PENULISAN KATA
Dosen Pengampu:
Kelas: B2
Segala puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat,
Taufiq serta Hidayah-Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan penulisan makalah ini
dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa
Indonesia yang berjudul “EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD) EDISI V2
PENULISAN KATA”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Lukman
Fahmi, S.Ag., M.Pd. yang telah memberikan bimbingan serta arahannya kepada kami.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II 3
PEMBAHASAN 3
A. Kata dasar 3
B. Kata Turunan 4
1. Kata berimbuhan 4
2. Bentuk ulang 8
3. Gabungan kata 9
C. Pemenggalan kata 10
D. Kata depan 15
E. Partikel 15
F. Singkatan dan Akronim 16
G. Angka dan bilangan 20
H. Kata ganti -ku, kau, ku, mu, nya 24
I. Kata sandang "si" dan "sang" 24
BAB III 29
PENUTUP 29
A. Simpulan 29
DAFTAR PUSTAKA 30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ejaan yang benar adalah bagian penting dari perkembangan bahasa dan
memastikan komunikasi yang jelas dan efektif. Namun, masih ada kesalahpahaman
dan ketidaksesuaian dalam penggunaan ejaan, terutama dalam penulisan kata; ejaan
yang disempurnakan adalah upaya untuk menyempurnakan tata cara penulisan kata
agar lebih konsisten dan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk berbicara tentang ejaan yang
disempurnakan dalam penulisan kata sebagai langkah penting dalam meningkatkan
kemampuan berbahasa dengan melihat latar belakang ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah-masalah dalam makalah ini
dirumuskan sebagai berikut:
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui kata dasar dalam penulisan kata
2. Mengetahui itu kata turunan dalam penulisan kata
3. Mengetahui itu pemenggalan kata dalam penulisan kata
4. Mengetahui itu kata depan dalam penulisan kata
5. Mengetahui partikel dalam penulisan kata
6. Mengetahui singkatan dan akronim dalam penulisan kata
7. Mengetahui angka dan bilangan dalam penulisan kata
8. Mengetahui kata ganti -ku, kau, ku, mu, nya dalam penulisan kata
9. Mengetahui kata sandang “si” dan “sang” dalam penulisan kata
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam bagian ini perbedaan antara PUEBI dan EYD Edisi V terlihat pada
subbab yang membahas “Kata Turunan”. Dalam PUEBI, subbab B berisi “Kata
Berimbuhan”, sementara di subbab C berisi “Bentuk Ulang”. Hal ini berbeda dengan
EYD Edisi V yang membahas “Kata Turunan” di subbab B terdiri atas kata
berimbuhan, bentuk ulang, dan gabungan kata. Dengan demikian, beberapa kaidah
yang di dalam PUEBI menjadi subbab tersendiri, di dalam EYD Edisi V disatukan
dalam satu subbab.
Hal lain yang bisa diamati adalah penghilangan kata “akronim” di bagian
“singkatan dan akronim” dalam PUEBI yang kemudian dalam EYD Edisi V hanya
tertulis subbab tentang “Singkatan”. Dalam buku ini, subjudul “Singkatan dan
Akronim” sebagaimana dalam PUEBI tetap digunakan.
Dalam PUEBI, kata ganti -ku, kau-, -ku, -mu, dan nya hanya ada satu kaidah,
sementara di dalam EYD Edisi V menjadi dua kaidah. Demikian juga dengan kata
sandang si dan sang yang di dalam PUEBI hanya ada satu kaidah dengan satu catatan,
sementara dalam EYD Edisi V catatan tersebut menjadi kaidah sehingga menjadi dua
butir.
Dalam PUEBI, pedoman penulisan kata meliputi sebelas hal, yaitu kata dasar;
kata berimbuhan; bentuk ulang; gabungan kata; suku kata; kata depan di, ke, dan dari;
partikel; singkatan dan akronim; angka dan bilangan; kata ganti ku-, kou-, -ku, -mu,
dan -nya; serta kata si dan sang. Dalam EYD Edisi V, pedoman penulisan kata menjadi
sembilan karena pembahasan tentang kata berimbuhan, bentuk ulang, dan gabungan
kata dijadikan satu dan menjadi subbab “Kata Turunan.” Dengan demikian, pedoman
penulisan kata dalam EYD Edisi V meliputi kata dasar; kata turunan; pemenggalan
kata; kata depan; partikel; singkatan; angka dan bilangan; kata ganti ku-, kau-, -ku, -
mu, dan-nya; serta kata si dan sang. Perubahan apa saja yang ada di bagian ini bisa
disimak dalam uraian berikut.
