Anda di halaman 1dari 7

Kotoran Sapi

#otoran sapi ahasa &awa' letong " merupakan pupuk kandang limbah dari peternakan sapi
yang mempunyai kandungan serat tinggi , karena terdapat Serat atau selulosa dalam kadar tinggi
pada kotoran ternak ini baik dalam bentuk padat dan
air kencing sapi
, ia merupakan senyawa rantai karbon yang dapat mengalami proses pelapukan lebih kompleks.
proses pelapukan secara alamiah oleh berbagai jenis mikroba tersebut membutuhkan unsur
itogen " yang terkandung pada kotoran sapi tersebut dalam jumlah besar. #arena alasan
ini pupuk kandang dalam kondisi segar atau masih baru tidak disarankan untuk memupuk
tanaman apapun.#arena menggunakan pupuk kandang dari teranak apa saja tanpa
proses ermentasi
terlebih dahulu , akan menimbulkan dampak buruk bagi tanaman. Aplikasi kotoran sapi yang
paling baik dan rekomendasi adalah membutuhkan proses pengomposan atau fermentasi terlebih
dahulu. Selain memiliki kadar serat tinggi , kotoran.

Selulosa terdapat dalam tumbuhan sebagai bahan pembentuk dinding sel. Serat kapas boleh
dikatakan seluruhnya adalah selulosa. Dalam tubuh kita selulosa tidak dapat dicernakan karena
kita tidak mempunyai enzim yang dapat menguraikan selulosa. Dengan asam encer tidak dapat
terhidrolisis, tetapi oleh asam dengan konsentrasi tinggi dapat terhidrolisis menjadi selobiosa dan
D-glukosa. Selobiosa adalah suatu disakarida yang terdiri atas dua molekul glukosa yang
berikatan glikosidik antara atom karbon 1 dengan atom karbon 4.

Meskipun selulosa tidak dapat digunakan sebagai bahan makanan oleh tubuh, namun selulosa
yang terdapat sebagai serat – serat tumbuhan, sayuran atau buah – buahan, berguna untuk
memperlancar pencernaan makanan. Tentu saja jumlah serat yang terdapat dalam bahan
makanan tidak boleh terlalu banyak.

Selulosa umumya terdiri dari sekitar 300.000 satuan monomer dan mempunyai berat molekul
berkisar 250.000 sampai lebih dari 1.000.000 g/mol dengan rumus molekul (C5H10O5)n . Di
dalam molekul selulosa,monomer- monomernya tersusun secara linear, sedangkan diantara pita –
pita satuan polimernya tersusun secara paralel. Oleh karena itu, diantara pita – pita polimer
tersebut terdapat banyak jembatan hidrogen intermolekuler dan intramolekuler yang
menyebabkan selulosa mempunyai struktur yang masif / kompak dan merupakan struktur dasar
sel tumbuh – tumbuhan.

Susunan linear dari ikatan β-glukosa dalam selulosa menghadirkan distribusi yang seragam dari
kelompok ”OH” pada setiap antai terluar. Ketika dua atau lebih rantai selulosa berhubungan,
kelompok hidroksil secara ideal menjadi tertutup rantai secara bersama – sama. Pada cara ini
diberikan kelarutan yang besar,kekakuan dan polimer berserabut yang secara ideal digunakan
sebagai bahan dinding sel ntuk tumbuhan.

Sifat khusus ini dari rantai selulosa,bukan hanya dari ikatan β 1,4 glikosidik,ini juga merupakan
konsekuensi dari stereokimia yang tepat dari D- glukosa pada setiap pusat stereo. Dimana D-
galaktosa dan D- alosa berikatan pada model yang sama, mereka dengan tepat tidak memberikan
tempat untuk pembuatan polimer dengan sifat seperti selulosa. Maka kita mendapat pandangan
lain mengapa D- glukosa mendapat posisi yang khusus dalam kimia tumbuha dan hewan.

Suatu molekul tunggal selulosa merupakan polimer lurus dari 1,4’-β-D-glukosa. Hidrolisis
lengkap dalam HCl 40 % dalam-air, hanya menghasilkan D-glukosa. Disakarida yang terisolasi
dari selulosa yang terhidrolisis sebagian adalah selobiosa, yang dapat dihidrolisis lebih lanjut
menjadi D-glukosa dengan suatu katalis asam atau dengan emulsin enzime
KOMPAS.com — Kotoran sapi tidak hanya bermanfaat sebagai bahan baku utama kompos,
tetapi bisa juga menjadi bahan baku pembuatan gerabah, batu bata, dan kerajinan tangan.
Syammahfuz Chazali sudah membuktikan dan menjadi tambang emasnya. Ia meraup omzet Rp
110 juta per bulan.

Siapa yang tidak jijik melihat kotoran sapi? Tapi, tak banyak orang menyangka, kotoran ini
punya banyak manfaat. Tidak hanya sebagai bahan baku pupuk kompos, tapi juga aneka
kerajinan tangan dan batu bata.

Di tangan Syammahfuz Chazali, kotoran sapi bisa menjelma menjadi perkakas rumah tangga,
batu bata, dan bermacam kerajinan tangan atau handicraft.

Melalui PT Faerumnesia 7G, Syam, panggilan akrab Syammahfuz Chazali, saban bulan
memproduksi 75 hingga 100 gerabah, 500 batu bata, dan ratusan jenis kerajinan tangan, seperti
lampu aladin, vas bunga, guci, serta tempat makan. Harga gerabah dan kerajinan tangan mulai
Rp 100.000 hingga Rp 750.000 per item. Ia pun sanggup meraih omzet Rp 110 juta per bulan.

Atas prestasinya mengembangkan usaha dengan bahan baku kotoran sapi, pria 26 tahun ini
menyabet juara satu Social Venture Competition tingkat dunia di Universitas Berkeley, Amerika
Serikat, tahun 2009 lalu.

Prestasi ini sangat membanggakan. Selama 10 tahun ajang itu digelar, belum pernah ada tim
perguruan tinggi dari luar negeri Paman Sam yang sukses menggondol juara pertama dan berhak
atas uang sebesar 25.000 dollar AS.
Syam yang lulusan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada mulai menekuni bisnis
berbasis kotoran sapi sejak 2006. Awalnya, dia sekadar ingin mengikuti perlombaan kreativitas
di kampusnya. Apalagi, ia melihat kotoran sapi selama ini belum terkelola dengan baik.

Padahal, banyak peternakan yang berada di daerah pemukiman yang limbahnya tidak terkelola
dengan benar. Tentu saja, ini akan menjadi sumber pencemaran lingkungan berupa bau tak sedap
yang dapat mengundang lalat yang kemudian akan menyebarkan kotoran tersebut.

Selain pencemaran udara, kotoran sapi juga bisa menimbulkan pencemaran air. Soalnya, banyak
kotoran sapi yang dibuang begitu saja ke sungai oleh para peternak. Lagi-lagi, tentu saja,
pencemaran tersebut bisa menimbulkan beragam penyakit.

Berangkat dari situ, Syam kemudian mencari tahu lebih banyak mengenai kandungan kotoran
sapi melalui pelbagai literatur. Akhirnya, ia menemukan, dalam setiap 1 kilogram kotoran sapi
terdapat kandungan silika sebesar 9,6 persen. Silika merupakan suatu senyawa yang bisa diolah
menjadi bahan baku untuk gerabah dan batu bata.

Syam pun berkonsultasi dengan para dosennya dan pihak-pihak lain yang berkecimpung di dunia
pengolahan limbah hewan mengenai kelanjutan bisnis berbasis kotoran sapi. "Waktu itu, tidak
sedikit yang meragukan peluang bisnis ini," ungkap Syam.

Beragam eksperimen ia lakukan. Dengan kegigihan dan konsistensinya, usaha Syam mulai
berbuah hasil. Bahkan, banyak orang menilai, produk batu bata dan gerabah buatannya lebih
halus, ringan, dan kuat.

Proses pembuatannya juga tidak begitu rumit. Kotoran sapi cukup dicampur dengan tanah keras
dan ditambahkan formula bio-aktivasi berupa faerumnesia. Kemudian, biarkan selama dua
sampai tiga minggu hingga berbentuk seperti tanah liat.

Fungsi formula faerumnesia adalah meningkatkan kadar silika dalam kotoran sapi sehingga bisa
digunakan sebagai bahan baku. Formula ini juga berfungsi untuk menghilangkan aroma tidak
sedap dari kotoran sapi tersebut.

Setelah berbentuk tanah liat, bahan ini bebas dibentuk sesuai keinginan. Apakah mau dibentuk
batu bata, gerabah, maupun kerajinan tangan. "Satu ton limbah sapi bisa untuk membuat 500-900
batu bata," kata Syam.

Prosesnya juga sama dengan pembuatan gerabah pada umumnya, mulai dari pembentukan,
penjemuran, pembakaran, hingga penyempurnaan. Begitu juga waktu yang diperlukan dari
proses pembentukan, penjemuran, pembakaran hingga penyempurnaan, juga sama, hanya satu
setengah bulan.

Menurut Syam, bahan baku dari olahan kotoran sapi mampu bertahan pada suhu 1.000 derajat
celsius.
Saat ini, Syam sudah memasok produk gerabah, batu bata, dan kerajinan bikinannya hampir ke
seluruh Indonesia. Untuk kerajinan tangan, permintaan paling banyak dari wilayah Jakarta dan
sekitarnya. Kebanyakan pembeli mencari sebagai pajangan di dalam rumah atau untuk suvenir.
"Untuk produk lampu aladin, artis Dorce dan Wulan Guritno merupakan konsumen kami," ujar
Syam bangga.

Produk kerajinan tangan buatan Syam siap menembus pasar ekspor. Akhir 2010 lalu, ada
pengusaha asal Belanda yang tertarik untuk bekerja sama. Pengusaha ini menyatakan, olahan
kotoran sapi juga bisa sebagai isolator sehingga tahan untuk empat musim.

Syam sudah mulai mengirimkan beberapa produknya ke negeri kincir angin tersebut sebagai
sampel. Jika kerja sama tersebut berjalan lancar, ia akan mulai secara rutin mengekspor
produknya dalam jumlah besar.

Dengan meningkatkan promosi dan pemberian informasi yang benar kepada masyarakat luas,
Syam yakin bisnis berbasis kotoran sapi ini akan terus memberikan keuntungan. Prinsip
utamanya adalah mengubah masalah menjadi sebuah keuntungan. "Sambil mengurangi limbah,
kita juga bisa meraih keuntungan yang menjanjikan," ujarnya.

Promosi menjadi penting lantaran satu-satunya hambatan para konsumen adalah mereka masih
ragu dengan aroma yang tidak sedap yang akan muncul dari produk-produk berbahan baku
kotoran sapi.

Padahal, seluruh pelanggan produk-produk buatan Sam sudah tegas-tegas menyatakan, hasil
olahan limbah sapi itu benar-benar sudah terbebas dari bau tak sedap. Toh, masih ada orang yang
ragu dan tidak percaya.

Kini, selain aktif mempromosikan melalui internet, Syam juga kerap ikut pameran skala nasional
maupun internasional. Syam bahkan sudah mempromosikan produk-produknya di China dan
Australia. (Rivi Yulianti/K
AGAR AWET, RUMAH SASAK DIOLESI KOTORAN SAPI

Setiap suku di Indonesia punya cara sendiri untuk membangun rumah. Yang unik adalah
kampung Sasak Ende, Sengkol Lombok Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT). Hampir
sebulan sekali, lantai rumah penduduk yang bermukim diolesi kotoran sapi.

Hari menjelang siang saat kami berhenti di kampung Sasak Ende. Saat memasuki gerbang, kami
disuguhi jalan yang hanya mampu dimasuki satu buah mobil, di kanan jalan, terdapat areal
persawahan yang tidak terlalu luas.

Memasuki perkampungan, suku Sasak Ende punya rumah adat yang bernama Bale Tani.
Dinamakan dekimian karena Bale berarti rumah dan tani yang artinya orang yang mendiami
mayoritas merupakan petani. Rumahnya berbentuk persegi panjang dengan atap ilalang dengan
ketinggian yang rendah.

Sehingga setiap orang yang masuk ke dalam harus menundukkan kepalanya jika tidak ingin
bersentuhan dengan atap. Di teras bagian depan rumah, digunakan untuk tempat bersantai,
menerima tamu atau untuk tempat tidur, sementara di bagian dalam ada ruangan besar untuk
beraktivitas dan beristirahat pada malam hari.

Yang paling unik dari rumah suku Sasak Ende adalah lantai rumahnya yang bukan terbuat dari
semen atau keramik. Melainkan terbuat dari campuran tanah liat dan kotoran sapi atau kerbau
yang dibalur setiap bulannya. Adapun tujuan rutin dipolesnya lantai adalah agar tidak berdebu
atau tidak terkikis ataupun retak-retak.

Dengan mempertahankan tradisi tersebut, desa Sasak Ende banyak mendapat pujian dari
wisatawan yang datang ke lokasi perkampungan. “Sangat menyenangkan bisa melihat
masyarakat masih mempertahankan tradisi salah satunya lantai yang menggunakan kotoran
sapi,” ujar Sandy Aritama salah satu wisatawan asal Balikpapan, Kalimantan Timur.

Menurut pria bertubuh subur ini, tidak ada tercium bau kotoran sapi saat memasuki rumah
penduduk suku Sasak. “Nggak ada tercium baunya, kan sudah kering, mungkin kalau masih
basah baunya masih menyengat,” ungkapnya.

Untuk dapat menikmati keunikan rumah Suku Sasak Ende, wisatawan yang datang juga dapat
membawa buah tangan hasil kerajinan dari para penduduk. Ada sebuah koperasi di dalam
pemukiman yang diperuntukan bagi wisatawan yang datang, mulai dari kain tenun hingga hasil
kreasi masyarakat.

Harga hasil kerajinan pun juga tidak menguras kantong, uang dari hasil penjualan di koperasi,
juga dipergunakan untuk pembangunan desa. “Kita disini juga diajarkan untuk gotong royong,
kekeluargaannya sangat kental,” tandas Sandy yang datang dengan rombongan.(Yaya Noor)
SUMBER LAIN :

Bentuk rumah, atau biasa disebut bale, di Desa Sade Rambitan sangat khas, yaitu beratapkan ijuk
dengan bambu sebagai penyangga dinding dan atap, kemudian menggunakan anyaman bambu sebagai
dinding, dan tanah yang dikeraskan sebagai lantainya. Tradisi paling unik dari Suku Sasak di Desa Sade
Rambitan adalah mereka selalu mengepel lantai dengan kotoran kerbau. Hal ini selalu menjadi
pertanyaan setiap pengunjung. Menurut mereka, hal ini bertujuan untuk menjaga lantai tetap hangat
dan tidak lembab, menghilangkan debu, serta mengeraskan tanah seperti halnya semen. Ada juga
kepercayaan magis agar rumah terbebas dari gangguan roh jahat. Meskipun sepintas terlihat
menjijikkan bagi yang baru pertama tahu, ternyata tidak ada bau kotoran sama sekali di dalam rumah.
Lantai tanahnya pun terlihat keras.

Anda mungkin juga menyukai