Anda di halaman 1dari 31

RUANG LINGKUP KESELAMATAN KESEHATAN KERJA (K3)

DISUSUN

OLEH:

KELOMPOK 2 (4C KEPERAWATAN)

REZA MAY FITRI 2214201158


REVA PITRI RAHMADANI 2214201157
NIKEL AULIA P 2214201148
AZDKIA KHAIRA NISSA 2214201130
SULTAN THORIQ 2214201171
JINGGA MAHARANI 2214201141
ANJANIE SALSABILLA P 2214201124
SINTA NABELLA 2214201168
SOFFY CELSI UTARI 2214201169
RENO WAHYU BUSTA 2214201155
TASILA PUTRI RAHMADINA 2214201172
SHINTYA SARI 2214201166
ZEMI AURA LATIFA 2214201183
ARIANTI 2214201128
SALSABILLA AURIGA ANOKI 2214201162
NIKITA ALDE MENTARI 2214201149
TESA ANDRIYANI 2214201173
RICA NOPITA PUTRI 2214201159
FELIA ADE SANDOVA 2214201137

DOSEN PENGAMPU : Ns. VANIA ARESTI YENDRIAL, M.Kep


MATA KULIAH : Keselamatan Pasien Dan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam
Keperawatan

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah

ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih

terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan masukan dan

dukungan. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah K3. Selain itu, makalah ini

bertujuan menambah wawasan dan pengetahuan tentang “Ruang Lingkup Keselamatan

Kesehatan Kerja” bagi pembaca.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa

pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil.

2. Dosen pembimbing, Ns. Vania Aresti Yendrial, M.Kep selaku dosen mata kuliah

Keperawatan Kesehatan Reproduksi di kelas 4C yang telah memberikan arahan,

bimbingan serta masukan dalam proses pembuatan makalah ini.

3. Dan teman-teman anggota kelompok 2 yang telah ikut dalam proses pembuatan

makalah dari awal hingga selesai.

Bagi kami sebagai penulis dan penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan

dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.

Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bertujuan untuk

membangun kesempurnaan dalam pembuatan makalah ini di masa yang akan datang .

Padang,19-03-24

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL I

KATA PENGANTAR II

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian K3 3
2.2 Kecelakaan Kerja 5
2.3 Sistem Manajemen K3 10
2.4 Tenaga Kerja 14
2.5 Indikator K3 17
2.6 Fungsi K3 18
2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi K3 19
2.8 Kedisiplinan Kerja 21

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan 26

3.2 Saran 27

DAFTAR PUSTAKA 28

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah kegiatan yang dirancang untuk menjamin

keselamatan dan kesehatan di tempat kerja. Perawat berisiko terhadap kecelakaan dan

penyakit akibat pekerjaan. Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling besar jumlahnya dan

paling lama kontak dengan pasien, sehingga sangat berisiko dengan pekerjaannya, namun

banyak perawat yang tidak menyadari terhadap risiko yang mengancam dirinya, melupakan

keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Rumah sakit juga merupakan tempat kerja yang

berpotensi tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Karena terdapat banyak bahan mudah

terbakar, gas medis, radiasi pengion, dan bahan kimia. Membutuhkan perhatian serius

terhadap keselamatan pasien, staf dan umum. Untuk mengendalikan, meminimalisasi dan

meniadakannya bahaya di rumah sakit dapat dilakukan melalui K3RS. Sistem Manajemen

K3RS ini merupakan sesuatu yang baru dan menjadi sasaran penilaian akreditasi rumah sakit.

Selain itu Sistem Manajemen K3 merupakan faktor yang secara tidak langsung berhubungan

dengan pasien, tetapi memegang peran penting dalam pelayanan rumah sakit.

Pelaksanaan Keselamatan, dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya

untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,

sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja

akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak hanya

menimbulkan korban jiwa ataupun kerugian materi bagi pekerja atau perusahaan. Tetapi

berdampak luas pada lingkungan dan masyarakat luas. Perilaku perawat juga merupakan

peranan penting dalam mengakibatkan suatu kecelakaan, sehingga cara yang efektif untuk

mencegah terjadinya kecelakaan adalah dengan menghindari terjadinya perilaku tidak aman.

Pelaksanaan keselamatan pasien di Indonesia masih belum optimal, terbukti dari banyaknya

1
kasus mal praktik yang dilaporkan oleh media massa. Keselamatan pasien dilaksanakan demi

tercapainya 6 tujuan antara lain: ketepatan identifikasi pasien; peningkatan komunikasi yang

efektif peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai; keamanan tindakan bedah;

pencegahan risiko infeksi; dan pencegahan risiko pasien jatuh. Perawat juga merupakan

bagian dari suatu tim, yang didalamnya terdapat berbagai profesional lain seperti dokter.

Luasnya peran perawat memungkinkannya terjadinya risiko kesalahan pelayanan. Hal-hal

tersebut menempatkan peran perawat sebagai komponen penting dalam pelaporan kesalahan

pelayanan dalam pengembangan program keselamatan pasien di rumah sakit. Oleh karena itu

perlu digali berbagai faktor yang dapat mempengaruhi perawat dalam melaporkan kesalahan

pelayanan. Kesalahan praktek keperawatan dapat terjadi dalam tahap pengkajian

keperawatan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Definisi Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)?

2. Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)?

3. Definisi Tenaga Kerja ?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui definisi Keselamatan Kesehatan Kerja (K3).

2. Mengetahui Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)

3. Mengetahui Definisi Tenaga Kerja

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN K3(Keselamatan Kesehatan Kerja)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sistem yang berhubungan semua unsur

yang berada dalam aktifitas kerja. Diantaranya melibatkan orang yang melakukan pekerjaan,

bahan kerja seperti benda-benda atau barang-barang yang dikerjakan, alat-alat kerja yang

digunakan berupa mesin dan peralatan lainnya. Selain itu K3 juga menyangkut lingkungan

kerja baik manusia maupun benda dan barang di area pekerjaan.

Ditinjau dari sudut keilmuan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah ilmu yang

diterapkan untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja atau penyakit

yang didapatkan dari kegiatan bekerja ataupun tempat kerja.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan susunan usaha untuk menciptakan suasana

kerja yang baik,aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang

bersangkutan dengan bahaya di sekitarnya.

A. RUANG LINGKUP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Keselamatan dan kesehatan kerja memiliki ruang lingkup antara lain:

a. Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja berlaku disetiap tempat kerja yang

mencakup 3 (tiga) unsur pokok (tenaga kerja, bahaya kerja, dan usaha baik

bersifat ekonomis maupun sosial)

b. Ketentuan K3 berkaitan dengan perlindungan:

1) Tenaga kerja

2) Alat, bahan, dan mesin

3) Lingkungan

4) Proses produksi

5) Sifat pekerjaan

3
6) Cara kerja

c. Persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja ditetapkan sejak perencanaan,

pembuatan, pemakaian barang ataupun produk teknis dan seterusnya.

d. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tanggung jawab semua pihak,

khususnya pihak yang terkait dengan proses penyelenggaraan suatu usaha

B. TUJUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Tujuan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja yaitu jika kecelakaan kerja dapat

menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan kerja, penyakit, dan hal-hal yang berkaitan

dengan stress, serta mampu meningkatkan kualitas kehidupan kerja para pekerjanya,

perusahaan akan semakin efektif. Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk

kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas masyarakat.

b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.

c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Menurut Moekijat (2010) Program keselamatan dan kesehatan kerja yang baik juga akan

menunjukan manajemen dan kepemimpinan yang baik diperusahaan, karena keselamatan dan

kesehatan kerja dapat menurunkan kerugian yang timbul akibat kecelakaan dan karyawan

akan terlatih dalam menghadapi resiko kerja. Sasaran dari program keselamatan kerja adalah

untuk memenuhi kepentingan bersama, antara lain adalah :

1. Mencegah dan mengurangi adanya bahaya kecelakaan yag mungkin timbul pada

setiap tempat kerja.

2. Membimbing dan menanamkan rasa disiplin serta kesadaran bagi karyawan

3. Perusahaan senantiasa dapat menghasilkan produksi sebaik mungkin,

alat-alat kerja dipelihara dan bertanggung jawab. Adapun tujuan dari program

pencegahan kecelakaan ini adalah mewujudkan suasana kerja yang mengembirakan, salah

4
satu faktor yag sangat penting dalam memberikan rasa tentram,semangat kerja karyawan

sehingga dapat mempertinggi mutu pekerjaan, meningkatkan prodiksi dan produktivitas

kerja.

C. SYARAT-SYARAT KESELAMATAN

Upaya untuk memaksimalkan program K3 di perusahaan membutuhkan kerjasama dari

berbagai pihak yang saling keterkaitan, baik karyawan, perusahaan maupun pemerintah. Oleh

sebab itu pihak perusahaan beserta karyawan harus mengetahui syarat-syarat Keselamatan

Kerja sesuai dengan Undang-undang No 1 Tahun 1970 yang telah ditetapkan oleh

pemerintah, yaitu:

a. Mengurangi angka kecelakaan kerja.

b. Mencegah dan mengurangi dan memadamkan kebakaran.

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan pada tempat kerja.

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau

kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

f. Memberi alat-alat pelindung diri pada para pekerja.

g. Memelihara segala jenis bangunan.

Mencegah para karyawan terkena aliran listrik yang dapat membahayakan karyawan.

Pencegahan kecelakaan kerja dalam industri tidak hanya terpusat pada keahlian, kita harus

mengetahui bagaimana cara bekerja tanpa melukai diri sendiri atau membahayakan rekan

kerja yang lainnya.

2.2 KECELAKAAN KERJA

A. PENGERTIAN KECELAKAAN KERJA

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki,

yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan

5
kerugian baik korban manusia maupun harta benda.Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian

tiba-tiba yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta

benda atau kerugian waktu.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECELAKAAN KERJA

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja,yaitu:

a. Faktor manusia Faktor pertama adalah kecelakaan yang disebabkan kesalahan

manusia (human error) seperti kelalaian dalam melaksanakan tugasnya, hilangnya

konsentrasi waktu kerja, dan sikap mental kerja. Faktor kedua penyebab kecelakaan

adalah faktor lingkungan kerja seperti alat dan mesin perkakas yang berbahaya, sistem

kerja yang tidak aman, bahan dan material yang berbahaya, dan bahaya dari panas dan

api. Faktor manusia yang merupakan penyebab kecelakaan meliputi:

1) Usia

Terdapat kecenderungan bahwa beberapa jenis kecelakaan kerja seperti terjatuh

lebih sering terjadi pada tenaga kerja usia 30 tahun atau lebih dari pada tenaga

kerja berusia sedang atau muda. Karyawan muda umumnya mempunyai fisik yang

lebih kuat, dinamis, dan kreatif, tetapi cepat bosan, kurang bertanggung jawab,

cenderung absensi, dan turnover-nya rendah.

2) Jenis Kelamin

Jenis pekerjaan antara pria dan wanita sangatlah berbeda. Pembagian kerja secara

sosial antara pria dan wanita menyebabkan perbedaan terjadinya paparan yang

diterima orang, sehingga penyakit yang dialami berbeda pula. Kasus wanita lebih

banyak daripada pria

3) Masa Kerja

Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja dari pertama mulai masuk

hingga sekarang masih bekerja. Masa kerja dapat diartikan sebagai sepenggal

6
waktu yang agak lama dimana seorang tenaga kerja masuk dalam satu wilayah

tempat usaha sampai batas waktu tertentu. Untuk masa kerja sendiri sering yang

terjadinya kecelakaan kerja di suatu pekerjaan, dikarenakan memiliki masa kerja

yang rendah dan tidak mengetahui selak seluk perusahaan itu sendiri.

4) Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan

bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses

sosial yakni orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan

terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia dapat memperoleh

atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang

optimal.

b. Faktor lingkungan

1) Penerangan

Penerangan ditempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi

benda-benda di tempat kerja. Banyak obyek kerja beserta benda atau alat dan

kondisi di sekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal ini penting untuk

menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi.Pencahayaan yang kurang

memadai atau menyilaukan akan melelahkan mata. Kelelahan mata akan

menimbulkan rasa kantuk dan hal ini berbahaya bila karyawan mengoperasikan

mesin-mesin berbahaya sehingga dapat menyebabkan kecelakaan.

2) Lantai Licin

Lantai dalam tempat kerja harus terbuat dari bahan yang keras, tahan air dan

bahan kimia yang merusak. Karena lantai licin akibat tumpahan air, tahan minyak

atau oli berpotensi besar terhadap terjadinya kecelakaan, seperti terpeleset.

7
Karena lantai licin akibat tumpahan air, tahan minyak atau oli berpotensi besar

terhadap terjadinya kecelakaan, seperti terpeleset.

3) Letak Mesin

Terdapat hubungan yang timbal balik antara manusia dan mesin. Fungsi manusia

dalam hubungan manusia mesin dalam rangkaian produksi adalah sebagai

pengendali jalannya mesin tersebut. Mesin dan alat diatur sehingga cukup aman

dan efisien untuk melakukan pekerjaan dan mudah

4) Suhu Udara

Dari suatu penelitian diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja manusia akan

mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24°C- 27°C. Suhu

dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku dan kurangnya koordinasi otot.

Suhu panas terutama berakibat menurunkan prestasi kerja pekerja, mengurangi

kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan,

mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi syaraf perasa dan

motoris, serta memudahkan untuk dirangsang.

Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 dilakukan untuk menjamin kesesuaian dan

keefektifan pencapaian tujuan SMK3 dengan melakukan peninjauan secara berkala dan

tinjauan ulang SMK3 dapat mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan, produk barang

termasuk juga dampak terhadap kinerja perusahaan. Peninjauan ulang SMK3 dilakukan

berdasarkan pertimbangan:

1) Perubahan peraturan perundangan;

2) Incident data (cidera, sakit akibat kerja, rekomendasi hasil investigasi kecelakaan

kerja);

3) Hasil pengukuran dan pengukuran kinerja, dan laporan kegiatan audit;

4) Masukan yang berasal dari internal dan eksternal perusahaan;

8
5) Perubahan organisasi yang dapat mempengaruhi SMK3;

6) Perubahan kegiatan perusahaan (penggunaan teknologi, proses dsb)

7) Perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi;

8) Tuntutan pasar

C. KERUGIAN KECELAKAAN KERJA

Kecelakaan kerja mengakibatkan kerugian bagi perusahaan yang terlihat dari besarnya

biaya kecelakaan. Biaya ini dapat dibagi menjadi biaya langsung meliputi biaya atas

pengobatan, perawatan, biaya angkutan, upah selama tidak mampu bekerja, kompensasi

cacat, biaya atas kerusakan bahan, perlengkapan, peralatan, mesin, seperti berhentinya

operasi perusahaan oleh karena pekerja lainnya menolong korban, biaya yang harus

diperhitungkan untuk mengganti orang yang ditimpa kecelakaan dan sedang sakit serta

berada dalam perawatan dengan orang baru yang belum biasa bekerja pada pekerjaan di

tempat terjadinya kecelakaan.

Kerugiannya antara lain terganggunya kelancaran produksi, kerusakan bahan atau

alat, terganggunya lingkungan kerja, hilangnya waktu kerja, cacat bagi karyawan, meninggal

dunia, dan kerusakan lingkungan masyarakat sekitarnya.

D. PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA

Suatu pencegahan kecelakaan kerja yang efektif memerlukan pelaksanaan pekerjaan

dengan baik oleh setiap orang ditempat kerja. Semua pekerja harus mengetahui bahaya dari

bahan dan peralatan yang mereka tangani, semua bahaya dari operasi perusahaan serta cara

pengendaliannya. Untuk itu diperlukan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan pekerja

mengenai keselamatan dan kesehatan kerja atau dijadikan satu paket dengan pelatihan lain.

Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang sebab kecelakaan. Sebab

disuatu perusahaan diketahui dengan mengadakan analisa kecelakaan. Pencegahan ditujukan

kepada lingkungan, mesin, alat kerja, perkakas kerja, dan manusia.

9
2.3 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA (SMK3)

1. Pengertian SMK3

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disebut SMK3

adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur

organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber

daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, peng-kajian dan

pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan

dengan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Manajemen merupakan alat untuk mengkoordinasi semua sumber daya

melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penetapan tenaga kerja, pengarahan

dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Manajemen adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain,

dengan kata lain mencapai tujuan organisasi dengan memanfaatkan sumber daya

manusia.

2. Manfaat SMK3

Manfaat penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bagi

perusahaan adalah :

1) Pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur sistem

operasional sebelum timbul gangguan operasional, kecelakaan, insiden dan

kerugiankerugian lainnya.

2) mengetahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3 di perusahaan.

3) Meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangan bidang K3.

4) Meningkatkan pegetahuan, keterampilan dan kesadaran tentang K3, khususnya

bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan audit.

5) Meningkatkan produktivitas kerja.

10
Untuk menekankan tentang pentingnya SMK3 maka pemerintah mengeluarkan

PP No 50 th 2012.

1.Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang

terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi

2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan

melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh;

serta

3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong

produktivitas

3. Tujuan SMK3

Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem

keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur

manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan. kerja yang terintegrasi dalam

rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta

terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

Adapun tujuan sistem keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu:

1) Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik

fisik, sosial, dan psikologis.

2) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya seefektif

mungkin.

3) Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

4) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dengan meningkatkan kesehatan gizi

pegawai.

5) Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

11
6) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan dan

kondisi kerja.

7) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

4. Kepatuhan terhadap undang-undang

Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Ketentuan mengenai

penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

5. Peningkatan dari berjalannya SMK3

Pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja dapat menurunkan tingkat dan beratnya

kecelakaan kerja, penyakit, dan hal-hal yang berkaitan dengan stress, serta mampu

meningkatkan kualitas kehidupan kerja para pekerjanya, perusahaan akan semakin

efektif. Adapun peningkatan yang terjadi adalah :

1) Meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang

2) Meningkatnya efisien dan kualitas pekerja yang berkomitmen,

3) Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi

4) Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena

menurunnya pengajuan klaim,

5) Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya

partisipasi dan rasa kepemilikan, dan

6) Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan.

6. Faktor penghambat dan keberhasilan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja

Faktor penghambat sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

terbagi menjadi beberapa poin. Poin-poin tersebut yaitu belum adanya persyaratan

12
dari konsumen mengenai pembuktian penerapan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja. Tidak terdapat konsekuensi bagi perusahaan yang menunda dan

menolak pelaksanaan audit sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja,

kekurangsiapan perusahaan karena ketidaktahuan perusahaan dan biaya audit yang

dianggap memberatkan perusahaan. Faktor keberhasilan penerapan sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja antara lain, telah diterapkan beberapa

sistem manajemen yang mendukung penerapan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja. Tingginya komitmen kesehatan dan keselamatan kerja dari

manajemen puncak atau perusahaan induk, melakukan studi banding, adanya tenaga

ahli.

Faktor keberhasilan lainnya adalah komite keselamatan yang berperan aktif

dalam pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja sudah dibangun. Tuntutan dari

pihak konsumen kepada perusahaan untuk menerapkan sistem manajemen kesehatan

dan keselamatan kerja yang telah tersertifikasi. Terpacunya suatu perusahaan dalam

sektornya karena perusahaan lain telah berhasil menerapkan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja. Upaya pembinaan mengenai sistem keselamatan

dan kesehatan kerja mampu bekerja dengan baik dari binaan kawasan perusahaan

dan mampu menekan angka kecelakaan kerja.

Penerapan SOP dengan baik dalam sebuah perusahaan akan menghasilkan

kelancaran aktivitas operasional perusahaan, menjaga nama baik dan kualitas

perusahaan, sehingga perusahaan dapat bertahan dalam kondisi yang sangat baik

jikalau perusahaan mampu menjalankan SOP dengan baik namun sesuai dengan

aturan yang telah dimuat dalam sebuah peraturan perundang-undangan dan sesuai

sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

13
2.4 TENAGA KERJA

Salah satu faktor di perusahaan dalam usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan

adalah faktor tenaga kerja/karyawan. Tenaga kerja (ketenaga kerjaan) adalah sumber daya

manusia yang memiliki potensi, kemampuan, yang tepat guna, berdaya guna, berpribadi

dalam kategori tertentu untuk bekerja dan berperan serta dalam pembangunan, sehingga

berhasil guna bagi dirinya dan masyarakat secara keseluruhan.

Karyawan adalah mereka yang bekerja pada suatu badan usaha atau perusahaan, baik

swasta maupun pemerintah, dan diberikan imbalan kerja sesuai dengan peraturan

perundangundangan yang berlaku, baik bersifat harian, mingguan, maupun bulanan yang

biasanya imbalan tersebut diberikan secara mingguan, dan pendapat lain juga dikemukakan

oleh Musanef yang mengemukakan bahwa tenaga kerja atau karyawan adalah orang-orang

yang bekerja pada suatu organisasi, baik pada instansi pemerintah maupun pada perusahaan-

perusahaan atau pada usahausaha sosial dengan mana ia memperoleh suatu balas jasa

tertentu.

Dalam Undang-undang No. 3 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa tenaga kerja adalah

tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja

guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

A. PENGAWASAN KERJA

Menurut Handoko (2014) mengemukakan Pengawasan kerja dapat dirumuskan sebagai

proses memantau kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan itu diselesaikan sebagaiman

telah direncanakan dan proses megoreksi setiap penyimpangan yang berarti.

Menurut Handayaningrat (2010) mengemukakan Pengawasan kerja ialah suatu proses

dimana pimpinan ingin megetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh

bawahanya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, atau kebijaksanaan yang telah

ditentukan.

14
Menurut Ali Imron (2013:139) pengawasan kerja adalah suatu aktivitas yang selalu

mengupayakan agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat tercapai sebagaimana yang

direncanakan.

Menurut Sondang P. Siagian (2014) mengemukakan pengawasan kerja adalah Proses

pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua

pekerjaan yang sedang di lakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah di tentukan

Dari beberapa pengertian pengawasan tersebut, dapat di kemukakan bahwa pengawasan

adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan untuk mengetahui bahwa pelaksanaan,

hasil kerja atau kinerja sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya, sehingga

apabila terjadi penyimpanganpenyimpangan akan diperbaiki sedini mungkin

B. INDIKATOR PENGAWASAN KERJA

Adapun indikator pengawasan kerja menurut Handoko (2014), sebagai berikut :

1. Pimpinan selalu melihat pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai

Menetapkan standar pelaksanaan, standar mengandung arti sebagai suatu satuan

pengukuran yang dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil - hasil.

2. Adanya batasan waktu dalam menyelesaikan waktu pekerjaan

Pengelolaan waktu merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena manajemen

waktu Anda akan mempengaruhi seluruh kegiatan.

3. Adanya pengukuran kerja pegawai

Suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah

ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya

dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa.

4. Adanya evaluasi pekerjaan pegawai

Penilaian kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai

aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada peruisahaan. Hasil pengukuran tersebut

15
digunakan sebagai umpan balik yang memberikan informasi tentang prestasi,

pelaksanaan suatu rencana dan apa yang diperlukan perusahaan dalam penyesuaian-

penyesuaian dan pengendalian.

5. Adanya koreksi pekerjaan dari pimpinan atau atasan

Tindakan koreksi ini bertujuan dapat meminimalisir kesalahan – kesalahan yang

terjadi dalam pekerjaan sehingga kesalahan atau penyimpangan tidak terulang

kembali yang tentunya dapat mengurangi efektivitas kerja karyawan.

C. FUNGSI PENGAWASAN KERJA

Menurut Harahap (2004 (Silalahi, 2013)) yang mengemukakan apabila sistem

pengawasan kerja itu dapat berjalan dengan baikberdasarkan standar pengawasan dan metode

yang sesuai maka diperoleh berbagai manfaat atau keuntungan bagi perusahaan antara lain :

1. Tujuan yang dicapai akan lebih cepat, mudah dan murah.

2. Menimbulkan keterbukaan, kejujuran, dan keterusterangan.

3. Menimbulkan saling percaya dan menghilangkan rasa curiga.

4. Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab.

5. Memberikan iklim persaingan yangs sehat, sehingga karyawan berprestasi

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAWASAN KERJA

Menurut Mulyadi (2007), beberapa faktor yang mempengaruhi pengawasan adalah:

1. Perubahan yang selalu terjadi baik dari luar maupun dari dalam perusahaan

2. Kompleksitas organisasi memerlukan pengawasan formal karena adanya

desentralisasi kekuasaan;

3. Kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan anggota organisasi memerlukan

pengawasan.

E. TUJUAN PENGAWASAN KERJA

Menurut Silalahi (2013:181) tujuan dari pengawasan adalah sebagai berikut :

16
1. Mencegah terjadinya penyimpangan pencapaian tujuan yang telah direncanakan.

2. Agar proses kerja sesuai dengan prosedur yang telah digariskan atau ditetapkan.

3. Mencegah dan menghilangkan hambatan dan kesulitan yang akan, sedang atau

mungkin terjadi dalam pelaksanaan kegiatan.

4. Mencegah penyimpangan penggunaan sumber daya.

5. Mencegah penyalahgunaan otoritas dan kedudukan

2.5 INDIKATOR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Menurut Sama’mur (2012) ada 5 indikator yang mempengaruhi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3), dimana indikator-indikator tersebut harus dapat menjadi perharian

perusahaan dalam mempekerjakan karyawannya. Adapun indikatorindikator tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Alat-alat perlindung kerja

Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk

melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari

potensi bahaya di tempat kerja.

2. Ruang kerja yang aman

Guna mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit menular di lingkungan

kerja dengan menciptakan kondisi pekerja dan mesin atau tempat kerja agar

ergonomis, menjaga kondisi fisik maupun lingkungan kerja yang memadai dan tidak

menyebabkan sakit atau membahayakan pekerja serta menjaga pekerja tetap sehat.

3. Penggunaan peralatan kerja

Penggunaan peralatan kerja adalah perlengkapan yang harus dipakai oleh seseorang

ketika bekerja guna menghindari resiko kecelakaan.

4. Ruang kerja yang sehat

17
Lingkungan kerja yang baik akan memastikan kita tetap dalam kondisi sehat baik

secara jasmani ataupun rohani. Bekerja yang sehat tidak hanya didukung oleh badan

yang sehat, namun juga lingkungan kantor yang menjadi tempat bekerja juga sehat.

5. Penerangan diruang kerja

Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan

untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Pencahayaan merupakan salah satu

faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan

erat dengan produktivitas manusia.

2.6 FUNGSI KESELAMATAN , KESEHATAN KERJA (K3)

Menurut Sama’mur (2012) Pada pelaksanaannya K3 memiliki fungsi yang cukup banyak

dan bermanfaat, baik bagi perusahaan maupun bagi pekerja. Berikut ini adalah beberapa

fungsi K3 secara umum:

1. Sebagai pedoman untuk melakukan identifikasi dan penilaian akan adanya risiko dan

bahaya bagi keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja.

2. Membantu memberikan saran dalam perencanaan, proses organisir, desain tempat

kerja, dan pelaksanaan kerja.

3. Sebagai pedoman dalam memantau kesehatan dan keselamatan para pekerja di

lingkungan kerja.

4. Memberikan saran mengenai informasi, edukasi, dan pelatihan mengenai kesehatan

dan keselamatan kerja.

5. Sebagai pedoman dalam membuat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dan

program.

6. Sebagai acuan dalam mengukur keefektifan tindakan pengendalian bahaya dan

program pengendalian bahaya

18
2.7 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA (K3)

Menurut Sedarmayanti (2011:112-115), Faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) adalah:

1. Kebersihan

Kebersihan merupakan syarat utama bagi pegawai agar tetap sehat, dan

pelaksanaannya tidak memerluakan banyak biaya. Untuk menjaga kesehatan, semua

ruangan hendaknya tetap dalam keadaan bersih. Penumpukan abu dan kotoran tidak

boleh terjadi dan karenanya semuaruang kerja, gang dan tangga harus dibersihkan tiap

hari. Perlu disediakan tempat sampah dalam jumlah yang cukup, bersih dan bebas

hama, tidak bocor dan dapat dibersihkan dengan mudah. Bahan buangan dan sisa

diupayakan disingkirkan di luar jam kerja untuk menghindari resiko terhadap

kesehatan.

2. Air minum dan kesehatan

Air minum yang bersih dari sumber yang sehat secara teratur hendaknya diperiksa dan

harus disediakan secara cuma-cuma dekat tempat kerja.

3. Urusan Rumah Tangga

Kerapihan dalam ruang kerja membantu pencapaian produktivitas dan mengurangi

kemungkinan kecelakaan. Jika jalan sempit dan tidak bebas dari tumpukan bahan dan

hambatan lain, maka waktu akan terbuang untuk menggeser hambatan tersebut

sewaktu bahan dibawa ke dan dari tempat kerja atau mesin. Tempat penyimpanan

harus diberi tanda dan bahan disusun dalam tempat tertentu, serta diberi tanda

pengenal seperlunya

4. Ventilasi, pemanas dan pendingin

19
Ventilasi yang menyeluruh perlu untuk kesehatan dan rasa keserasian para pegawai,

oleh karenanya merupakan faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja. Pengaruh udara

panas dan akibatnya dapat menyebabkan banyak waktu hilang karena pegawai tiap

kali harus pergi ke luar akibat “keadaan kerja yang tidak tertahan”.

5. Tempat kerja, ruang kerja dan tempat duduk

Seorang pegawai tak mungkin bekerja jika baginya tidak tersedia cukup tempat untuk

bergerak tanpat mendapat gangguan dari teman sekerjanya, gangguan dari mesin

ataupun dari tumpukan bahan. Dalam keadaan tertentu kepadatan tempat kerja dapat

berakibat buruk bagi kesehatan pegawai, tetapi pada umumnya kepadatan termaksud

menyangkut masalah efisiensi kerja. Bekerja dengan berdiri terusmenerus merupakan

salah satu sebab merasa letih yang pada umumnya dapat dihindari.

6. Pencegahan kecelakaan

Pencegahan kecelakaan harus diusahakan dengan meniadakan penyebabnya, apakah

sebab itu merupakan sebab teknis atau sebab yang datan dari manusia. Upaya ke arah

itu terlampau beraneka ragam untuk dibahas, yakni mencakup upaya memenuhi

peraturan dan standar teknis, antara lain meliputi pengawasan dan pemeliharaan

tingkat tinggi.

7. Pencegahan kebakaran

Kebakaran yang tidak terduga, kemungkinan terjadi di daerah beriklim panas dan

kering serta lingkungan industri tertentu. Pencegahan kebakaran merupakan salah satu

masalah untuk semua yang bersangkutan dan perlu dilaksanakan dengan cepat

menurut peraturan pencegahan kebakaran, seperti larangan merokok di tempat yang

mudah timbul kebakaran dan lain-lain. Pencegahan senatiasa lebih baik daripada

memadamkan kebakaran, tetapi harus ditekankan pentingnya peralatan dan

perlengkapan lainnya untuk pemadaman kebakaran, yang harus dipelihara dalam

20
keadaan baik. Manajemen dan pengawas hendaknya diberitahu tentang apa yang

seharusnya dilakukan pegawai jika timbul kebakaran

8. GIZI

Pembahasan lingkungan kerja tidak dapat lepas tanpa menyinggung tentang masalah

jumlah dan nilai gizi makanan para pegawai. Di beberapa negara jumlah makanan

pegawai tiap hari hanya sedikit melebihi yang diperlukan badannya, jadi hanya cukup

untuk hidup dan sama sekali kurang untuk dapat mengimbangi pengeluaran tenaga

selama menjalankan pekerjaan yang berat.

9. Penerangan/cahaya, warna, dan suara bising di tempat kerja

Pemanfaatan penerangan/cahaya dan warna di tempat kerja dengan setepattepatnya

mempunyai arti penting dalam menunjang keselamatan dan kesehatan kerja.

Kebisingan di tempat kerja merupakan faktor yang perlu dicegah atau dihilangkan

karena dapat mengakibatkan kerusakan.

2.8 KEDISIPLINAN KERJA

A. DEFINISI

Menurut Edy Sutrisno (2016:89) kedisiplinan kerja adalah prilaku seseorang yang sesuai

dengan peraturan, prosedur kerja yang ada atau disiplin adalah sikap, tingkah laku, dan

perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi baik tertulis maupun tidak tertulis.

Menurut Singodimedjo didalam Edy Sutrisno (2016) kedisiplinan kerja adalah sikap

kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang

berlaku di perusahaan.

Menurut Hasibun (2016) kedisiplinan kerja adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan

dalam mencapai tujuan tujuannya. Disiplin merupakan fungsi penting dalam sebuah

organisasi karena semakin baik kedisiplinan karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang

dapat dicapainya. Sebaliknya, tanpa disiplin, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil

21
yang optimal. Kedisiplinan harus diterapkan dalam suatu perusahaan karena akan berdampak

terhadap kinerja karyawan, sehingga mempengaruhi kesuksesan dan keberhasilan dari

perusahaan.

Menurut Rivai dan Sagala (2013) Kedisiplinan kerja adalah suatu alat yang digunakan

para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah

suatu perilaku dan untuk meningkatkan kesadaran juga kesediaan seseorang agar menaati

semua peraturan dan norma sosial yang berlaku di suatu perusahaan.

Menurut Wulantika dan putri (2018:287) Disiplin adalah sikap kemauan dan kemauan

yang berasal dari seseorang untuk mematuhi, mematuhi norma peraturan di sekitarnya, dan

karyawan yang baik disiplin akan mempercepat pencapaian tujuan perusahaan.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan kerja adalah perilaku seorang

karyawan dalam mematuhi peraturan perusahaan dan kesediaan untuk mengubah perilaku ke

arah yang lebih baik.

B. INDIKATOR KEDISIPLINAN KERJA

Pada dasarnya ada banyak indikator yang memepengaruhi tingkat kedisiplinan kerja suatu

organisasi, dalam Edy Sutrisno (2016:94) kedispilinan kerja dibagi dalam empat indikator di

antaranya adalah :

1. Taat terhadap aturan waktu Dilihat dari jam masuk kerja, jam pulang dan jam istirahat

yang tepat waktu sesuai dengan aturan yang berlaku di perusahaan.

2. Taat terhadap peraturan perusahaan peraturan dasar tentang cara berpakaian, dan

bertingkah laku dalam pekerjaan.

3. Taat terhadap aturan perilaku dalam pekerjaan Ditunjukan dengan cara-cara

melakukan pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan jabatan, tugas, dan tanggung jawab

serta cara berhubungan dengan unit kerja lain.

22
4. Taat terhadap peraturan lainnya Aturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak

boleh dilakukan oleh para pegawai dalam perusahaan.

C. TUJUAN KEDISIPLINAN KERJA

Menurut Simamora dalam Sinambela (2012) tujuan utama tindakan kedisiplinan kerja

adalah memastikan bahwa perilaku-perilaku pegawai konsisten dengan aturan-aturan yang

ditetapkan oleh organisasi. Berbagai aturan yang disusun oleh organisasi adalah tuntunan

untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan. Pada saat suatu aturan dilanggar,

efektivitas organisasi berkurang sampai pada tingkat tertentu, tergantung pada kerasnya

pelanggaran.

Tujuan berikutnya adalah menciptakan atau mempertahankan rasa hormat dan saling

percaya diantara atasan dan bawahannya. Disiplin yang diberlakukan secara tidak tepat dapat

menciptakan masalah-masalah seperti moral kerja yang rendah, kemarahan, dan kemauan

buruk di antara pengawas dan bawahanbawahannya. Dalam kondisi seperti ini semua

perbaikan dan perilaku pegawai hanya akan berlangsung singkat, dan pengawas harus

mendisiplinkan kembali pegawai dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEDISIPLINAN KERJA

Menurut Singodimedjo dalam Edy Sutrisno (2016:89) mengemukakan faktor-faktor

yang mempengaruhi disiplin kerja adalah :

1. Besar kecilnya pemberian kompensasi. Para karyawan akan mematuhi segala

peraturan yang berlaku, bila ia merasa mendapat jaminan balas jasa yang setimpal

dengan jerih payahnya yang telah dikontribusikan bagi perusahaan.

2. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan. Keteladanan pimpinan

sangat penting sekali, karena dalam lingkungan perusahaan, semua karyawan akan

selalu memperhatikan bangaimana pimpinan dapat menegakkan disiplin dirinya

23
dan bagaimana ia dapat menggendalikan dirinya dari ucapkan, perbuatan, dan

sikap yang dapat merugikan aturan disiplin yang telah ditetapkan.

3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan. Pembinaan disiplin

tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, bila tidak ada aturan tertulis yang

pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama.

4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan. Dengan adanya tindakan

terhadap pelanggaran disiplin, sesuai dengan sangsi yang ada, maka semua

karyawan akan merasa terlindungi, dan dalam hatinya berjanji tidak akan berbuat

hal yang serupa.

5. Ada tidaknya pengawasan pemimpin. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh

perusahaan perlu ada pengawasan, yang akan mengarahkan karyawan agar dapat

melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan yang telah ditetapkan.

6. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan. Karyawan adalah manusia yang

mempunyai perbedaan karakter antara satu dengan yang lain. Seorang karyawan

tidak hanya puas dengan penerimaan kompensasi yang tinggi, pekerjaan yang

menantang, tetapi juga mereka masih membutuhkan perhatian yang besar dari

pimpinannya sendiri.

7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin. Kebiasaan-

kebiasaan positif itu antara lain: - Saling menghormati, bila bertemu dilingkungan

pekerjaan.

- Melontarkan pujian sesuai dengan tempat dan waktunya, sehingga para

karyawan akan turut merasa bangga dengan pujian tersebut.

- Sering mengikutsertakan karyawan dalam pertemuan-pertemuan, apalagi

pertemuan yang berkaitan dengan nasib dan pekerjaan mereka.

24
- Memberi tahu bila ingin meninggalkan tempat kepeda rekan sekerja, dengan

menginformasikan, ke mana dan untuk urusan apa, walaupun kepada bawahan

sekalipun.

25
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sangat diperlukan karena menyangkut

perusahaan dan karyawannya. Penerapan K3 ini juga harus memiliki prosedur yang benar

yang harus diikuti sesuai dengan aturan perundangundangan, karena apabila K3 tidak

terlaksana, tentu akan memberikan dampak buruk terhadap perusahaan dan karyawannya

sendiri. Dari hasil pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai masalah

keselamatan dan kesehatan kerja karyawan PT Waskita Beton Precast adalah sebagai berikut:

Adanya kendala dalam proses penerapan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja yang

dilakukan oleh pihak perusahaan khususnya pada tahapan pengunaan alat pelindung diri dan

tahapan dalam pemantauan atau pengawasan yang berdampak buruk bagi para pekerja

sehingga menyebabkan masih banyaknya terjadi kecelakaan kerja di lingkungan kerja.

Lingkungan kerja yang kurang aman merupakan salah satu ancaman bagi para karyawan

pada saat bekerja oleh karena itu, kurangnya pengetahuan dan pelatihan yang diberikan

perusahan terhadap Karyawan menyebabkan karyawan lalai dan tidak patuh terhadap

peraturan dalam menggunakan alat pelindung diri (APD) dikarenakan karyawan merasa tidak

nyaman dalam penggunaan alat pelindung diri dari segi bentuk dan ukuran sehingga masih

rentannya terjadi kecelakaan kerja

Serta kurang dilakukannya pengontrolan atau pengawasan yang dilakukan pihak

manajemen terhadap para pekerja dan kondisi lingkungan kerja sehingga masih adanya para

karyawan yang acuh dan tidak menaati peraturan dengan baik. Oleh sebab itu diperlukannya

usaha-usaha yang lebih maksimal lagi yang harus dilakukan perusahaan dalam

menanggulangi bahaya dalam bekerja dan kecelakaan kerja

26
3.2 SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah diatas jauh dari kata kesempurnaan. Penulis akan

memperbaiki makalah ini dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat

dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca

dan berbagai pihak terkait mengenai pembahasan makalah diatas demi penyempurnaan

makalah ini.

27
DAFTAR PUSTAKA

Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat


Kerja. Surakarta: Harapan Press; 2014.
Budiono S. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang: Universitas
Diponegoro; 2003.
Suma’mur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Bandung: Sagung Seto;
2014.
Pratama AK. Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Unsafe Action pada Tenaga Kerja
Bongkar Muat di PT. Terminal Petikemas Surabaya. The Indonesian Journal of
Occupational Safety and Health. 2015;4(1):64-73.
Jamsostek. Angka Kecelakaan Kerja Lima Tahun Terakhir Cenderung Naik 2011 [cited 2017
20 Maret].
Pusat Data dan Informasi Republik Indonesia. Situasi Kesehatan Kerja 2014 [cited 2017 20
Maret].
Anonim. BPJS Catat 3576 Kasus Kecelakaan Kerja di Riau dan Sumatera Barat 2016 [cited
2017 20 Maret].
Pratama EW. Hubungan Antara Perilaku Pekerja dengan Kecelakaan Kerja Bagian Produksi
PT. Linggarjati Mahardika Mulia Pacitan [Skripsi]2015.

28

Anda mungkin juga menyukai