Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD) EDISI V2

PENULISAN KATA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:

Dr. Lukman Fahmi, S.Ag., M.Pd.

Kelas: B2

Disusun Oleh Kelompok 3:

Fara Nadya Rizki Amalia (04020323039)

Nisrina Dzahabiyyah Maia (04020323054)

Shefiyah Mediana (04020323062)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN AMPEL SURABAYA
2024
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat,
Taufiq serta Hidayah-Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan penulisan makalah ini
dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa
Indonesia yang berjudul “EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD) EDISI V2

PENULISAN KATA”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Lukman
Fahmi, S.Ag., M.Pd. yang telah memberikan bimbingan serta arahannya kepada kami.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Surabaya, 2 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II 3
PEMBAHASAN 3
A. Kata dasar 3
B. Kata Turunan 4
1. Kata berimbuhan 4
2. Bentuk ulang 8
3. Gabungan kata 9
C. Pemenggalan kata 10
D. Kata depan 15
E. Partikel 15
F. Singkatan dan Akronim 16
G. Angka dan bilangan 20
H. Kata ganti -ku, kau, ku, mu, nya 24
I. Kata sandang "si" dan "sang" 24
BAB III 29
PENUTUP 29
A. Simpulan 29
DAFTAR PUSTAKA 30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ejaan yang benar adalah bagian penting dari perkembangan bahasa dan
memastikan komunikasi yang jelas dan efektif. Namun, masih ada kesalahpahaman
dan ketidaksesuaian dalam penggunaan ejaan, terutama dalam penulisan kata; ejaan
yang disempurnakan adalah upaya untuk menyempurnakan tata cara penulisan kata
agar lebih konsisten dan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Untuk meningkatkan kualitas penulisan yang akurat dan sesuai standar,


penting untuk mempelajari dan memahami konsep ejaan yang disempurnakan.
Penyebab masalah ejaan yang tidak tepat dapat beragam, mulai dari kurangnya
pemahaman tentang aturan ejaan, pengaruh dialek atau ragam bahasa tertentu, hingga
kurangnya kesadaran akan pentingnya konsistensi dalam penulisan kata.

Tujuan dari makalah ini adalah untuk berbicara tentang ejaan yang
disempurnakan dalam penulisan kata sebagai langkah penting dalam meningkatkan
kemampuan berbahasa dengan melihat latar belakang ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah-masalah dalam makalah ini
dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa itu kata dasar dalam penulisan kata?


2. Apa itu kata turunan dalam penulisan kata?
3. Apa itu pemenggalan kata dalam penulisan kata?
4. Apa itu kata depan dalam penulisan kata?
5. Apa itu partikel dalam penulisan kata?
6. Apa itu singkatan dan akronim dalam penulisan kata?
7. Apa itu angka dan bilangan dalam penulisan kata?
8. Apa itu kata ganti -ku, kau, ku, mu, nya dalam penulisan kata?
9. Apa itu kata sandang “si” dan “sang” dalam penulisan kata?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui kata dasar dalam penulisan kata
2. Mengetahui itu kata turunan dalam penulisan kata
3. Mengetahui itu pemenggalan kata dalam penulisan kata
4. Mengetahui itu kata depan dalam penulisan kata
5. Mengetahui partikel dalam penulisan kata
6. Mengetahui singkatan dan akronim dalam penulisan kata
7. Mengetahui angka dan bilangan dalam penulisan kata
8. Mengetahui kata ganti -ku, kau, ku, mu, nya dalam penulisan kata
9. Mengetahui kata sandang “si” dan “sang” dalam penulisan kata
BAB II
PEMBAHASAN

