Anda di halaman 1dari 3

NOTULENSI

Pemeriksa :
a) Bapak Mustaqim
b) Ibu Era Yunita
c) Bapak Nursidin (Pak Ucok)

Adapun hal penting sebagai berikut :

1. Wajib Lapor Ketenagakerjaan belum dilaksakan. (Sedang proses peralihan akun)


2. Masih ada upah dibawah UMP. (Meminta agar upah karyawan UMP).
3. Hubungan kerja tidak sesuai dengan peraturan terutama pada bagian pokok perusahaan
seperti perawat.
4. Waktu kerja satpam melebihi 40 jam/minggu.
5. Tidak diberi makan 1400 kalori, untuk tenaga kerja perempuan yang bekerja dimalam
hari.
6. Belum ada AK3U (Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum)
7. Belum terbentuk P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
8. Belum ada petugas P3K.
9. Belum ada petugas pemadam kebakaran.
10. Belum dilakukan pemeriksaan uji untuk riksa listrik, penangkal petir dan genset.
11. Belum terbentuk LKS (Lembaga Kerja Sama) Bipartit.
12. Diketahui tenaga kerja perempuan yang melahirkan dibayarkan upah pokok selama
istirahat melahirkan untuk anak ke – 4 dan seterusnya.
13. Kontrak kerja pegawai, tidak sah bila tidak disahkan oleh depnaker.
14. Kontrak tenaga inti masa percobaan boleh 3 bula, setelah 3 bulan jadi karyawan tetap.
15. Undang-Undang terkait SIK dan STR.
16. Perusahaan dikatakan merugi jika ada audit eksternal diperusahaan dan disahkan oleh
pengadilan.

Jalan A. Yani No. 26 Padang Telp. (0751) 33010 / 21953 Fax. (0751) 840051
Email : rs_selaguri@rocketmail.com
rsselaguri@gmail.com
PENJELASAN

1. Tidak diberi makan 1400 kalori, untuk tenaga kerja perempuan yang bekerja
dimalam hari.

Pasal 7 ayat (1) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP-
102/MEN/VI/2004 Tahun 2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur
(“Kepmenakertrans 102/2004”) yaitu:

“Perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh selama waktu kerja lembur


berkewajiban:
a. membayar upah kerja lembur;
b. memberi kesempatan untuk istirahat secukupnya;
c. memberikan makanan dan minuman sekurang-kurangnya 1.400 kalori apabila
kerja lembur dilakukan selama 3 (tiga) jam atau lebih.”

2. Belum ada AK3U (Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum) & Belum
Terbentuk P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Permenaker no. 2 tahun 1992 telah mengatur mengenai tata cara penunjukkan
Ahli K3 Umum. Setiap perusahaan yang memiliki karyawan 100 orang atau lebih, atau
memiliki resiko pekerjaan yang tinggi, wajib memiliki P2K3 dan juga minimal seorang
Ahli K3 Umum.

3. Belum ada petugas P3K.


15/Men/VIII/2008 Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Kerja;
Idealnya rasio jumlah petugas P3K untuk perusahaan yang memiliki resiko rendah
terhadap kecelakaan, setidaknya memiliki satu petugas P3K untuk menangani 150
tenaga kerja.

4. Belum dilakukan pemeriksaan uji untuk riksa listrik, penangkal petir dan genset.

Permenaker Nomor 12 / 2015, K3 mengenai Penyalur Petir, yakni Permenaker


Nomor 31 / 2015. Juga diatur dalam PP RI Nomor. PER. 02/MEN/1989 mengenai
pengawasan instalasi penyalur petir, pemeriksaan berkala o/ instansi terkait yakni
Disnaker, dilakukan per 2 tahun, hal ini bisa terwujud jika pihak Instansi sadar
pentingnya keselamatan, baik keselamatan gedung beserta isinya, juga keselamatan
untuk karyawan yang bekerja di lokasi tempat kerja tersebut.

Pada UU No. 30 / 2009 juga diatur mengenai Ketenagalistrikan, pada pasal 44


ayat ke 4 dijelaskan jika tiap instalasi tenaga listrik di perusahaan yang beroperasi itu
wajib punya Sertifikat Laik Operasi.

Jalan A. Yani No. 26 Padang Telp. (0751) 33010 / 21953 Fax. (0751) 840051
Email : rs_selaguri@rocketmail.com
rsselaguri@gmail.com
5.
6.

7.

5. Kontrak kerja pegawai, tidak sah bila tidak disahkan oleh depnaker.

Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu (“PKWT”) adalah perjanjian kerja


antara pekerja dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu
tertentu atau untuk pekerjaan tertentu.Dalam praktik, pekerja PKWT sering disebut
juga dengan pekerja kontrak.

PKWT dibuat secara tertulis serta harus menggunakan bahasa Indonesia dan
huruf latin. Jika PKWT dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing, dan
kemudian terdapat perbedaan penafsiran antara keduanya, yang berlaku adalah PKWT
yang dibuat dalam bahasa Indonesia.

Secara hukum PKWT atau pekerja kontrak wajib dicatatkan ke instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. Hal ini dinyatakan secara eksplisit
dalam Penjelasan Pasal 81 angka 15 UU Cipta Kerja yang mengubah Penjelasan
Pasal 59 ayat (1) UU Ketenagakerjaan yang berbunyi:

Perjanjian kerja dalam ayat ini dicatatkan ke instansi yang bertanggung jawab
di bidang ketenagakerjaan.

Adapun untuk konsekuensi hukum apabila PKWT atau pekerja kontrak tidak
dicatatkan ke instansi di bidang ketenagakerjaan, Penjelasan Pasal 81 angka 15 UU
Cipta Kerja yang mengubah Penjelasan Pasal 59 ayat (3) UU
Ketenagakerjaan menyatakan:

Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang tidak memenuhi ketentuan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) demi hukum menjadi perjanjian
kerja waktu tidak tertentu.

Jalan A. Yani No. 26 Padang Telp. (0751) 33010 / 21953 Fax. (0751) 840051
Email : rs_selaguri@rocketmail.com
rsselaguri@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai