Anda di halaman 1dari 75

PENERAPAN DISIPLIN KERJA DAN SANKSI DALAM

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK


TERHADAP KARYAWAN
PT. ETANA BIOTECHNOLOGIES INDONESIA

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Ahli Madya


Program Studi Diploma III Manajemen Perusahaan

Oleh : AHMAD BUCHORI


NIM 098191130224

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN PERUSAHAAN


AKADEMI SEKRETARI DAN MANAJEMEN INSULINDO
BEKASI
2023
LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR

Dengan ini Pembimbing Tugas Akhir Program Studi Diploma III Manajemen
Perusahaan Akademi Sekretari dan Manjemen Insulindo Bekasi, menyatakan
bahwa:

Nama : Ahmad Buchori

Nim : 098191130224

Program Studi : DIII Manajemen Perusahaan

Judul : Penerapan Disiplin Kerja Dan Sanksi Dalam Pedoman


Cara Pembuatan Obat Yang Baik Terhadap
Karyawan PT. Etana Biotechnologies Indonesia

Telah disetujui untuk diuji pada ujian komprehensif sesuai dengan Prosedur,
Ketentuan dan kelaziman yang berlaku.

Bekasi, ……………………

Pembimbing I Pembimbing II

Adie Kusna Wibowo, S.Kom, M.Kom Kaharudin, S.M, M.M


NIDN : 0410017906

Disetujui Oleh :

Wakil Direktur Kependidikan Akademi Sekretari dan Manajemen Insulindo

i
PENERAPAN DISIPLIN KERJA DAN SANKSI DALAM PEDOMAN CARA
PEMBUATAN OBAT YANG BAIK TERHADAP KARYAWAN PT. ETANA
BIOTECHNOLOGIES INDONESIA

Ahmad Buchori
098191130224

Program Studi Diploma III Manajemen Perusahaan


Akademi Sekretari Dan Manajemen Insulindo

ABSTRAK

Pada dasarnya tercapainya suatu tujuan organisasi atau perusahaan tidak terlepas
dari peran serta manusia sebagai sumber daya manusia yang memiliki kemampuan
dan kesedian membantu berbagai aktivitas perusahaan sebagaimana yang telah
ditetapkan, sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberadaan sumber
daya manusia didalam perusahaan merupakan salah satu daya penting dalam
menentukan keberhasilan perusahaan. Metode pengumpulan data merupakan cara
untuk mengungkapkan kebenaran yang objektif dan benar-benar berdasarkan bukti
yang kuat.Pada penelitian ini, data atau informasi yang dibutuhkan sesuai dengan
permasalahan adalah dengan menggunakan cara-cara sebagai berikut: Studi
dokumen merupakan merupakan teknik pengumpulan data dengan menghimpun
dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, hasil karya,
maupun elektronik. Dokumen yang diperoleh kemudian dianalisis, dibandingkan
dan dipadukan (sintesis) membentuk satu kajian yang sistematis, terpadu dan
utuh.Untuk mengetahui upaya apa yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan
disiplin kerja karyawan pada PT. Etana Biotechnologies Indonesia. Untuk
mengetahui sanksi-sanksi yang diterapkan perusahaan terhadap karyawan pada PT.
Etana Biotechnologies Indonesia. Untuk mengetahui seperti apa disiplin kerja
sesuai standarisasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Bagi penulis berguna
untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta pengembangan ilmu
pengetahuan yang penulis peroleh selama di akademi. Sebagai sumbangan
pemikiran mengenai pemecahan masalah dan juga masukan bagi perusahaan, guna
meningkatkan kedisiplinan karyawan agar karyawan lebih bertanggung jawab lagi
untuk tidak mengabaikan aturan-aturan yang telah di tetapkan perusahaan. Sebagai
bahan masukan atau pedoman bagi peneliti-peneliti yang akan datang yang ingin
meneliti dalam masalah yang sama.
Kata kunci: Disiplin, Dokumen, Penelitian, Perusahaan, Sanksi

ii
IMPLEMENTATION OF WORK DISCIPLINE AND SANCTIONS IN THE
GUIDELINES ON HOW TO MAKE GOOD MEDICINES FOR EMPLOYEES OF
PT. ETANA BIOTECHNOLOGIES INDONESIA

Ahmad Buchori
098191130224

Program Studi Diploma III Manajemen Perusahaan


Akademi Sekretari Dan Manajemen Insulindo

ABSTRACT

Basically the achievement of an organizational or company goal is inseparable


from the participation of humans as human resources who have the ability and
willingness to assist various company activities as specified, so that in this way it
can be said that the existence of human resources within the company is one of the
important resources in determine the success of the company. The data collection
method is a way to reveal objective truths and is truly based on strong evidence. In
this study, the data or information needed according to the problem is to use the
following methods: analyze documents, both written documents, drawings, works,
and electronics. The documents obtained are then analyzed, compared and
combined (synthesis) to form a systematic, integrated and complete study. To find
out what efforts are being made by the company to improve employee work
discipline at PT. Ethane Biotechnologies Indonesia. To find out the sanctions
applied by the company to employees at PT. Ethane Biotechnologies Indonesia. To
find out what work discipline is like according to the standardization of Good
Medicine Manufacturing Practice (GMP). For writers it is useful to add insight and
knowledge as well as develop the knowledge that writers have gained while at the
academy. As a contribution of thoughts regarding problem solving and also input
for the company, in order to improve employee discipline so that employees are
even more responsible for not ignoring the rules that have been set by the company.
As input or guidance for future researchers who want to research the same
problem.
Keywords: Companies, Discipline, Documents, Research, Sanctions

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan hidayah yang telah
diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini
dengan judul “Penerapan Disiplin Kerja dan Sanksi Dalam Pedoman Cara
Pembuatan Obat Yang Baik Terhadap Karyawan PT. Etana Biotechnologies
Indonesia”. Alhamdulillah dengan usaha dan keyakinan penulis dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini
terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penyajiannya, untuk itu
dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan dan menerima kritikan juga
saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Penulisan laporan ini
merupakan rangkaian dari proses pendidikan dan syarat mencapai gelar Ahli Madya
pada Fakultas Manajemen Perusahaan Akademi Sekretari dan Manajemen
Insulindo Bekasi. Penulis juga mengucapkan ribuan terimakasih yang sebesar
besarnya atas segala bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak, baik yang
secara langsung maupun tidak langsung yang penulis terima dari :

1. Bapak Adie Kusna Wibowo, S.Kom, M.Kom, sebagai Direktur Akademi


Sekretari dan Manajemen Insulindo.

2. Bapak Kaharudin, S.M, M.M, selaku dosen pembimbing yang telah


menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan Tugas Akhir ini.
3. Segenap Staf dan karyawan PT. Etana Biotechnologies Indonesia, yang
telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan.
4. Kedua orang tua, yang selalu mendo’akan dan mensuport saya,
serta kakak-kakak saya yang selalu membantu saya dan membimbing saya
dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

iv
5. Nathania Wijaya S.Farm, Apt, yang sangat mendukung penuh serta selalu
membantu dan menemani saya sehingga bisa selesainya Tugas Akhir ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas, segala
kebaikkan semua pihak yang telah membantu saya dalam penulisan Tugas Akhir
ini. Semoga Tugas Akhir ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.

Bekasi, 21 Agustus 2023


Penulis

Ahmad Buchori

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR ........................................................i


ABSTRAK .................................................................................................................. ii
ABSTRACT ................................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... vii
BAB I ............................................................................................................................1
PENDAHULUAN .......................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1
1.2. Perumusan Masalah ......................................................................................7
1.3. Tujuan Tugas Akhir ......................................................................................8
1.4. Manfaat Tugas Akhir ....................................................................................8
1.5. Metode Pengumpulan Data ..........................................................................9
1.6. Sistematika Penulisan .................................................................................10
BAB II ........................................................................................................................12
LANDASAN TEORI ...............................................................................................12
2.1. Disiplin ........................................................................................................12
2.2. Kerja.............................................................................................................17
2.3. Sanksi ...........................................................................................................21
2.4. Pedoman ......................................................................................................23
2.5. CPOB ...........................................................................................................28
2.6. Pekerja .........................................................................................................44
2.7. Waktu Pekerjaan .........................................................................................52
BAB III.......................................................................................................................54
GAMBARAN UMUM .............................................................................................54
3.1. Sejarah Singkat Perusahaan........................................................................54
3.2. Nilai Dan Tujuan Perusahaan .....................................................................56
3.3. Struktur Organisasi Perusahaan .................................................................58

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar III. 1 ...........................................................................................................54


Gambar III. 2. Struktur Organisasi .....................................................................59

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pencapaian suatu tujuan organisasi atau perusahaan tidak terlepas

dari peran serta manusia sebagai sumber daya manusia yang memiliki

kemampuan dan kesedian membantu berbagai aktivitas perusahaan

sebagaimana yang telah ditetapkan, sehingga dengan demikian dapat

dikatakan bahwa keberadaan sumber daya manusia didalam perusahaan

merupakan salah satu daya penting dan menjadi faktor dalam menentukan

keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan. Sumber Daya Manusia

adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk

memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna

mencapai tujuan organisasi , selain itu kemampuan terpadu dari daya pikir

dan daya fisik yang dimiliki individu, serta menjadi salah satu komponen

penentu perkembangan dan juga keterampilan untuk bersaing serta mampu

beradaptasi dengan perubahan. Menurut UU No 13. Tahun 2003 pasal 1

nomor 1 tentang Ketenagakerjaan menerangkan bahwa “Ketenagakerjaan

adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu

sebelum, selama, dan sesudah masa kerja”, dan pasal 1 nomor 2

menerangkah bahwa “Tenaga kerja adalah setiap orang yang mempu

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk

memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”.

1
2

Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tujuan perusahaan tidak akan

dapat terwujud tanpa adanya peran aktif karyawan. Oleh karena itu

perusahaan harus membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang

berkualitas demi mewujudkan tujuan suatu perusahaan. Sumber daya

manusia mempunyai peranan penting baik secara perorangan maupun

kelompok, dan sumber daya manusia merupakan salah satu penggerak

utama atas kelancaran jalannya kegiatan sebuah organisasi, bahkan maju

mundurnya perusahaan ditentukan oleh keberadaan sumber daya

manusianya. Untuk itu setiap perusahaan perlu memperhatikan dan

mengatur pemberdayaan karyawannya sebagai usaha meningkatkan kinerja

yang baik, salah satunya dengan pendisplinan kerja karyawan dan

meningkatkan kualitas dari karyawannya.

Displin kerja dalah suatu alat yang digunakan para manager untuk

berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah

suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan

kesediaan seseorang mentaati semua peraturan dan norma-norma sosial

yang berlaku. Disiplin merupakan fungsi yang sangat penting dan

merupakan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit

terwujud tujuan yang maksimal dan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-

nilai yang dipercayai merupakan tanggung jawabnya, seperti tugas-tugas di

kantor dan kehadiran karyawan pada jam yang sudah disesuaikan di

perusahaan tersebut. Disiplin semakin tinggi, maka kinerja pada karyawan

juga akan meningkat, sehingga karyawan akan dengan ikhlas bekerja sebaik

mungkin untuk mencapai tujuan dari sebuah perusahaan. Disiplin


3

dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah disiplin preventif

merupakan cara manajemen untuk menciptakan iklim organisasi yang

kondusif untuk meningkatkan produktivitas kerja. Disiplin positif ialah

pembinaan mental karyawan yang kinerjanya tidak memuaskan organisasi

sebelum karyawan diberi sanksi atau diberhentikan. (Jepry & Mardika,

2020). Penerapan disiplin kerja ini bermanfaat dalam mendidik para

karyawan untuk mematuhi dan mentaati peraturan, prosedur, maupun

kebijakan yang ada di perusahaan. Sehingga, disiplin kerja sangat penting

untuk ditegakkan dalam perusahaan agar para karyawan dapat bekerja

sesuai dengan peraturan yang ada di perusahaan. Dengan begitu, kehidupan

perusahaan akan aman, tertib, lancar dan tujuan perusahaan tercapai.

Disiplin kerja seorang karyawan dilihat dari absensi dalam jam bekerja.

Karyawan yang memiliki disiplin kerja yang baik akan tetap bekerja dengan

baik walaupun tanpa diawasi oleh atasan. Selain itu, karyawan tidak akan

mencuri waktu untuk melakukan hal-hal lain yang tidak ada kaitannya

dengan pekerjaan. Disamping itu karyawan juga selalu menaati peraturan

yang ada dalam lingkungan kerja dengan kesadaran tinggi tanpa ada rasa

paksaan, sedangkan karyawan yang memiliki disiplin kerja yang rendah

balikan dari karyawan yang memiliki disiplin kerja yang baik.

Kedisiplinan merupakan kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam

mencapai tujuannya, kedisiplinan merupakan operatif manajemen sumber

daya manusia yang terpenting, karena semakin baik disiplin karyawannya,

semakin tinggi prestasi kerja yang dicapainya. Banyak faktor yang

mempengharui disiplin kerja mulai dari lingkungan dan kepribadian


4

tersendiri karyawan, orang yang memiliki motivasi tinggi dengan

jobdesknya masing-masing, untuk bekerjapun tidak merasakan kesulitan

dan selalu bahagia setiap mengerjakan tugas-tugas tersebut. Ia akan lebih

berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang baik. Serta

selalu berusaha mengembangkan tugas dan dirinya dalam suatu pekerjaan.

Disiplin menunjukan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri

karyawan terhadap peraturan dan ketetapan yang ada didalam organisasi.

Apakah tingkat disiplin mempengaruhi status karyawan atau tidak. Adapun

penegakan peraturan dalam rangka disiplin kerja karyawan yaitu tentang

pengoperasian kegiatan-kegiatan perusahaan.

PT. Etana Biotechnologies Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak

dibidang kesehatan, lebih tepatnya perusahaan farmasi yang

memproduksikan obat steril. PT. Etana Biotechnologies Indonesia berlokasi

di Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta , perusahan ini memiliki lahan

sekitar 400 hektar yang dirikan pada tahun 2014. Perusahan ini berfokus

pada pengelolaan obat steril injeksi yang dikelola secara baik sehingga

produk yang dihasilkan dari PT. Etana Biotechnologies Indonesia adalah

produk yang berkualitas. PT. Etana Biotechnologies Indonesia sebagai

perusahaan yang bergerak di bidang farmasi dan memproduksi sediaan steril

, maka harus memiliki personil yang terkualifikasi dan tervalidasi.

Perusahaan yang bergerak dibidang farmasi yang memproduksi obat harus

mengikuti peraturan yang berlaku di Indonesia. Peraturan yang menjadi

pedoman bagi perusahaan farmasi adalah Cara Pembuatan Obat yang Baik

(CPOB). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) wajib menjadi
5

acuan bagi industri farmasi dan sarana yang melakukan kegiatan pembuatan

Obat dan Bahan Obat. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) terbaru

adalah Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) 2018 berdasarkan

Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Nomor 34 Tahun

2018 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. CPOB adalah

sistem yang memastikan bahwa produk secara konsisten diproduksi dan

dikontrol berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan. CPOB didesain

untuk meminimalkan risiko termasuk risiko produksi farmasi yang tidak

dapat di deteksi pada sediaan akhir. Ini sesuai dengan jargon CPOB 2018

berikut ini: “Produk Obat Yang Bermutu Tidak Hanya Ditentukan

Berdasarkan Pemeriksaan Produk Akhir Saja, Akan Tetapi Setiap Proses

Produksi Obat, Mulai Dari Penyiapan Bahan Baku, Bahan Kemas, Proses

Pembuatan, Pengemasan Hingga Bangunan Dan Personil Harus Mengikuti

Cara Pembuatan Obat Yang Baik”, maka perusahaan yang bergerak dalam

bidang tersebut harus memiliki Sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB adalah

dokumen sah yang merupakan bukti bahwa industri farmasi atau sarana

telah memenuhi persyaratan CPOB dalam membuat Obat atau Bahan Obat.

Berdasarkan CPOB 2018 Industri farmasi hendaklah memiliki personel

dalam jumlah yang memadai yang terkualifikasi dan berpengalaman praktis.

Menyediakan sumber daya yang memadai dan tepat (manusia, finansial,

bahan, fasilitas dan peralatan) untuk menerapkan dan mengawasi

Sistem Mutu Industri Farmasi dan meningkatkan efektivitas secara terus-

menerus. Oleh sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk

menyediakan personel yang terkualifikasi dalam jumlah memadai untuk


6

melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggung

jawab mereka masing-masing, dan seluruh personil hendaklah memahami

prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan,

termasuk Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan

penerapan instruksi mengenai hygiene yang berkaitan dengan pekerjaan.

Tiap personel tidak boleh dibebani tanggung jawab yang berlebihan

sehingga menimbulkan risiko terhadap kualitas. PT. Etana Biotechnologies

Indonesia menerapkan sebuah peraturan bagi setiap personil yang bekerja

di sana, dengan cara memberikan pelatihan wajib berupa pengenalan

perusahaan, pengenalan produk, uraian tugas karyawan, dan pengenalan

tempat personal bekerja, dilanjut dengan pelatihan CPOB dasar berupa

tentang hygiene perorangan dan hygiene secara umum, materi tentang

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan materi khusus untuk penanganan

produk steril.

Tindak ketidak displinan adalah tindakan yang melanggar peraturan yang

telah ditetapkan yang akan mendapatkan sanki hukuman. Sanksi hukuman

adalah akibat dari tindakan yang indisipliner atau melanggar aturan

tata tertib yang berlaku di perusahaan. Dengan sanksi ini diharapkan

karyawan merasa takut untuk melanggar peraturan perusahaan sehingga

sikap dan perilaku yang indisipliner karyawan akan berkurang. Sanksi

hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap tingkatan indisipliner (tidak

terlalu ringan dan tidak terlalu berat), bersifat mendidik dan menjadi

alat motivasi yang memelihara kedisiplinan dalam perusahaan. Sanksi

berperan penting dalam mendukung kedisiplinan karyawan, kerena


7

dengan sanksi yang tegas dan cenderung tanpa pilih kasih maka

karyawan pada umumnya segan untuk berbuat kesalahan apalagi

mengulang kesalahan, serta perusahaan harus menindakan pengawasan

terhadap karyawannya pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan

standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem

informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar,

menentukan dan mengukur deviasi-deviasi dan mengambil tindakan

koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah

dipergunakan dengan efektif dan efisien.

Dari uraian latar belakang diatas penulis mengambil judul : “PENERAPAN

DISIPLIN KERJA DAN SANKSI DALAM PEDOMAN CARA

PEMBUATAN OBAT YANG BAIK TERHADAP KARYAWAN PT.

ETANA BIOTECHNOLOGIES INDONESIA”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat

dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya yang dilakukan perusahaan dalam menerapkan disiplin

kerja karyawan pada PT. Etana Biotechnologies Indonesia?

2. Bagaimana penerapan sanksi terhadap karyawan pada PT. Etana

Biotechnologies Indonesia?

3. Bagaimana penerapan disiplin kerja karyawan sesuai standarisasi Cara

Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) pada PT. Etana Biotechnologies

Indonesia?
8

1.3. Tujuan Tugas Akhir

a. Untuk mengetahui upaya apa yang dilakukan perusahaan untuk

meningkatkan disiplin kerja karyawan pada PT. Etana Biotechnologies

Indonesia.

b. Untuk mengetahui sanksi-sanksi yang diterapkan perusahaan terhadap

karyawan pada PT. Etana Biotechnologies Indonesia.

c. Untuk mengetahui seperti apa disiplin kerja sesuai standarisasi Cara

Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

1.4. Manfaat Tugas Akhir

a. Bagi penulis berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta

pengembangan ilmu pengetahuan yang penulis peroleh selama di

akademi.

b. Sebagai sumbangan pemikiran mengenai pemecahan masalah dan juga

masukan bagi perusahaan, guna meningkatkan kedisiplinan karyawan

agar karyawan lebih bertanggung jawab lagi untuk tidak mengabaikan

aturan-aturan yang telah di tetapkan perusahaan.

c. Sebagai bahan masukan atau pedoman bagi peneliti-peneliti yang akan

datang yang ingin meneliti dalam masalah yang sama.


9

1.5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara untuk mengungkapkan kebenaran

yang objektif dan benar-benar berdasarkan bukti yang kuat.

1.5.1 Lokasi Pengumpulan Data

Pengumpulan data di Kawasan Industri Pulogadung dengan objek yaitu

pada PT. Etana Biotechnologies Indonesia yang berlokasi di Jl. Rawa gelam

V, blok L, kav.11-13, Jakarta – 13930.

1.5.2 Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, data atau informasi yang dibutuhkan sesuai dengan

permasalahan adalah dengan menggunakan cara-cara sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian

dilapangan dengan melakukan wawancara langsung dengan

pimpinan perusahaan dan staf lainya. Data atau informasi ini

dikelolah menjadi data primer yang menyangkut tentang

gambaran umun perusahaan dan informasi tentang aturan-aturan

kerja perusahaan.

b. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data dimana

penelitian atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana

yang mereka saksikan selama penelitian. Dimaksudkan suatu

cara pengambilan data melalui pengamatan langsung terhadap

situasi atau peristiwa yang ada dilapangan.

c. Studi Dokumen
10

Studi dokumen merupakan merupakan teknik pengumpulan data

dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik

dokumen tertulis, gambar, hasil karya, maupun elektronik.

Dokumen yang diperoleh kemudian dianalisis, dibandingkan

dan dipadukan (sintesis) membentuk satu kajian yang sistematis,

terpadu dan utuh.

1.6. Sistematika Penulisan

Dalam pembahasan ini, sistematika tertulis dari beberapa bab yang masing

masing bab diuraikan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat tugas akhir, metode pengumpulan data, serta

sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Landasan teori diangkat dari tinjauan pustaka yang melatar belakangi

(menjadi landasan) bagi permasalahan yang akan diselesaikan. Landasan

teori merupakan satu set teori yang dipilih oleh penulis sebagai tuntunan

untuk mengerjakan tugas akhir lebih lanjut. Landasan teori dapat berbentuk

uraian kuantatif, model matematis, atau persamaan-persamaan. Landasan

teori dapat berupa text book, majalah, media massa, jurnal ilmiah, atau tugas

akhir sebelumnya yang telah dilakukan oleh orang lain yang dibutuhkan

dalam rangka penyelesaian masalah.


11

BAB III : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini memuat gambaran umum objek tugas akhir secara ringkas dimulai

dari sejarah ringkas perusahaan, visi dan misi perusahaan sampai kepada

struktur organisasi objek tersebut.

BAB IV : PENUTUP

Dalam penelitian ini diberikan kesimpulan serta saran yang diharapkan dapat

bermanfaat dalam membentuk memecahkan masalah.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Disiplin

2.1.1 Pengertian Displin

Disiplin adalah sebuah bentuk rasa tanggung jawab dan kewajiban

keryawan untuk mentaati peraturan yang telah ditetapkan (Jepry &

Mardika, 2020). Sedangkan menurut (Pranitasari & Khotimah, 2021)

menyatakan “Disiplin kerja mempengaruhi kinerja karyawan, semakin

tinggi disiplin kerja seseorang maka semakin tinggi kinerjanya”. Disiplin

kerja merupakan salah satu aspek yang memainkan peran penting dalam

meningkatkan kinerja karyawan. Disiplin kerja merupakan suatu alat

yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan

mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu

upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati

semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Menurut Hasibuan (2019) disiplin adalah kesadaran dan kesediaan

seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial

yang berlaku. Disiplin ialah salah satu faktor krusial yang menentukan

perkembangan suatu organisasi, khususnya untuk memberi motivasi

pada karyawan agar dapat lebih disiplin dalam bekerja baik secara

individual maupun kelompok.Disiplin berfungsi untuk membimbing

karyawan untuk mematuhi peraturan, prosedur, dan kebijakan yang ada

12
13

di perusahaan agar menghasilkan kinerja yang optimal. Latainer dalam

Sutrisno (2019) menuturkan, disiplin ialah keterampilan yang tumbuh di

dalam diri karyawan yang dapat membuatnya. Disiplin adalah sebuah

bentuk rasa tanggung jawab dan kewajiban keryawan untuk mentaati

peraturan yang telah ditetapkan (Jepry & Mardika, 2020). Sedangkan

menurut (Pranitasari & Khotimah, 2021) menyatakan “Disiplin kerja

mempengaruhi kinerja karyawan, semakin tinggi disiplin kerja seseorang

maka semakin tinggi kinerjanya”. Disiplin kerja merupakan salah satu

aspek yang memainkan peran penting dalam meningkatkan kinerja

karyawan. Disiplin kerja merupakan suatu alat yang digunakan para

manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan mereka bersedia untuk

mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan

kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan

dan norma-norma sosial yang berlaku mampu beradaptasi dengan aturan,

keputusan, dan nilai-nilai yang tinggi dari perilaku dan pekerjaan.

Disiplin merupakan suatu perilaku yang harus ditanamkan pada setiap

induvidu didalam maupun diluar organisasi, setiap induvidu harus mau

mengikuti atau mentaati segala peraturan-peraturan yang ada dan telah

disepakati sebelumnya serta peraturan-peraturan yang ada dan telah

disepakati sebelumnya serta bersedia menerima segala konsekuensi

apabila melanggar peraturan tersebut. Sehingga lambat laun hal tersebut

akan menjadi satu kebiasaan yang bersifat baik dan akan menerap di hati

dan jiwanya. Disiplin adalah usaha mencegah terjadinya pelanggaran-

pelanggaran terhadap ketntuan yang telah disetujui bersama dalam


14

melaksanakan kegiatan agar pembinaan hukuman pada seseorang atau

kelompok dapat dihindari. Disiplin sebagai alat seorang manajer yang

digunakan untuk berkoordinasi dengan karyawan. Tujuannya yaitu

menekankan perubahan karyawan dalam meningkatkan kesadaran untuk

menaati norma sosial dan peraturan yang berlaku di perusahaan. Jika

ketetapan perusahaan diabaikan, karyawan memiliki disiplin kerja yang

tergolong buruk. Sebaliknya`jika`karyawan menaati peraturan yang

berlaku dalam perusahaan, maka karyawan menunjukkan kondisi disiplin

kerja yang baik (Pranitasari & Khotimah, 2021).

2.1.2 Jenis Displin

Menurut (Pranitasari & Khotimah, 2021) jenis – jenis displin , antara lain:

a. Self imposed discipline (Disiplin yang timbul dari dirinya).

Disiplin yang timbul dari diri sendiri kepuasan kerja, sehingga

kepuasan kerja juga mempengaruhi disiplin kerja karyawan

dalam perusahaan, yang artinya jika kepuasaan kerja karyawan

tinggi semakin tinggi pula disiplin karyawan tersebut. Dan

sebaliknya jika kepuasan kerja karyawan rendah maka disiplin

karyawan tersebut juga rendah kesadaran karyawan itu sendiri,

karena tugas dan kewajibannya. Jadi siklus yang ada pada diri

karyawan mengikuti tingkat kepuasan karyawan.

b. Comand discipline (Disiplin berdasarkan perintah). Disiplin ini

yang timbul karena adanya peraturan atau sanksi yang

diberlalukan di dalam organisasi. Tetapi disiplin terbut ialah

disiplin yang tidak ada niatan dari seorang karyawan, melainkan


15

hanya paksaan dan hanya mengikutin peraturan yang ada, agar

tidak dikenakan surat teguran dari pihak Human Resources (HR).

2.1.3 Tujuan Displin

Menurut (Pranitasari & Khotimah, 2021), maksud dan sasaran dari

disiplin kerja adalah terpenuhinya beberapa tujuan seperti:

a. Tujuan umum disiplin kerja adalah demi kelangsungan

perusahaan sesuai dengan motif perusahaan, yang bersangkutan,

baik hari ini maupun hari esok.

b. Tujuan khusus disiplin kerja, yaitu:

i. Agar para tenaga kerja menepati segala peraturan dan

kebijakan ketenagakerjaan maupun peraturan dan

kebijakan perusahaan yang berlaku, baik yang tertulis

maupun yang tidak tertulism serta melaksanakan

perintah manajer.

ii. Dapat melaksanakan pekerjaan sebaik-baiknya serta

mampu memberikan servis yang maksimum kepada

pihak tertntu yang berkepentingan dengan perusahaan

sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan

kepadanya.

iii. Dapat menggunakan dan memelihara saraa dan

prasarana barang dan jasa perusahaan dengan sebaik-

baiknya.

iv. Dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-

norma yang berlaku pada perusahaan.


16

v. Tenaga kerja mampu memperoleh tingkat produktivitas

yang tinggi sesuai dengan harapan perusahaan, baik

dalam jangan panjang mampu jangka pendek.

2.1.4 Manfaat Displin

Manfaat displin kerja bagi karyawan dan bagi Perusahaan , antara lain:

a. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri

Memiliki sikap disiplin berkaitan dengan komitmen

yang tinggi dan perilaku profesional dalam pekerjaan akan

menumbuhkan rasa percaya diri seorang karyawan. Dengan

memiliki rasa percaya diri seorang karyawan mampu

meyakini cukup mampu untuk mengerjakan tugas yang

sudah diberikan oleh perusahaan.

b. Menjadi Lebih Profesional

Seorang karyawan yang memiliki disiplin tinggi akan

dinilai lebih profesional dan dapat diandalkan oleh rekan

kerja dan juga atasan yang dapat menepati janji. Dengan

begitu, karyawan yang disiplin akan lebih dihargai dan

dihormati oleh rekan kerja dan perusahaan.

c. Tidak Memiliki Waktu Yang Terbuang

Menerapkan disiplin juga akan membantu pegawai

menyelesaikan pekerjaan dengan mudah dan tepat waktu.

Seorang yang menerapkan kedisiplinan akan menggunakan

waktunya dengan baik. Kinerja dan produktivitas yang baik

ini akan membantunya dalam mendapatkan tanggung jawab


17

yang lebih besar dan juga memajukan jenjang karirnya.

d. Mempertahankan Posisi atau Jabatan

Sikap disiplin akan mencegah karyawan menunda-

nunda pekerjaan yang dapat mempertahankan posisi atau

jabatannya. Jika seorang karyawan yang tidak memiliki

sikap dispilin akan mengakibatkan kinerjanya menjadi

berantakan.

2.2. Kerja

2.2.1 Pengertian Kerja

Kerja atau Pekerjaan adalah aktivitas yang dengan sengaja

dilakukan manusia untuk menghidupi diri sendiri, orang lain, atau memenuhi

kebutuhan dan keinginan masyarakat luas ( Merriam-Webster,2020). Sebagai

alternatif, pekerjaan dapat dipandang sebagai aktivitas manusia yang

memberikan kontribusi (bersama dengan faktor produksi lainnya) terhadap

barang dan jasa dalam suatu perekonomian ( Merriam-Webster,2020).

2.2.2 Ruang Lingkup Kerja

Ketentuan yang perlu diperhatikan selama penyusunan rencana kerja

yaitu ruang lingkup pekerjaan yang merupakan acuan dasar yang

digunakan untuk menghasilkan keluaran pekerjaan yang dibutuhkan.

Ruang lingkup dalam pekerjaan ini yang sekaligus menjadi batasan-

batasan dalam proses pelaksanaan pekerjaan pada setiap tahapan yang

dilakukan. Adapun ruang lingkup dalam pelaksanaan pekerjaan

pemeliharaan website dapat meliputi:


18

1. Tahap Persiapan

Proses persiapan dan perencanaan yang perlu dilakukan sebelum

pelaksanaan pekerjaan perlu memperhatikan aspek sebagai berikut:

a. Identifikasi waktu pelaksanaan pekerjaan.

b. Identifikasi kebutuhan daftar peralatan dan perlengkapan yang

diperlukan.

c. Identifikasi kebutuhan data dalam pekerjaan.

d. Identifikasi regulasi dan peraturan terkait dalam pekerjaan.

e. Identifikasi kebutuhan fitur sistem.

2. Tahap Pengembangan Sistem

Selama proses pekerjaan Desain ulang website perlu adanya

penyusunan rencana kerja yang jelas dan disesuaikan dengan

ketentuan dalam pekerjaan. Proses pelaksaan pekerjaan dapat

dilakukan dengan metode pendekatan perangkat lunak SDLC

(Systems Development Life Cycle) yang dapat dirinci dalam

tahapan sebagai berikut:

a. Perencanaan Sistem (Systems Planning) Perencanaan sistem

lebih menekankan pada aspek studi kelayakan dalam proses

pengembangan sistem (feasibility study). Tahap perencanaan

sistem ini dapat terdiri dari aktivitas-aktivitas penyusunan

rencana sistem dan strategi penyelesaiannya.

b. Analisis Sistem (Systems Analysis) Pada tahap analisa sistem

adalah tahap di mana dilakukan beberapa aktivitas untuk


19

mengetahui grand desain pengembangan sistem, analisis

permasalahan yang mungkin dihadapi, dan identifikasi

kebutuhan pengguna dalam sistem yang akan dikembangkan.

c. Perancangan Sistem (Systems Design) Pada tahap ini, features

dan operasi pada sistem dideskripsikan secara detail. Aktivitas

yang dapat dilakukan pada tahap ini untuk melakukan

pembuatan rancang interface sampai interaksi hubungan yang

ada sesuai kebutuhan pengguna dalam sistem yang

dikembangkan.

d. Implementasi Sistem (Systems Implementation) Tahap

implementasi merupakan tahapan untuk menerapkan rencana

dan rancangan dari tahap-tahap sebelumnya dan melakukan uji

coba sampai pada tindakan perbaikan dalam sistem yang telah

dikembangkan.

e. Pemeliharaan Sistem (Systems Maintenance) Dilakukan oleh

pihak yang ditunjuk untuk menjaga sistem tetap mampu

beroperasi secara maksimal melalui mekanisme kemampuan

sistem dalam mengadaptasikan diri sesuai dengan kebutuhan

pengguna. Pada tahap ini dapat ditandai dengan proses alih

pengetahuan hasil pengembangan sistem kepada pengguna

(user) yang berkepentingan.

3. Tahap Implementasi Hasil Pekerjaan

Implementasi hasil pekerjaan merupkan proses menampilkan dan

menerapkan hasil kerja pelaksanaan pekerjaan. Berdasarkan hasil


20

pelaksanaan kegiatan tersebut dapat diketahui hasil pengoprasian

dan pemanfaatan sistem yang telah dikembangkan sudah sesuai

dengan ketentuan dan kebutuhan pengguna (user).

2.2.3 Tujuan Kerja

Berikut adalah beberapa tujuan kerja yang dimiliki seseorang, antara lain:

1. Mencari uang atau penghasilan

Mencari dan mendapatkan uang untuk dapat menjalani kehidupan

adalah tujuan yang mungkin dimiliki oleh setiap pekerja. Apabila ini

adalah tujuan utamamu, perlu kamu ketahui bahwa besaran gaji

yang diterima sangat bergantung terhadap performa dan skill yang

dimiliki. Karena itu, pastikan dirimu untuk bisa memberikan

performa terbaik setiap saat.

2. Mencari pengalaman

Umumnya, tujuan bekerja seperti ini dimiliki oleh fresh graduate

atau mahasiswa yang ingin mencari pengalaman kerja. Biasanya,

orang-orang dengan tujuan ini tidak terlalu memikirkan penghasilan

yang didapat.

3. Mencari relasi untuk kebutuhan sosial

Seseorang yang memiliki tujuan bekerja seperti ini biasanya

menganggap bahwa relasi adalah investasi jangka panjang yang

perlu dijaga. Karena itu, tipe orang seperti ini senang untuk berbaur

dengan rekan kerja atau klien yang bertemu dengannya.

4. Passion

Beberapa orang pun memiliki tujuan bekerja karena ingin memenuhi


21

passionnya. Jika passion-nya terpenuhi, seseorang dengan tujuan

seperti ini akan merasakan fulfillment yang sulit didapatkan dari hal

lain.

5. Mendapat pengakuan diri

Pengakuan pun bisa menjadi tujuanmu ketika bekerja. Baik itu untuk

orang-orang mengakui skill-mu atau mendapatkan penghargaan

darinya.

6. Membangun karier dan mendapat jabatan

Tujuan bekerja lain yang biasanya dimiliki setiap orang adalah untuk

membangun karier dan mendapatkan jabatan.

Seiring waktu, skill dan pengetahuan seseorang akan berkembang yang

turut membantu dia untuk dapat mengemban tanggung jawab yang

lebih besar.

2.3. Sanksi

2.3.1 Pengertian Sanksi

Sanksi adalah tindakan menghukum seseorang yang melanggar

aturan. Peraturan atau undang-undang adalah tanda bahwa seseorang

melakukan sesuatu tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak

harus dilakukan. Sanksi diperlukan untuk memastikan bahwa peraturan

atau hukum tidak dilanggar. Menurut J.C. T Simongkir, Rudy T. Erwin

dan AJ. T. Prasetyo dalam (https://ppkn.co.id/sanksi-adalah/) Sanksi

yang berasal dari bahasa Belanda Sanctie, yang berarti ancaman


22

hukuman, adalah alat pemaksa untuk mematuhi aturan, undang undang,

misalnya sanksi terhadap pelanggaran undang undang.

2.3.2 Jenis Sanksi

Jenis – Jenis Sanksi meliputi :

a. Sanksi Pidana

Menjatuhkan pada seseorang yang telah melanggar

ketentuan hukum pidana. Hukuman yang dikenakan oleh

hukum pidana menyebabkan perampasan kebebasan

(penahanan), properti (penyitaan), martabat bahkan jiwa

seseorang (hukuman mati). Oleh karena itu penerapan

hukum pidana harus didasarkan pada hukum prosedural

pidana yang jelas. Ini adalah tentang memberi seseorang hak

untuk membela diri dan menerapkan prinsip legalitas.

b. Sanksi Perdata

Ini adalah sanksi yang dipaksakan pada seseorang yang telah

melanggar ketentuan hukum yang telah dibuatnya dalam

sebuah perikatan. Sanksi perdata dikenakan dalam bentuk

ganti rugi dan denda

c. Sanksi Administrasi

Ini bisa menjadi penolakan pemberian izin, setelah

dikeluarkan pemberian izin sementara, mencabut izin yang

diberikan. Penerapan sanksi administratif biasanya berkaitan

dengan kegiatan usaha yang dianggap sebagai pelanggaran.


23

2.3.3 Tujuan Sanksi

Untuk memperbaiki kedisiplinan pegawai yang melanggar,

memberikan pelajaran kepada pelanggar, serta memelihara peraturan

yang berlaku. Sehingga orang yang melanggar hukum dapat mengetahui

kesalahan mereka dan tidak mengulanginya dan bersikap disiplin jika

mematuhi hukum.

2.3.4 Manfaat Sanksi

Manfaat sanksi adalah untuk memperbaiki kedisiplinan bagi yang

melanggar, memberikan pelajaran kepada pelanggar, serta memelihara

peraturan yang berlaku.

2.4. Pedoman

2.4.1 Pengertian Pedoman

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , Pedoman adalah hal pokok

yang menjadi dasar untuk menentukan atau melaksanakan sesuatu.

Pengertian Pedoman merupakan suatu kumpulan dari ketentuan dasar

yang dapat memberikan arah bagaimana sesuatu harus dilakukan dan bisa

juga diartikan sebagai hal pokok atau yang bersifat dasar yang menjadi

pegangan, petunjuk dan sebagainya. Selain itu, pemimpin yang

menerangkan cara menjalankan atau mengurus perkumpulan juga

termasuk dalam pedoman. Dalam perusahaan kata pedoman sangat

popular apabila membahas tentang pedoman kerja atau yang sering di

sebut dengan istilah SOP (standard operating procedure) atau standar

operasional prosedur yang merupakan langkah-langkah yang harus


24

dilakukan oleh seorang pekerja saat melakukan pekerjaannya. Pedoman

kerja digunakan agar arah pekerja melakukan pekerjaan sesuai peraturan

yang ada dan dapat mencapai tujuan Perusahaan

Pengertian Pedoman menurut para ahli :

a. Laksmi

Sistem yang disusun untuk memudahkan, merapikan serta

menertibkan pekerjaan dan dalam sistem ini berisi urutan proses

pekerjaan dari awal hingga akhir.

b. Sailendra

Panduan yang digunakan untuk memastikan kegiatan operasional

dalam suatu organisasi atau perusahaan agar berjalan dengan baik dan

lancar.

c. Moekijat

Pedoman adalah urutan langkah-langkah pekerjaan yang

berhubungan dengan apa yang dilakukan, bagaimana cara

melakukannya, dimana pekerjaan tersebut dilakukan dan siapa yang

mengerjakannya.

d. Tjipto Atmoko

Suatu acuan atau pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sesuai

dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah

berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural

sesuai sistem kerja pada unit yang bersangkutan.

e. Insani

Dokumen yang berisi serangkaian tertulis yang kemudian dibakukan,


25

mengenai proses penyelenggaraan administrasi perkantoran yang

berisi cara melakukan pekerjaan, waktu dan tempat pelaksanaan dan

aktor yang berperan dalam kegiatan tersebut.

2.4.2 Prinsip Pedoman Kerja

Prinsip Pedoman Kerja antara lain, yaitu :

a. Konsisten

Konsisten artinya harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke

waktu, oleh siapapun dan dalam kondisi apapun untuk seluruh jajaran

organisasi pemerintahan.

b. Komitmen

Komitmen artinya harus dijalankan dengan komitmen penuh dari

seluruh jajaran organisasi. Baik dari level paling rendah hingga yang

tertinggi.

c. Improvement

Improvement artinya perbaikan yang berkelanjutan (improvement)

harus dilakukan secara terbuka terhadap penyempurnaan untuk

mendapatkan prosedur yang benar-benar efisien dan juga efektif.

d. Mengikat

Mengikat artinya harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan prosedur dan standar yang telah ditetapkan.

e. Segala Unsur Memiliki Peran Penting

Segala Unsur Memiliki Peran Penting artinya Setiap pegawai

memiliki peran tertentu dalam setiap prosedur yang ditetapkan atau

yang distandarkan. Jika pegawai tertentu tidak menjalankan perannya


26

dengan baik, maka besar kemungkinan akan berpengaruh pada

terganggunya proses secara keseluruhan. Dan akhirnya juga

berdampak pada proses penyelenggaraan pemerintahan.

f. Terdokumentasi Dengan Baik

Terdokumentasi Dengan Baik artinya seluruh prosedur yang telah

ditetapkan atau distandarkan harus didokumentasikan dengan baik.

Sehingga dapat selalu dijadikan sebagai referensi kapanpun

dibutuhkan dan bagi mereka yang memerlukan

2.4.3 Tujuan Pedoman

Tujuan Pedoman meliputi :

a. Menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondisi tertentu

dan kemana petugas dan lingkungan dalam menjalankan suatu tugas

atau pekerjaan tertentu.

b. Acuan dalam melaksanakan kegiatan untuk semua perkerja dan

supervisor.

c. Menghindari kegagalan dan kesalahan (dengan menghindari dan

mengurangi konflik), keraguan, duplikasi serta pemborosan dalam

proses pelaksanaan kegiatan.

d. Parameter yang digunakan untuk menilai kualitas dari pelayanan.

e. Menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya secara efisien juga

efektif.

f. Menjelaskan alur tugas, wewenang serta tanggung jawab dari petugas

terkait.

g. Dokumen yang menjelaskan dan menilai pelaksanaan proses kerja


27

bila terjadi kesalahan.

h. Dokumen yang digunakan untuk pelatihan.

i. Dokumen sejarah apabila telah direvisi SOP yang baru.

2.4.4 Manfaat Pedoman

Manfaat Pedoman meliputi :

a. Sebagai standarisasi cara kerja pegawai dalam menyelesaikan

pekerjaan khusus dan mengurangi kesalahan serta kelalaian.

b. Membantu staf menjadi lebih mandiri dan tidak bergantung pada

intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan

langsung pimpinan dalam pelaksanakan proses kerja sehari-hari.

c. Meningkatkan akuntabilitas dengan mendokumentasikan tanggung

jawab khusus dalam menjalankan tugas.

d. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan membuat pegawai

mengetahui cara yang kongkret untuk memperbaiki kinerja dan

membantu mengevaluasi usaha yang telah dilakukan.

e. Mencipatakan bahan training yang dapat membantu pegawai baru

agar cepat melaksanakan tugasnya.

f. Menunjukkan kinerja organisasi yang efisisen dan yang dikelola

dengan baik.

g. Menyediakan pedoman untuk pegawai di unit pelayanan dalam

melaksanakan pemberian layanan sehari-hari.

h. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas pemberian

pelayanan.

i. Membantu dalam penelusuran kesalahan-kesalahan prosedural dalam


28

memberikan pelayanan.

j. Menjamin proses pelayanan tetap berjalan dengan baik dalam

berbagai situasi.

2.5. CPOB

2.5.1 Pengertian CPOB

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah cara pembuatan

obat dan atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu

obat dan atau bahan obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan

tujuan penggunaan. Sertifikasi CPOB adalah dokumen sah yang

merupakan bukti bahwa industri farmasi atau sarana telah memenuhi

persyaratan CPOB dalam membuat obat dan atau bahan obat. Pada

prinsipnya Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk

menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang

ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Cara Pembuatan

Obat yang Baik (CPOB) mencakup seluruh aspek produksi dan

pengendalian mutu. Pada Pembuatan obat, pengendalian menyeluruh

adalah sangat essential untuk menjamin bahwa konsumen enerima obat

yang bermutu tinggi dan pembautan secara sembarang tidak dibenarkan

bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa atau

memulihkan atau memelihara kesehatan.

2.5.2 Tujuan CPOB

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk

memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan

dan tujuan penggunaanya, bila perlu dapat dilakukan penyesuaian


29

pedoman dengan syarat bahwa standar mutu obat yang telah ditentukan

tetap dicapai. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) hendaklah

menggunakan pedoman CPOB sebagai acuan dan semua peraturan lain

yang berkaitan dengan CPOB hendaklah dibuat minimal sejalan dengan

pedoman ini.

2.5.3 Manfaat CPOB

Manfaat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah

a. Sebagai acuan bagi industri farmasi dan sarana yang melakukan

kegiatan pembuatan obat dan bahan obat,

b. Sebagai penerapan bagi industri farmasi dan sarana agar

dilakukan secara konsisten sehingga meningkatkan daya saing

karena mampu menjaga mutu produk yang dibuat

c. Digunakan oleh industri farmasi sebagai dasar pengembangan

aturan internal sesuai kebutuhan

2.5.4 Ruang Lingkup CPOB

Ruang Lingkup CPOB terdiri dari :

a. Sistem Mutu Industri Farmasi

Pemegang Izin Industri Farmasi harus membuat obat sedemikian

rupa agar sesuai tujuan penggunaan, memenuhi persyaratan Izin Edar

atau Persetujuan Uji Klinik, jika diperlukan, dan tidak menimbulkan

risiko yang membahayakan pasien pengguna disebabkan karena

keamanan, mutu atau efektivitas yang tidak memadai. Industri

farmasi harus menetapkan manajemen puncak yang mengarahkan

dan mengendalikan perusahaan atau pabrik dengan kewenangan dan


30

tanggung jawab memobilisasi sumber daya dalam perusahaan atau

pabrik untuk mencapai kepatuhan terhadap regulasi. Manajemen

puncak bertanggung jawab untuk pencapaian sasaran mutu, yang

memerlukan partisipasi dan komitmen dari personel pada semua

tingkat di berbagai departemen dalam perusahaan, juga pemasok dan

distributor. Untuk mencapai sasaran mutu yang handal, diperlukan

Sistem Mutu yang didesain secara komprehensif dan diterapkan

secara benar serta mencakup Cara Pembuatan Obat yang Baik dan

Manajemen Risiko Mutu. Pelaksanaan sistem ini hendaklah

didokumentasi lengkap dan dimonitor dipantau efektivitasnya.

Semua bagian Sistem Mutu hendaklah didukung ketersediaan

personel yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang

cukup dan memadai. Tambahan tanggung jawab legal diberikan

kepada pemegang Izin Industri Farmasi (IIF) dan kepada Pemastian

Mutu.

Manajemen Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua

aspek baik secara individual maupun secara kolektif, yang akan

memengaruhi mutu produk. Manajemen Mutu adalah totalitas semua

pengaturan yang dibuat, dengan tujuan untuk memastikan bahwa

obat memiliki mutu yang sesuai tujuan penggunaan. Oleh karena itu

Manajemen Mutu mencakup juga Cara Pembuatan Obat yang Baik

(CPOB).

Manajemen puncak memiliki tanggung jawab paling tinggi untuk

memastikan Sistem Mutu Industri Farmasi yang efektif tersedia,


31

mempunyai sumber daya yang memadai dan bahwa peran, tanggung

jawab, dan wewenang ditetapkan, dikomunikasikan dan

diimplementasikan di seluruh organisasi. Kepemimpinan dan

partisipasi aktif manajemen puncak dalam Sistem Mutu Industri

Farmasi sangat penting. Kepemimpinan ini hendaklah menjamin

dukungan dan komitmen personel di semua tingkat dan pabrik dalam

organisasi terhadap Sistem Mutu Industri Farmasi.

b. Personalia

Pembuatan obat yang benar mengandalkan sumber daya manusia.

Oleh sebab itu industri farmasi harus bertanggung jawab untuk

menyediakan personel yang terkualifikasi dalam jumlah yang

memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tanggung jawab

individual secara jelas dipahami oleh masing-masing dan

didokumentasikan. Seluruh personel hendaklah memahami prinsip

CPOB yang menyangkut tugasnya serta memperoleh pelatihan awal

dan berkesinambungan, termasuk instruksi higiene yang berkaitan

dengan pekerjaannya. Industri farmasi hendaklah memiliki personel

dalam jumlah yang memadai yang terkualifikasi dan berpengalaman

praktis. Manajemen puncak hendaklah menetapkan dan menyediakan

sumber daya yang memadai dan tepat (manusia, finansial, bahan,

fasilitas dan peralatan) untuk menerapkan dan mengawasi Sistem

Mutu Industri Farmasi dan meningkatkan efektivitas secara terus-

menerus. Tiap personel tidak boleh dibebani tanggung jawab yang

berlebihan sehingga menimbulkan risiko terhadap kualitas.


32

Manajemen puncak hendaklah menunjuk Personel Kunci termasuk

Kepala Produksi, Kepala Pengawasan Mutu, dan Kepala Pemastian

Mutu. Posisi kunci tersebut dijabat oleh Apoteker purnawaktu.

Kepala Produksi, Kepala Pengawasan Mutu dan Kepala Pemastian

Mutu harus independen satu terhadap yang lain. Hendaklah personel

tersebut tidak mempunyai kepentingan lain yang dapat menimbulkan

konflik kepentingan pribadi atau finansial.

Industri farmasi hendaklah mengadakan pelatihan bagi seluruh

personel yang karena tugasnya berada di area produksi dan gudang

penyimpanan atau laboratorium (termasuk personel teknik,

pemeliharaan dan pembersihan), dan bagi personel lain yang

kegiatannya berdampak pada mutu produk, personel baru hendaklah

memperoleh pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan

kepadanya. Pelatihan berkesinambungan hendaklah juga diberikan,

dan efektivitas penerapannya hendaklah dinilai secara berkala.

Hendaklah tersedia program pelatihan yang disetujui oleh Kepala

Produksi, Kepala Pengawasan Mutu atau Kepala Pemastian Mutu.

Catatan pelatihan hendaklah disimpan, Pelatihan spesifik hendaklah

diberikan kepada personel yang bekerja di area di mana kontaminasi

menimbulkan bahaya, misalnya area bersih atau area penanganan

bahan berpotensi tinggi, toksik, bersifat infeksius atau menimbulkan

sensitisasi, pengunjung atau personel yang tidak mendapat pelatihan

sebaiknya tidak dibawa masuk ke area produksi dan laboratorium

pengawasan mutu. Bila tidak dapat dihindarkan, hendaklah mereka


33

diberi penjelasan lebih dahulu, terutama mengenai higiene

perorangan dan pakaian pelindung yang dipersyaratkan serta diawasi

dengan ketat.

Program higiene yang rinci hendaklah disiapkan dan disesuaikan

dengan berbagai kebutuhan di pabrik. Program tersebut hendaklah

mencakup prosedur yang berkaitan dengan praktik kesehatan dan

higiene serta pakaian personel. Prosedur hendaklah dipahami dan

dipatuhi secara ketat oleh setiap personel yang bertugas di area

produksi dan pengawasan. Pelaksanaan program higiene hendaklah

didorong oleh manajemen dan dibahas secara luas selama sesi

pelatihan. Semua personel hendaklah menjalani pemeriksaan

kesehatan pada saat proses perekrutan. Merupakan kewajiban

industri farmasi agar tersedia instruksi yang memastikan bahwa

kesehatan personel yang dapat memengaruhi mutu produk harus

diketahui perusahaan. Sesudah pemeriksaan kesehatan awal,

hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja dan kesehatan

personel bila diperlukan

c. Bangunan dan Fasilitas

Bangunan-fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain,

konstruksi dan letak yang memadai, serta dirawat kondisinya untuk

kemudahan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain

ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko

terjadi ketidakjelasan, kontaminasi silang dan kesalahan lain, serta

memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk


34

menghindarkan kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran,

dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Letak bangunan

hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan kontaminasi dari

lingkungan sekitar, seperti kontaminasi dari udara, tanah dan air serta

dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan

tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif

terhadap kontaminasi tersebut. Bangunan-fasilitas hendaklah

didesain, dikonstruksi, dilengkapi dan dipelihara sedemikian agar

memperoleh perlindungan maksimal terhadap pengaruh cuaca,

banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang serangga,

burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia

prosedur untuk pengendalian binatang pengerat dan hama. Pasokan

listrik, pencahayaan, suhu, kelembaban dan ventilasi hendaklah tepat

agar tidak mengakibatkan dampak merugikan baik secara langsung

maupun tidak langsung terhadap obat selama proses pembuatan dan

penyimpanan, atau terhadap keakuratan fungsi dari peralatan.

Seluruh bangunan-fasilitas termasuk area produksi, laboratorium,

area penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan

hendaklah dipelihara dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi

bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki di mana

perlu. Perbaikan serta pemeliharaan bangunan-fasilitas hendaklah

dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak merugikan mutu obat.

d. Peralatan
35

Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan

konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan

dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain

serta seragam dari bets-ke-bets dan untuk memudahkan pembersihan

serta pemeliharaan agar dapat mencegah kontaminasi silang,

penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya

berdampak buruk pada mutu produk.

Peralatan manufaktur hendaklah didesain, ditempatkan dan dikelola

sesuai dengan tujuannya. Peralatan manufaktur hendaklah didesain

sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan tersebut

hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta

disimpan dalam keadaan bersih dan kering. Peralatan produksi yang

digunakan hendaklah tidak berakibat buruk pada produk. Bagian alat

produksi yang bersentuhan dengan produk tidak boleh bersifat

reaktif, aditif atau absorbtif yang dapat memengaruhi mutu dan

berakibat buruk pada produk.

Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada jarak yang

cukup untuk menghindarkan kesesakan serta memastikan tidak

terjadi kekeliruan dan kecampurbauran produk. Tiap peralatan utama

hendaklah diberi tanda dengan nomor identitas yang jelas. Nomor ini

dicantumkan di dalam semua perintah dan catatan bets untuk

menunjukkan unit atau peralatan yang digunakan pada pembuatan

bets tersebut kecuali bila peralatan tersebut hanya digunakan untuk

satu jenis produk saja


36

Setelah digunakan, peralatan hendaklah dibersihkan baik bagian luar

maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan,

serta dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Tiap kali

sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa untuk memastikan bahwa

semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah dihilangkan.

Prosedur tertulis yang cukup rinci untuk pembersihan dan sanitasi

peralatan serta wadah yang digunakan dalam pembuatan obat

hendaklah dibuat, divalidasi dan ditaati. Prosedur ini hendaklah

dirancang agar kontaminasi peralatan oleh bahan pembersih atau

sanitasi dapat dicegah. Prosedur ini hendaklah meliputi penanggung

jawab pembersihan, jadwal, metode, peralatan dan bahan yang

dipakai dalam pembersihan serta metode pembongkaran dan

perakitan kembali peralatan yang mungkin diperlukan untuk

memastikan pembersihan yang benar terlaksana. Jika perlu, prosedur

juga meliputi sterilisasi peralatan, penghilangan identitas bets

sebelumnya serta perlindungan peralatan yang telah bersih terhadap

kontaminasi sebelum digunakan.

Peralatan hendaklah dipelihara sesuai jadwal untuk mencegah

malfungsi atau kontaminasi yang dapat memengaruhi identitas, mutu

atau kemurnian produk. Pelaksanaan pemeliharaan dan pemakaian

suatu peralatan utama hendaklah dicatat dalam buku log alat yang

menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor setiap

bets atau lot yang diolah dengan alat tersebut. Catatan untuk peralatan

yang digunakan khusus untuk satu produk saja dapat ditulis dalam
37

catatan bets.

e. Produksi

Produksi merupakan suatu kegiatan yang meliputi pengolahan bahan

baku menjadi produk ruahan/bulk product dan pengemasan produk

ruahan menjadi produk jadi/finished good. Berdasarkan CPOB 2018,

Kegiatan produksi hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang

telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin

senantiasa menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu serta

memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar. Produksi

hendaklah dilakukan dan disupervisi oleh personel yang kompeten.

Seluruh penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan

karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan,

penimbangan, pengolahan, pengemasan dan distribusi hendaklah

dilakukan sesuai prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat.

Kontaminasi bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain

hendaklah dicegah. Risiko kontaminasi silang ini dapat timbul akibat

tidak terkendali debu, gas, uap, aerosol, bahan genetis atau organisme

dari bahan aktif, bahan lain (bahan awal maupun yang sedang

diproses), dan produk yang sedang diproses, residu yang tertinggal

pada alat, dan pakaian kerja serta kulit operator. Risiko tersebut di

atas hendaklah dinilai. Tingkat risiko kontaminasi dapat bervariasi

tergantung dari sifat kontaminan dan produk yang terkontaminasi. Di

antara kontaminan yang paling berbahaya adalah bahan yang dapat

menimbulkan sensitisasi tinggi, preparat biologis yang mengandung


38

mikroba hidup, hormon tertentu, bahan sitotoksik, dan bahan lain

berpotensi tinggi. Produk yang paling terpengaruh oleh kontaminasi

silang adalah sediaan parenteral atau yang diberikan pada luka

terbuka dan sediaan yang diberikan dalam dosis besar dan/atau

sediaan yang diberikan dalam jangka waktu yang panjang.

Bagaimanapun, kontaminasi terhadap semua produk berisiko

terhadap keselamatan pasien, tergantung pada sifat dan tingkat

kontaminasi

f. Cara penyimpanan dan pengiriman obat yang baik

Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian yang penting dalam

kegiatan dan manajemen rantai pemasokan obat yang terintegrasi.

Dokumen ini menetapkan langkah-langkah yang tepat untuk

membantu pemenuhan tanggung jawab bagi semua yang terlibat

dalam kegiatan pengiriman dan penyimpanan produk. Dokumen ini

memberikan pedoman bagi penyimpanan dan pengiriman produk jadi

dari Industri Farmasi ke distributor.

Jika gudang industri farmasi bertindak juga sebagai pusat distribusi

produk ke fasilitas distribusi, fasilitas pelayanan kefarmasian dan

fasilitas pelayanan kesehatan, hendaklah industri farmasi juga

menerapkan dan memenuhi pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik

(CDOB). Mutu obat dapat dipengaruhi oleh kekurangan

pengendalian yang diperlukan terhadap kegiatan selama proses

penyimpanan dan pengiriman. Lebih lanjut, belum ditekankan

keperluan akan pembuatan, pengembangan dan pemeliharaan


39

prosedur penyimpanan dan pengiriman obat, serta pengendalian

kegiatan proses distribusi. Tujuan pedoman ini adalah untuk

membantu dalam menjamin mutu dan integritas obat selama proses

penyimpanan dan pengiriman obat.

g. Pengawasan mutu

Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi,

pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur

pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan

telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau

produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan

persyaratan. Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan

laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang

terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu

dari Produksi dianggap hal yang fundamental agar Pengawasan Mutu

dapat melakukan kegiatan dengan benar.

Tiap pemegang Izin Industri Farmasi hendaklah mempunyai Bagian

Pengawasan Mutu. Bagian ini harus independen dari bagian lain dan

di bawah tanggung jawab dan wewenang seorang dengan kualifikasi

dan pengalaman yang sesuai, yang membawahi satu atau beberapa

laboratorium. Sarana yang memadai hendaklah tersedia untuk

memastikan bahwa segala kegiatan Pengawasan Mutu dilaksanakan

dengan efektif dan dapat diandalkan.

Bagian Pengawasan Mutu secara keseluruhan juga mempunyai

tanggung jawab, antara lain adalah membuat, memvalidasi dan


40

menerapkan semua prosedur pengawasan mutu, mengawasi

pengendalian sampel pembanding dan/atau sampel pertinggal dari

bahan dan produk bila perlu, memastikan kebenaran label pada

wadah bahan dan produk, memastikan pelaksanaan pemantauan

stabilitas produk, ikut serta dalam investigasi keluhan yang terkait

dengan mutu produk, dll. Semua kegiatan tersebut hendaklah

dilakukan sesuai dengan prosedur tertulis, dan dicatat di mana perlu.

h. Inspeksi Diri

Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek

produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan

CPOB. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi

kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan

tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah

dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten

dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara

objektif. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan, di

samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi

penarikan obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua

saran untuk tindakan perbaikan hendaklah dilaksanakan. Prosedur

dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat

program tindak lanjut yang efektif.

Inspeksi diri dapat dilaksanakan per bagian sesuai dengan kebutuhan

perusahaan, namun inspeksi diri yang menyeluruh hendaklah

dilaksanakan minimal 1 (satu) kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi


41

diri hendaklah tertulis dalam prosedur inspeksi diri

i. Keluhan dan penarikan produk

Untuk melindungi kesehatan masyarakat, suatu sistem dan prosedur

yang sesuai hendaklah tersedia untuk mencatat, menilai,

menginvestigasi dan meninjau keluhan termasuk potensi cacat mutu

dan, jika perlu, segera melakukan penarikan obat termasuk obat uji

klinik dari jalur distribusi secara efektif. Prinsip-prinsip Manajemen

Risiko Mutu hendaklah diterapkan pada investigasi, penilaian cacat

mutu dan proses pengambilan keputusan terkait dengan tindakan

penarikan produk, tindakan perbaikan dan pencegahan serta tindakan

pengurangan-risiko lain. Semua otoritas pengawas obat terkait

hendaklah diberitahu secara tepat waktu jika ada cacat mutu yang

terkonfirmasi (kesalahan pembuatan, kerusakan produk, temuan

pemalsuan, ketidakpatuhan terhadap izin edar atau spesifikasi

produk, atau isu mutu serius lain) terhadap obat atau obat uji klinik

yang dapat mengakibatkan penarikan produk atau pembatasan

pasokan. Apabila ditemukan produk yang beredar tidak sesuai

dengan izin edarnya, hendaklah dilaporkan kepada Badan POM

dan/atau otoritas pengawas obat terkait sesuai dengan ketentuan

berlaku.

Personel yang terlatih dan berpengalaman hendaklah bertanggung

jawab untuk mengelola investigasi keluhan dan cacat mutu serta

memutuskan langkah-langkah yang harus diambil untuk mengelola

setiap potensi risiko yang muncul akibat masalah tersebut, termasuk


42

penarikan. Personel tersebut hendaklah independen dari bagian

penjualan dan pemasaran, kecuali jika ada justifikasi. Apabila

personel tersebut bukan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian

Mutu), hendaklah kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)

segera diberitahukan secara formal setiap investigasi, setiap tindakan

pengurangan-risiko dan setiap pelaksanaan penarikan obat.

j. Dokumentasi

Dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari sistem

pemastian mutu dan merupakan kunci untuk pemenuhan persyaratan

CPOB. Berbagai jenis dokumen dan media yang digunakan

hendaklah sepenuhnya ditetapkan dalam Sistem Mutu Industri

Farmasi. Dokumentasi dapat dibuat dalam berbagai bentuk, termasuk

media berbasis kertas, elektronik atau fotografi. Tujuan utama sistem

dokumentasi yang dimanfaatkan haruslah untuk membangun,

mengendalikan, memantau dan mencatat semua kegiatan yang secara

langsung atau tidak langsung berdampak pada semua aspek kualitas

obat. Sistem Mutu Industri Farmasi hendaklah mencakup penjabaran

rinci yang memadai terhadap pemahaman umum mengenai

persyaratan, di samping memberikan pencatatan berbagai proses dan

evaluasi setiap pengamatan yang memadai, sehingga penerapan

persyaratan yang berkelanjutan dapat ditunjukkan. Acuan lebih lanjut

terkait penerapan Cara Dokumentasi yang Baik untuk menjamin

integritas dokumen dan catatan dapat mengacu pada Pedoman WHO

Guidance on Good Data and Record Management Practices atau


43

pedoman internasional lain terkait. Ada dua jenis dokumentasi utama

yang digunakan untuk mengelola dan mencatat pemenuhan CPOB:

prosedur/instruksi (petunjuk, persyaratan) dan catatan/laporan.

Pelaksanaan dokumentasi yang tepat hendaklah diterapkan sesuai

dengan jenis dokumen. Pengendalian yang sesuai hendaklah

diterapkan untuk memastikan keakuratan, integritas, ketersediaan

dan keterbacaan dokumen. Dokumen hendaklah bebas dari kesalahan

dan tersedia secara tertulis. Istilah 'tertulis' berarti tercatat, atau

terdokumentasi di media tempat data dapat diberikan dalam bentuk

yang mudah terbaca oleh manusia.

k. Kegiatan alih daya

Aktivitas yang tercakup dalam Pedoman CPOB yang dialihdayakan

hendaklah didefinisikan, disetujui dan dikendalikan dengan benar

untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat menghasilkan

produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.

Hendaklah dibuat kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan

Penerima Kontrak yang secara jelas menentukan peran dan tanggung

jawab masing-masing pihak. Sistem Mutu Industri Farmasi dari

Pemberi Kontrak hendaklah menyatakan secara jelas prosedur

pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung

jawab penuh Kepala Pemastian Mutu

l. Kualifikasi dan validasi

Semua kegiatan kualifikasi dan validasi hendaklah direncanakan

dengan mempertimbangkan siklus hidup fasilitas, peralatan, sarana


44

penunjang, proses dan produk. Kegiatan kualifikasi dan validasi

hendaklah hanya dilakukan oleh personel yang telah mendapat

pelatihan dan mengikuti prosedur yang telah disetujui. Personel yang

diberi tanggung jawab untuk kualifikasi/validasi hendaklah melapor

sebagaimana ditetapkan dalam Sistem Mutu Industri Farmasi

walaupun personel terkait mungkin bukan bagian dari manajemen

mutu atau pemastian mutu. Namun, hendaklah tersedia fungsi

pengawasan terhadap mutu yang memadai di sepanjang siklus hidup

validasi. Pendekatan manajemen risiko mutu hendaklah digunakan

untuk kegiatan kualifikasi dan validasi. Dalam hal peningkatan

pengetahuan dan pemahaman setiap perubahan selama proyek

berlangsung atau selama produksi komersial berjalan, penilaian risiko

hendaklah diulangi, jika diperlukan. Penilaian risiko yang dilakukan

untuk mendukung kegiatan kualifikasi dan validasi hendaklah

didokumentasikan dengan jelas. Pemeriksaan yang memadai

hendaklah disatukan ke dalam hasil kualifikasi dan validasi untuk

memastikan integritas semua data yang diperoleh

2.6. Pekerja

2.6.1 Pengertian Pekerja

Menurut Undang-Undang No 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan, Tenaga Kerja atau Pekerja adalah setiap orang yang

mampu menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya

sendiri dan masyarakat. Sebaliknya, tenaga kerja diartikan sebagai “orang


45

yang mengerjakan atau mengerjakan sesuatu” dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia. karyawan, buruh, dan sebagainya. Menurut Simanjuntak,

tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang

sedang mencari pekerjaan dan yang sedang melakukan berbagai kegiatan,

misalnya pergi kuliah dan mengurus keluarga (Manulalang 1998).

Menurut Murti, tenaga kerja adalah individu yang menawarkan

keterampilan dan kemampuan untuk memproduksi barang atau jasa agar

perusahaan dapat meraih keuntungan dan untuk itu individu tersebut akan

memperoleh gaji atau upah sesuai dengan keterampilan yang

dimilikinya(Murti Sumari 2014). Jadi yang dimaksud dengan tenaga

adalah orang-orang yang mencari atau pernah melakukan usaha yang

menghasilkan tenaga kerja dan barang-barang yang memenuhi kebutuhan

atau batas usia yang ditetapkan oleh peraturan dengan maksud penuh

untuk mendapatkan hasil atau upah untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

2.6.2 Jenis Pekerja

Berdasarkan jenis pekerja terbagi menjadi :

1. Tenaga Kerja Berdasarkan Kualitasnya :

a. Tenaga kerja terdidik

Tenaga kerja terdidik adalah seseorang yang memiliki

pengetahuan dan keahlian pada suatu bidang tertentu.

Pengetahuan dan keahlian ini umumnya diperoleh melalui

pendidikan formal yang mereka tempuh. Contohnya adalah

dokter, pengacara, notaris, dan lain sebagainya.


46

b. Tenaga kerja terlatih

Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memperoleh

keahliannya umumnya melalui pendidikan non-formal

seperti pelatihan keterampilan, kursus, dan lain sebagainya.

Contoh tukang las (welder), terutama tukang las bawah air,

mekanik, juru masak (chef) dan lain sebagainya. Meskipun

umumnya melalui pendidikan non-formal, tapi tenaga kerja

terlatih juga bisa melalui pendidikan formal seperti ahli

bedah, ahli forensik, dan ahli autopsi

c. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih

Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah

pekerjaan yang dilakukan tidak mengharuskan seseorang

memiliki keahlian atau kewajiban tertentu. Contoh

sederhana dari tenaga kerja jenis ini adalah pembantu rumah

tangga, buruh panggul barang, buruh kasar, dan lain

sebagainya.

d. Bukan tenaga kerja

Tidak semua orang bisa didefinisikan sebagai tenaga kerja.

Pengertian bukan tenaga kerja adalah orang yang belum

masuk usia kerja atau seseorang yang sudah memasuki usia

kerja tapi tidak bekerja karena alasan tertentu. Contohnya

seorang anak yang berusia kurang dari 15 tahun dan

seseorang yang sudah berumur lebih dari 64 tahun, ibu

rumah tangga, pelajar, dan lain sebagainya.


47

2. Tenaga Kerja Berdasarkan Batas Kerja

a. Angkatan kerja

Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia

15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi

sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari

pekerjaan

b. Bukan Angkatan Kerja

Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun

ke atas yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah

tangga dan sebagainya. Contoh kelompok ini adalah anak

sekolah dan mahasiswa/mahasiswi para ibu rumah tangga

dan orang cacat.

3. Tenaga Kerja Berdasarkan Penduduk

a. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap

dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan

kerja. Adapun yang termasuk tenaga kerja adalah mereka yang

berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.

b. Bukan Tenaga Kerja

Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak

mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan

bekerja. Mereka adalah penduduk di luar usia, atau berusia di

bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh dari


48

bukan tenaga kerja adalah para pensiunan, para lansia (lanjut

usia) dan anak-anak.

2.6.3. Status Pekerja

Berdasarkan status pekerja terbagi menjadi :

a. Tenaga Kerja Tetap

Tenaga kerja tetap atau permanen ialah tenaga kerja

yang bekerja secara tetap atau permanen di suatu perusahaan,

badan kerja, atau bidang kerja. Waktu kerja mereka bisa

paruh waktu ataupun penuh waktu. Kebanyakan dari tenaga

kerja tetap bekerja sampai pensiun atau tidak mampu bekerja

lagi. Contohnya seperti pegawai negeri sipil (PNS),

kebanyakan pegawai BUMN dan BUMD, dan lain-lain.

b. Tenaga Kerja Kontrak

Tenaga kerja kontrak atau tidak tetap diikatkan oleh

suatu perjanjian atau kontrak untuk bekerja di perusahaan,

badan kerja, atau bidang kerja. Meski bisa mencoba banyak

bidang pekerjaan dan tempat usaha, karyawan kontrak

memiliki risiko pemutusan kontrak secara tiba-tiba dan

kontrak tidak dilanjutkan oleh pihak tempat kerja.

Contohnya seperti guru dan dosen kontrak, beberapa

karyawan swasta

c. Tenaga Kerja Outsourcing

Outsourcing adalah tenaga kerja yang berasal dari

pihak ketiga atau perusahaan penyedia tenaga kerja.


49

Biasanya ia menyediakan tenaga kerja dengan keahlian

tertentu untuk perusahaan atau lembaga. Contohnya seperti

beberapa satpam, buruh pabrik, kuli bangunan, dan lainnya.

d. Tenaga Kerja Sukarela

Tenaga kerja sukarela atau volunteer berarti tenaga

kerja tersebut secara sukarela bekerja untuk orang lain, suatu

organisasi, lembaga, atau badan usaha. Banyak dari tenaga

kerja ini terdorong dari jiwa sosial yang tinggi dan keinginan

sendiri untuk mengerjakannya meski tanpa upah atau

imbalan yang seadanya atau bahkan tidak ada sama sekali.

Contohnya seperti ibu rumah tangga, bakti sosial, santunan

yatim piatu, dan lain-lain.

e. Tenaga Kerja Asing

Tenaga kerja asing adalah tenaga kerja yang berasal

dari luar negeri baik melalui penyedia tenaga kerja

outsourcing maupun secara mandiri mencarinya. Tenaga

kerja ini biasanya didatangkan karena kerjasama antar negara

atau perusahaannya. Contohnya seperti tenaga kerja dari

Tiongkok, guru dan dosen dari luar negeri, staf perusahaan

asing, dan semacamnya.

2.6.4. Jabatan Pekerja


50

Berikut urutan jabatan dalam perusahaan secara umum:

1. Direksi atau CEO

CEO memiliki wewenang atas semua karyawan di sebuah

perusahaan. Jabatan C level lainnya akan melapor kembali ke

CEO dan biasanya CEO adalah anggota dewan direksi atau

badan pemangku kepentingan terpilih. Mereka memiliki

sebagian besar sahamnya di perusahaan tertentu atau pemilik

dari bisnis tunggal.

2. Chief Financial Officer (CFO)

CFO bertugas mengawasi semua urusan keuangan perusahaan

dan melaporkannya kembali kepada CEO serta ketua dewan.

Untuk posisi ini dibutuhkan pengalaman bertahun-tahun di

bidang akuntansi, manajemen, serta pendidikan yang relevan.

3. Chief Information Officer (CIO)

Jabatan ini bertugas mengawasi semua teknologi informasi yang

berhubungan dengan komputer untuk sebuah perusahaan. CIO

melaporkan langsung tugasnya kepada CEO sembari mengelola

tim manajer dan spesialis TI.

4. Chief Marketing Officer (CMO)

CMO bertugas mengawasi pengambilan keputusan untuk

departemen pemasaran. Di bawah kepemimpinan CMO,

berbagai spesialis dan divisi marketing lainnya membantu

menerapkan strategi dalam media sosial, kampanye pemasaran

digital, dan upaya periklanan.


51

5. Chief Operations Officer (COO)

Bertugas dalam hal kepemimpinan, manajemen, dan lebih fokus

dalam mengurus hal-hal yang berkaitan dengan internal di

perusahaan. COO bertanggung jawab membuat keputusan

administrasi dan operasional perusahaan. Nantinya COO akan

melaporkan langsung tugasnya kepada CEO.

6. Manajer Sumber Daya Manusia (HRD)

Manajer SDM memastikan setiap karyawan dalam perusahaan

menerima pelatihan dan orientasi yang memadai serta memiliki

kesempatan untuk menyampaikan kekhawatiran tentang tempat

kerja mereka. HRD biasanya juga bertanggung jawab dalam

perekrutan karyawan.

7. Manajer Teknologi Informasi (TI)

Divisi ini bertugas dalam mengawasi keamanan siber dan

bertanggung jawab dalam pengembangan serta peningkatan

sistem informasi dan teknologi dalam suatu perusahaan.

8. Manajer Pemasaran

Bertugas membantu perencanaan, mengarahkan, atau

mengkoordinasikan strategi dan kebijakan program pemasaran.

Manajer pemasaran biasanya akan melakukan riset tren pasar

untuk menganalisis perkembangan pasar, melihat permintaan

untuk produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan,

mengidentifikasi pelanggan potensial. Riset yang dilakukan

akan dilaporkan kepada pihak direktur atau CEO.


52

9. Manajer Produk

Bertanggung jawab dalam mengawasi pengembangan dan

peningkatan produk dalam bisnis, hal ini mencakup barang, jasa,

maupun keduanya.

10. Manajer Penjualan

Bertugas meningkatkan promosi penjualan perusahaan serta

membantu mengawasi perencanaan strategi untuk tujuan penjualan

jangka panjang yang lebih luas.

2.6.5. Tanggung Jawab Pekerja

Tanggung jawab karyawan adalah mematuhi semua pengaturan dan

peraturan yang sudah ditentukan. Misalnya, tidak datang terlambat,

memakai baju kerja yang sopan, atau memakai baju seragam kerja

(ini berlaku bagi beberapa tempat kerja).

2.7. Waktu Pekerjaan

2.7.1. Pengertian Waktu Pekerjaan

Waktu kerja adalah waktu yang digunakan untuk melakukan

pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari atau malam hari. Jam Kerja

bagi para pekerja di sektor swasta diatur dalam pasal 77 sampai

dengan pasal 85 Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan jo. Undang-Undang Cipta Kerja No.11 Tahun

2020.. Waktu kerja efektif terdiri atas : Hari kerja efektif adalah

banyaknya hari dalam kalender dikurangi hari minggu, hari libur


53

nasional dan daerah serat cuti. Jam kerja efektif adalah banyaknya

jam kerja yang dilakukan dikurangi dengan waktu kerja yang hilang

karena tidak bekerja (allowance).Allowance diperkirakan rata – rata

30% dari jumlah jam kerja formal.Jumlah jam kerja formal dalam 1

minggu dihitung 37,5 jam (Permenkes Nomor 43 Tahun 2017)

Pelayanan shift adalah suatu priode waktu yang dikerjakan oleh

sekelompok pekerja yang mulai bekerja ketika kelompok lain

bekerja atau pelayanan yang dilakukan oleh karyawan yang bertugas

sebagai tenaga shift pada hari kerja, hari minggu, libur nasional, dan

hari raya.
54

BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Gambar III. 1
PT. Etana Biotechnologies Indonesia

Sumber : PT. Etana Biotechnologies Indonesia

Didirikan pada tahun 2014, PT Etana Biotechnologies Indonesia (“Etana”)

adalah produsen baru produk biofarmasi berkualitas tinggi, terjangkau, dan

inovatif untuk mengobati berbagai penyakit metabolik, autoimun, dan

penyakit yang mengancam jiwa, termasuk kanker. Untuk melayani pasien

Indonesia dengan sebaik-baiknya, Etana telah membangun jaringan aliansi

strategis dan kemitraan dengan produsen farmasi internasional yang

memiliki rekam jejak kuat dalam meneliti dan mengembangkan obat-obatan

yang aman dan efektif, memungkinkan Etana untuk menawarkan perawatan

baru ke pasar Indonesia. Pada saat yang sama, Etana bekerja untuk

membangun sumber daya manusia Indonesia dan kemampuan penelitian

dan produksinya sendiri dengan membangun fasilitas manufaktur dan

penelitian biofarmasi multiguna yang ramah lingkungan. Fasilitas tersebut


55

dikelola oleh lulusan terbaik dari lembaga penelitian dan pendidikan medis

terkemuka di Indonesia.

PT. Etana Biotechnologies Indonesia berkomitmen untuk memungkinkan

masyarakat Indonesia hidup berumur panjang, produktif, dan sehat dengan

bekerja secara proaktif dengan grup rumah sakit besar, asosiasi dokter, dan

lembaga perizinan farmasi nasional, serta program kesehatan sosial untuk

memastikan semua lapisan masyarakat di seluruh nusantara memiliki akses

terhadap obat-obatan penyelamat dan peningkat kehidupan yang

sebelumnya tidak tersedia atau sulit diakses di Indonesia. Etana juga bekerja

dengan lembaga medis untuk memastikan penyedia layanan kesehatan

mengetahui dan mampu menggunakan obat-obatan yang diproduksinya

untuk mengobati kondisi medis pasien secara efektif. Saat ini, masyarakat

Indonesia memiliki masa hidup yang lebih panjang dan membutuhkan

perawatan medis berkualitas tinggi untuk menjaga dan melindungi

kesehatan mereka. Dengan kesejahteraan yang semakin merata di

Indonesia, meningkatnya standar hidup, dan diperkenalkannya rencana

kesehatan sosial universal, harapan masyarakat akan kesehatan dan umur

panjang akan terus bertambah. Etana ingin mewujudkan kebutuhan yang

terus berkembang selama beberapa dekade tersebut dengan terus

memperluas jangkauan produk biofarmasi, membangun dan

mengembangkan keterampilan staf, dan bekerja sama erat dengan semua

pemangku kepentingan yang terlibat dalam meningkatkan kesehatan

bangsa.
56

3.2. Nilai Dan Tujuan Perusahaan

PT. Etana Biotechnologies Indonesia memiliki tujuan untuk melayani

pasien dengan menyediakan produk biofarmasi berkualitas tinggi,

terjangkau, dan inovatif.

3.2.1. Nilai

PT. Etana Biotechnologies Indonesia tercermin melalui nilai-nilai

3C :

a. Commitment (Komitmen)

Kami berkomitmen untuk meningkatkan kesehatan dan

kesejahteraan masyarakat Indonesia.

b. Care (Kepedulian)

Kami peduli dengan kesehatan bangsa. Kami mendorong

semua staf kami untuk berbagi nilai-nilai kepedulian dengan

peduli terhadap kebutuhan mereka, dengan memberikan

penghasilan yang layak, serta kesempatan bertumbuh secara

pribadi dan profesional.

c. Collaboration (Kolaborasi)

Kami bekerja sama dengan pemangku kepentingan dan mitra

strategis di Indonesia untuk menjamin masyarakat Indonesia

mendapat akses layanan kesehatan yang layak mereka

dapatkan.
57

3.2.2. Tujuan

a. Empowerment and Excellence (Pemberdayaan dan Keunggulan)

Kami memberdayakan staf kami dengan mengakui dan menghargai

kinerja kerja yang sangat baik. Kami juga memberdayakan lembaga

medis dengan memastikan mereka mampu menyalurkan produk kami

untuk manfaat optimal bagi mereka yang membutuhkan.

b. Trust (Kepercayaan)

Kami menyadari bahwa masyarakat Indonesia sangat mempercayakan

hidup mereka kepada kami. Kami menjawab kepercayaan tersebut

dengan komitmen kuat pada standar kualitas dan etika tertinggi.

c. Agility (Ketangkasan)

Kami menyadari industri tempat kami beroperasi akan berevolusi dan

berkembang sangat cepat, penuh dengan pengembangan dan penemuan

baru. Kami tangkas dan tanggap terhadap perubahan ini untuk

memastikan bahwa kami dapat terus memenuhi kebutuhan kesehatan

seluruh masyarakat Indonesia dengan kemampuan terbaik kami.

d. Nurture (Pemeliharaan)

Kami berkomitmen untuk melayani tidak hanya orang yang memiliki

kekayaan dan kekuasaan, melainkan semua anggota masyarakat.

Dengan melindungi kesehatan mereka, kami merawat orang-orang dari

semua lapisan masyarakat, memungkinkan mereka untuk mencapai

potensi terbaik mereka.

e. Acknowledgment (Pengakuan)

Kami menyadari dan mengakui bahwa agar Etana dapat memenuhi


58

misinya, Etana harus bekerja sama dengan berbagai mitra. Kami

mengakui keterampilan dan keahlian mereka, sama seperti kami

mengakui keterampilan dan keahlian para staf yang memungkinkan

kami menjalankan misi ini.

3.3. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi adalah kerangka yang menggambarkan hubungan

antara fungsi yang terdapat dalam suatu organisasi. Struktur organisasi

sangat penting sekali bagi perusahaan karena dengan adanya struktur

organisasi memudahkan dalam mengkoordinir pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab. Dalam menyusun struktur organisasi hendaklah jelas

tujuan dan sasaran dari perusahaan, dan siapa yang mempunyai wewenang

atas setiap bagian dari pekerjaan. Pembagian tugas terhadap bawahan dapat

menghindari terjadinya duplikasi tugas, sehingga karyawan tahu setiap

pekerjaan apa yang harus mereka kerjakan. Dengan demikian masing-

masing tugas dapat terkoordinir ke satu arah dan tujuan. Struktur organisasi

memungkinkan perusahaan untuk menjaga stabilitas dan kontinuitas

pengorganisasian yang terdapat didalam perusahaan. Struktur organisasi

setiap perusahaan berbeda-beda, tergantung pada bentuk dan kebutuhan

perusahaan yang bersangkutan. Untuk mengetahui lebih jelas tentang

pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing divisi, maka

berikut struktur organisasi PT. Etana Biotechnologies Indonesia.


59

Gambar III. 2. Struktur Organisasi


PT. Etana Biotechnologies Indonesia

Sumber : PT. Etana Biotechnologies Indonesia, 2023

Berdasarkan struktur organisasi perusahaan, dapat diuraikan tugas dan

wewenang dari masing-masing bagian antara lain :

1. Manajer Produksi

Manajer produksi adalah seseorang yang memimpin dalam koordinasi,

perencanaan dan juga kontrol proses produksi. Selain itu, manajer produksi

juga bertugas untuk melakukan pengawasan kepada staf lain yang terlibat

dalam produksi sehingga keseluruhan proses produksi berjalan secara

efisien.
60

Adapun tugas dan tanggung jawab manajer produksi antara lain :

a. Merencanakan produksi dan melakukan penjadwalan

Manajer produksi memiliki kewenangan untuk mengoperasikan

keseluruhan sistem produksi. Oleh karena itu, penting bagi manajer

produksi untuk mengkoordinir dan menjadwalkan berjalannya

keseluruhan sistem ini. Dalam perencanaan ini penting untuk mencapai

target produksi baik secara kuantitas, kualitas maupun jadwal.

b. Melakukan koordinasi di proses pengadaan bahan produksi

Termasuk dalam tugas manajer produksi adalah memastikan bahan

untuk produksi tersedia sesuai dengan jadwal. Selain itu, manajer

produksi juga perlu memastikan kualitas bahan baku sudah sesuai

dengan kebutuhan. Tugas ini juga termasuk mengendalikan dan

mengawasi persediaan bahan baku. persediaan Hal ini penting untuk

memastikan proses produksi berjalan efektif dan efisien.

c. Melakukan pengawasan proses produksi

Pengawasan yang dimaksud di sini mencakup pelaku produksi, proses

produksi maupun kualitas hasil produksi. Selain untuk mengawasi

kuantitas dan kualitas produk, hal ini juga penting untuk memastikan

proses produksi sudah berjalan sesuai SOP, termasuk keamanan pekerja.

Manajer produksi juga bertugas untuk memastikan proses produksi

berjalan sesuai dengan jadwal dan rencana yang telah dibuat.

d. Perawatan alat produksi


61

Dalam proses produksi, alat memegang peran yang tidak kalah

pentingnya sehingga manajer produksi juga berperan dan bertanggung

jawab untuk memastikan alat produksi berjalan dengan baik.

e. Melakukan kontrol kualitas produk

Manajer produksi memiliki kewenangan dalam pengawasan produk,

bukan hanya berhenti pada proses produksinya saja. Oleh karena itu,

manajer produksi juga sebaiknya memiliki pengetahuan dan keahlian

terkait mutu produk yang sesuai dengan standar industri.

f. Bertanggung jawab terhadap kerahasiaan produksi

Hal ini termasuk membuat SOP untuk memastikan semua orang yang

terlibat dalam proses produksi tidak membocorkan rahasia proses

produksi perusahaan. Hal ini sangat penting untuk memastikan produk

yang dikeluarkan memiliki nilai tambah yang berbeda dengan produk

sejenis atau bahkan melindungi inovasi perusahaan.

2. Supervisor Produksi

Tugas supervisor adalah mengawasi dan mengendalikan proses produksi,

termasuk mengatur jadwal produksi, mengawasi kinerja karyawan dan

memastikan bahwa barang yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas

yang perusahaan tetapkan.

Berikut tugas dan tanggung jawab supervisor Produksi diantaranya :

a. Menyiapkan dan mengontrol kebenaran dokumen GMP.

b. Merencanakan dan mengevaluasi pelaksanaan proses produksi.


62

c. Mengelola personil produksi untuk memelihara dan mengontrol

fasilitas, mesin, peralatan dan bahan sesuai GMP.

d. Memberikan arahan teknis dan administrative kepada tim.

3. Admin Produksi

Admin produksi adalah seseorang yang bertugas untuk mengelola keperluan

administrasi pada keseluruhan proses produksi. Ini penting untuk dilakukan

agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar, mulai dari tahap

persiapan bahan baku hingga menghasilkan barang jadi. Meski tugasnya

mencakup keperluan administrasi atau pengolahan data saja, admin

produksi tetap harus berkolaborasi dengan semua orang di dalam tim. Tak

hanya itu, mereka juga mungkin akan berkoordinasi dengan banyak pihak,

seperti departemen keuangan, divisi pengiriman, konsumen, supplier, dan

lain-lain.

Tugas dan tanggung jawab admin produksi di antaranya adalah sebagai

berikut :

a. Menyusun dan mencatat data produksi, yang biasanya meliputi catatan

dan laporan volume produksi, konsumsi bahan baku, kontrol kualitas,

dan aspek lainnya.

b. Menyusun dan merekam data produksi dari berbagai dokumen, seperti

pesanan pelanggan, tiket kerja, spesifikasi produk, dan lembar produksi

pekerja individu.
63

c. Mengikuti prosedur pencatatan yang ditentukan, menggunakan

komputer, dan alat tulis lainnya.

d. Mengelola dokumen yang digunakan dan disiapkan dengan baik dan

terorganisasi.

e. Mengarsipkan dokumen produksi baik secara elektronik atau dalam

bentuk hard copy.

f. Berkomunikasi dengan pelanggan dan/atau vendor, sebagaimana

ditugaskan.

g. Memberikan dukungan administratif ke berbagai departemen dan

fungsi, yang dapat mencakup produksi, penjualan, quality control,

pembelian, layanan pelanggan, dan keuangan.

4. Staff Packaging

Staff packing adalah orang yang melakukan pekerjaan pengemasan barang

atau produk yang akan dikirimkan ke pelanggan atau konsumen. Staff

packing bertanggung jawab untuk memastikan barang atau produk yang

dikemas sesuai dengan standar kualitas, spesifikasi, dan jumlah yang

diminta. Selain itu, staff packing juga harus memperhatikan keamanan,

kebersihan, dan ketertiban barang atau produk yang dikemas. Staff packing

juga harus memiliki keterampilan komunikasi yang baik untuk

berkoordinasi dengan tim packing lainnya, supervisor, dan bagian logistik.

Staff packing harus mampu bekerja dengan cepat, teliti, dan rapi dalam

mengemas barang atau produk.

Tugas dan tanggung jawab staff packing antara lain adalah:


64

a. Menerima dan mengecek barang atau produk yang akan dikemas dari

bagian produksi atau gudang.

b. Menghitung dan memastikan jumlah barang atau produk yang akan

dikemas sesuai dengan kebutuhan.

c. Mengoperasikan alat-alat pengemasan yang diperlukan untuk

mengemas barang atau produk dengan rapi dan aman.

d. Menyimpan barang atau produk yang sudah dikemas di tempat yang

ditentukan.

e. Melaporkan hasil pekerjaan pengemasan kepada supervisor atau bagian

logistik.

f. Menjaga kebersihan dan ketertiban tempat kerja pengemasan.

g. Mengikuti aturan dan prosedur kerja yang berlaku di perusahaan.

5. Staff Produksi

Staf produksi bertanggung jawab atas kualitas dan kuantitas produksi

harian/mingguan/bulanan dari perusahaan sesuai dengan instruksi dan target

yang telah ditentukan. Staf produksi juga bertanggung jawab atas

pengoperasian alat produksi.

Tugas dan tanggung jawab staf produksi di antaranya adalah sebagai

berikut:

a. Melakukan produksi sesuai dengan target produksi yang telah

ditentukan.

b. Melakukan pemeliharaan dan melakukan pelaporan jika terjadi

kerusakan pada alat produksi.


65

c. Menyiapkan peralatan dan mengoperasikan mesin produksi yang

ditugaskan oleh manajer atau supervisor dan mematuhi SOP dalam

produksi.

d. Melakukan inspeksi dan pemeliharaan (Quality Control) peralatan dan

hasil produksi secara berkala untuk memastikan kapasitas dan kualitas

produksi tercapai secara konsisten.

6. Operator

Operator produksi adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan produksi

yang memiliki tugas dan juga tanggung jawab untuk mengoperasikan

mesin produksi yang ada di perusahaan tersebut agar bisa menghasilkan

produk jadi ataupun setengah jadi. Tidak hanya itu operator produksi juga

merupakan seorang karyawan yang akan mengoperasikan peralatan serta

mesin untuk bisa membantu proses pembuatan, pengemasan, perakitan dan

juga langkah langkah lainnya yang ada pada sebuah proses produksi

barang.

Tugas dan tanggung jawab operator di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Mempersiapkan material yang berkaitan dengan proses produksi.

b. Mengoperasikan mesin produksi, mulai dari menyalakan, menjalankan,

memantau, dan mematikan mesin.

c. Melaksanakan kebijakan dan rencana produksi yang telah ditetapkan

oleh perusahaan.

d. Memantau mesin produksi agar dapat beroperasi dengan baik sekaligus

melakukan perawatan terhadap mesin produksi.


66

e. Mengelola dan mengontrol bahan baku dalam proses produksi agar

menjadi bahan jadi yang sesuai dengan ketentuan dan target perusahaan.

f. Mengelola dan mengontrol bahan baku dalam proses produksi agar

menjadi bahan jadi yang sesuai dengan ketentuan dan target perusahaan.

g. Bekerja dengan memahami standar keamanan dan keselamatan.

h. Menjaga dan memastikan kualitas produk yang dihasilkan sesuai

dengan standar perusahaan.

i. Membuat laporan kerja sebagai bahan analisis untuk bagian produksi

dan akunting produksi.


67

Anda mungkin juga menyukai