Dalam bagian ini perbedaan antara PUEBI dan EYD Edisi V terlihat pada
subbab yang membahas “Kata Turunan”. Dalam PUEBI, subbab B berisi “Kata
Berimbuhan”, sementara di subbab C berisi “Bentuk Ulang”. Hal ini berbeda dengan
EYD Edisi V yang membahas “Kata Turunan” di subbab B terdiri atas kata
berimbuhan, bentuk ulang, dan gabungan kata. Dengan demikian, beberapa kaidah
yang di dalam PUEBI menjadi subbab tersendiri, di dalam EYD Edisi V disatukan
dalam satu subbab.
Hal lain yang bisa diamati adalah penghilangan kata “akronim” di bagian
“singkatan dan akronim” dalam PUEBI yang kemudian dalam EYD Edisi V hanya
tertulis subbab tentang “Singkatan”. Dalam buku ini, subjudul “Singkatan dan
Akronim” sebagaimana dalam PUEBI tetap digunakan.
Dalam PUEBI, kata ganti -ku, kau-, -ku, -mu, dan nya hanya ada satu kaidah,
sementara di dalam EYD Edisi V menjadi dua kaidah. Demikian juga dengan kata
sandang si dan sang yang di dalam PUEBI hanya ada satu kaidah dengan satu catatan,
sementara dalam EYD Edisi V catatan tersebut menjadi kaidah sehingga menjadi dua
butir.
Dalam PUEBI, pedoman penulisan kata meliputi sebelas hal, yaitu kata dasar;
kata berimbuhan; bentuk ulang; gabungan kata; suku kata; kata depan di, ke, dan dari;
partikel; singkatan dan akronim; angka dan bilangan; kata ganti ku-, kou-, -ku, -mu,
dan -nya; serta kata si dan sang. Dalam EYD Edisi V, pedoman penulisan kata menjadi
sembilan karena pembahasan tentang kata berimbuhan, bentuk ulang, dan gabungan
kata dijadikan satu dan menjadi subbab “Kata Turunan.” Dengan demikian, pedoman
penulisan kata dalam EYD Edisi V meliputi kata dasar; kata turunan; pemenggalan
kata; kata depan; partikel; singkatan; angka dan bilangan; kata ganti ku-, kau-, -ku, -
mu, dan-nya; serta kata si dan sang. Perubahan apa saja yang ada di bagian ini bisa
disimak dalam uraian berikut.
A. kata dasar
Kata dasar adalah kata yang paling sederhana dan telah memiliki makna,
kata dasar merupakan dasar dari pembentukan kata yang bisa menjadi kata
turunan maupun menjadi kata berimbuhan.
Kata dasar ditulis secara mandiri.
Misalnya:
Kantor
Pergi
Ramai
Sangat
Contoh kalimat:
Dia ‘pikir’ dia berhasil dan menang melawan sang juara dalam
permainan itu.

B. Kata Turunan
Merupakan kata yang mendapatkan imbuhan untuk memperjelas
maksud dari penggunaannya.
Kata turunan memiliki bebrapa fungsi, yaitu:
a. Memberikan makna tambahan pada kata dasar
b. Memberikan variasi bahasa
c. Mempermudah penggambaran konsep
d. Memperkaya kosakata dan memperluas bahasa
e. Membantu dalam pemilihan kata yang tepat untuk mengekspresikan
pikiran dan perasaan
Kata turunan dibagi menjadi tiga, yaitu kata berimbuhan, bentuk ulang,
dan gabungan kata.
1. Kata berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata dasar yang telah mendapatkan
imbuhan, yang artinya kata ini telah berubah atau akan mengalami
perubahan bentuk dan fungsi serta maknanya. Pada dasarnya, kata
imbuhan memiliki fungsi utama untuk mengubah makna dari kata
dasarnya.
a. Kata yang mendapat imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan
awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan imbuhannya.
Misalnya:
Berjalan, mempermudah, menulis, dijual, pembaca, semula,
terbatas, gelembung, kemilau, kinerja, gerejawi, kamerawan,
lukisan, seniman, sukuisme, kemauan, pemungutan, perbaikan
Contoh imbuhan awalan:
(a) Kami bermain futsal setelah selesai mata kuliah.
(b) Api telah membakar rumah itu hingga hangus.
(c) Ibu sedang menanak nasi.
(d) Hari ini, para petani akan kembali menanam padi.
(e) Perilaku Andi kini telah berubah.
(f) Akhir-akhir ini, kucing kami sering sekali mengeong.
(g) Sedari tadi, dia terus saja menangis.
(h) Sudah sembilan belas tahun Pak Joko mengajar di kampus
kami.
(i) Kami sudah menunggu Budi sejak pagi tadi.
(j) Hari ini, aku resmi menjadi anggota Paskibra.

Contoh imbuhan akhiran:

(a) Walaupun kalah, kami tidak merasa kecewa.


(b) Sudah dua tahun indekos ini aku singgahi.
(c) Tempat wisata ini sudah sering aku sambangi.
(d) Lina bekerja sebagai seorang karyawati di sebuah bank swasta
di Jakarta.
(e) Keputusan ini sudah terlanjur aku lakukan.
(f) Sudahlah, tak usah kau ungkit lagi masalah itu!
(g) Aku kembalikan buku punyamu ini.
(h) Masakan Ibu memang selalu enak.
(i) Apakah kau baik-baik saja?
(j) Kondisinya kini kian parah.

Contoh imbuhan awalan-akhiran:

(a) Permusuhan antar dua kampung itu sudang berlangsung sejak


lama.
(b) Penghasilan dari usaha kami terbilang lumayan.
(c) Aku baru menyadari bahwa kini dia telah berubah.
(d) Saya tidak dapat memahami jalan pikiran Anda.
(e) Sejak tadi pagi, dia masih menangisi anaknya yang telah
meninggal.
(f) Pak Burhan sudah menggeluti bisnis properti sejak tahun 1999.
(g) Aku sudah lelah menasehatimu.
(h) Pekerjaan ini haru aku bereskan sekarang juga.
(i) Persoalan antara kambi berdua sudah selesai.
(j) Budi sudah menyukai Intan sejak masih SMP.

Contoh imbuhan sisipan:


(a) Kinerja Pak Anton sangat memuaskan. (kata dasar: kerja,
imbuhan sisipan -in-).
(b) Mobil itu melaju dengan kencang. (kata dasar: laju, imbuhan
sisipan: -el-).
(c) Kakek sangat pandai meniup seruling. (kata dasar: suling,
imbuhan sisipan: -el-).
(d) Serabut kelapa dapat diolah menjadi berbagai jenis kerajinan.
(kata dasar: sabut, imbuhan sisipan: -er-).
(e) Hari ini, istriku mengenakan kerudung berwarna biru. (kata
dasar: kudung, imbuhan sisipan: -er-).
(f) Gemuruh ombak begitu terdengar di sepanjang pantai. (kata
dasar: guruh, imbuhan sisipan: -em-).
(g) Prestasinya selama di kampus begitu gemilang. (kata dasar:
gilang, imbuhan sisipan: -em-).
(h) Sejak dahulu, aku sudah mengenal tingkah lakunya. (kata dasar:
dulu, imbuhan sisipan: -ah-).
(i) Indonesia adalah negara yang kaya akan wisata bahari. (kata
dasar: bari, imbuhan siispan: -ah-).
(j) Tinambah merupakan bilangan yang ditambahkan pada
bilangan lain. (kata dasar: tambah, imbuhan sisipan: -in-).
(k) Jemari penari itu begitu lentik saat menari. (kata dasar: jari,
imbuhan sisipan: -em-).
b. Kata yang mendapat bentuk terikat ditulis serangkai jika mengacu pada
konsep keilmuan tertentu.
Misalnya:
adibusana narapidana tunakarya
lokakarya swadaya ekstrakurikuler
purnawirawan biokimia praanggapan
aerodinamika nirgagasan ultramodern
mancanegara tansuara inkonvensional
saptakrida demoralisasi prajabatan
antargolongan nonkolaborasi wiraswasta
makroekonomi telewicara infrastruktur
semiprofesional dekameter pramusaji
antikekerasan paripurna ayahanda
mikrobiologi transmigrasi kosponsor
subbagian dwiwarna pramuwisata
awahama pascakebenaran egosentris
multilateral tritunggal kontraindikasi
supercepat ekabahasa proaktif
bikarbonat pascasarjana oktahedron

c. Kata yang diawali dengan huruf kapital dan mendapat bentuk terikat
dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya:
Non-Indonesia, non-Korpri, pasca Orba, anti-PKI, pan
Afrikanisme, pro-Barat, non-ASEAN

d. Kata yang ditulis dengan huruf miring dan mendapat bentuk terikat
dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya:
anti-mainstream, pasca-reshuffle, pra-Aufklaerung, super-jegeg

e. Bentuk terikat maha- dan kata dasar atau kata berimbuhan yang
mengacu kepada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf
awal kapital sebagai pengkhususan.
Misalnya:
Yang Maha Esa
Tuhan Yang Maha Kuasa
Yang Maha Pengasih
Tuhan Yang Maha Pengampun
Tuhan Yang Maha Pemberi Rezeki

Catatan:
Dengan berlakunya EYD Edisi V, tidak ada lagi perbedaan perlakuan
antara bentuk maha yang diikuti kata turunan dan bentuk maha yang
diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat Tuhan.

2. Bentuk Ulang
Bentuk ulang atau reduplikasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) berarti proses atau perulangan kata atau unsur kata, seperti kata
rumah-rumah, tetamu, bolak-balik, dan sebagainya, sedangkan kata ulang
adalah kata yang terjadi sebagai hasil dari reduplikasi.
Sedangkan menurut Rohmadi, dkk (2013:83), reduplikasi adalah
perulangan bentuk atas suatu bentuk dasar. Bentuk baru sebagai hasil
perulangan bentuk dasar tersebut lazim disebut dengan kata ulang.
a. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara
unsur-unsurnya.
Misalnya:
Anak-anak, berjalan-jalan, biri-biri, buku-buku, hati-hati,
kuda- kuda, kupu-kupu, lauk-pauk, mata-mata, menulis-
nulis, mondar- mandir, ramah-tamah, sayur-mayur, serba-
serbi, terus-menerus, tukar-menukar

b. Bentuk ulang gabungan kata citulis dengan merigulang unsur pertama.


Misalnya:
Surat kabar => Surat-surat kabar
Kapal barang => Kapal-kapal barang
Rak buku => Rak-rak buku
Catatan.
Perlu juga dipertimbangkan kaidah berikut.
a. Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva ditulis
dengan mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan
makna yang berbeda.
Misalnya:
Orang besar => Orang-orang besar
Orang besar-besar
Gedung tinggi => Gedung-gedung tinggi
Gedung tinggi-tinggi
b. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
Misalnya:
Kekanak-kanakan, perundang-undangan,
melambai lambaikan, dibesar-besarkan, memata-
matai.
3. Gabungan Kata
Gabungan kata merupakan gabungan morfem dasar yang seluruhnya
memiliki status sebagai kata dengan pola fonologis, gramatikal serta semantis
khusus. Selain itu, gabungan kata juga dapat kita maknai ketika suatu kata
terdiri dari kata awalan dan diberi akhiran.
1. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk
istilah khusus, ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar model linear
kambing hitam persegi panjang
orang tua rumah sakit jiwa
simpang empat meja tulis
mata acara cendera mata

2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis


dengan menambahkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
anak-istri pejabat anak istri-pejabat
ibu-bapak kami ibu bapak-kami
buku-sejarah baru buku sejarah-baru

3. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika


mendapat awalan atau akhiran.
Misalnya:
bertepuk tangan
menganak sungai
garis bawahi
sebar luaskan
4. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai.
Misalnya:
Dilipatgandakan
Menggarisbawahi
Menyebarluaskan
Penghancurleburan
pertanggungjawaban
5. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali hulubalang radioaktif
adakalanya kacamata saptamarga
apalagi kasatmata saputangan
bagaimana kilometer saripati
barangkali manasuka sediakala
beasiswa matahari segitiga
belasungkawa olahraga sukacita
bilamana padahal sukarela
bumiputra pribahasa syahbandar
darmabakti perilaku wiraswasta
dukacita puspawarna

C. Pemenggalan kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
bu-ah
ma-in
ni-at
sa-at
b. Monoftong eu tidak dipenggal1.
Misalnya:
ci-leun-cang
seu-da-ti
seu-lu-mat
c. Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.
Misalnya:
pan-dai
au-la
sau-da-ra
sur-vei
am-boi
d. Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf
konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf
konsonan itu.
Misalnya:
ba-pak
la-wan
de-ngan

1 E Aminudin Aziz. 2022. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan Edisi Kelima. Jakarta.
ke-nyang
mu-ta-khir
mu-sya-wa-rah
e. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:
Ap-ril
cap-lok
makh-luk
man-di
sang-gup
som-bong
swas-ta
f. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-
masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf
kon-sonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
ul-tra
in-fra
ben-trok
in-stru-men
am-bruk

Catatan :
Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
Misalnya:
bang-krut
bang-sa
ikh-las
kong-res
ba-nyak
makh-luk
masy-hur
sang-gup
2. Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar dan
unsur pembentuknya.
Misalnya:
ber-jalan mem-pertanggungjawabkan
mem-bantu memper-tanggungjawabkan
di-ambil mempertanggung-jawabkan
ter-bawa mempertanggungjawab-kan
per-buat me-rasakan
makan-an merasa-kan
letak-kan per-buatan
pergi-lah perbuat-an
apa-kah ke-kuatan
kekuat-an

Catatan:
(1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan dilakukan
seperti pada kata dasar.
Misalnya:
me-nu-tup
me-ma-kai
me-nya-pu
me-nge-cat
pe-mi-kir
pe-no-long
pe-nga-rang
pe-nge-tik
pe-nye-but

(2) Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar.


Misalnya:
ge-lem-bung
ge-mu-ruh
ge-ri-gi
si-nam-bung
te-lun-juk

(3) Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir baris
tidak dilakukan.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ....
Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau mengambil makanan itu.

3. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu.
Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
Misalnya:
biografi bio-grafi bi-o-gra-fi
biodata bio-data bi-o-da-ta
fotografi foto-grafi fo-to-gra-fi
fotokopi foto-kopi fo-to-ko-pi
introspeksi intro-speksi in-tro-spek-si
introjeksi intro-jeksi in-tro-jek-si
kilogram kilo-gram ki-lo-gram
kilometer kilo-meter ki-lo-me-ter
pascapanen pasca-panen pas-ca-pa-nen
4. Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di
antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
Lagu “Indonesia Raya” digubah oleh Wage Rudolf
Supratman.
Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir
Alisjahbana.

5. Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak dipenggal.
Misalnya:
Ia bekerja di DLLAJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng.
Rangga Warsita.

Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
Ia bekerja di DLL-
AJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.
Ng. Rangga Warsita.

D. Kata depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Di mana dia sekarang?
Kain itu disimpan di dalam lemari.
Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Mari kita berangkat ke kantor.
Saya pergi ke sana mencarinya.
Ia berasal dari Pulau Penyengat.
Cincin itu terbuat dari emas.

E. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengata-
sinya dengan bijaksana.
Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih tersedia.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah
berkunjung ke rumahku.
Catatan:
Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.
Misalnya:
Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu de-pan.
3. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.
Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.
Karyawan itu mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.

F. Singkatan dan Akronim


1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di
setiap unsur singkatan itu.

Misalnya:

A.H. Nasution Abdul Haris Nasution


H. Hamid Haji Hamid

Suman Hs. Suman Hasibuan

dr. dokter

Dr. doktor

Dr. (H.C.) doktor honoris causa

M.B.A. master of business administration

M.Hum. magister humaniora

M.Si. magister sains

Ph.D. philosophiae doctor (doctor of


philosophy)

Prof. profesor

S.E. sarjana ekonomi

S.I.P sarjana ilmu politik

S.Kom. sarjana komputer

S.Sos. sarjana sosial

Sp.A. spesialis anak

R.M. Syahid Raden Mas Syahid

Sdr. Hendra Saudara Hendra

Kol. Inf. Hendri Kolonel Infanteri Hendri

A.K.B.P. Purnomo Ajun Komisaris Besar Polisi Purnomo

2. Singkatan nama orang dalam bentuk inisial ditulis tanpa tanda titik.

Misalnya:

LS Lilis Suryaningsih

SDD Sapardi Djoko Damono


STA Sutan Takdir Alisjahbana

3. Singkatan, termasuk akronim, yang terdiri atas huruf awal setiap kata

ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.

Misalnya:

KTP kartu tanda penduduk

KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia

PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa

PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia

PT perseroan terbatas

SD sekolah dasar

UI Universitas Indonesia

WHO World Health Organization

BIG Badan Informasi Geospasial

BIN Badan Intelijen Negara

LAN Lembaga Administrasi Negara

MAN madrasah aliyah negeri

NIP nomor induk pegawai

PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia

PAUD pendidikan anak usia dini

SIM surat izin mengemudi

4. a. Singkatan yang terdiri atas lebih dari dua huruf yang lazim digunakan dalam
dokumen atau surat-menyurat diikuti dengan tanda titik.

Misalnya:

dkk. dan kawan-kawan


dll. dan lain-lain

dsb. dan sebagainya

dst. dan seterusnya

hlm. halaman

sda. sama dengan di atas

ttd. tertanda

ybs. yang bersangkutan

yth. yang terhormat

b. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim digunakan dalam dokumen
atau surat-menyurat diikuti tanda titik pada setiap huruf.

Misalnya:

a.n. atas nama

d.a. dengan alamat

s.d. sampai dengan

u.b. untuk beliau

u.p. untuk perhatian

c. Singkatan yang lazim digunakan dalam penulisan alamat dapat ditulis dengan
dua huruf atau lebih dan diakhiri tanda titik.

Misalnya:

Gd. Tabrani Gedung Tabrani

Jl. Rawamangun Jalan Rawamangun

Gg. Kelinci Gang Kelinci

Kav. 5 Kaveling 5

Km. 57 Kilometer 57

Lt. 2 Lantai 2
No. 9 Nomor 9

5. Singkatan satuan ukuran, takaran, dan timbangan; lambang kimia; dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.

Misalnya:

kVA kilovolt-ampere

km kilometer

kg kilogram

l liter

Cu kuprum

Rp rupiah

6. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf dan suku kata atau gabungan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Bulog Badan Urusan Logistik

Kalteng Kalimantan Tengah

Kowani Kongres Wanita Indonesia

Mabbim Majelis Bahasa Brunei Darussalam-IndonesiaMalaysia

Suramadu Surabaya-Madura

Wita Waktu Indonesia Tengah

7. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf dan suku kata atau
gabungan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf nonkapital.

Misalnya:

iptek ilmu pengetahuan dan teknologi

pemilu pemilihan umum


puskesmas pusat kesehatan masyarakat

rapim rapat pimpinan

rudal peluru kendali

tilang bukti pelanggaran2

G. Angka dan bilangan


Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka digunakan sebagai
lambing bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab
{0,1,2,3,4,5,6,7,8,9} atau angka Romawi {I, II, III, IV, V, VI,VII, VIII, IX, X, L(50),
C(100), D(500), M(1.000). Dalam penulisan angka dan bilangan berlaku ketentuan
sebagai berikut.

1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu kata ditulis dengan huruf,
kecuali jika digunakan secara berurutan seperti dalam perincian.

Misalnya:

Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.

Koleksi perpustakaan itu mencapai seribu buku.

Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5
orang abstain.

Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus,
dan 250 sedan.

2. Angka dituliskan untuk menyatakan (a) ukuran, seperti ukuran Panjang, berat,
luas, isi, dan waktu, serta (b) nilai, seperti nilai uang dan persentase.

Misalnya:

0,5 sentimeter; 5 kilogram; 4 meter persegi; 10 liter; 2 tahun 6 bulan; 1 jam 20


menit; Rp 5.000.00; US$3,50; 2000 Rupiah; tahun 1928; 17 Agustus 1945; 1 jam
20 menit; pukul 15.00; 10 persen; 27 orang; dan sebagainya.

2 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Keputusan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 0424/i/BS.00.01/2022 tentang Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
Catatan :

Penulisan lambang mata uang seperti Rp, US$, tidak diakhiri dengan tanda titik dan tidak
ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.

3. Bilangan berupa angka pada awal kalimat yang terdiri atas lebih dari satu kata
didahului kata seperti sebanyak, sejumlah, dan sebesar atau diubah susunan
kalimatnya.

Misalnya:

50 siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah (sebaiknya dihindari)

3 pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta. (sebaiknya dihindari)

Sebanyak 50 siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.


(disarankan)

Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta (disarankan)

4. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat ditulis Sebagian dengan
huruf supaya lebih mudah dibaca.

Misalnya:

Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 miliar rupiah.

Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta untuk mengembangkan usahanya.

5. Angka digunakan sebagai bagian dari Alamat, seperti jalan, rumah, apartemen
atau kamar.

Misalnya:

Jalan Kartika I No. 15

Jalan Raya Dumai Kav. 14

Gedung Samudra, Lantai II, Ruang 201

6. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.

Misalnya:
Bab X Pasal 5, halaman 252

“bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan!”(Surat Al-Alaq


[96]: 1)

Surah Yasin: 9

Markus 2:3; dan sebagainya

7. Penulisan bilangan dengan huruf seperti dalam peraturan perundang undangan,


akta, dan kuitansi dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan utuh ditulis secara mandiri

Misalnya:

Dua belas (12)

Tiga puluh lima (35)

b. Bilangan pecahan ditulis dengan per- yang dilekatkan pada bilangan penyebut
yang mengikutinya

Misalnya:

Setengah atau seperdua (1/2)

Seperenam belas (1/16)

Tiga perempat (3/4)

Satu persen (1%)

Catatan : tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambing bilangan


dengan huruf yang dapat menimbulkan salah pengertian.

Misalnya :

20 2/3 (dua puluh dua-pertiga)

150 2/3 (serratus lima puluh dua-pertiga)

8. Penulisan bilangan dapat menggunakan angka Romawi, gabungan awalan ke- dan
angka Arab atau huruf.

Misalnya:
Pada awal abad XX (angka romawi kapital)

Perang Dunia II

Perang Dunia ke-2

Perang Dunia Kedua

9. Penulisan bilangan yang mendapat akhirn -an dirangkaikan dengan tanda hubung
(-)

Misalnya:

Lima lembar uang 5.000-an (lima lembar uang lima ribuan)

Tahun 2000-an (tahun dua ribuan)

10. Bilangan seperti yang terdapat dalam peraturan perundang undangan, akta atau
kuitansi dapat ditulis dengan angka dan diikuti oleh huruf.

Misalnya:

Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan, sebagaimana


dimaksud dalam pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama
1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).

Saya lampirkan tanda terima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta Sembilan
ratus lima puluh ribu rupiah).

11. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.

Misalnya:

Limapuluhkoto, Rajaampat, Simpanglima.3

H. Kata ganti -ku, kau, ku, mu, nya


1. Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

3 Eko Sugiarto, Kitab EYD Edisi V Terlengkap & Terbaru, (Yokgayakarta : Penerbit Andi 2023), hal. 51-55
Misalnya:

Rumah itu telah kujual.

Majalah ini boleh kaubaca.

Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

Rumahnya sedang diperbaiki.

2. Kata ganti kau yang bukan bentuk terikat ditulis terpisah dengan kata yang lain.

Misalnya:

Aku ingin kau bersungguh-sungguh dengan apa yang kaukatakan.

Kau masih muda, Bung.

Sebaiknya kau mengurus adikmu saja.

I. Kata sandang "si" dan "sang"


1. Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:

Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.

Dalam cerita itu si Pitung berhasil menolong penduduk.

Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.

Ibu itu menghadiahi sang suami kemeja batik.

Sang adik mematuhi nasihat sang kakak.

Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.

2. Kata sang ditulis dengan huruf awal kapital jika merupakan unsur nama Tuhan.

Misalnya:

Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.


Pura dibangun oleh umat Hindu untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa.4

4 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Keputusan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 0424/i/BS.00.01/2022 tentang Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemampuan berbahasa dan penulisan kata menjadi sangat penting dalam era
digital dan globalisasi saat ini untuk berkomunikasi dengan baik. Untuk menjamin
penggunaan kata yang konsisten, jelas, dan sesuai, ejaan yang disempurnakan sangat
penting. Orang dapat meningkatkan kemampuan berbahasa mereka secara signifikan
dengan memahami aturan ejaan yang berlaku.

Dari diskusi yang diadakan dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa
pemahaman yang baik tentang ejaan sangat penting untuk komunikasi yang efektif,
baik formal maupun informal. Memperbaiki penulisan kata dapat dicapai dengan
mengetahui aturan ejaan, memperbaiki kesalahan ejaan, dan berlatih secara teratur.

Diharapkan bahwa dengan mengikuti prinsip-prinsip ejaan yang


disempurnakan, setiap orang dapat meningkatkan kemampuan berbahasa mereka,
menjaga konsistensi dalam penulisan kata, dan memperkuat kekuatan kata mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,


dan Teknologi. Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor
0424/i/BS.00.01/2022 tentang Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.

Sugiarto Eko, Kitab EYD Edisi V Terlengkap & Terbaru, (Yokgayakarta : Penerbit Andi
2023), hal. 51-55

Sunendar Dadang. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Anda mungkin juga menyukai