A. kata dasar
Kata dasar adalah kata yang paling sederhana dan telah memiliki makna,
kata dasar merupakan dasar dari pembentukan kata yang bisa menjadi kata
turunan maupun menjadi kata berimbuhan.
Kata dasar ditulis secara mandiri.
Misalnya:
Kantor
Pergi
Ramai
Sangat
Contoh kalimat:
Dia ‘pikir’ dia berhasil dan menang melawan sang juara dalam
permainan itu.
B. Kata Turunan
Merupakan kata yang mendapatkan imbuhan untuk memperjelas
maksud dari penggunaannya.
Kata turunan memiliki bebrapa fungsi, yaitu:
a. Memberikan makna tambahan pada kata dasar
b. Memberikan variasi bahasa
c. Mempermudah penggambaran konsep
d. Memperkaya kosakata dan memperluas bahasa
e. Membantu dalam pemilihan kata yang tepat untuk mengekspresikan
pikiran dan perasaan
Kata turunan dibagi menjadi tiga, yaitu kata berimbuhan, bentuk ulang,
dan gabungan kata.
1. Kata berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata dasar yang telah mendapatkan
imbuhan, yang artinya kata ini telah berubah atau akan mengalami
perubahan bentuk dan fungsi serta maknanya. Pada dasarnya, kata
imbuhan memiliki fungsi utama untuk mengubah makna dari kata
dasarnya.
a. Kata yang mendapat imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan
awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan imbuhannya.
Misalnya:
Berjalan, mempermudah, menulis, dijual, pembaca, semula,
terbatas, gelembung, kemilau, kinerja, gerejawi, kamerawan,
lukisan, seniman, sukuisme, kemauan, pemungutan, perbaikan
Contoh imbuhan awalan:
(a) Kami bermain futsal setelah selesai mata kuliah.
(b) Api telah membakar rumah itu hingga hangus.
(c) Ibu sedang menanak nasi.
(d) Hari ini, para petani akan kembali menanam padi.
(e) Perilaku Andi kini telah berubah.
(f) Akhir-akhir ini, kucing kami sering sekali mengeong.
(g) Sedari tadi, dia terus saja menangis.
(h) Sudah sembilan belas tahun Pak Joko mengajar di kampus
kami.
(i) Kami sudah menunggu Budi sejak pagi tadi.
(j) Hari ini, aku resmi menjadi anggota Paskibra.
c. Kata yang diawali dengan huruf kapital dan mendapat bentuk terikat
dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya:
Non-Indonesia, non-Korpri, pasca Orba, anti-PKI, pan
Afrikanisme, pro-Barat, non-ASEAN
d. Kata yang ditulis dengan huruf miring dan mendapat bentuk terikat
dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya:
anti-mainstream, pasca-reshuffle, pra-Aufklaerung, super-jegeg
e. Bentuk terikat maha- dan kata dasar atau kata berimbuhan yang
mengacu kepada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf
awal kapital sebagai pengkhususan.
Misalnya:
Yang Maha Esa
Tuhan Yang Maha Kuasa
Yang Maha Pengasih
Tuhan Yang Maha Pengampun
Tuhan Yang Maha Pemberi Rezeki
Catatan:
Dengan berlakunya EYD Edisi V, tidak ada lagi perbedaan perlakuan
antara bentuk maha yang diikuti kata turunan dan bentuk maha yang
diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat Tuhan.
2. Bentuk Ulang
Bentuk ulang atau reduplikasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) berarti proses atau perulangan kata atau unsur kata, seperti kata
rumah-rumah, tetamu, bolak-balik, dan sebagainya, sedangkan kata ulang
adalah kata yang terjadi sebagai hasil dari reduplikasi.
Sedangkan menurut Rohmadi, dkk (2013:83), reduplikasi adalah
perulangan bentuk atas suatu bentuk dasar. Bentuk baru sebagai hasil
perulangan bentuk dasar tersebut lazim disebut dengan kata ulang.
a. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara
unsur-unsurnya.
Misalnya:
Anak-anak, berjalan-jalan, biri-biri, buku-buku, hati-hati,
kuda- kuda, kupu-kupu, lauk-pauk, mata-mata, menulis-
nulis, mondar- mandir, ramah-tamah, sayur-mayur, serba-
serbi, terus-menerus, tukar-menukar
C. Pemenggalan kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
bu-ah
ma-in
ni-at
sa-at
b. Monoftong eu tidak dipenggal1.
Misalnya:
ci-leun-cang
seu-da-ti
seu-lu-mat
c. Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.
Misalnya:
pan-dai
au-la
sau-da-ra
sur-vei
am-boi
d. Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf
konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf
konsonan itu.
Misalnya:
ba-pak
la-wan
de-ngan
1 E Aminudin Aziz. 2022. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan Edisi Kelima. Jakarta.
ke-nyang
mu-ta-khir
mu-sya-wa-rah
e. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:
Ap-ril
cap-lok
makh-luk
man-di
sang-gup
som-bong
swas-ta
f. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-
masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf
kon-sonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
ul-tra
in-fra
ben-trok
in-stru-men
am-bruk
Catatan :
Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
Misalnya:
bang-krut
bang-sa
ikh-las
kong-res
ba-nyak
makh-luk
masy-hur
sang-gup
2. Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar dan
unsur pembentuknya.
Misalnya:
ber-jalan mem-pertanggungjawabkan
mem-bantu memper-tanggungjawabkan
di-ambil mempertanggung-jawabkan
ter-bawa mempertanggungjawab-kan
per-buat me-rasakan
makan-an merasa-kan
letak-kan per-buatan
pergi-lah perbuat-an
apa-kah ke-kuatan
kekuat-an
Catatan:
(1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan dilakukan
seperti pada kata dasar.
Misalnya:
me-nu-tup
me-ma-kai
me-nya-pu
me-nge-cat
pe-mi-kir
pe-no-long
pe-nga-rang
pe-nge-tik
pe-nye-but
(3) Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir baris
tidak dilakukan.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ....
Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau mengambil makanan itu.
3. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu.
Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
Misalnya:
biografi bio-grafi bi-o-gra-fi
biodata bio-data bi-o-da-ta
fotografi foto-grafi fo-to-gra-fi
fotokopi foto-kopi fo-to-ko-pi
introspeksi intro-speksi in-tro-spek-si
introjeksi intro-jeksi in-tro-jek-si
kilogram kilo-gram ki-lo-gram
kilometer kilo-meter ki-lo-me-ter
pascapanen pasca-panen pas-ca-pa-nen
4. Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di
antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
Lagu “Indonesia Raya” digubah oleh Wage Rudolf
Supratman.
Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir
Alisjahbana.
5. Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak dipenggal.
Misalnya:
Ia bekerja di DLLAJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng.
Rangga Warsita.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
Ia bekerja di DLL-
AJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.
Ng. Rangga Warsita.
D. Kata depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Di mana dia sekarang?
Kain itu disimpan di dalam lemari.
Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Mari kita berangkat ke kantor.
Saya pergi ke sana mencarinya.
Ia berasal dari Pulau Penyengat.
Cincin itu terbuat dari emas.
E. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengata-
sinya dengan bijaksana.
Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih tersedia.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah
berkunjung ke rumahku.
Catatan:
Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.
Misalnya:
Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu de-pan.
3. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.
Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.
Karyawan itu mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
Misalnya:
dr. dokter
Dr. doktor
Prof. profesor
2. Singkatan nama orang dalam bentuk inisial ditulis tanpa tanda titik.
Misalnya:
LS Lilis Suryaningsih
3. Singkatan, termasuk akronim, yang terdiri atas huruf awal setiap kata
Misalnya:
PT perseroan terbatas
SD sekolah dasar
UI Universitas Indonesia
4. a. Singkatan yang terdiri atas lebih dari dua huruf yang lazim digunakan dalam
dokumen atau surat-menyurat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
hlm. halaman
ttd. tertanda
b. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim digunakan dalam dokumen
atau surat-menyurat diikuti tanda titik pada setiap huruf.
Misalnya:
c. Singkatan yang lazim digunakan dalam penulisan alamat dapat ditulis dengan
dua huruf atau lebih dan diakhiri tanda titik.
Misalnya:
Kav. 5 Kaveling 5
Km. 57 Kilometer 57
Lt. 2 Lantai 2
No. 9 Nomor 9
5. Singkatan satuan ukuran, takaran, dan timbangan; lambang kimia; dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
kVA kilovolt-ampere
km kilometer
kg kilogram
l liter
Cu kuprum
Rp rupiah
6. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf dan suku kata atau gabungan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Suramadu Surabaya-Madura
7. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf dan suku kata atau
gabungan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf nonkapital.
Misalnya:
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu kata ditulis dengan huruf,
kecuali jika digunakan secara berurutan seperti dalam perincian.
Misalnya:
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5
orang abstain.
Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus,
dan 250 sedan.
2. Angka dituliskan untuk menyatakan (a) ukuran, seperti ukuran Panjang, berat,
luas, isi, dan waktu, serta (b) nilai, seperti nilai uang dan persentase.
Misalnya:
2 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Keputusan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 0424/i/BS.00.01/2022 tentang Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
Catatan :
Penulisan lambang mata uang seperti Rp, US$, tidak diakhiri dengan tanda titik dan tidak
ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.
3. Bilangan berupa angka pada awal kalimat yang terdiri atas lebih dari satu kata
didahului kata seperti sebanyak, sejumlah, dan sebesar atau diubah susunan
kalimatnya.
Misalnya:
4. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat ditulis Sebagian dengan
huruf supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
5. Angka digunakan sebagai bagian dari Alamat, seperti jalan, rumah, apartemen
atau kamar.
Misalnya:
6. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
Misalnya:
b. Bilangan pecahan ditulis dengan per- yang dilekatkan pada bilangan penyebut
yang mengikutinya
Misalnya:
Misalnya :
8. Penulisan bilangan dapat menggunakan angka Romawi, gabungan awalan ke- dan
angka Arab atau huruf.
Misalnya:
Pada awal abad XX (angka romawi kapital)
Perang Dunia II
9. Penulisan bilangan yang mendapat akhirn -an dirangkaikan dengan tanda hubung
(-)
Misalnya:
10. Bilangan seperti yang terdapat dalam peraturan perundang undangan, akta atau
kuitansi dapat ditulis dengan angka dan diikuti oleh huruf.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta Sembilan
ratus lima puluh ribu rupiah).
11. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya:
3 Eko Sugiarto, Kitab EYD Edisi V Terlengkap & Terbaru, (Yokgayakarta : Penerbit Andi 2023), hal. 51-55
Misalnya:
2. Kata ganti kau yang bukan bentuk terikat ditulis terpisah dengan kata yang lain.
Misalnya:
Misalnya:
2. Kata sang ditulis dengan huruf awal kapital jika merupakan unsur nama Tuhan.
Misalnya:
4 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Keputusan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 0424/i/BS.00.01/2022 tentang Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemampuan berbahasa dan penulisan kata menjadi sangat penting dalam era
digital dan globalisasi saat ini untuk berkomunikasi dengan baik. Untuk menjamin
penggunaan kata yang konsisten, jelas, dan sesuai, ejaan yang disempurnakan sangat
penting. Orang dapat meningkatkan kemampuan berbahasa mereka secara signifikan
dengan memahami aturan ejaan yang berlaku.
Dari diskusi yang diadakan dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa
pemahaman yang baik tentang ejaan sangat penting untuk komunikasi yang efektif,
baik formal maupun informal. Memperbaiki penulisan kata dapat dicapai dengan
mengetahui aturan ejaan, memperbaiki kesalahan ejaan, dan berlatih secara teratur.
Sugiarto Eko, Kitab EYD Edisi V Terlengkap & Terbaru, (Yokgayakarta : Penerbit Andi
2023), hal. 51-55
Sunendar Dadang. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa