Hidrograf satuan selang t,
Hidrograf limpasan dari
>/ dua hujan satuan durasi 2 tr
/ Hidrograf satuan durasi 2 lr
/
Contoh 8
Hidrograf satuan basil hitungan Contoh 7 dihasilkan oleh hujan de-
ngan durasi 1 jam. Hitung hidrograf satuan dengan hujan 3 jam.
Penyelesaian
tr= I jam
durasi 3jam
n = -----=3
durasi ljam
, . , , 11£2UIBH•N•uo,,,,ttttttt......_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __
olch dcngan mcmbagi kolom 6 dengan nilai n=3 (Persamaan 6.11) dan
hasilnya dibcrikan dalam kolom 7.
3
Tabcl 6.14. Hitungan hidrograf satuan (m /d)
2. Metode kurva S
Dengan metode kurva S, hidrograf satuan dapat dikonversi menjadi
durasi lain yang lebih pendek atau panjang. Kurva S akan terbentuk apa-
bila hujan terns berlanjut sampai waktu tak terhingga Kurva S dibentuk
dengan menjumlahkan suatu seri hidrograf satuan dengan durasi tr dengan
keterlambatan tr, seperti terlihat dalam Gambar 6.17. Apabila T adalah
waktu dasar hidrograf satuan, jumlah dari Tltr hidrograf satuan akan
menghasilkan kurva S.
175
VI. LIMPASAN
1,
Hujan satuan
Kurva-S durasi tr
Kurva-S durasi tr
' Kurva-S durasi tr selang l'r
:a
Cl)
0
Hidrograf satuan
selang waktu tr
waktu
Contoh 9
Hidrograf satuan hasil hitungan Contoh 7 dihasilkan oleh hujan de-
ngan durasi 1 jam. Hitung hidrograf satuan dengan hujan 3 jam dengan
menggunakan metode kurva S.
I
Penyelesaian
Hitungan hidrograf satuan dengan menggunakan metode Kurva S di-
lakukan dalam Tabel 6.15. Hidrograf satuan yang diperoleh dalam Con-
toh 7 disusun dalam kolom I. Hidrograf satuan tersebut disusun pada ko-
lorn-kolom berikutnya dengan kelambatan setiap 1 jam, seperti diberikan
dalam kolom 3 sampai 9. Kurva-S diperoleh dengan menjumlahkan ordi-
nat hidrograf satuan dengan hidrograf satuan dengan beberapa kelambat-
an (penjumlahan kolom 2 sampai kolom 9), yang diberikan dalam kolom
10. Kolom 11 adalah kurva-S dengan kelambatan 3 jam. Kolom (12) ada-
lah hasil pengurangan antara kurva-S (kolom 10) dengan kurva-S kelam-
batan 3 jam (kolom 11). Ordinat hidrograf satuan dengan durasi 3 jam
(kolom 13) diperoleh dengan mengalikan kolom 12 dengan perband ingan
antara durasi hujan asli dengan durasi hujan turunannya, q = X tr It' r·
.............., .
Tabcl 6.15. I Iitungan hidrograf satuan dcngan durasi 3 jam dalam Con-
toh 9
Kurva Kurva S ) Hid. Sal
(10)-(11
Wakt u Hidr. Sat.
3
Hid. Sat. dng keterlambatan 3 jam s -3 jam 3 jam
(jam) (m /d)
(6) (7) (8) (9) (10) ( 11 ) (12\ (13)
(2) (3) (4) (5)
(1)
0 0 0
1 0
0,45 0,45 0, 150
2 0,45 0
1,653 1,653 0,551
3 1,203 0.45 0
4,265 0 4,.265 1,422
2 ,612 1,203 0,45 0
4
7,058 0,45 6,608 2,203
2,612 1,203 0,45 0
5 2,798
0 8,687 1,653 7,034 2,345
6 1,629 2,798 2 ,612 1,203 0,45
0 9,192 4,265 4,927 1,642
7 0,505 1,629 2,798 2,612 1,203 0,45
0,45 ..... 9,616 7,058 2,558 0,853
8 0,424 0 ,505 1,629 2,798 2,612 1,203
1,203 ..... 9,923 8,687 1,236 0,412
9 0,307 0,424 0,505 1,629 2,798 2,612
0,922 0,307
0 ,191 0,307 0,424 0,505 1,629 2,798
2,612 ····· 10,114 9,192
10
10,114 9,616 0,498 0,166
11 0 0,191 0,307 0,424 0,505 1,629 2,798
10,1 14 9,923 0,191 0,064
0 0 ,191 0,307 0,424 0,505 1,629
..... 10,114 10,114 0 0
0 0, 191 0,307 0,424 0,505
..... 10,114 10,114 0 0
0 0,191 0,307 0,424
177
VI. LIMPASAN
t p = C( (L L C: ) 0·3 (6. 12)
(6. 13)
(6.14)
(6. 15)
Apabila durasi hujan efektif tr tidak sama dengan durasi standar t 0 , maka:
(6.16)
(6.17)
dengan:
to : durasi standar dari hujan efektif (jam)
lr : durasi hujan efektif (jam)
Ip : waktu dari titik berat durasi hujan efektif t0 ke puncak hidrograf
satuan (jam)
fpR : waktu dari titik berat durasi hujan tr ke puncak hidrograf satuan
Garn)
T : waktu dasar hidrograf satuan (hari)
Qp : debit puncak untuk durasi t0
QpR : debit puncak untuk durasi tr
L : panjang sungai utama terhadap titik kontrol yang ditinjau (km)
Le : jarak antara titik kontrol ke titik yang terdekat dengan titik berat
DAS (km)
A : luas DAS (kni2)
C, : koefisien yang tergantung kemiringan DAS, yang bervariasi dari
1,4 sampai 1,7.
Cp : koefisien yang tergantung pada karakteristik DAS, yang bervari-
asi antara 0, 15 sampai 0, 19.
(6.19)
dengan W50 dan W75 adalah lebar unit hidrograf pada debit 50% dan 75%
dari debit puncak) yang dinyatakan dalam jam. Sebagai acuan, lebar W50
dan W75 dibuat dengan perbandingan I :2; dengan sisi pendek di sebelah
kiri dari hidrograf satuan.
Contoh 10
DAS dengan luas 500 lcnl, L=25 km, Lc=IO km, C1=I,6; Cp=0,17. Tu-
runkan hidrograf satuan 4 jam.
Penyelesaian
tr= 4 jam (diketahui)
= 3 + ~ =3 + '
8 38
T = 4 04 hari = 971·am
8 8 '
_ tP 8,38 .
tn --=--=151am
5,5 5,5 '
Jika durasi hujan efektif tr tidak sama dengan durasi standar lo, maka:
t pR =Ip + 0,25(t r - t D) = 8,38 + 0,25(4 - 1,5) = 9jam
____......
............ II
tp 8,38
Q pR =Qp -=1 0,14x- = 9,4Sm3/d
t pR 9,0
Walctu dari awal hujan sampai ke puncak:
tr
Pr = - + t pR = 2 + 9 = 11 jam
2
10
9 ~
8
:\ Waktu capai puncak = 11 jam
Debit puncak = 9.45 m3/s
7 !\
6 I
I \
I
I
I \
':
\.
t A-t W50 = 12jam
- I
-¼ W50 = 6jam \
2 I -~
I
1 1
I
r
-
~
"' i\..
I
I
I
I
"' I'--.. .......
~
I
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (jam)
-
6. J J.2. Mctode SCS (Soil Conservation Service)
SCS menggunakan hidrograf tak berdimensi yang dikembangkan dari
analisis scjumlah bcsar hidrograf satuan dari data lapangan dengan berba-
gai ukuran OAS dan lokasi berbeda.
Ordinal hidrograf satuan untuk periode waktu berbeda dapat dipcr-
oleh dari 1:ibel berikut, dengan nilai (Gupta, 1989):
0,208A
Q = -- (6.20)
p Pr
t,.
P r =-+t
2 p
(6.21)
a Qt= Qp e-tlk
QP
I"' ►I
TR t Garn)
TB-1
TB
Gambar 6.19. Hidrograf satuan sintetik GAMA I
HSS Gama I terdiri dari empat variabel pokok, yaitu waktu naik (time
of rise - TR), debit puncak (Qp), waktu dasar (TB), dan sisi resesi yang
ditentukan oleh nilai koefisien tampungan (K) yang mengikuti persamaan
berikut:
Q I = Qp e-t!K (6.22)
dengan:
3
Q1 : debit pada jam ke t (m Id)
3
QP : debit puncak (m /d)
t : waktu dari saat terjadinya debit puncak Garn)
K : koefisien tampungan Garn)
TR = 0 43 ( L
' 100 SF
J' + 1,0665 SIM+ 1,2775 (6.23)
QB = 0,4715 A
0 6444
•
0 9430
D • (6.27) I
dengan: I
I
I
2
A : luas DAS (km )
· · .. a & nawww:., , .
A-B = 0,25 L
A-C = 0,75L
WF = Wu/ WL
SIM =WF. RUA
RUA = A.,IA
~.
4
2 13
<I> = 10 4903 - 3,859 -10-6 A +1,6985-10 - (~) (6.28)
' SN
dengan:
<I> indeks : indeks infiltrasi (mm/jam)
Q, = /6 ( 0,3~~\, J (6.29)
Tp = tg + 0,8 Tr (6.30)
tg = 0,4 + 0,058 L untuk L > 15 km (6.31)
tg = 0,2 1 L 0•7 untuk L < 15 km (6.32)
To,3 = a lg (6.33)
tr = 0,5 tg sampai lg (6.34)
dengan:
( J2,4
Q, = Qp l;p (6.35)
. ~ .......~·,. u- • • • - - l!t1'w
"' ,
a
0,8 Tr Tg
To.J 1,5To.J
c. Pada kurva turun (Tp + T0.3 < t < TP + T0,3 + 1,5 T0.3)
QI =Q p x Q, J [(t-Tp)+(0,STo,3}]/(l,5T 3)
0,
(6.37)
Contoh 11
DAS Sungai Serang seperti ditunjukkan dalam Gambar 6.23. mempu-
2
nyai luas 98,055 krn , panjang sungai utama L = 28,44 km. Turunkan hi-
drograf satuan dengan menggunakan metode HSS Gama I dan Nakayasu.
Penyelesaian
+ 6
Sta Hujan 6
Kokap Sta Hujan
Gembongan
Ourungan
Gambar 6.23. DAS Serang dan penentuan pangsa sungai parameter Gama I
2
Luas DAS = 98,055 km
Panjang sungai utama = 28,44 km
Panjang sungai tingkat 1 = 62,176 km
Panjang sungai semua tingkat = 114,034 km
Pangsa sungai tingkat 1 = 33
Pangsa sungai semua tingkat = 63
Pertemuan sungai = 31
WL = 4,625 km
WU = 14km
AU = 56,47 km2
Kemiringan sungai = 0,005
Faktor sumber (SF) = 0,55
Frekuensi sumber (SN) = 0,52
187
VI. LIMPASAN
Faktor lcbar (WF) = 3,03
Luas relatif DAS sebelah hulu (RUA) = 0,58
Faktor simctri (SIM) = 1,74
Jumlah pertemuan sungai (JN) = 32
Kerapatan jaringan kuras (D) = l , 16
+ D,.
StaHujln
Koltap !J..
Sta Hujan
0 5 10 15 20
Gembongan
D1.n1ngan
I •
I:!.
Sta Hujan
Kokap [!,
Sta Hujan
0 S 10 15 20
Gembongan
Durung;an
I t Garn) Q (m3/d)
0.000 0.000
1.000 1.225
2.000 2.450
3.000 3.676
3.193 3.912
Ordinat hidrograf pada bagian sisi naik dan sisi resesi digabung.
Selanjutnya dihitung volume limpasan yang diperoleh dengan penjum-
lahan dari perkalian antara ordinat hidrograf satuan dengan interval waktu
hidrograf:
V = (Q 1 +Q 1+1)x(T1 + T1+1 )x0.5x60x60
. Kedalaman hujan diperoleh dari pembagian antara volume limpasan dan
luas DAS, yang nilainya harus sama dengan I (satu). Dari hitungan
diperoleh bahwa volume limpasan adalah 97.116 m3; sedang kedalaman
hujan 0.990 mm. Karena kedalaman hujan tidak sama dengan satu, maka
dilakukan koreksi terhadap hidrograf satuan dengan mengalikan faktor
koreksi/= 1/0.99= 1.010 dengan ordinat hidrograf satuan (kolom 2); dan
hasilnya adalah hidrograf satuan terkoreksi. Hitungan selengkapnya
diberikan dalam Tabel 6.17. Karena faktor koreksi mendekati satu, maka
hidrograf satuan sintetis asli dan terkoreksi berimpit.
4.0 - -
-
32
i 2.5 r-
·- 0
~
Q)
0
2.0 - --- - - -'- ·
0.5
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu Qam)
b. Metode Nakayasu
Dengan beberapa data seperti diberikan di depan dihitung beberapa
parameter berikut ini.
t g = 0,4 + 0,058L = 0,4 + 0,058 x 28,44 = 2,05 jam
Q = - 1- (
P
ARe
3,6 0,3TP + T0 ,3
J=-1
-3,6x 98,055x1,0 =5 ,359 m 3/d
0,3 x 3.279 + 4,1
193
VI. LIMP ASAN
Parameter hidrograf satuan Nakayasu tcrscbut digunakan untuk
menghitung ordinat hidrograf pada bcbcrapa waktu yan ditctapkan (t=O,
1: 2. .... , n) seperti dibcrikan dalam label berikut ini .
..
I
b. Pada kurva turun (Ip=3,279 < t < Tp +T0.3 = 7,378)
t (jam) Q (m3/d)
4 .000 4.336
5.000 3.232
6.000 2.4 10
7.000 1.796
7.378 1.608
t (jam) Q (m3/d)
8.000 1.423
9.000 1.170
I 0.000 0.962
11.000 0.791
12.000 0.650
13.000 0.535
13.527 0.482
5.0 I
_,- --~
1
-+-HSSAs6 -
---- HSS Koreksi
u 4.o I
~
E
~3.0
Q)
r-
0
2.0
---
0.0
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (jam)
Tabel 2
. -► ·
200 HIDROLOGI TERAPAN
BAB VII I •
ANALISIS
FREKUENSI
7.1. Pendahuluan
Dalam melakukan analisis hidrologi sering dihadapkan pada kejadi-
an-kejadian ekstrim seperti banjir dan kekeringan. Banjir mempengaruhi
bangunan-bangunan air seperti bendung, bendungan, tangguL jembatan,
gorong-gorong, dsb. Bangunan-bangunan tersebut harus direncanakan
untulc dapat melewatkan debit banjir maksimum yang mungkin terjadi.
Bangunan hams diperhitungkan tidak hanya keamanan bangunan itu
sendiri, tetapi juga kehidupan dan fasilitas-fasilitas lain yang terancam
keselamatannya apabila bangunan tersebut runtuh. Sebagai contoh, run-
tuhnya suatu bendungan yang menampung jutaan meter kubik air dapat
berakibat bencana terhadap kehidupan yang berada di sebelah hilir ben-
dungan. Oleh karena itu bendungan harus direncanakan untuk dapat me-
nahan debit banjir yang sangat besar. Penduduk dan harta benda yang
berada di hilimya hams benar-benar terlindungi keselamatannya. Contoh
lain adalah jebolnya tanggul banjir yang dapat mengakibatkan banjir dan
genangan yang cukup luas dan menimbulkan korban dan kerugian bagi
masyarakat di sekitar sungai. Kerugian bisa berupa korban jiwa, harta
benda, tergenangnya sawah dan pemukiman, terputusnya jalur transpor-
tasi, terganggunya rasa aman, sampai kerugian yang ditimbulkan karena
masyarakat tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari.
dengan:
7.2.2. Dispersi
Tidak semua variat dari variabel hidrologi sama dengan nilai rerata-
nya, tetapi ada yang lebih besar atau lebih kecil. Besamya derajad sebar-
an variat di sekitar nilai reratanya disebut varian (variance) atau penye-
baran (dispersi, dispersion). Penyebaran data dapat diukur dengan deviasi
standar (standard deviation) dan varian.
Varian dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
S
2 1 ~
= - - ~(X; -x) 2 (7.2)
n -1 i=l
s= -1- ~
~(X; -X
-)2 (7.3)
n -1 i=J
x x_
It'
"'
~
QI
QI
i
.Q
it
Variabel random X Vanabel random X
(a) Rerat a X (b) Median x_
x_
x
It' D
.,
QI
~
.Q
QI
.Q
&
Variabe/ random X Variabel random X
(c) Mode xmod (d) Deviasi stM<B S
Variabel random X
(e) Koefisien kemencengan Cs
(7.6)
Untuk distribusi simetris, asimetri adalah a=O dan C.~= 0 . Apabila distri-
busi condong ke kanan (distribusi dengan ekor panjang ke kanan), Cs> 0;
untuk bentuk condong ke kiri (distribusi dengan ekor panjang ke kiri), Cs
< 0; seperti ditunjukkan dalam Gambar 7 .1 .e.
Koefisien kurtosis diberikan oleh persamaan berikut :
2
ck = - - -n - - - I
4
"( -x)
X·1
-4
(n-1Xn-2Xn-3}s i=I
Contoh 1
Diketahui data debit maksimum tahunan di Sungai Serang stasiun
Godong Jawa Tengah dari tahun 1951 sampai 1975 seperti ditunjukkan
dalam Tabel 7.1. (ECI, 1980). Hitung nilai rera~ deviasi standar dan ko-
efisien kemencengan.
x
n
f
= _!_
i= I
X; =
15 858
·
24
=660,75 m3/d
s2 = 1
n -1
icx.
i= l
1
-x)2 = 160.877 =6994
(24-1)
Akar dari variansi adalah deviasi standar:
s = ✓6994 = 83,6m3/d
Koefisien variansi dihitung dengan Persamaan (7.4):
I
83 6
C = !__ = ' = 0 127
v x 660,75 '
Kemencengan dihitung dengan menggunakan Persamaan (7.5), yaitu
penjumlahan dari kolom 5 dikalikan dengan n/[(n-1 )(n-2)]:
n n
a= - - - - I(x -x)3 1
(n - I)(n - 2) i=l
24
X } 0.420.504 = 494.253 m9/cf
2 3x22
Koefisien kemencengan dihitung dengan Persamaan (7 .6), yaitu:
C = !!_= 494.253 _
s 3 3 - 0,845
s 83,6
Debit Maks
Tahun (x-x) (x-x) 2 (x -x) 3
x (m 3!d)
[I] [2] [3] [4] [5]
1951 895 234.25 54,873 12,854,015
1952 800 139.25 19,391 2,700,136
1953 589 -71.75 5,148 -369,373
1954 628 -32.75 1,073 -35, 126
1955 672 11 .25 127 1,424
1956 646 -14.75 218 -3,209
1957 567 -93.75 8,789 -823,975
1958 703 42.25 1,785 75,419
1959 636 -24.75 613 -15,161
1960 531 -129.75 16,835 -2, 184,349
1961 679 18.25 333 6,078
1962 698 37.25 1,388 51,687
1963 648 -12.75 163 -2,073
1965 722 61.25 3,752 229,783
1966 764 103.25 10,661 1,100,703
1967 572 -88.75 7,877 -699,045
1967 678 17.25 298 5,133
1969 706 45.25 2,048 92,652
1970 643 -17.75 315 -5,592
1971 641 -19.75 390 -7,704
1972 536 -124.75 15,563 -1,94 I ,430
1973 575 -85.75 7,353 -630,525
1974 695 34.25 1,173 40,177
1975 634 -26.75 716 -19,141
Jumlah 15,858 0 160,877 10,420,504
208
HIDROLOGI TERAPAN
7.2.3. Konscp Probabilitas Dalam Hidrologi
Oalam hidrologi sering dilakukan analisis data dalam jumlah yang
sangat banyak. Data tersebut diperoleh dari pengukuran di alam (seperti
debit sungai, hujan, dsb) yang dapat diukur hanya satu kali dan kemudian
tidak akan terjadi lagi. Misalnya, dalam pengukuran debit di suatu stasiun
pengamatan, data debit yang tercatat saat itu tidak akan terjadi lagi pada
masa yang akan datang.
Salah satu hal penting dalam analisis hidrologi adalah menafsirkan
probabilitas suatu kejadian yang akan datang berdasar data hidrologi yang
diperoleh pada pencatatan yang telah lampau. Untuk maksud tersebut
digunakan konsep probabilitas dalam analisis data hidrologi.
Probabilitas p dari variat adalah sejumlah kejadian dari variat diskret
dibagi dengan jumlah total kejadian. Probabilitas total dari vatiat adalah
satu, dan distribusi dari probabilitas semua variat disebut dengan distri-
busi probabilitas. Probabilitas kumulatif dari suatu variat adalah probabi-
litas bahwa variabel sembarang yang bemilai sama dengan atau kurang
dari suatu nilai tertentu, misalnya x, yang dapat dinyatakan dengan p(X ~
x), dengan X adalah variabelnya. Jadi probabilitas bahwa nilai variabel ta-
di sama dengan atau lebih daripada x adalah 1 - p(X ~ x) atau dinyatakan
dengan p(X~ x).
Untuk lebih memahami probabilitas dalam hidrologi, dipandang data
debit maksimum sungai Serang, seperti diberikan dalam Tabel 7.1. (Con-
toh 1). Selanjutnya data debit tersebut dikelompokkan dalam interval ke-
las. Tabel 7.3 . memberikan pengelompokan data menjadi tujuh kelas, de-
ngan interval kelas 50 m 3/d (kolom 1). Jumlah data debit pada setiap
interval kelas diberikan dalam kolom 2, dengan jumlah total data adalah
24. Probabilitas kejadian debit, yaitu perbandingan antara jumlah kejadi-
an debit dan jumlah total data debit n/N, diberikan dalam kolom 3. sedang
kolom 4 adalah distribusi probabilitas kumulatif.
~1 .0
3
0,21 E
n.
'!!0,2 1o.a
., 0,75
~ 0 , 17
=
:a ~
2 o.13 :go,s 0.54
D
£ 0
0:: 0,4
0, 1 0 .08
0.25
0,04 0,04 0,04 0,2
0.08
0 ,3 0,29
0,1
n.
~0,2
:0
cu
D
0
a:
0.1 0.08
(c) (d)
0.24 1,0
0 ,9
,. 0 ,20
-co
:5
0,8
0,7
..
~ 0,16
tQ
E
..
::,
.><
0 ,6
I
~ 0,12 0,5
m
~
D '.is 0.-4
e 0.06 Ill
.D 0.3
Q.
e
Q. 0.2
0,04
a.,
o.oo
I
0,0
a (m3/d) Q (m3/d)
-<X) \
7.3. Seri Data Hidrologi
Data debit banjir atau hujan yang digunakan untuk analisis frekuensi
dipilih dari seri data lengkap hasil observasi selan1a beberapa tahun. Pen-
jelasan mengenai seri data yang digunakan <lalam analisis frekuensi di-
berikan dalam Gambar 7.4 (Chow et al., 1988). Ganibar 7.4.a. menun-
jukkan seri data lengkap yang berisi seluruh data sepanjang tahun penca-
tatan. Apabila data debit adalah harian, maka dalam satu tahun terdapat
365 data debit. Sebagai contoh, seri data lengkap debit sungai seperti di-
tunjukkan dalain Tabel 6.1. dan Gambar 6.1, adalah data debit sungai Be-
212 HIDROLOGI TERAPAN
ngawan Solo scpanjang tahun 1994 yang terdiri dari 365 data. Data sema-
cam itu tcrscdi a untuk bcbcrapa tahun pengukuran. Dalam Gambar 7.4.a
terdapat 20 tahun data.
100
.. ...
80 ◄► ◄►
~ 60
◄
.. .. ►
'- .. .. ◄►
ro .. ►
◄► ►
fil 40
c:o J
20
0
I I I I --,
100
.
80
C
ro 60
'-
.-
ro
fil
c:o
40
20
0 . --,
100
80 . '
C
ro 60
'-
ro .
fil 40 . '
a::::i . ' '
20 .
.
0 . . . --, .
(c) Annual maxima Waktu
213
VII. ANALISIS FREKUENSI
Data yang digunakan untuk analisis frekuensi dapat dibedakan men-
jadi dua tipc bcrikut ini.
Metode ini digunakan apabila jumlah data kurang dari 10 tahun data
runtut waktu. Partial duration series yang juga disebut dengan (peaks
over treshold, POT) adalah rangkaian data debit banjir/hujan yang besar-
nya di atas suatu nilai batas bawah tertentu. Dengan demikian dalam satu
tahun bisa terdapat lebih dari satu data yang digunakan dalam analisis.
Dari setiap tahun data dipilih 2 sampai 5 data tertinggi. Tipe data ini di-
tunjukkan dalam Gambar 7.4.b.
.,....., -■1•1...
, -----------------
Scbagai contoh, Gambar 7.5. menunjukkan pencatatan debit maksi-
mum tahunan di Sungai Scrang stasiun Godong Jawa Tengah dari tahun
1951 sampai I 975; yang digambar dari data dalam Tabel 7.2. Apabila
Q.,-- 700 m 3Id, dari gambar dan tabel terse but terlihat bahwa debit mak-
simum yang sama dengan atau melampaui debit tersebut adalah sebanyak
6 kali selama periode pengukuran sepanjang 24 tahun. Jadi periode ulang
dari debit Q.,--700 m 3/d adalah sekitar T=24/6=4 tahun.
1000
900
800
700
600
~
.J:J
Cl> 500
C
400
300
200
100
0
Tahun
Garn bar 7.5. Debit maksimum tahunan sungai Serang di Godong
l
P(Q > Q20) = - = 0 05 = 5%
20 '
1
P(Q 2 Qr) = 1 - - (7.8)
T
Probabilitas tidak terjadinya debit dengan periode ulang T tahun dalam n
tahun yang berurutan adalah:
(7.9)
Probabilitas bahwa debit Q akan terjadi paling tidak satu kali dalam n ta-
hun yang berurutan:
Tabel 7.3. Periode ulang fungsi umur bangunan dan tingkat resiko
Tingkat Resiko Y g Umur Bangunan n (tahun)
Dapat diterima R (%) l 10 25 50 100
1 100 910 2440 5260 9950
10 10 95 238 460 940
25 4 35 87 175 345
50 2 15 37 72 145
75 1,3 8 18 37 72
99 1,01 2,7 6 11 27
Contoh 1
?erkirakan probabilitas terjadinya debit Q ~ 700 m 3Id paling tidak
satu kali dalam 5 tahun, dari debit sungai Serang seperti diberikan dalam
Tabel 7.2.
___________
. .,,
Pcnyclesaian
Tclah dipcrolch bahwa pcriodc ulang debit Q ~ 700 m3/d adalah T=4
tahun , jadi probabi litas bahwa debit tcrsebut terjadi paling tidak sekali da-
lam 5 tahun adalah :
Contoh 2
Suatu bangunan air direncanakan dengan debit 100 tahunan dan
mempunyai umur rencana 50 tahun. Hi tung probabilitas dari debit I00 ta-
hunan tersebut terjadi dalam 50 tahun.
Penyelesaian
Probabilitas debit I 00 tahunan terjadi dalam 50 tahun (selama umur
rencana bangunan) diperkirakan dengan menggunakan Persamaan (7.10)
1 n 1 50
P(Q>QT) = l-(l-T) =1-(1-100) =0,395=39,5%
Contoh 3
Suatu gorong-gorong direncanakan untuk dapat dilewati debit dengan
periode ulang 10 tahun. Umur bangunan direncanakan 25 tahun. Berapa-
kah probabilitas bahwa gorong-gorong tersebut akan dilewati banjir ren-
cana paling tidak satu kali dalam umur bangunan.
Penyelesaian
Probabilitas bahwa gorong-gorong tersebut akan dilewati banjir ren-
cana paling tidak satu kali dalam umur bangunan dihitung dengan meng-
gunakan Persamaan (7.10):
1
p(Q>QT) = l-(I--)25 = 0,93=93%
10
Contoh 4
..
.......................
,.,,,,,.
bit tersebut adalah 5%. Berapakah pcriodc ulang banjir untuk mercncana-
kan bangunan tersebut?
Penyelesaian
z= X - µ (1 .12)
a
,... . --=~-iiiiiiii----------
maka Pcrsamaan (7. l I) menjadi:
I -z 212
p(z ) = ,,::- e (7.13)
v 2:rr
X = µ+zcr
di mana z adalah faktor frekuensi dari distribusi normal. Pada umumnya,
faktor frekuensi dari distribusi statistik diberi notasi K.
Fungsi densitas kumulatif (CDF) dapat diturunkan dengan integrasi
dari fungsi densitas probabilitas (Persamaan 7.13), yang menghasilkan:
-z 2/2
I z
F(z) = Jz; fe (7.14)
2:rr -00
P(x) = 50%
P(x + s) = 84,14%
Kemungkinan variat berada pada daerah (x - s) dan (.x +s) adalah 68,27
% dan yang berada antara (x - 2s) dan (.x + 2s) adalah 95,44%.
220
HIDROLOGI TERAPAN
Contoh 5
Debit maksimum tahunan sungai Serang seperti diberikan dalam Ta-
bcl 7.2. mcmpunyai nilai rerata Q = 660,75 m3/d dan deviasi standar s =
83 ,6 m 3ld . Hitung probabilitas terjadinya debit yang sama atau Iebih
besar dari 750 m 3Id. Ifitung pula besamya debit yang terjadi dengan
probabilitas kcjadian 10%. Berapakah periode ulang dari kedua debit
tersebut (Q=750 m 3Id dan debit dengan probabilitas I0%).
Penyelesaian
Dengan menggunakan Persamaan (7.12) dihitung nilai z:
Dalam Tabel 7.4., untuk z=l,07 nilai F(z)=0,8577. Nilai ini adalah
probabilitas kumulatif diukur dari z=-oo sampai z=l ,07. Nilai tersebut
adalah probabilitas bahwa debit kurang dari 750 m3/d. Untuk mencari
probabilitas bahwa debit adalah sama dengan atau lebih besar dari 750
3
m ld, maka probabilitas kumulatifnya adalah:
'
F (z) = I - P(z) = 0, 1423
Jadi kemungkinan terjadinya debit lebih besar dari 750 m3/d adalah
(0, 1423 x 100) = 14,23%. Periode ulang dari debit tersebut adalah:
1
P(z) = -
T
1 1
T = - =7 tahun
P(z) 0, 1423
Jadi debit sebesar 750 m3ld mempunyai periode ulang sebesar 7 tahun.
Untuk menghitung debit dengan probabilitas kejadian 10%, diguna-
kan persamaan berikut:
F(z) = 1-P(z) =10% = 0,1
atau
1.28 = Q -
660 75
• ➔ Q = 767 ,8 11f' !d
83,6
Jadi besar debit dengan probabilitas kcjadian 10% adalah 767,8 n?ld.
Dengan menggunakan Persamaan (7 .7) pcriode ulang dari debit tersebut
adalah:
l l
T=--=-=10 tahun
P(z) 0,1
3
Jadi debit dengan periode ulang l Otahunan adalah 767 ,8 m Id.
y=lnx
atau
y = logx
Parameter dari distribusi log normal adalah rerata dan deviasi standar d ari
y yaitu µ,, dan a,,. Dengan menggunakan transfonnasi tersebut m aka
p(X) = 1 e -{y-µy)21(2u /)
O'y&
Fungsi densitas kumulatif ( CDF) dapat diturunkan dengan integrasi dari
fungsi densitas probabilitas, yang menghasilkan:
Contoh 6
Hitung soal seperti diberikan dalam Contoh 5 dengan menggunakan
distribusi log normal.
Penyelesaian
Data debit seperti diberikan dalam Tabel 7.2 dihitung nilai y = In Q, se-
perti diberikan dalam Tabel 7.5. Dari data y = In Q dihitung nilai rerata
dan deviasi standar, dengan cara seperti dalam Contoh 1, yang hasilnya
adalah:
l n
µy =-
n I-= 1
LYi=6,486
y = ln 750 = 6,620
Dengan menggunakan Persamaan (7 .12) dihitung nilai z:
z = Y - µy = 6,620 - 6,486 = l
09
a- y 0, 123 '
Dalam Tabel 7.4., untukz=l,09 nilai F(z)=0,8621. Nilai ini adalah proba-
bilitas kumulatif diukur dari z = - oo sampai z=l ,09. Nilai tersebut adalah
probabilitas bahwa debit k:urang dari 750 m 3 /d. Untuk mencari proba-
3
bilitas bahwa debit adalah sama dengan atau lebih besar dari 750 m ld,
maka probabilitas kumulatifnya adalah:
P(z) = -
l \
T
l 1
T=--=--=7 25 tahun
P(z) 0,1379 '
Jadi debit sebesar 750 m3Id mempunyai periode ulang sebesar 7 ,25 tahun.
Untuk menghitung debit dengan probabilitas kejadian l 0%, digunakan
persamaan berikut:
F(z) = 1 -P(z) = 10% = 0,1
atau
P(z) = l - F(z) = I - 0, I = 0,9
I 28 = y - •
6 486
➔ y = 6,6434
' 0, 123
u = x - 0,5772a (7.21)
dengan:
y : faktor reduksi Gumbel
u : modus dari distribusi (titik dari densitas prababilitas maksimum)
s : deviasi standar
=1- P(x<xT)
= 1-F(xr)
sehingga:
T- 1
F(xr) = -- (7.23)
T
Substitusi Persamaan (7 .23) ke dalam Persamaan (7 .22) n1enghasilkan:
· (7.24)
xr =u +ayr (7.25)
x=x+Ks (7 .26)
dengan K adalah frekuensi faktor yang bisa dihitung dengan persamaan
berikut:
Gn n Yn <Jn n Yn O"n
n Yn
8 0,4843 0,9043 39 0,5430 l, 1388 70 0,5548 1, 1854
9 0,4902 0,9288 40 0,5436 1, 141 3 71 0,5550 I,1863
10 0,4952 0,9497 41 0,5442 1,1436 72 0,5552 I,1873
I1 0,4996 0,9676 42 0,5448 1,1458 73 0,5555 I,1881
12 0,5053 0,9833 43 0,5453 1,1480 74 0,5557 1,1890
13 0,5070 0,9972 44 0,5258 1,1490 75 0,5559 1,1898
14 0,5100 1,0098 45 0,5463 1,1518 76 0,5561 1,1906
0,5128 1,0206 46 0,5468 1,1538 77 0,5563 1,1915
15
0,5157 1,03 I 6 47 0,5473 1, 1557 78 0,5565 1, 1923
16
17 0,5181 1,0411 48 0,5447 1, 1574 79 0,5567 I, 1930
0,5202 1,0493 49 0,5481 1, 1590 80 0,5569 1,1938
18
0,5220 1,0566 50 0,5485 1, 1607 81 0,5570 1,1945
19
0,5235 1,0629 51 0,5489 1,1623 82 0,5572 l,1953
20
21 0,5252 1,0696 52 0,5493 1, 1638 83 0,5574 1,1959
0,5268 1,0754 53 0,5497 1, 1653 84 0,5576 1,1967
22
0,5283 1,0811 54 0,5501 1,1667 85 0,5578 1,1973
23
0,5296 1,0864 55 0,5504 1, 1681 86 0,5580 1,1980
24
25 0,5309 1,0914 56 0,5508 1,1 696 87 0,5581 1,1987
26 0,5320 1,0961 57 0,5511 1,1708 88 0,5583 1,1994
27 0,5332 1,1004 58 0,5515 1, 1721 89 0,5585 1,2001
28 0,5343 1, 1047 59 0,5518 1,1734 90 0,5586 1,2007
29 0,5353 1, 1086 60 0,5521 1,1747 91 0,5587 1,2013
30 0,5362 1,1124 61 0,5524 1,1759 92 0,5589 1,2020
31 0,5371 1, 1159 62 0,5527 1, 1770 93 0,5591 1,2026
32 0,5380 1, 1193 63 0,5530 1,1782 94 0,5592 1,2032
33 0,5388 1,1226 64 0,5533 1,1793 95 0,5593 1,2038
34 0,5396 1, 1255 65 0,5535 1, 1803 96 0,5595 1,2044
35 0,5403 1, 1285 66 0,5538 1,1814 97 0,5596 1,2049
36 0,5410 1,1313 67 0,5540 1, 1824 98 0,5598 1,2055
37 0,5418 1, 1339 68 0,5543 1, 1834 99 0,5599 1,2060
38 0,5424 1, 1363 69 0,5545 1,1844 100 0,5600 1.2065
227
VII. ANALISIS FREKUENSI
Dari Persamaan (7 .26) dan (7 .27) dipcrolch:
- y-yn
x=x+--s (7.28)
(J n
T
lnln - - + Yn
X =X - _ ____,;;;.T_-_l;;___ s (7 .29)
Contoh 7
Debit maksimum tahunan sungai Serang seperti diberikan dalam Tabel
7.2. mempunyai nilai rerata Q = 660,75 m 3/d dan deviasi standar s =
83,6 m3Id. Hitung debit dengan periode ulang 10 tahunan dengan metode
Gumbel.
Penyelesaian
3
Dengan memasukkan nilai Q = 660,75 m3 /d dan s = 83,6 m /d ke
dalam Persamaan (7 .20) dan (7 .21) diperoleh:
a = ✓6 S = ✓6 X 83' 6 = 65 209
1[ 1! '
YT=-~ ~l~~l)]=2,2504
Debit dengan periode ulang dihitung dengan Persamaan (7 .25):
,......- ------------
........
Contoh 8
Debit maksimum tahunan sungai Serang seperti diberikan dalam
Tabcl 7.2. mcmpunyai nilai rerata Q = 660,75 m3/d dan deviasi standar s
= 83 ,6 m 3Id. Hi tung debit dengan periode ulang 10 tahunan dengan
metode Gumbel.
Penyelesaian
Dengan j umiah data n=24, dari Tabel 7.6. dapat diperoleh nilai Yn =
0,5296 dan CJn = 1,0864. Dengan menggunakan Persamaan (7.29) untuk
debit rerata Q = 660,75 m 3/d dan deviasi standar s = 83,6 m3/d, akan di-
peroleh debit dengan periode uiang IO tahunan:
T
In In - - + Y n
Q=Q- T- 1 s
(J'n
10
In In - - + 0,5296
= 660 75 - 1O- l x 83,6 = 793,22 m3/d
' 1,0864
Dengan cara ini debit dengan periode ulang IO tahunan adalah 793,22
3
m /d .
x y-le-xl p
p(x)=--- (7.30)
prr(y)
Bentuk kumulatif dari distribusi log Pearson III dcngan nilai variat X
apabila digarnbarkan pada kertas probabilitas logaritmik akan membentuk
persamaan garis lurus. Persamaan tersebut mcmpunyai bentuk berikut:
(7.32)
dengan:
Yr : nilai logarittnik dari x dengan periode ulang T
y : nilai rerata dari y;
s_,. : deviasi standar dari y;
Kr : faktor frekuensi, yang merupakan fungsi dari probabilitas (atau
periode ulang) dan koefisien kemencenganan Csy, yang diberi-
kan dalam Tabel 7.7.
Distribusi log Pearson III digunakan apabila parameter statistik Cs dan
Ck mempunyai nilai selain dari parameter statistik untuk distribusi yang
lain (normal, log normal dan Gumbel). Penggunaan metode log Pearson
Ill dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah berikut ini.
1. Data debit banjir maksimum tahunan disusun dalam tabel.
2. Hitung nilai logarittna dari data debit banjir tersebut dengan
transformasi:
y; = ln x;
atau
y; = log X;
3. Hitung nilai rerata y, deviasi standar Sy, koefisien kemencengan Csy
Penyelesaian
Data debit seperti diberikan dalam Tabel 7.2 dihitung nilai y = ln Q,
seperti diberikan dalam Tabel 7.5. dalam Contoh 6. Dari data y = In Q
dihitung nilai rerata y, deviasi standar Sy dan koefisien kemencengan Csy,
dengan cara seperti dalam Contoh 1, yang hasilnya adalah:
y = 6,486 s y = 0,123
Dari Tabel 7.7. untuk nilai Csy = 0,421 dan periode ulang 10 tahtm, maka
dapat dihitung nilai K dengan cara interpolasi linier:
4
K =1317+ 0, ll-0,4(1323-l 317)=1318
JO ' 0, I ' ' '
232
HIDROLOGI TERAPAN
.................
Tabcl 7.7. Nilai KT untuk distribusi Pearson III (kemencengan negatin
Return period in years
Skew
2 I 5 I 10 25 50 100 200
coefficient Exceedence probability
Cs or Cw 0.10 0.04 0.02 0.01 0.005
0.50 0.20
-0. 1 0.017 0.846 1.270 0.716 2.000 2.252 2.482
-0.2 0.033 0.850 1.258 1.680 1.945 2.178 2.388
-0.3 0.050 0.853 1.245 1.643 1.890 2.104 2.294
-0.4 0.066 0.855 1.23 1 1.606 1.834 2.029 2.201
-0.5 0.083 0.856 1.216 1.567 1.777 1.955 2.108
-0.6 0.099 0.857 1.200 1.528 1.720 1.880 2.016
-0.7 0.116 0.857 1.183 1.488 1.663 1.806 1.926
-0.8 0.132 0.856 1.166 1.448 1.606 1.733 1.837
-0.9 0.148 0.854 1.147 1.407 1.549 1.660 1.749
-1.0 0.164 0.852 1.128 1.366 1.492 1.588 1.664
-I.I 0.180 0.848 1.107 1.324 1.435 1.518 1.581
-1.2 0.195 0.844 1.086 1.282 1.379 1.449 1.501
-1.3 0.210 0.838 1.064 1.240 1.324 1.383 1.424
-1.4 0.225 0.832 1.041 1.198 1.270 1.318 1.351
-1.5 0.240 0.825 1.018 1.157 1.217 1.256 1.282
-1.6 0.254 0.817 0.994 1.116 1.166 1.197 1.216
-1.7 0.268 0.808 0.970 1.075 1.116 1.140 1.155
-1.8 0.282 0.799 0.945 1.035 1.069 1.087 1.097
-1.9 0.294 0.788 0.920 0.996 1.023 1.037 1.044
-2.0 0.307 0.777 0.895 0.959 0.980 0.990 0.995
-2.1 0.319 0.765 0.869 0.923 0.939 0.946 0.949
-2.2 0.330 0.752 0.844 0.888 0.900 0.905 0.907
-2.3 0.341 0.739 0.819 0.855 0.864 0.867 0.869
-2.4 0.351 0.725 0.795 0.823 0.830 0.832 0.833
-2.5 0.360 0.711 0.771 0.793 0.798 0.799 0.800
-2.6 0.368 0.696 0.747 0.764 0.768 0.769 0.769
-2.7 0.376 0.681 0.724 0.738 0.740 0.740 0.741
-2.8 0.384 0.666 0.702 0.712 0.714 0.714 0.714
-2.9 0.390 0.651 0.681 0.683 0.689 0.690 0.690
-3.0 0.396 0.636 0.666 0.666 0.666 0.667 0.667
7.7.1. Penggambaran
Penggambaan pada kertas probabilitas dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan berikut :
m
P=- (7.33)
n+l
(7.34)
dengan:
P : probabilitas
r:periode ulang
m : nomor urut
n : jumlah data
Berdasar data debit atau hujan dan probabilitas P seperti diberikan da-
lam Persamaan (7.33), digambar sebaran titik data pada kertas probabili-
tas. Untuk penggambaran tersebut data debit atau hujan diurutkan dari ni-
lai terkecil ke nilai terbesar, atau sebaliknya. Selanjutnya ditarik garis
teoritis di atas gambar pcnyebaran data.
234 HIDROLOGITERAPAN
,, ~ _..._______
.........;;...
:s
~
99.99
-
99.9599.999.8 99.5 99 98
-- --
95 90 80 70 60 50 40 30 20 .-
10 5 2 0.5 0.2 0. 1 0
-
>
2! -,
~
--
-
--
>
roe
-
2001 - , -
J
r J)
r J)
' r-
191J -
~ J J
~
rr,
181 )
-=-
~
~
17 )
15, )
'
--
-
2! ,-
rJ)
r-
150 -
J J
-
14
' ~ ---
130
120
-
r-
110
100
90
80 --=
70
-c:
r,-
61 -- I - ,- I ~, r-
60
--
- ~. =-
~. L__
-,--
'
-,-
~
r
'
I
J__
t.J
1M
1.11
Garnbar 7 .6. K erins probabilitas dis tribusi nom1al
fj
"'
1
g
8 ~'T"TT'TT
11 1111111111111111111111111111111 I 11111 11111
-
ti 11111111111111111111 Ill I11111 II II 111111 l IIlll lH 1111111 1111 t111111111 IIIIII
5
~ II III IIll llHlllllllll l l /111111111 IIIII IIIIIllllllll11111III IIIIIIIII I IIIIllllt ll III II lilllllllllll Illlllllll l I IIll II ll
4
,
3
,I
8
7
L
I I I T
IllI I
If II I I I II I I l I
I
II II
" ' " " ' " "'"
""""
'
I[lfl
"'"
1
''
''' I
6 " l Ill l
9
7 I I
7 lllllllllllll l l I -, I I I ' I I 7
I I I 7 I
45 ' '
3 °'""TI
-=
t:,
,:,
0
2
~
0
-
~
~
t,:'l.l 1o-
1
I I I I I I I II I I 1111 I' 1111 I I II II I II I I I I I I II I II I I I I I 111 II 1111111111 I II I II 1111 I I I I I 11 I I I I I I I I I I I II 1111 II 1111 I 111 II 1111 I I I I I I I I II
~ 10 2 3 4 5 6 7 8 910 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Probabilitas %
2 3 4 5 6 7 8 910
""z> Gambar 7.7. Kertas probabilitas distribusi log-no1mal dan Log Pearson III
:s
:--c
EXTREME PROBABILITY PAPER
i0 C:
(ll
return period (years)
z>
Q)
E E
--
>
r""
1.00 1.01 1.1 1.21.31.4 1.5 2 233 3 4 5 10 25- 50 100 200 10
7
r:J'J I
(J'J
~
::i::, I
rr, I
~
~
zr:J'J
-
I
I 1,
I
I
I
I
I
I I
I
n
I
I
I
II
I
I
-
20 30 40 50 60 70 80 90 95 96 97 98 99 99.5 99.7 99.8 99.9
0 .1 0 .5 1.0 5 10
I II II I I I I I I I I I I I LL I I II I I I I I II I I II I I I II I I I I I I I I I I I I I I I II I I I I I I I I I I I I I I I I 1 I I I
0 .5 1.0 1,5 2 .0 2 .5 3 .0 3 .5 4 .0 4 .5 5.0 5 .5 6 .0 6 .5 7.0
-2.0 - 1.5 -1 .0 -0 .5 0 .0
reduced variate
Gambar 7 .8. Kcrtas probabilitas distribusi Gumbel
~
7.7.2. Pengujian
Ada dua cara yang dapat di\akukan untuk m en guji apakah jenis dis-
tribusi yang dipi\ih sesuai dengan data yang ada, y aitu uji Chi-Kuadrat
dan Smirnov Kolmogorov (Sri Harto, 1991 ) . Pcngujia n ini dilakukan sc-
telah digambarkan hubungan antara kedalaman huj an a tau debit dan nilai
probabilitas pada kcrtas probabilitas.
1. Uji Chi-Kuadrat
X
2
= I,N _(Of-Ef)2
_____;_ (7 .35)
t=I Ef
dengan :
Nilai x2 yang diperoleh harus lebih kecil dari nilai X~r (Chi-Kuadrat
kritik), untuk suatu derajat nyata tertentu, yang sering diambil 5%. Dera-
jad kebebasan dihitung dengan persamaan :
DK=K-(a+l) (7 .36)
dengan:
DK : derajad kebebasan
K : banyaknya kelas
a : banyaknya keterikatan (banyaknya parameter), untuk uji Chi-
Kuadrat adalab 2.
' ----------
.···•·•··.....
N ilai x;,.diperoleh dari Tabel 7.8. Disarankan agar banyaknya kelas ti-
dak kurang dari 5 dan frekuensi absolut tiap kelas tidak kurang dari 5 pu-
la.
Contoh 9
Diketahui data hujan harian maksimum tahunan di Stasiun Thrri di
Provinsi Riau dari tahun 1981 sampai 2001, seperti diberikan dalam Ta-
bel 7. I 0. Hitung kedalaman hujan dengan periode ulang 2, 5, 10 dan 25
tahun, dengan mengunakan penggambaran pada kertas probabilitas.
Penyelesaian
Langkah pertama dari hitungan adalah menghitung parameter statistik
untuk menentukan jenis distribusi yang sesuai dengan data yang ada. Hi-
tungan parameter statistik dilakukan dalam Tabel 7.11. dengan menggu-
nakan Persamaan 7. 1. sampai 7.8.
Nilai rerata x :
- I "
x =-Lx;
n .
= 106.83
1
I=
Deviasi standar s :
1 n
S= -L(x;-x) 2 =33.48
n - ] I=
. I
-~
:c
i:::,
22
23
24
9.542
10.196
10.856
12.338
13.091
13.848
14.041
14.848
15.659
16.314
17.187
18.062
18.101
19.021
19.943
21 .337
22.337
23.337
24.939
26.018
27.096
27.301
28.429
29.553
30.813
32.007
33.196
34.382
35.172
36.415
37.652
41 .638
42.980
44.314
49.728
51 .179
52.620
18.940 20.867 24.337 28.172 30.675
~ 25 11 .524 14.611 16.473 35.563 38.886 45.642 54.052
0 19.820 21.792 25.336 29.246 31 .795
15.379 17.292
-
C') 26 12.198 32.912 36.741 40.1 13 46.963 55.476
18.114 20.703 22.719 26.336 30.319
27 12.879 16.151 37.916 41 .337 48.278 56.893
23.647 27.336 31.391 34.027
~ 28 13.565 16.928 18.939 21 .588 49.588 58.302
~ 32.461 35.139 39.087 42.557
17.708 19.768 22.475 24.577 28.336 50.892 59.703
29 14.256 43.773
~.,, 29.336 33.530 36.250 40.256
14.953 18.493 20.599 23.364 25.508
30
z►
--
Tabel 7.9. Nilai 11kritik uji Smimov Kolmogorov
a
n
0.20 0.10 0.05 0.01
5 0.45 0.51 0.56 0.67
IO 0.32 0.37 0.41 0.49
15 0.27 0.30 0.34 0.40
20 0.23 0.26 0.29 0.36
25 0.21 0.24 0.27 0.32
30 0.19 0.22 0.24 0.29
35 0.18 0.20 0.23 0.27
40 0.17 0.19 0.21 0.25
45 0.18 0.18 0.20 0.24
50 0.15 0.17 0.19 0.23
1.07 1.07 1.07 1.07
n> 50 ✓n ✓n ✓n ✓n
n n - 3
Cs= I(x; -x) = 0.92
(n - l)(n - 2)s 3 i=t
Koefisien variasi Cv :
242
HIDROLOGI TERAPAN
. t
Koefisien kurtosis ck
n2 II - 4
ck = 4 I (x; -x) = 3.27
(n - l)(n - 2)s i =I
244
HIDROLOGI TERAPAN
, I
Tabcl 7.13. Data huj an dan probabilitasnya untuk distribusi
log no rmal dan log Pearson llI
m I
Hujan p P=- T=-
m y=lnp n+l p
(mm) (%) (tahun)
24S
VII. ANALISIS FREKUENSI
10 5 2 1 0 .5
.- 0 .2 0 . 1 0 .05 0 .01
99.95 99.9 99 8 !/!I.!> l1l1 ~D .,., UV
--:0 70 60 50 40 30 20
99.99
~
20! )
10
,0 ,. ,,
,
170
1610
,so
Clmox 0.12
14 D
~
131~
-
-
,2, )
,, )
,oo
9)
8)
-=
c::,
70
"
0
~
0
60
50 '.
-
I
~ ,
~
~
~
~
0 .01 0.050 .1 0 .2 0 .5 1 2 5 10 20 30 40 50 60 70 80 90 95 98 99 99.5 99.8 99.999.95 99.99
--
7
t"""
6
CJ)
CJ) 5
~ 4
~
~ 3
~ -
~
z
-
CJ)
E
E
2
l\max - 0.07
~
C:
co
~ 102 •
C 9
~ 8
(t'J 7
~ 6
Cl) ~
~ 5
8
g
~g 9 99,i C J e 5 80 10 ◄0 J 2 1 s 020100 0.01
1
8
s
4
2
&
6mu = o.oa
~
10
9
8
7
. 6
••
l
I 5 i...
' I 4
3
§I
0
~, 2
t-<
0
-
0
~I 10
0.01 0.05 0.1 0.2 0.5 1 2 5 10
~
20 0 40 50 i:n 70 an
"" "" -- -
";:I
> probability [1
N _1
Oom] b (o' )
pro . ,o
2!
Gnmbar 7.11. Penggambaran data pada kcrtas probabilitas Log-Pearson l1l
-
~
:-
> ~
0
E
C:
11>
Cl)
EXTREME PROBABILITY PAPER
return period (years)
2! E
> 250 1 ·00
--
1.01 1.1 1.2 1.3 1 .4 1.5 2 2.33
- -·-- 3 4 5
r 10 25
·-- LVV .JUU ::>UU lUOO
rJ:J
rJ:J
I .,
~ I .,
::,:, .,
tr,
~
I
I
I
...
-
200
~ .,
~ I,"
z
-
rJ:J E
E
C:
('(I
·s- 150
II
11
i'.max =0.055
...... .
.,
.c
I
I' •
II
C:
a,
E
a, I .,
cu
"C I
Q)
~
100
I,
50
~
-
,,,-
2 9
Banyaknya variat = ( I - ) x \ 00% = 57 \ 4% 1=- 68 2 7%
21 ' '
Nilai (x-2s)= l06,83-2x33.48=39,87
Dari Tabel 7. 12. didapat jum\ah data yang lebih kecil dari 39,87 adalah
sebanyak O buah dan yang lebih besar dari 173,79 adalah 1 buah;
sehingga Y1 = l .
Ck=~+~+l~+l~+3 4.35
Dengan cara hitungan seperti dijelaskan dalam Sub Bab 7.6., dihitung
kedalaman hujan dengan beberapa probabilitas kejadian. Hitungan diberi-
kan dalam Tabel 7.15. Garis teoritis dibuat berdasar nilai probabilitas
(kolom I) dan kedalaman hujan p (kolom 4).
.............. I
.
I I """'"
. ~
I ,
• • , •. .. •. , • AC a m rt
Tabet 7.15. Probabilitas dan kcdalaman hujan
y= 4.623
s_,. = 0,32 l
CS). = -0,205
____________________
.,,_....
Tabel 7.16. Hitungan hujan dengan log Pearson III
T p
KT yT p = arc In y
(tahun) (%)
2 50 0 .03385 4 .634285 102.95
5 80 0.850 I 5 4.896230 133.78
IO 90 1.25735 5.026898 152.46
25 96 1.678 I 5 5. 161931 174.50
50 98 1.94225 5.246679 189.93
100 99 2. 17430 5.321142 204.62
200 99.5 2.38330 5.388209 218.81
d. Disribusi Gumbel
T (tahun) p (mm)
2 l 0 1,9
5 137,3
10 160,8
25 190,5
3. Pengujian
Setelah dilakukan penggambaran data huj an pada kertas probabilitas
dan garis teoritisnya, langkah selanjutnya adalah pengujian dengan uji
Chi-Kuadrat dan Smirnov Kolmogorov.
a. Uji Chi-Kuadrat
Uj i Chi-Kuadrat menggunakan nilai z 2 yang dihitung dengan Per-
samaan (7.35) dan hitungan derajad kebebasan (DK) menggunakan Per-
samaan (7.36). Pengujian dilakukan dengan menggunakan Tabel berikut
llll.
21 21 %2 0.190476
DK = 2
Chi-kritik = 3.219
254 HIDROLOGITERAPAN
Tabel 7.18b. Uji Chi-Kuadrat distribusi log normal
.. Dari gambar pada kertas probai Iitas dicari jarak pcnyimpangan setiap
htik data terhadap kurva tcoritis. Jarak pcnyimpangan tcrbesar mcrupakan
nilai 11maks · Nilai 11maks harus lcbih kccil dari flkntik sepcrti dibcrikan
dalam Tabel 7.9. Distribusi terbaik adalah yang memberikan nilai t1moh
terkecil. Dari gambar sebaran data pada kertas prbabilitas, diperoleh :
Distribusi normal : 11 k
ma ·r
= 0, 12
Distribusi log normal : 11 k
ma ·r
= 0 ' 07
Distribusi log Pearson III : fl mah = 0,08
2S6 HIDROLOGITERAPAN
5. Debit maksimum tahunan suatu sungai diberikan dalam tabel berikut.
Hitung debit aliran dengan pcriode ulang 50 dan 100 tahunan dengan
menggunakan metode teoritis Gumbel.
,..
l 0.Soal seperti dibcrikan dalam Soal latihan Bab VI no 2. Sela in itu
diketahui data hujan sepcrti dibcrikan dalam tabc\ bcrikut. Turunkan
hidrograf banjir dengan pcriode ulang 50 dan 100 tahunan.
. ' '
BAB VIII
HUJAN RENCANA
8.1. Umum
Dalam analisis hujan-aliran untuk memperkirakan debit banjir renca-
na diperlukan masukan hujan rencana ke dalam suatu sistem DAS. Hujan
rencana tersebut dapat berupa kedalaman hujan di suatu titik atau hieto-
graf hujan rencana yang merupakan distribusi hujan sebagai fungsi waktu
selama hujan deras. Perencanaan bangunan air didasarkan pada debit ban-
jir rencana yang diperoleh dari analisis hujan-aliran tersebut, yang bisa
berupa banjir rencana dengan periode ulang tertentu.
Debit rencana dapat dihitung dari kedalaman hujan titik dalam peng-
gunaan metode rasional untuk menentukan debit puncak pada perencana-
an drainasi dan jembatan (gorong-gorong). Metode rasional ini digunakan
apabila daerah tangkapan air kecil. Pada perencanaan bangunan pelimpah
suatu bendungan, perencanaan tanggul banjir, analisis penelusuran banjir
(flood routing) di waduk atau sungai; diperlukan hidrograf banjir rencana
dengan periode ulang tertentu. Hidrograf banjir dapat diperoleh dengan
menggunakan metode hidrograf satuan. Dalam hal ini data masukan yang
diperlukan adalah hietograf hujan rencana.
Pencatatan hujan biasanya dalam bentuk data hujan harian, jam-jam-
an atau menitan. Pencatatan dilakukan dengan interval waktu pendek su-
paya distribusi hujan selama terjadinya hujan dapat diketahui. Distribusi
hujan yang terjadi digunak:an sebagai masukan untuk mendapatkan hidro-
graf aliran. Dalam analisis hidrograf banjir rencana dengan masukan bu-
• I
jan rencana dcngan pcriodc ulang tertcntu yang dipcrolch dari analisis
frekuensi, biasanya parameter hujan scpcrti durasi dan pola distribusi ti-
dak diketahui. Padahal parameter tersebut sangat diperlukan. Ada bebera-
pa metode yang dapat digunakan untuk n1enentukan distribusi hujan ren-
cana. Beberapa metode yang akan dipelajari dalam bah ini adalah n1etode
Tadashi Tanimoto, Mononobe, dan Alternating Block Method (ABM).
260 HIDROLOGITERAPAN
,. . . . . . . . . .~-------...:==--
400
C
"'
":i'
..
:i::
-~
200
]
fi
100
0+--~--.-----.------.----.------.-----.---
0 30 60 120 180 240 300 360
Gambar 8.1. Kurva IDF Halim Perdana Kusumah - Jakarta (Loebis J; 1992)
Penyelesaian
Kedalaman hujan dengan beberapa durasi seperti diberikan dalam Ta-
bel 8.1. diubah menjadi intensitas hujan seperti diberikan dalam langkah
3, dan hasilnya diberikan dalam Tabel 8.2. Data intensitas hujan maksi-
mum tahunan untuk beberapa durasi hujan tersebut dianalisis dengan
menggunakan metode analisis frekuensi (Bab VII) untuk mendapatkan
intensitas hujan dengan beberapa periode ulang. Untuk menyederhanakan
analisis, dianggap bahwa dalam analisis frekuensi ini sebaran data sesuai
dengan distribusi Gumbel (seharusnya mengikuti prosedur seperti diberi-
kan dalam Bab VII). Untulc itu dihitung nilai rerata dan deviasi standar
dari data tersebut, yang hasilnya untuk berbagai durasi hujan diberikan
dalam dua baris terakhir dari Tabel 8.2. Dengan menggunakan cara seper-
ti diberikan dalam Bab VII, dihitung intensitas hujan untuk beberapa pe-
riode ulang, yang hasilnya diberikan dalam Tabel 8.3. dan Gambar 8.2.
Dari Tabel 8.3. dibuat gambar hubungan antara intensitas hujan dan
durasi untuk beberapa periode ulang. Dari sebaran data tersebut dibuat
analisis regresi yang hasilnya berupa kurva IDF yang mempunyai bentuk
persamaan berpangkat. Dalam gambar tersebut persamaan kurva IDF
adalah :
•• _ . . .. ._ __ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _111111111111111
Tabcl 8.1. Kcdalaman hujan untuk bcbcrapa durasi di Semarang
Durasi (menit)
No Tahun
5 10 15 30 45 60 120
l 1969 20 25 30 50 53 53 55
2 1970 18 22 32 46 46 47 51
3 1971 21 26 28 40 43 44 50
4 1972 ll 20 25 30 35 38 45
5 1973 22 22 25 38 40 40 44
6 1974 21 31 42 62 78 80 89
7 1975 11 15 18 28 38 40 41
8 1976 27 30 34 43 50 54 72
1977 17 20 32 43 59 75 107
9
10 1978 17 25 36 60 72 85 98
11 1979 15 24 29 37 50 56 99
12 1980 14 28 62 82 82 91 175
13 1981 20 40 50 65 70 80 113
14 1982 10 10 16 47 56 69 80
15 1983 18 36 54 73 80 93 93
16 1984 16 27 35 47 61 67 79
17 1985 15 25 35 55 71 96 149
18 1986 31 46 62 72 82 100 105
19 1987 27 32 37 60 75 88 93
20 1988 15 26 36 51 71 81 102
21 1989 16 26 30 44 55 80 100
22 1990 10 21 31 52 59 59 65
23 1991 12 20 31 41 48 50 62
24 1992 16 22 32 58 80 85 92
25 1993 24 32 43 80 90 98 l l6
263
VTII. HUJAN RENCANA
, .........
Tabel 8.2. Intcnsitas hujan dihitung dari Tabcl 8.1.
264
HIDROLOGI TERAPAN
......
Tabcl 8.3. Hujan dengan bebcrapa durasi dan periode ulang
T Durasi (mcnit)
(tahun) 5 JO 15 30 45 60 120
2 259.4 188.0 174.7 125.3 98.3 86.2 59.8
5 328.0 235.2 222.7 155.3 120.3 107.3 76.7
10 373.4 266.5 254.5 175.2 134.9 12 l.2 87.9
25 430.7 306.0 294.7 200.4 153.3 138.8 102.l
50 473.3 335.3 324.4 219.1 166.9 151.9 112.6
500 . . . - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ,
450
- 400
E
~ 350 y = 1018.Sx--0·4511
E
.S 300 ;i:: / y = 927.97x--0.4608
C
3'
.r.
250 y = 805.97x--0.4603
II)
IO 200 y = 709.45x--0·4597
.:: y = 563.75x--0.4S8
II)
150
-
C
Q)
.E 100
50
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Durasi (menit)
Penurunan kurva IDF dengan cara seperti diberikan dalam Sub Bab
8.2. dapat dilakukan apabila tersedia data hujan otomatis, sehingga di-
peroleh hujan dengan durasi singkat (5, l 0, 15, ... menit). Apabila yang
tersedia adalah data hujan harian, Mononobe (Suyono dan Taked'½ 1983)
mengusulan persamaan berikut ini untuk menurunkan kurva IDF.
Periode Ulang T 2 5 10 25 50
Hujan (mm) 103.0 133.8 152.56 174.5 189.9
Penyelesaian
Dengan menggunakan Persamaan (8.1) untuk hujan dengan periode
ulang p=103 mm dan durasi hujan 5 menit, akan diperoleh :
2
= l0 3 ( 24 1 =1871' mm
3
I
' 24 (5 / 60))
Hitungan dengan persamaan tersebut dilanjutkan untuk durasi dan keda-
laman hujan yang lain, dan hasilnya diberikan dalam Tabel 8.4. dan Garn-
bar 8.3. Hitungan dilakukan dengan durasi sampai 300 menit (5 jam).
Persamaan kurva IDF mempunyai bentuk :
Periode ulang 2 tahunan : y = 547 ,03 x --0.6667
...
Tabel 8.4. Hasil hitungan IDF
400 ~ - - - - -- - - - - - - - - - - - - - - - ,
350
300
Ero
'::::'
E 250
-
C
E
ro
·s-
:r
200
en
s y = 1009.2x-0·6667
-~ 150
Q) y = 927.1 ax-0.6667
£ y = 810.06x-0·6667
100
y = 710.84~6667
50 y = 547.0Jr0-61'7
0-t----~-----,..--~--~----.-----.--~
0 50 100 150 200 250 300 350
Durasl Hujan (menlt)
Td Waktu
I = 2p (8.2)
P Td
Nilai r umumnya ditetapkan sebesar 0,3 sampai dengan 0,5. Jika r dite-
tapkan sebesar 0,5 maka puncak hyetograph akan terletak pada perte-
ngahan lama hujan. Gambar 8.5. adalah distribusi hujan segitiga.
C:
ro
:::;
..c:
en
ro
.....
en
C:
B
-C:
Waktu (jam)
. I I ' I II I I •
• 1¢1¢1 1
3. Alternating Block Method (ABJ\1)
Alternating Block A1etlwd (ABM) adalah cara scdcrhana untuk mcm-
buat hyetograph rcncana dari kurva lDF (Chow ct al., 1988). Jfyetograph
rcncana y~mg dihasilkan olch mctodc ini adalah hujan yang tc1jadi dalam
11 rangkarnn interval waktu yang bcrunnan dt..:ngan Jurasi 6.f sclama
35
30
C
~ 25
:l
~ 20
nJ
-;; 15
C
.! 10
C
5
0 .i==l--l--J~-1----1------!--l---+--t===I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jam ke-
Penye)esaian
I
Hitungan dilakukan dengan menggunakan Tabel 8.5. Dari Persamaan
(8.1) dihitung intensitas hujan untuk Td = !1t , Td =211t, Td =3.11 dan se-
terusnya dengan 11.t = 1 jam seperti diberikan dalam kolom I, 2 dan 3.
Dalam hal ini durasi hujan adalah 6 jam. Kedalaman hujan (kolom 4)
adalah perkalian antara intensitas hujan (kolom 3) dan durasi (kolom I).
Pertambahan hujan atau kedalaman hujan jam-jaman (kolom 5) adalah
selisih kedalaman hujan yang berurutan (kolom 4). Kolom 6 adalah keda-
la1nan hujan jam-jaman yang dinyatakan dalam persen. Kolom 7 adalah
hyetograph yang dinyatakan dalam persen, yang diperoleh dengan me-
nempatkan nilai (%) hujan tertinggi pada kolom 6 di tengah-tengah durasi
hujan yaitu baris 3 pada kolom 7. Selanjutnya baris I kolom 6 ditempatan
ke baris 3 kolom 7, baris 2 kolom 6 menjadi baris 4 kolom 7, baris 3 ko-
lom 6 1nenjadi baris 2 kolom7, dan seterusnya. Kolom 8 hyetograph da-
lam mn1, yaitu perkalian antara persen hyetograph pada kolorn 7 dengan
kedalaman hujan dengan periode 10 tahunan yaitu 152 mm. Gambar 8.7.
adalah hietograf hasil hitungan.
Tabel 8.5. Hitungan hyetograph dengan metode ABM
Td f1t 11 11 Td !).p Pt hyetograph
(jam) (jam) (mm/jam) (mm) (mm) (%) (%) (mm)
(1] [2] [3] [4] (5] [6] [7] (8]
1 0~1 52.7 52.7 52.7 55.03 6.75 10.3
2 1~2 33.2 66.4 13.7 14.30 10.03 15.3
3 2~3 25.3 76.0 9.6 10.03 55.03 83.6
4 3~4 20.9 83.6 7.6 7.99 14.30 21.7
5 4~5 18.0 90.1 6.5 6.75 7.99 12.l
6 5~6 16.0 95.8 5.6 5.90 5.90 9.0
Jumlah 95.8 100 100.00 152
80
·E· 70
E
---
C
60
ro
"5' 50
I
C
ro 40
E
ro
«i 30
"O
Q)
~ 20
10
0-
1 2 3 4 5 6
I
272 HIDROLOGITERAPAN
:s 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
-
::i::
~
N
Q_
1.0
1\PE. \\
~
~ )(
0.9
>
z e:..
...J
;r:, ~
~
z ._0 0.8
(j z
> <
c.,
z z 0.7
> w
0 Tipe I - Pulau Jawa (Sumber: Revised and enlarged edition of The
LL hourly rainfall analysis in Java by Tadashi Tanimoto)
~
l
0 .6
:::, lloe II - Seba11ian Amerlka Serlkat, )uerto Rico danPulau Vir inia
~
:::,
~
z 0 .5
<
-, TI e Ill - Woru Turi - Jawa Timur
:::>
I
I
~
:::>
u
0.4
~
I::
-
i
z
<
0 .3
~
I:::
,:::,
.....
(.!)
z 0 .2
0
z<(
~
,,~E. \\
a)
0 .1
~
z
0 7 8 9 10 11 12 13 14 15
2 3 4 5 6
0 1
WAKTU • JAM
N
Gambar 8.8. Dis tribusi huja n 24 jam
-a
~
30 .
26
25 24
20
t: 17
t"j
"5" 15
..c: 13
~
10
7
5.5
5 4 3.5
.
0 I
'
1 2 3 4 5 6 7 8
I ...
75:SP< I 00 mm dan P> I 00 mm, hujan lebih sering terjadi dengan durasi 6
jam. Bcrdasar pcngamatan data hujan kemudian ditetapkan durasi 6 jam
sebagai durasi yang mcwakili kondisi hujan yang sering terjadi di lokasi
pcnclitian. Selanjutnya data hujan jam-jaman ini dipresentasikan dalam
bentuk persen kumulatif kedalaman hujan, dan digambarkan dalam ben-
tuk kurva profil hujan dan dibuat profil hujan reratanya, seperti ditunjuk-
kan dalam Gambar 8.11. Profil hujan rcrata tersebut merupakan pola dis-
tribusi hujan di lokasi studi, yang bisa dinyatakan dalam grafi.k nilai re-
rata pada Tabel 8. 7.
25 8 5
7
20 7 - 4 4
20 4
C
C 6
-~ 16 -~
"O
"O ro
ro
·a, 15 ·a, 5
.:£ .:£
"iii "iii 4
C
10 C 3 3
Q.) 9 QJ
::, 10 ::,
.:£
3
.:£
....
Q.) 2
....
Q.)
u..
5
u.. 2 - 1
-
2 1
0 0 0
0 0 0
4 5 6 7 8 4 5 6 7 8 4 5 6 7 8
a. Tinggi hujan 50 :SP :S 75 mm b. Tinggi hujan 75 :S P :S 100 mm c. Tinggi hujan P > 100 mm
100
90
~ 80
"--'
4-..
.... 70
-t,;j
::,
60
E
::,
~
C so
t,;j
·--.
::,
..c:: 40
C
~
(I)
30
I-.
~
~ 20
-Rerata
10
0
0 12.5 25 37.5 50 62.5 75 87.5 100
Sul Latihaa
1. Diketahui data hujan dari suatu stasiun hujan ot0tnatis, seperti diberi-
kan dalam Tabel 1. Buatlah kurva IDF dengan menggunakan data ter-
sebut.
2. Dari hasil analisis frekuensi terhadap data hujan harian maksimum ta-
hunan di suatu stasiun dari tahun 1985 sampai 2005, diperoleh keda-
laman hujan dengan periode ulang 2, 5, 10, 25 dan 50 tahunan seperti
diberikan dalam Tabel 2. Buat kurva IDF dari data hujan harian ter-
sebut
3. Diketahui data hujan rerata dan deviasi standar yang diperoleh dari da-
ta kedalaman hujan maksimum tahunan selama 15 tahun unhlk bebe-
rapa durasi hujan seperti diberikan dalam Tabel 3. Dengan mengguna-
kan distribusi Gumbel, tentukan untuk setiap durasi intensitas hujan
rencana dengan periode ulang 2, 5, 10, 25 dan 50 tahunan. Gambar
kurva IDF.
Hitung :
a. Kedalaman hujan dengan periode ulang 2, 5, 10, 25 dan 50 ta-
hunan.
b. Kedalaman hujan dengan periode ulang seperti pada butir a. Un-
tuk durasi 2, 10, 15, 20, 30, 60, 120, 180, 240, 300 menitan.
c. Buat kurva IDF
d. Buat hyetograph dengan metode ABM
PENELUSURAN
ALIRAN
9.1. Umum
Penelusuran aliran adalah prosedur untuk menentukan waktu dan de-
bit aliran (hidrograf aliran) di suatu titik pada aliran berdasarkan hidro-
graf yang diketahui di sebelah hulu. Apabila aliran tersebut adalah banjir
maka prosedur tersebut dikenal dengan penelusuran banjir. Penelusuran
aliran ini banyak dilakukan dalam studi pengendalian banjir, di mana per-
lu dilakukan analisis perjalanan/penelusuran banjir di sepanjang sungai
atau di suatu waduk. Dengan penelusuran banjir ini apabila hidroraf di
bagian hulu sungai atau waduk diketahui maka akan dapat dihitung ben-
tuk hidrograf banjir di bagian hilimya.
Ada dua macam penelusuran aliran yaitu penelusuran hidrologis dan
penelusuran hidraulis. Pada penelusuran hidrologis dicari hidrograf debit
di suatu titik di hilir berdasar hidrograf di hulu. Penelusuran secara hidro-
logis dapat berupa penelusuran waduk dan penelusuran sungai. Pada pe-
nelusuran hidraulis dicari hidrograf debit di beberapa titik di sepanjang
aliran. Buku ini hanya membahas penelusuran aliran secara hidrologis,
sedang penelusuran hidraulis dapat dipelajari dalam buku-buku hidrau-
lika.
I-0 = dS (9. 1)
dt
dengan:
3
J : aliran masuk (inflow) ke mas sungai ( m / d)
3
0 : aliran keluar (out.flow) dari ruas sungai ( m / d)
3
dS : perubahan tampungan (storage) di ruas sungai ( m )
dengan:
S : volume tampungan,
280 HIDROLOGI TERAPAN
I : aliran masuk (inflow) ,
0 : aliran keluar (outflow),
K : koefisien tampungan, yaitu perkiraan waktu perjalanan air sungai,
x : faktor pembobot, yang bervariasi antara Odan 0,5.
Suatu waduk dilengkapi dengan bangunan pelimpah (spillway). Alir-
an melalui bangunan pelimpah tergantung pada lebar bangunan pelimpah
(B), tinggi peluapan (fl) dan koefisien debit (Cd) yang diberikan oleh
bentuk berikut :
312
O=CdBH (9.4)
cl =Co (9.8b)
C _ 2- l'lt/ K
2 (9.8c)
- 2 +(ru / K)
(9.8d)
Contoh 1
Diketahui hidrograf aliran masuk (inflow) seperti diberikan dalam Ta-
bel 9 .1, ke waduk dengan konstanta K = 2 jam. Buatlah penelusuran I
'
banjir dari hidrograf aliran masuk melalui waduk.
Penyelesaian
Hitungan dilakukan dengan menggunakan Tabel 9.2. dan dengan
langkah/tahapan mulai dari waktu (jam) ke O menuju jam ke 1; basil yang
C
2
= 2-1/2 =06
2 + (1/2) '
Dihitung nilai C 0 / 2
, C 11i, C 2 0 1 seperti diberikan oleh Persamaan
(9.7) clan hasilnya diberikan dalam kolom 3, 4 dan 5:
Co 12 = 0,2x25 = 5,0m3 Id
C1 Ii =0,2xl5=3,0m3 /d
C2 0 1 =0,6xl5 =9,0 m3 / d
Aliran keluar dihitung dengan Persamaan (9.7) :
3
02 =Coli +C1/1 +C2 0 1 =5+3+9=17m /d
3. Hitungan dilanjutkan untuk langkah-Iangkah berikutnya, dan hasilnya
diberikan dalam Tabel 9.2. Gambar 9.1 . adalah hidrograf aliran masuk
dan aliran keluar. Dari Gambar 9.1. terlihat bahwa debit puncak aliran
keluar lebih kecil dari pada aliran masuk. Berk:urangnya puncak debit
tersebut disebabkan karena adanya debit yang tertampung dalam
waduk.
HIDROLOGJTERAPAN
450
400
350
_ 300
-0
o 150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Waktu Uam)
Contoh 2
Dengan menggunakan data seperti diberikan dalan1 contoh 1, hitung
penelusuran banjir dengan menggunakan 1nctode ini.
Penyelesaian
Hitungan dilakukan dengan menggunakan Tabel 9 .3 . dan dengan
langkah/tahapan rnulai dari waktu (jam) ke 0 menuju jam ke l; hasil yang
diperoleh pada jam ke 1 digunakan untuk menghitung nilai pada jam ke
2; dan seterusnya. Hitungan dapat dilakukan dengan mudah mengguna-
kan softi-vare Excel.
Terdapat hubungan antara tampungan dan aliran keluar seperti diberi-
kan dalarn Persamaan (9.2). Untuk nilai K = 2 maka persamaan tersebut
menjadi :
S=20 (1)
450 ~ - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ,
400
350
_ 300
-0
<"'i 250 -+-nflow
.s ---outflow
15 200
(I)
Cl 150
100
50
0 4=-....=..,..---,---,--,---,--...--T---r---r---r---r--r--,----,-----r---r----,---,--r---r--r---r--r--f
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Waktu (jam)
288 HIDROLOGITERAPAN
Contoh 3
Diketahui suatu waduk yang dilengkapi dengan bangunan pelimpah
yang mempunyai lebar B = 20 m dan koefisien debit Cd= 1,70 . Elevasi
puncak bangunan pelimpah adalah + 500 rn. Di atas elevasi tersebut luas
pcn11ukaan waduk adalah I 00 ha dengan penambahan 5 ha untuk setiap
kenaikan air I m. Hidrograf aliran masuk seperti diberikan dalam Contoh
I. Hitung penelusuran banjir.
Penyelesaian
Hitungan dapat dilakukan dengan mudah menggunakan software Ex-
cel; dan dengan prosedur berikut ini.
I. Dibuat hubungan antara tinggi peluapan (H) dan tampungan S
3
( m I d) dengan menggunakan Tabel 9.4. Dalarn tabel tersebut ko-
lom 1 adalah elevasi bangunan pelimpah, sedang kolom 2 adalah
tinggi peluapan. Dengan mengunakan Persamaan (9.3) dapat dihitung
debit aliran yang melalui bangunan pelirnpah (outflow, 0) seperti di-
berikan dalam kolom 3. Luas pennukaan waduk pada elevasi 550 m
adalah 100 ha (l .000.000 m 2 ) dan setiap kenaikan muka air sebesar
I m ada penambahan luas 5 ha seperti diberikan dalam kolom 4. Vo-
lume tampungan dihitung mulai di atas elevasi puncak bangunan pe-
limpah, sehingga pada elevasi 550 m volume tampungan adalah nol.
Pada kenaikan 1 m, volume tampungan adalah luas permukaan rerata
pada elevasi 550 dan 551 m dikalikan tinggi peluapan, seperti diberi-
kan dalam kolom 5. Kolom 6 adalah volume tampungan dalam
3
m I d yang diperoleh dari kolom 5 dibagi 3600 detik. Hubungan an-
tara tinggi peluapan H (kolom 2) dan tampungan S (kolom 6) dibe-
rikan oleh Gan1bar 9.3. dan menghasilkan persamaan berikut :
2
H = 6,9444S + 277,78S (l)
S (m3/d )
2500 . . . - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ,
1500
1000
500
H(m)
o~-------..---.-----.---....,.------1
0 1 2 3 4 5 6 7
200 -
-
~
C')
150
-
E
0 100
50
0
1000 2000 3000 4000
-50
2S/dt+O (m'.3/d)
I s /3, a 2 = 0
\Vaktu H
j 3 11 + 12 + P1 3
(m)
(jam) (nr I d) (m I d) (m 3 I d) (m I d)
3
(m I d)
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]
0 15 261.4 507.8 537.8 15.0 0.92
l 25 302.8 587.1 547.8 18.6 1.06
2 123 390.1 753 .3 734.9 26.9 1.36
3 252 563.2 1080.6 1127.7 45.7 1.93
4 380 813.6 1550.0 1712.5 77.l 2.74
5 428 1093.3 2070.0 2358.0 116.6 3.61
6 398 1333.5 2513.8 2895.3 153.3 4.33
7 342 1498.3 2817. l 3253.l 179.6 4.81
8 285 1587.7 2981.3 3443.5 194.2 5.07
9 237 1615.8 3032.7 3502.5 198.9 5.15
10 196 1598.2 3000.4 3465.5 195.9 5.10
11 163 1548.1 2908.5 3359.4 187.7 4.96
12 136 1476.8 2777.5 3206.8 176.1 4.75
13 112 1392.9 2623.2 3025.3 162.6 4.51
14 94 1303.5 2458.4 2829.1 148.6 4.24
15 77 1213.6 2292.4 2629.3 134.7 3.97
16 64 1126.8 2132. 1 2434. l 121.6 3.71
17 53 I 045.8 1981.9 2249.8 109.6 3.46
18 45 971.8 1844.6 2079.9 99.0 3.24
19 37 905.2 1720.8 1925.9 89.6 3.03
20 31 846.0 1610.5 1788.2 81.5 2.84
21 25 793.9 1513.2 1666.5 74.5 2.68
22 21 748.1 1410.4 1559.4 68.5 2.53
22 17 700.6 1311.3 1448.4 62.4 2.38
22 14 655.4 1217.6 1342.5 56.8 2.23
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314 15161718 1920 2122 2324 25
Waktu (jam)
_ Tarnpungan baji
----- = KX(l-0)
Tampungan prisma
= KO
Dengan anggapan bahwa luas tampang lintang aliran banjir adalah se-
banding dengan debit di tampang tersebut, maka volutne tampungan pris-
ma adalah KO, dan volun1e baji adalah Kx(l-0) di n1ana x adalah faktor
pembobot yang mempunyai nilai antara O dan 0,5. Tampungan total ada-
lah jumlah dari tampungan prisma dan tampungan baj i :
S = KO + Kx(l - 0)
294 HIDROLOGITERAPAN
S1 = K[x / 1 +(l-x)OiJ (9.15a)
C _ At I K +2x (9.17b)
1
- 2(1- X) + (At I K)
(9.17d)
Aliran masuk / 1 dan / 2 serta 0 1 diketahui untuk setiap Iangkah waktu,
sehingga penelusuran banjir dapat diselesaikan dengan menggunakan
Persamaan (9 .15) untuk mendapatkan nilai 0 2 •
Dalam penyelesaian penelusuran banjir di sungai dengan rnengguna-
kan metode Muskingum, nilai K diperkirakan dari waktu perjalanan air di
sungai; sedang nilai x dilakukan dengan kalibrasi. Kalibrasi dilakukan
dengan prosedur berikut ini. Pertama digambar hubungan antara S clan
x I+ (1-x) 0 untuk beberapa nilai x. Oleh karena nilai S dan x I +(1-x)O
diasumsikan mempunyai bentuk linier, maka nilai x yang dipilih adalah
yang memberikan kurva Jinier terbaik, yaitu kurva tersempit. Setelah
kurva terbentuk, nilai K ditentukan dengan menggunakan persamaan
berikut:
K= S
[x/+(1-x)O]
Pcnyelesaian
Hitungan dilakukan dcngan menggunakan Tabcl 9.6. Hitungan dapat
dilakukan dengan mudah menggunakan software Excel.
Prosedur hitungan adalah sebagai berikut ini (Ii hat Tabel 9 .6).
: 1. Kolom 1 adalah waktu (jam). Pada waktu ke O data debit alira n ma-
suk / 1 diketahui (kolom 2), aliran keluar 0 1 dianggap sama dengan
/ 1 yang dianggap sebagai aliran dasar dan diberikan dalam kol01n 6.
2. Interval waktu ru = 1 j am, K = 2,3 dan x= 1,5. Denga n menggunakan
Persamaan (9.17a) sampai (9.17c) maka diperoleh :
C1 / 1 = 0,3442 x 15 = 5,16 m 3 Id
C2 0 1 = 0,59267 x 15 = 8,8 m 3 Id
_j
•
02 = C0 / 2 + C1/ 1 + C20 1 = l,58+5,16 +8,89=f~6l f ti
400
350
100
50
'
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Waktu Uam )
Contoh 5
Penyelesaian
3. Dicoba beberapa nilai x yang berada di anatara 0,0 sampai 0,5; yang
dalam hal ini dicoba .x=0,1; x=0,2 dan .x=0,3. Untuk setiap nilai x dihi-
tung x I+ (I - x) O yang hasilnya di berikan dalam kolon1 5 sampai 7.
Dibuat kurva hubungan antara S dan x I + (1- x ) 0 seperti ditunjukkan
dalan1 Gambar 9.8. Nilai x yang terbaik adalah yang memberikan kur-
va tersempit, yang dalam contoh ini adalah .x=O, I.
800 800
700 700
600 600
900
800
700
600
500
en
400
300
200
100
0
0 100 200 300 400
x l+(1-x)O
t (jam) I t (jam) I
0 0 6 80
I 20 7 60
2 40 8 40
3 60 9 20
4 80 10 0
5 100
t I I
(jam) (m3 Id) (jam)
0 10 6
1 15 7
2 50 8
3 150 9
4 190 10
5 150 11
t I 0
0 168 168 6
1 218 176 7
2 304 240 8
3 453 300 9
4 598 424 10
5 621 553 11
PENGEMBANGAN .t
I
SUMBERDAYA AIR
10.1. Umum
Pengembangan sumberdaya air dapat dilcelompokkan dalam dua kegi-
atan yaitu pemanfaatan air dan pengaturan air (Gambar IO.I). Untuk da-
pat melaksanakan kedua kegiatan tersebut diperlukan konsep, perancang- \ J
an, perencanaan, pembangunan dan pengoperasian fasilitas-fasilitas pen-
dukungnya. Pengembangan sumberdaya air merupakan cabang dari ilmu
teknik sipil, yang didukung oleh ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu ekonomi,
poiitik, geoiogi, elektro, mesin, kimia, biologi, lingkungan, dan sosial.
Pemanfaatan sumberdaya air meliputi penyediaan air untuk kebutuh-
an air bersih, irigasi, pembangkit listrik tenaga air, perikanan, peternakan,
pemeliharaan sungai (pengenceran polusi), dan lalulintas air. Berbagai
kebutuhan air tersebut harus dapat dilayani oleh air yang tersedia yang bi-
sa berupa air permukaan ataupun air tanah. Perlu diingat bahwa keterse-
diaan air merupakan fungsi waktu, yang melimpah/berlebih pada musim
penghujan dan berkurang pada musim kemarau. Untuk itu perlu dipelajari
ketersediaan air dengan keandalan tertentu untuk dapat memenuhi kebu-
tuhan tersebut. Pada musim penghujan keberadaan air berlebih dalam
hentuk banjir yang sering dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat.
Kegiatan pengendalian banjir, drainasi, pembuangan limbah, tennasuk
dalam pengaturan sumberdaya air sehingga kelebihan air tersebut tidak
menimbulkan bencana.
' .........
Pengembangan
Sumberdaya Air
Pernanfaatan Air
Pengaturan Air
, r
•r
Kedua jenis kegiatan saling berkaitan. Di satu sisi, pada musim peng-
hujan air berlimpah sehingga hams secepatnya dibuang ke laut supaya ti-
dak menimbulkan banjir. Di sisi lain, pada musim kemarau ketersediaan
air berkurang untuk dapat memenuhi kebutuhan air yang relatif tetap dan
bahkan meningkat. Untuk itu perlu dilalqlkan pengelolaan sumberdaya air
yang efisien dan efektif, dengan memperhatikan dampak negatif banjir
dan kekeringan. Hal ini mengingat bahwa dengan bertambahnya jumlah
penduduk kebutuhan air semakin meningkat, sementara ketersediaan air
semakin berkurang.
Pengelolaan sumberdaya air tersebut membutuhkan berbagai fasilitas,
seperti bendungan/waduk untuk menampung kelebihan air di musim hu-
jan dan memanfaatkannya di musim kemarau, bangunan irigasi seperti
bendung, saluran irigasi dan drainasi serta sarana pendukung lainnya, sis-
tern jaringan perpipaan untuk melayani kebutuhan air bersih, fasilitas
pembangkit listrik tenaga air seperti bendungan, saluran/terowong pem-
bawa, surge tank, penstock. tailrace, dsb.
304 HIDROLOGI TERAPAN
10.2. Prosedur Pengembangan Sumberdaya Air
Rencana Alokasi
-
- Skcnario Pcngcm-
-
Rckomendasi Proyek
Air Optimum bangan Optimum PS D Pcngairaa
'
---------------- 'l
'.
PSD
·~
Pengairan
r-+
'
Dampak
Lingkungan
·~
Biaya
J
'
,:,,
'-V
C:
~ co
2::l
.D t::
C:
C:
ell
~
C:
co
::l
:5
'C:
c-.s
~
C:
:.a
ct)~
C:
ell
ell
C:
co
"3
:.a
ct)
I
..c
...
0
I
-~
E co -0
V'.)
s::
co
>,
c-.s
.;;;
C:
0
E
0 0
.D "3
ct)
C: V'.) ::,
...
V'.)
"3
s::
0
ct)
s::
;::::
~
0 -~ co 5 0
0..
~ ,!. ~ t:: !l E ct) "3
E- 0 ti) eo V'.) C:
·;;; co en
<I)
·;;; 0
0
V)
·;;;
Q.,
...
ct)
~ 0..
ct) 4)
~
... V'.)
·;;; ·co V'.)
<I)
C:
::,
en
0..
-0
-;;;
z... co ~ c-.s
... -;;; ~
.2
-;;; <-2 -;;; -;;;
C:
C:
co
~ C: C:
< ::l
~< <
C: C:
<
C:
< < < .ii
en
' ' ' '
,
I
Sistem Data SWS
..................................... ...
-···-···· \.
Keterangan:
I. Studi Penyusunan & Pengadaan Sistem data base SWS
2. Studi Neraca Air
2a. Studi Kebutuhan Air SWS
2b. Studi Potensi Air SWS
3. Studi Potensi Pengembangan PSD (Prasarana dan Sarana Dasar) Pengairan SWS
4. Studi Rencana Induk Pengembangan SDA SWS
....
10.3. Ketersediaan Air
Ketersediaan air adalah jumlah air (debit) yang diperkirakan terus
menerus ada di suatu lokasi (bendung atau bangunan air lainnya) di su- ~
ngai dengan jumlah tertcntu dan dalam jangka waktu (periode) tertentu
(Direktorat Irigasi , 1980). Air yang tersedia tersebut dapat digunakan un-
1
tuk berbagai keperluan seperti air baku yang meliputi air domestik (air
minum dan rumah tangga) dan non domestik (perdagangan, perkantoran)
dan industri, pemeliharaan sungai, petemakan, perikanan, irigasi dan
pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Pada PLTA, air hanya dilewatkan
untulc memutar turbin dan setelah itu dikembalikan lagi ke sungai untuk
dapat digunakan untuk keperluan lainnya. Dengan kata lain PLTA tidak
mengkonsumsi air, sedang untuk keperluan yang lain air dikonsumsi se-
hingga mengurangi air yang tersedia.
Untuk pemanfaatan air, perlu diketahui informasi ketersediaan air an-
dalan (debit, hujan). Debit andalan adalah debit minimum sungai dengan
besaran tertentu yang mempunyai kemungkinan terpenuhi yang dapat di-
gunakan untuk berbagai keperluan. Untuk keperluan irigasi, debit mini- ;
mum sungai untuk kemungkinan terpenuhi ditetapkan 80%, sedang untuk
keperluan air baku biasanya ditetapkan 90%. Misalnya debit andalan 80%
adalah 3 rn 3 Id , artinya kemungkinan terjadinya debit sebesar 3 m3 I d
atau lebih adalah 80% dari waktu pencatatan data; atau dengan kata lain j
20% kejadian debit adalah kurang dari 3 m3 Id. ~
1800
1600
1400
-
-u
M'"
1200
.s
-
.0
CD
1000
800
0
600
400
200
308
HIDROLOGI TERAPAN
dalam Gambar 10.5. Debit andalan 80% dapat ditentukan dengan cara
yang sama pada debit harian; dan hasilnya adalah 7,3 m3 / d .
2000 - . - - - - - - - - - - - - -- - - - - - - - - ,
1500
--
-0
C")
.S
.... 1000
:.0
Q)
0 Andalan80%
500
o L, --,----,----,---.-------r----,--=::::=::=::;=~ - ~ - - - - - - l
0 20 40 (%) w aktu 60 80 100
Gambar 10.4. Hidrograf debit rerata dua mingguan B. Solo tahun 1994 f
I
X. PENGEMBANGAN SUMBERDAYA AIR 1ot1
.... t...
r Kurva Massa Debit ----7
I 1500 --- I
II I
I
1250
I
I 1000
lu
! i
.0
CD
750
0
500
I
250
I
0 (
0 20 40 % waktu 60 80 100
310 HIDROLOGITERAPAN
1990 sampai 2005. Untuk itu dibuat hujan rerata kawasan. Berdasar data
hujan dan debit pada tahun yang sama, yaitu tahun 2000 sampai 2002, di-
buat suatu persa1naan yang merupakan hubungan antara kedua parameter
(misalnya bentuk persamaan regresi). Dengan menggunakan persamaan
tersebut dan data hujan dari tahun 1990 sampai 2005 dapat dihitung debit
aliran pada tahun tersebut.
I
Hubungan Q-p
Tahun yang Sama
(2000-2002)
1,
.... Q = f(p)
'F
Bangkitan Debit Q
Tahun 1990-2005
'
Contoh 1
2mg Bulan
Tahun Jumlah
ke Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep 0kt Nov Des
1 144 224 180 96 112 214 69 82 0 100 300 225
1989
2 207 245 143 25 119 9 38 2 17 66 30 218 2865
1 132 43 146 27 48 4 10 I 0 0 0 96
1990
2 218 212 1I3 61 3I 43 4 59 0 55 8 211 1522
1 317 346 65 308 38 7 0 0 0 0 35 16
1991
2 180 146 124 117 0 0 0 0 3 14 96 117 1929
1 421 208 194 297 24 16 35 0 73 60 201 203
1992
2 266 181 190 151 118 5 0 187 37 197 296 31 3391
1 173 154 173 436 103 58 0 2 0 3 165 229
1993
2 211 72 184 58 20 6 0 0 0 2 100 50 2199
l 241 325 343 246 36 0 0 0 0 0 31 296
1994
2 183 192 246 39 0 0 0 0 0 8 65 114 2365
1 310 257 153 104 64 127 43 0 0 24 239 212
1995
2 63 180 206 92 49 65 0 0 2 81 415 43 2729
1 123 168 66 73 0 4 1 10 0 101 214 325
1996
2 234 56 84 77 48 8 0 4 0 128 312 23 2059
l 220 265 19 153 0 0 0 0 l 0 18 230
1997
2 91 147 41 10 0 0 0 0 0 0 51 104 1350
1 138 239 232 180 75 96 81 39 16 135 176 40
1998
2 155 190 103 99 39 99 173 0 41 426 171 292 3235
1 217 147 0 0 0 0 0 0 0 0 0 236
1999
2 176 162 0 0 0 0 0 0 0 0 0 50 988
Tabel 10.2. Data debit dua mingguan tahun 1993
2 mg Bulan
Tahun Jun
ke Jan Feb Mar Apr Mei
1 1.453 1.095 1.683 3.113 1.283 0.840
1993
2 1. 718 1.845 2.440 1.438 0.841 0.973
Penyelesaian
Dari data hujan dan data debit pada tahun yang sama, yaitu tahun
1993, dibuat persamaan regresi yang memberikan hubungan antara hujan
(mm) sebagai absis dan debit ( m 3 I d) sebagai ordinat seperti ditunjukkan
dalam Gambar 10.7. Persamaan garis tersebut mempunyai bentuk beri-
kut:
Berdasar Persamaati (1) dan data hujan pada tahun 1993 dapat dihi-
tung debit aliran. Gambar 10.8. menunjukkan perbandingan antara debit
hasil pengukuran dan hasil hitungan berdasar Persamaan (1). Gambar ter-
sebut menunjukkan bahwa pada saat tidak terjadi hujan, masih terdapat
debit aliran yang berasal dari aliran dasar. Untuk debit hasil hitungan,
aliran dasar adalah konstan; sementara untuk debit terukur aliran berku-
rang dengan waktu. Ketika hujan mulai hmm aliran meningkat.
Selanjutnya dengan menggunakan Persarnaan (1) dan data hujan dari
tahun 1989 sampai 1999, dapat diturunkan debit aliran pada tahun ter-
sebut. Hasil hitungan ditunjukkan dalam Tabel 10.3. dan Gambar 10.9.
I
1.5
I
Q)
♦
0
y = 0.0055x + 0.602
I 1.0 ♦ 2
R = 0.7188
♦
♦
0.5
0.0
0 100 200 300 400 500
Hujan (rrm)
-----
Qterukur-Qhitungan
3.5
3.0
~ Debit terukur
2.5
--E- 2.0
- - - Debit hitungan /
"O
-~ 1.5
0
1.0
0.5
0.0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Waktu (2 rringguan)
-
t..i
( Jl
Debit bangkitan dua ningguan 1989-1999
3.5
3.0
2.5
-
~
-
(")
E 2.0
~
.0
CD 1.5
0
1.0
0.5
0.0
1 25 49 73 97 121 145 169 193 217 241
Waktu (2 ningguan)
316 HIDROLOGITERAPAN
Tabcl 10.4. Debit andalan berdasar debit tahunan
Debit Urutan Andalan
Tahun Tahun
t
Tahunan Nomer Debit (%)
1989 1.26 1 1.38 9.09 1992
\ 1990
1991
0.95
1.04
2
3
1.34
1.26
18. 18
27.27
1998
1989
1992 1.38 4 1.23 36.36 1995
1993 1.11 5 1.14 45.45 1994
1994 1.14 6 1.11 54.55 1993
1995 1.23 7 1.07 63 .64 1996
1996 1.07 8 1.04 72.73 1991
1997 0 .91 9 0.95 81.82 1990
1998 1.34 10 0.91 90.91 1997
1999 0 .83 11 0.83 100.00 1999
Tabel 10.8. Debit andalan 80% dua mingguan pertama dan kedua
2 Debit 2 mingguan
mmggu
ke Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept 0kt Nov Des
1 1.36 1.45 0.71 0.75 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.7 I. 13
2 1.45 1.41 1.06 0.74 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.61 0.77 0.84
318 HIDROLOGITERAPAN
~ Tabel 10.6. Debit 2 minqquan pe rt ama
"'C Jun Jul Agust Sept 0kt Nov Des
~ Tahun Jan Feb Mar Apr Mei
z 1989 1.39 1.83 1.59 1.13 1.22 1.78 0.98 1.05 0.6 1.15 2.25 1.84
~
~ 0.75 0.87 0.62 0.66 0.61 0.6 0.6 0.6 1.13
; 1990
1991
1.33
2.35
0.84
2.51
1.41
0.96 2.3 0.81 0.64 0.6 0.6 0.6 0.6 0.79 0.69
>
z 1992 2.92 1.75 1.67 2.24 0.7:1 0.69 0.79 0.6 1 0.93 1.71 1.72
~ 1993 1.55 1.45 1.55 3 1.17 0.92 0.6 0.61 0.6 0.62 1.51 1.86
z> 1994 1.93 2.39 2.49 1.96 0.8 ' 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.77 2.23
r:,; 1995 2.31 2.02 1.44 1.17 0.95 1.3 0.84 0.6 0.6 0.73 1.92 1.77
1'.
.f
5
~
:,-,
H196
19;7
1998
1.28
1.,1
1.36
1.53
2,06
1.91
0.96
0.71
1.88
1
1.44
1.59
0.6
0.6
1.01
0.62
0.6
1.13
0.61
0.6
1.05
0.66
0.6
0.82
0.6
0.6
0.69
1.16
0.6
1.34
1.78
0.7
1.57
2.39
1.87
0.82
0 1999 1.79 1.41 0.6 0.6 O.i 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 1.9
>
-<
>
""-
> Ta b e I 10..
7 De b 'tI 2 m1ngguan
. pe rtama
No Urut min(%) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept 0kt Nov Des
1 9.1 2 .92 2 .51 2.49 3 1.22 1.78 1.05 1.05 1 1.34 2.25 2.39
2 18.2 2 .35 2.39 1.88 2.3 1.17 1.13 0.98 0 .82 0.69 1.16 1.92 2 .23
.3 27.3 2 .31 2.06 1.67 2 .24 1.01 0.92 0.84 0.66 0.6 1.15 1.78 1.9
"4 36.4 1.93 2.02 1.59 1.96 0.87 0.69 0.79 0.61 0.6 0.93 1.71 1.87
5 45.5 1.81 1.91 1.55 1.59 0.81 0.64 0.66 0.61 0.6 0.73 1.57 1.86
6 54.5 1.79 1.83 1.44 1.44 0.8 0.62 0.61 0.6 0.6 0.62 1.51 1.84
7 63.6 1 .55 1.75 0 .96 1.13 0.73 0.62 0.6 0.6 0.6 0 .6 0 .79 1.77
8 72.7 1.39 1.53 0.96 1 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0 .6 0 .77 1.72
g 81.8 1.36 1.45 0 .71 0 .75 0.6 0.6 0.6 0 .6 0 .6 0 .6 0.7 1.13
10 90.9 1.28 1.41 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0 .6 0 .6 0 .82
11 100.0 1.33 0.84 1.41 1.17 0.95 1.3 0.6 0.6 0.6 0 .6 0 .6 0 .69
3. Kapan dimulainya persiapan pengolahan Iahan (golongan).
4. Jadwal tanam yang dipakai oleh petani, tennasuk di dalamnya pasok
air sehubungan dengan persiapan lahan, pembibitan dan pemupukan.
5. Status sistem irigasi dan efisiensi irigasinya.
6. Jenis tanah dan faktor agro-klimatologi.
KAI= (Etc+JR+WLR+P-Re) x A
(IO.I)
IE
dengan:
KAI : kebutuhan air irigasi, dalam liter/detik,
Etc : kebutuhan air konsumtif, dalam mrn/hari,
IR : kebutuhan air irigasi ditingkat persawahan, dalam mm/hari,
WLR : kebutuhan air untuk mengganti lapisan air, dalam mm/hari,
P : perkolasi, dalam mm/hari,
Re : hujan efektif, dalam mm/hari,
IE : efisiensi irigasi, dalam %,
A : Iuas areal irigasi, dalam ha.
Kebutuhan air konsumtif
Kebutuhan air untuk tanaman di lahan diartikan sebagai kebutuhan air
lj
Etc=Etoxkc (I 0.2)
dengan:
Etc : kebutuhan air konsumtif, dalam mm/hari,
Eto : evapotranspirasi, dalam mm/hari,
kc : koefisien tanaman.
'
320 HJDROLOGJTERAPAN
••
Hitungan kebutuhan air untuk irigasi selama penyiapan lahan perlu
memperhatikan jenis tanaman, usia tanaman sampai dengan panen, pola
tanam , efisiensi irigasi, lama penyinaran matahari dan lain-lain.
Perhitungan kebutuhan air selama penyiapan lahan, digunakan meto-
de yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijlstra (Standard Perenca-
naan Irigasi KP-01 , 1986), yaitu persamaan sebagai berikut :
dengan :
IR kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, dalam mm/hari,
M : kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi
dan perkolasi di sawah yang telah dijenuhkan.
= Eo + P (mm/hari),
P : perkolasi, dalam mm/hari,
Eo : evaporasi air terbuka (= 1.1 x Eto ), dalam mm/hari,
k= M(TIS)
e : koefisien.
Perkolasi (P)
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat tanah, dan sifat tanah
umumnya tergantung pada kegiatan pemanfaatan lahan atau pengolahan
tanah berkisar antara 1 - 3 mm/hari.
dengan :
Re : curah hujan efektif, dalam mm/hari,
Rso : curah hujan yang kemungkinan tidak terpenuhi sebesar 20%,
dalam mm.
dengan:
m : rangking dari urutan terkecil,
n : jumlah tahun pengamatan.
324 HIDROLOGITERAPAN
-------~ ..........
Q1 =365harix q(/) x P(n) ( I 0.6)
1000
dengan:
Q1 jumlah kebutuhan air untuk pemeliharaan/penggelontoran, da-
lam m 3 /th,
q(j) kebutuhan air untuk pemeliharaan/penggelontoran, dalam li-
ter/kapita/hari,
P(n) : jumlah penduduk kota, dalam kapita (orang).
365 ( )
Qt = }QQO q(clblh)x ftcthll1)+q(slg)x 1ts lg)+ q(Pi)x1tPi)+ q(Po)X/lPo) ( 10.7)
HIDROLOGI TERAPAN
326
Kebutuhan air untuk lain-lain
Kebutuhan lain-lain meliputi kcbutuhan air untuk mengatasi keba-
karan, taman dan penghijauan, serta kehilangan/kebocoran air. Menurut
Dircktorat Teknik Penychatan, Dirjcnd Cipta Karya DPU, kebutuhan air
untuk umum, kehilangan air dan kebakaran diambil 45% dari kebutuhan
air total dmnestik. Distribusi persentase kebutuhan sebagai berikut : 3%
untuk umum yang berupa kebutuhan air untuk taman kota dan penghi-
jauan, 28% untuk kehilangan air dan 14% untuk kebutuhan air pemadam
kebakaran.
.
Tabel 10.12. Pembagian Sub WS dan data yang berkaitan
Luas Luas Jumlah
Kode Kodc
Propinsi Nama WS Nama DPS DPS lrigasi Penduduk
sws DPS (km2 ) (km2) (x l000)
Jwa Barat 201 Ciujung-C iliman 201 1 Labuhan Merak 2447 307, 1 1332, 70
20 12 Ciuj ung 2499 284,4 1307,24
OKI Jkarta 202 Csdne-C iliwung 2020 Csadane-Ci liwung 4012 668,5 14106,47
Jwa Baral 203 Csdg-Ckuningan 2030 Csdg-C ikuningan 1012 1 1022,2 5 122,62
Jwa Barat 204 Citarum 204 1 Citarum I-lulu 4073 650,1 561 8, 10
2042 Cilarum Hilir 7994 2800,0 7757,38
Jwa Baral 205 Cimanuk 2051 Cimanuk 4341 1235,0 3273,82
2052 Cisanggarung 2573 928,4 3412, 12
Jwa Barat 205 Ciwulan 2060 Ciwulan 6510 896,0 4405,30
Jwa Baral 207 Citanduy 2070 Citanduy 5226 733,7 3608,58
JwTengah 208 Pemali Comal 2080 Pemali Comal 4936 1200,5 5 104,73
JwTengah 209 Serayu 2091 Serayu 3769 505,1 3 114,11
2092 Lukulo Dulang 368 1 658,9 2922,81
JwTengah 210 Jratunseluna 2 10 1 Buyaran 3113 610,3 3512,37
2 102 Serang-Lusi 3794 485,1 3041,33
2103 Kali Juana 3558 711 ,4 2562,42
Jw Tengah 211 Progo-Opak-Oyo Progo 2762 630,4 2410,88
Opak - Oyo 2622 396,5 2506,40
Jw Tengah 212 Bengawan Solo 2121 Bengwn Solo Hulu 10070 2385,6 8334,27
2122 Bengwn Solo Hilir 7989 1104,0 5202,99
2123 Grindulu Panggul 1607 103,3 666,22
Jwa Timur 213 Brantas 2131 Brantas Hilir 6275 1916,7 6558,94
2132 Brantas Hulu 5830 952,9 497 1,72
2133 Lumini Panguluran 3073 409,6 2010,44
Jwa Timur 214 Pkalen Sampean 2141 Pekalen Sampean 4759 1065,9 3232,84
2142 Badadung 5142 1105,3 3110,58
2143 Bajulputih 5068 1034,4 2496,33
Jwa Timur 215 Madura 2150 Madura 5669 259, 1 3352,76
Jumlah 133480 25060,6 115056,46
: _;~_·.-•y~·,,..-i • 1
, \, '1·~ .
o.bl~(O)
()-14) th
~ftik&
Hoo domctstil -r-~
:
Pcndudu,
Sensus 1990
tW7. 2022 5
O.C.Tahca'I
ywno-
Qtf(H)
OPS 1996
Temak
-[
11X17. 2022.5
DPS
Kolam
~) BPS 19Ge
tEJitsllng : IE • 0 .5
RF-o
rooiUl : IE • O.ts5
RF "' 0 .05
Dari data hujan bulanan dan data debit bulanan pada tahun yang sa-
ma, untuk setiap Sub SWS dibuat suatu persamaan yang memberikan hu-
bungan antara keduanya dengan menggunakan analisis regresi. Garn-bar l
6.5. (lihat Bab VI) adalah contoh hubungan hujan-limpasan untuk SWS
Ciujung-Ciliman. Berdasar hubungan hujan-debit limpasan dan hujan re-
rata kawasan serta hujan andalan, dapat diperkirakan besar debit rerata
dan andalan di setiap Sub SWS. Debit tersebut adalah yang tersedia pada
seluruh ]uas Sub SWS, dengan kata lain debit yang tersedia di ujung hilir
Sub SWS.
1: 150
.........'
-
•
. ••
• ••
100
Q = 0.59 (H) + 11.11
••• R2 = 0.7187
50
•
••
O+-~---.a:..-+-----+------+-----t------t-----t
0 100 200 300 400 500 600
HIDROLOGI TERAPAN
.. -- · -· -- ---- ------------------
Semua data untuk menghitung kebutuhan air adalah data per kabupa-
ten. Selanjutnya data per kabupaten tcrsebut diubah untuk per Sub SWS
berdasar perbandingan luas kabupaten yang masuk di Sub SWS yang di-
tinjau. Dengan menggunakan prosedur hitungan seperti yang dijelaskan
di atas, dihitung kebutuhan air untuk masing-masing sektor di seluruh
Sub SWS pada saat ini dan berbagai tahun prediksi.
1000 0
9000 100
800 200
C 700 300
~~
I
, C:
E 600 400 w·
::::,
2::::,
500 500 33
2- ~Q-rerata
:0 400 o'
<D
Q-80% 600 5"
0
300 700
200 800
100 9000
0 1000
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Bulan
Gambar Ht12. Keseimbangan air di DPS Labuhan Merak tahun 1995
10.5.4. Kesimpulan
Hasil studi menunjukkan bahwa untuk seluruh Pulau Jawa, jumlah to-
::tl tahunan air yang tersedia adalah 142,3 milyar m 3/tahun yang masih le-
.. ih besar dari kebutuhan air yaitu sebesar 77,8 milyar m 3 /tahun; atau sur-
plus air sebesar 64,5 milyar m 3/tahun. Untuk tahun-tahun prediksi di ma-
3
ro telah dilakukan efisiensi irigasi, kebutuhan air sekitar 60 milyar m /ta-
hun; atau surplus air sebesar 82,3 m 3/tahun. Jika ditinjau dari volu-me air
:iliunan, secara keseluruhan Pulau Jawa masih surplus air, tetap i secara
hulanan beberapa Sub SWS banyak mengalami defisit air.
Dengan melakukan hitungan keseimbangan air untuk tahun prediksi
2020 dengan menggunakan efisiensi irigasi 0,5 dan reuse-factor 0,0 dan
;aeningkatan efisiensi irigasi menjadi 0,65 dan reuse-factor 0,05 diperoleh
\·olume air yang bisa dihemat sebesar 3 1,3 milyar m 3/tahun.
Hasil studi menunjukkan bahwa beberapa DPS mengalami defisit air
pada bulan-bulan tertentu, sementara pada bulan-bulan yang lain terjadi
surplus air sehingga banyak air hujan yang dibuang ke laut. Beberapa Sub
SWS yang mengalami kondisi seperti itu hanya dapat ditanggulangi de-
ngan membuat tampungan seperti waduk dan perbaikan lahan misalnya
&ngan penghijauan untu-k mengurangi vaFiasi· debit bulanan.
-~"00 0
!
i ·J.."<1..0
~
='l..\.~O
oo ~-..,.._-....-------.----,.---~--r----,---r---.-----1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
I- Ketersediaan air ------ Kebutuhan air (El -0.65 , RF -0.05) - Kebuluhan air (El -0.5, RF -0 .01 ) I
Gambar 19.14. Keseimbangan air di Pul au Jawa tahun 2020
KEJERANGAN
E3 e.i.uOP
E3 Balaso-r.hSMli
EJ Salu,an
~ NomorOP
A
0 10 15 20 25km
SKALA
Kode Nama Daerah Luas Total Jumlah Luas Sawah Jumlah Temak (ekor) Kolam
DP Pelayanan (DP) (Km 2) Penduduk lrigasi PU (ha) Sp/Kr/Kd Kb/Dmb Sabi Unggas (ha)
5.01 Cibatu 7618 734435 8537 154252 135.047 227 575.653 844
5.02 Cipasang 4527 424781 3060 64.475 83.154 39 366.582 286
5.03 Cipeles 4228 3241 15 11246 306.417 76.924 230 12.919 173
5.04 Jategede 2633 108919 4997 180.502 48.579 135 14.904 106
5.05 Kadumali 4290 255564 11141 15.182 69.172 7 310.992 132
5.06 Cipanas 720 25665 1431 65.034 16.326 49 2.742 16
5.07 Ujungjaya 871 25532 1706 39.696 9.965 30 1.674 13
5.08 P. Kondang 1096 26886 676 49.757 13.395 37 11 .481 10
5.09 Pasirlcuda 281 19727 0 297 7.483 0 29.996 5
5.10 Kamun 1800 95698 6451 57.548 39.848 42 147.008 40
5.11 Cipelang 1276 30025 1714 21.473 33.973 16 53.778 10
5.12 Ciluncar 577 26176 0 1.047 9.648 3 38.151 1
5.13 Cibelerang 1693 51117 335 4.117 49.767 2 107.901 14
5.14 Cilutung 1561 102998 9630 512 19.543 358 162.529 12
5.15 Cikeruh 2798 199129 8848 859 30.147 33 320.324 48
5.16 Ciwaringin 2054 235391 10699 2.010 43.012 128 269.564 28
5.1 7 Jamblang 1604 401395 7759 2207 33.269 0 525.307 169
5.18 Cipanas I 671 36249 3676 1.178 15.157 12 47.696 2
5.19 Rawabolang 1051 84502 759 1.120 30.096 12 182.339 4
5.20 Cipanas II 827 45650 3322 508 15.426 11 77.114 0
521 Rentang Brt 2261 121422 15667 2212 51 .443 8 309.445 1
522 Rentang Utr 2300 183736 20857 2.714 54.563 164 401 .364 15
523 Gegesik 3262 358799 24332 1272 43.430 0 522.937 130
524 Sunduprojo 4124 464419 29582 5.645 120.061 186 851.597 9
5.25 Indramavu 1186 79614 448 1.530 21.411 13 130.355 0
Jumlah 5530 4461945 186873 978561 1070840 1743 5474351 2071
Daerah Pelayanan .Kebutuhan air Total Sub SWS (juta m 'lbulan) Jumlah
Kode Nnma Jan. Peb. Mar. Apr. Mei Jun, Jul. Agt. Sep. 0kt. Nop . Des. (jt m 3/ t)
S.01 Cibatu 12.95 23 .90 26.48 20.94 16.62 8.84 15.61 18.42 11.78 32 .52 28 .96 19 .81 236.8
5.02 Ciposang 5.33 9 .21 10.18 9 .56 8 .03 4 .30 S.69 6.91 5.04 12.34 11.04 7.79 95.4
5.03 Cipeles 12.47 27.37 30.49 28 .42 22 .51 8 .87 13.80 18.34 11 .62 38 .54 33 .95 21.6 1 268.0
S.04 Jategcde 5.41 12.04 13.42 12 .50 9.87 3.82 6 .00 8 .02 5.04 17.00 14 .96 9.47 117 .6
s.os Kadumali 11 .57 26.33 29.37 27.34 2 1.48 8.04 12. 88 17.37 10 .75 37.32 32 .80 20.59 255 .6
5.06 Cipanas 1.50 3.41 3.80 3.54 2.78 1.05 1.67 2.25 1.40 4 .82 4 .24 2.67 33.1
5.07 Ujungjaya 1.71 3.98 4.45 4. 14 3.24 1.17 1.91 2.60 1.59 5.67 4.98 3 . 10 38 .5
5.08 P. Kondang 0 .79 1.68 1.87 1.74 1.39 0.57 0 .87 1.1 4 0 .73 2.35 2 .08 1.33 16.5
5.09 Pasirkuda 0.07 0.06 0 .07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0 .07 0 .8
5. 10 Kamun 6.90 15.44 17.21 16.03 12.64 4 .84 7.65 10.26 6.41 21 .82 19. 19 12. 12 50.5
5.11 Cipelang l.70 3.98 4.44 4 . 14 3.23 1.1 6 1.90 2.60 1.58 5.67 4 .98 3.09 38 .5
5.12 Ciluncar 0.08 0 .08 0.08 0.08 0 .08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0 .08 0.08 1.0
5. 13 Cibelerang 0 .53 0 .96 1.06 1.00 0.83 0.42 0.57 0.70 0.50 1.30 I. 16 0 .80 9.8
5. 14 Cilutung 9.14 21.95 24.52 22.80 17.70 6. 11 10.27 14. 15 8.46 31 .39 27.51 16.93 210.9
5.15 Cikeruh 8.84 20.58 22.97 21.37 16.71 6.04 9.88 13.44 8.20 29.28 25 .71 16.00 199.0
5.16 Ciwaringin 10.81 24.95 27.85 25 .92 20.30 7.44 12.06 16.36 10.03 35.45 31.14 19.44 241 .8
5.17 Jamblang 9 .14 19.24 21.41 19.98 15.98 6.67 10.05 13.14 8.54 26.89 23 .74 15.36 190.2
5. 18 Cipanas I 3.45 8.34 9.32 8.66 6.72 2 .30 3.89 5.36 3.20 11.94 10.46 6.43 80.1
5. 19 Rawabolang 1.00 1.99 2.21 2.07 1.68 0.75 1.09 1.40 0.94 2.75 2.44 1.62 19.9
5.20 Cipanas 11 3.18 7.59 8.48 7.89 6.13 2. 14 3.57 4.91 2.95 10.85 9 .51 5.87 73.1
5.21 Rentang Brt 14.68 35 .51 39.67 36.88 28 .60 9 .77 16.52 22.82 13.58 50.83 44.54 27.35 340.8
5.22 Rentang Utr 19.65 47.37 52.92 49.20 38. 18 13 . 11 22 .10 30.49 18.18 67.78 59.40 36.51 454.9
5.23 Gegesik 23 .74 55.65 62. 13 57.80 45 .12 16.1 6 26.57 36.25 22.02 79.27 69.57 43.20 537.5
5.24 Sunduprojo 29.04 68 .26 76.21 70.90 55 .31 19.73 32.51 44.40 26.92 97.28
I
85 .36 52.95 3 58.9
5.25 lndramayu 1.15 1.70 1.87 1.76 1.55 0.99 1.2 1 1.39 1.10 2 . 19 1.98 1.52 18.4
Total 194.84 44157 492.49 454.71 356.75 134.45 218.41 292.85 180.70 625.41 549.85 345 .71 4287.7
l
I
Tabel 10.18. Potcnsi waduk di Sub SWS Cimanuk
Kapasitas DAS Debit rerata Dead Storage
Waduk Sungai (rn 3/d) Uuta m3 )
(juta m3 ) (km2)
346 HIDROLOGITERAPAN
-
6. Kcbutuhan air domestik, non domestik dan industri (DNI) dilayani da-
ri bcndung di hulunya, bersama-sama dengan suplai air irigasi di dae-
rah irigasi PU.
7. Kebutuhan air untuk tambak (perikanan) tidak di suplai dari DP di hu-
lunya. Hal ini mengingat bahwa perikan tambak lebih banyak meng-
gunakan air asin (laut), sehingga penggunaan air tawar dari daerah
hulunya sangat kecil.
8. Analisis keseimbangan air dilakukan berdasarkan sistem distribusi air
dengan memperlihatkan tampungan waduk. Gambar 10.17 menunjuk-
kan skema distribusi air yang digunakan dalam model keseimbangan
air.
Berdasar kriteria dan skema jaringan distrusi air tersebut, dihitung ke-
seimbangan air untuk kondisi saat ini, tahun 2005 dan 2010. Hasil hi-
tungan diberikan dalam Tabel 10.18, 10.19 dan 10.20. Hasil hitungan me-
nunjukkan bahwa sebelum ada waduk defisit air terutama pada musim
kemarau besar. Pada tahun 1997 defisit maksimum terjadi pada bulan Ok-
tober sebesar 512 juta m 3/bulan dan defisit tahunan 1,474 milyar m 3 . Pada
tahun 2005 dimana Waduk Jatigede direncanakan telah dibangun, defisit
air di DP yang berada di bawah pengaruh waduk tersebut ban.yak berku-
rang, yaitu 336 juta m 3/bulan pada bulan Nopember dan defisit tahunan
sebesar 528 juta m 3 • Di DP yang mendapat suplai air dari Waduk Jatigede
defisit air hanya terjadi pada Bulan Nopember. Pada tahun 2010 dimana
\Vaduk Cipasang sudah beroperasi kebutuhan air di DP yang berada di
bawah pengaruh waduk dapat terpenuhi seluruhnya. Defisit tahunan sebe-
sar 257 juta m3 berasal dari DP yang tidak mendapat suplai air dari kedua
waduk.
I
I
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _.4
~INS£T
tSEJERANGAN
E3 RencanaS1Man
El ~
u
A
0 5 10 15 20 2511m
SKALA
Gambar 10.16. Lokasi Waduk Jatigede, Cipasang dan jaringan distribusi air
E::I S-0.,.,.Studi
HI $Qplai&i&ting
eJ
EJ
;
i
_;
/
A
0 5 10 15 20
SKALA
I
Gambar 10.17. Skema model distribusi air
'
Tabet 10.18. Keseimbangan air di Sub SWS Cimanuk tahun 1997
=
8
5.18
5.19
5.20
Cipanas I
Rawabolang
Cipanas II
0 .00
0.00
,:, 0 .00
0 5.21 Rcntang Brt
~
0 .00
5.22 Rcntang Utr
0 0.00
-
C') 5.23
5.24
5.25
Gegesik
Sunduprojo
lndramavu
0.00
0.00
0.00
Total 0.00 0.00 0.00 0.00 -25.05 -0.22 -14.06 -31 .78 -6.69 -115.84 -63 .80 -0.00 -257 .45
I0.6.4. Kcsimpulan
Hasil studi menunjukkan bahwa di seluruh DP di Sub SWS Cimanuk
mengalami defisit air terutama pada musim kemarau. Untuk menanggu-
langi kekurangan air tersebut dipcrluka pembangunan waduk utuk me-
nampung kelebihan air pada musim penghujan untuk dimanfaatkan pada
musim kering. Waduk yang diusulkan adalah Waduk Jatigede yang diha-
rapkan dapat selesai dibangun pada tahun 2005 dan Waduk Cipasang pa-
da tahun 2010.
Pada tahun 1997 sebelum adanya waduk defisit tahunan sebesar
1,474 milyar m3 • Pada tahun 2005 dimana Waduk Jatigede direncanakan
3
telah dibangun, defis it air tahunan berkurang menjadi 528 juta m • Defisit
air di DP yang ada di bawah pengaruh waduk hanya terjadi pada bulan
Nopember. Pada tahun 2010 dimana W aduk J atigede dan Cipasang sudah
beroperasi kebutuhan air di DP yang berada di bawah pengaruh waduk
3
dapat terpenuhi seluruhnya. Defisit tahunan sebesar 257 juta m berasal
dari DP yang tidak mendapat suplai air dari kedua waduk.
Hasil studi juga menunjukkan bahwa beberapa DP di daerah hulu
yang tidak terjangkau oleh pelayanan waduk mengalami defisit air. Apa-
bila ditinjau secara tahunan, ketersediaan air di DP tersebut masih lebih
besar dari kebutuhan air. Untuk menanggulangi kekurangan air tersebut,
terutama untuk memenuhi kebutuhan air non irigasi, dapat dilakukan de-
ngan membuat embung-embung atau waduk kecil dan konservasi lahan.
Anonim, 1977, Australian Rainfall and Runoff, Flood Analisys and De-
sign, The Institution of Engineers Australia.
Adrien, N.G., 2003, Computational Hydraulics and Hy drology; an Illus-
trated Dictionary, CRC Press, USA.
Asdak C., 1995, Hidrologi dan Pengelo/aan Daerah Aliran Sungai, Ga-
djah Mada University Press, Y ogyakarta.
Bambang Triatmodjo, 1998, Studi Keseimbangan Air di Pu/au Jawa, Fo-
rum Teknik No. 1, Tahun XX Edisi Februari.
Bambang Triatmodjo, 1998, Pengembangan Sumberdaya Air di DAS Bo-
gowonto-Cokroyasan, Forum Teknik Jilid 22, No. 2, Juli.
Bambang Triatmodjo, 1998, Studi Pengembangan Sumberdaya Air di
Propinsi Nusa Tenggara Timur, Forum Teknik Jilid 22, No. 1, Ja-
nuan.
Bambang Triatmodjo, 1998, Studi Keseimbangan Air di Sub SWS Cima-
nuk, Forum Teknik No. 2, Tahun XX Edisi Mei.
Chow V.T., Maidment D.R., Mays L.W., 1988, Applied Hydrology, Mc.
Graw-Hill Book Company, Singapore.
Dandekar, M.M., Sharma, K.N., 1991, Pembangkit Listrik Tenaga Air,
Penerbit Universitas Indonesia.
I
Mock, F.J., 1973, Land Capability Appraisal and Water Availability Ap-
praisal, Indonesia UDDP/FAO, Bogor.
356 HJDROLOGITERAPAN
-,
--- .
••
Soemarto C.D., 1987, Hidrologi Telazik, Pcncrbit Usaha Nasional, Sura-
baya.
Soewamo, I995, Hidrologi, Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Da-
ta, Penerbit Nova, Bandung.
Sukardi Wisnubroto, 1998, Meteorologi Pertanian Indonesia, Mitra Ga-
ma Widya, Y ogyakarta.
Sutcliffe J.V., 2004, Hydrology: A Question ofBalance, IAHS Press, UK.
Tanimoto, T., 1969, Revised and enlarged edition of the hourly rainfall
analysis in Java.
Wilson E.M., 1993, Hidrologi Teknik (terjemahan), Penerbit ITB Ban-
dung.
358 HIDROLOGITERAPAN
Hidrologi adalah ilrnu yang berkaita n dengan air di bumi , baik
mengenai terjadinya, peredaran dan penyeb arannya , sifat-sifatnya dan
hubungan dengan lingkungannya terutama dengan makhluk hidup. llmu
Hidrologi dapat digunakan untuk 1 ~ memperkirakan besarnya banjir yang
ditimbulkan oleh hujan deras, sehingga dapat direncanakan bangunan-
bangunan untuk mengendalikannya, dan 2) memperkirakan jumlah air yang
tersedia di suatu sumber air (mata air, sungai , danau, dsb.) untuk dapat
dimanfaatkan guna berbagai keperluan . Penerapan ilmu hidrologi dapat
dijumpai dalam beberapa kegiatan seperti perencanaan dan operasi
bangunan air, penyediaan air untuk berbagai keperluan seperti air baku (air
untuk keperluan rumah tangga , perdagangan, industri), irigasi, pembangkit
listrik tenaga air, perikanan , peternakan , pengendalian banjir, pengendalian
erosi dan sedimentasi , transportasi air, drainasi, pengendali polusi, air
limbah, dsb.
Buku ini menjelaskan berbagai metode dalam analisis hidrologi yang
meliputi siklus hidrologi , imbangan air, hujan, penguapan, infiltrasi,
hidrometri, limpasan, analisis frekuensi, hujan rencana , penelusuran aliran,
dan pengembangan sumber daya air. Sudah cukup banyak buku tentang
hidrologi, terutama yang berbahasa lnggris dan terjemahan dari buku asing .
Masing-masing buku tersebut mempunyai pen ekanan materi yang berbeda.
Buku ini ditekankan pada aplikasi ilmu hidrolog i dalam perencanaan
bangunan air. Buku ini dapat digunakan sebagai bu ku peganga n bagi
mahasiswa S1 , S2 maupun para praktisi.
111111111111