Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM KELOMPOK

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI


Dibuat untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Mata Kuliah Lab PPIC

Disusun oleh:
Dhiska Najlasayrani Arman 01033200013
Sicillia Pateh 01033180037
Tedy Gunawan 01033180017
Timothy Apriandy Putra 01033200005

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
2021
BAB 1
PROFIL INDUSTRI MANUFAKTUR DAN KARAKTERISTIK
INDUSTRI

1. Profil Industri
PT. Tuboware adalah salah satu perusahaan manufaktur yang memproduksi
kotak makan. PT Tuboware sendiri sudah dikenal sejak tahun 2015 di Indonesia yang
memiliki kualitas terbaik dan memiliki harga cukup terjangkau. PT. Tuboware sendiri
memiliki produk yang berbahan dasar plastik dan memiliki beberapa produk unggulan
terutama kotak makan yang sering digunakan di segala kalangan.

2. Karakteristik
Perusahaan manufaktur ini memiliki proses produksi dengan standar dan juga
proses yang sama. Mass Production merupakan proses yang digunakan oleh
manufaktur ini dengan memproduksi jumlah produk yang banyak. Selain itu
manufaktur ini juga menggunakan mesin dan peralatan kerja khusus yang memiliki
kapasitas produksi tingkat output yang lebih tinggi. Karena manufaktur menggunakan
metode make to order maka jumlah produksi dibuat sesuai kebutuhan konsumen, hal
ini membantu perusahaan untuk meminimalisir kelebihan produksi. Untuk skenario
flow shop seperti berikut:
a) Kotak Makan Tanpa Wadah Sayur
- Standarisasi
- Mixing
- Injection
- Stretch Blow Molding
- Inspeksi
b) Kotak Makan Tanpa Wadah Sayur
- Standarisasi
- Mixing
- Injection
- Stretch Blow Molding
- Inspeksi
BAB 2

DESKRIPSI PRODUK

2.1 Deskripsi Produk

Berikut adalah gambar dan sketsa produk yang akan diproduksi :

Gambar 2.1.1 Gambar Sketsa Produk

Ukuran kotak makan yang akan saya produksi ini adalah 24 cm x 18 cm x 7 cm.
Terbuat dari bahan yang sangat berkualitas untuk makanan, biji plastik yang digunakkan
untuk memproduksi produk ini adalah P.P atau Polipropilen. Kami menggunakkan biji plastik
ini karena plastik jenis ini aman digunakkan sebagai tempat makan dan minum. Produk kami
ini juga bisa dipastikan tidak berbau bahkan di tuangkan air mendidih sekalipun. Selain itu
produk ini aman digunakkan saat ingin memanaskan makanan dalam microwave. Namun
untuk kasus ini kami membuat 2 jenis produk
Berikut adalah penjelasan komponen produk 1 tersebut :
1. Kotak makan
2. Tutup kotak makan

Berikut adalah penjelasan komponen produk 2 tersebut :


1. Kotak makan
2. Wadah kuah
3. Tutup kotak makan
4. Tutup wadah kuah
Berikut adalah Gambar BOM dan Pohon Struktur dari kedua produk kami :

Tabel 2.1.1 Tabel BOM Produk 1

Tabel 2.1.2 Tabel BOM Produk 2

Tabel 2.1.3 Tabel Pohon Struktur Produk 1

Tabel 2.1.4 Tabel Pohon Struktur Produk 2


2.2 Produk Serupa
Produk Kotak Makan Sehat ini memiliki beberapa kompetitor atau produk serupa,
salah satunya yang saya ambil adalah produk Lock&Lock, berikut spesifikasi produk serupa :

Gambar 2.2.1 Gambar Produk Serupa

Sumber :
https://www.bhinneka.com/lock-and-lock-lunch-box-3-pcs-set-with-black-lunch-bag-hpl758d
b-sku3321720187

Terdiri dari : Rice Container 470 mL, Side Dish Container 470 mL, Water Bottle 300 mL,
Spoon, Fork, dan Black Bag
• BPA free
• Terdapat seal sebagai penahan air agar tidak keluar dari tempat
• Material : Plastik

Jika dilihat sekilas produk ini cukup lengkap karena dijual secara paket. Namun jika
kita lihat kembali wadah untuk makanannya cenderung kecil. Selain itu mereka membuat
kotak makanannya menjadi 2 container, 1 untuk nasi dan 1 untuk side dish. Menurut saya ini
cukup merepotkan dan tidak efisien. Karena tempat nasi dan lauknya dipisah menjadi 2
container.
BAB 3
DESKRIPSI MATERIAL, PROSES PRODUKSI DAN MESIN

3.1 Deskripsi Material


Material merupakan salah satu hal yang penting dalam sebuah proses produksi.
Perusahaan kami bergerak di bidang produk pembuatan kotak makan. PT. Tuboware
menggunakan material plastik yang sudah terverifikasi free BPA untuk produk kotak makan.
Dimana wadah plastik yang digunakan sangat aman untuk makanan. Biji plastik yang
digunakan yaitu biji plastik jenis P.P atau Polipropilen.

Polypropylene atau polipropilen merupakan jenis plastik kedua di dunia yang paling
banyak diproduksi setelah polyethylene. Jenis plastik ini terbentuk dari proses polimerisasi
yang ditemukan oleh dua ilmuwan bernama Paul Hogan dan Robert Banks. Hanya perlu
sekitar enam tahun sampai akhirnya polypropylene dikenal dan diproduksi untuk seluruh
dunia. Terdapat dua jenis polypropylene atau plastik PP yang ada di pasaran yaitu
homopolymer dan copolymer. Dengan karakter yang sedikit berbeda, keduanya digunakan
sesuai dengan kebutuhan area masing-masing.

PP homopolymer merupakan jenis polypropylene yang paling sering digunakan di


dunia. PP polymer ini terbentuk dari semi-kristalin berwujud solid yang hanya terdiri dari
polypropylene monomer. Penggunaannya bisa ditemukan di kemasan, tekstil, medis,
otomotif, dan instalasi listrik.

Dengan kandungan ethane yang sedikit, PP homopolymer bisa dibuat sedikit


transparan, cocok untuk memperhatikan tampilan saat menggunakan plastik jenis ini untuk
kebutuhan industri.
Gambar 3.1.1 Gambar plastik P.P

3.2 Proses Produksi

Tabel 3.2.1 Flowchart Proses Produksi Kotak Makan

Seperti yang sudah dituliskan sebelumnya jenis biji plastik yang digunakkan untuk
membuat produk ini adalah P.P atau Polipropilen. Menggunakkan biji plastik ini karena ini
jenis plastik yang paling aman digunakkan untuk tempat makan dan minuman. Selain itu
untuk memproduksi barang ini juga diperlukan pigmen warna. Disini terdapat lebih dari 15
pigmen warna yang bebas logam berat sehingga sangat aman digunakkan.

Proses diawali dengan proses menstandarisasi biji platik yang akan digunakkan
sebelum lanjut ke proses selanjutnya. Setelah dilakukannya standarisasi, lanjut ke proses
kedua diman biji plastik yang sudah siap dipakai bisa langsung dimasukkan kedalam mesin
mixing. Dalam proses ini, biji plastik yang tadi dimasukkan akan dipanaskan dengan suhu
tertentu agar dapat mencair, setelah mencair dapat kita lakukan pencampuran zat pewarna dan
zat adiktif lainnya. Lalu dilanjutkan dengan proses yang ketiga yaitu biji plastik yang sudah
dicairkan dan dicampur dengan pewarna dan zat adiktif lainnya akan dilanjutkan dengan
proses injection. Seperti namanya proses ini adalah memasukkan atau menyuntikkan cairan
plastik panas ke dalam mesin yang bisa memadatkan sehingga membentuk tabung tabung
yang berukuran kecil.
Setelah itu padatan plastik tadi akan dimasukkan kembali kedalam mesin yang
bernama stretch blow molding machine (mesin cetak tiup untuk ditiup sesuai dengan model)
atau bentuk kotak makan yang sudah di tentukkan sebelumnya. Setelah melakukan tahap itu
semua selanjutnya yaitu tahap yang terakhir inspeksi. Kotak makan yang sudah jadi di tes
kembali kualitasnya, seperti direbus menggunakkan air panas hingga diperiksa kembali kadar
asam-basa pada kandungan plastiknya. Proses ini sangat penting dan tidak boleh dilewatkan
agar produk yang kita produksi benar benar dapat diandalkan kualitas dan kekuatannya
terutama untuk menyimpan makanan yang melewati suhu normal, contohnya kuah sop yang
cukup panas.

3.3 Mesin
Mesin merupakan salah satu faktor yang cukup penting juga dalam memproses sebuah
produk, karena mesin ini berguna untuk membantu proses produksi. Mesin yang digunakan
untuk proses produksi PT. Tuboware yaitu Mesin Mixing , Mesin Injection dan Mesin Stretch
Blow Molding.
Mesin mixing merupakan salah satu mesin yang penting dalam proses produksi. Mesin
ini digunakan untuk memanaskan biji plastik dan juga mencampurkan zat pewarna dan juga
zat adiktif.

Gambar 3.3.1 Mesin Mixing


Mesin injection juga mempunyai peran penting dalam sebuah proses produksi kotak
makan, fungsi dari mesin ini yaitu untuk memasukkan cairan plastik panas dan memadatkan
plastik sampai membentuk sebuah tabung.

Gambar 3.3.2 Mesin Injection

Dan yang terakhir yaitu mesin stretch blow molding yang memiliki fungsi mencetak
plastik yang sudah dipadatkan dan mesin ini akan meniup sesuai dengan model dan juga
desain yang diinginkan.

Gambar 3.3.3 Mesin stretch blow molding machine


BAB 4
PERENCANAAN MPS
Perencanaan skenario forecast memiliki ketentuan sebagai berikut:
4.1. Pendahuluan
Sebelum melakukan perencanaan MPS terdapat beberapa hal yang diperlukan sebagai
penunjang perencanaan MPS, salah satunya merupakan perencanaan Agregat dan Disagregat.
Perencanaan Agregat merupakan proses dari pengembangan, analisa, dan menjaga
penjadwalan aproksimasi awal dari keseluruhan operasi dari sebuah organisasi. Perencanaan
Agregat secara general mencakup peramalan penjualan, level produksi, level penyimpanan
dan backlog. (Russell 2006) Sedangkan perencanaan disagregat merupakan pembagian lebih
lanjut dari perencanaan agregat dengan menjabarkan produksi menjadi produk yang lebih
spesifik.
4.2. Asumsi Pada Pembuatan MPS
Untuk membuat sebuah MPS ada beberapa asumsi yang harus dipaparkan agar
perhitungan dan skenario produksi dapat dimengerti dengan jelas. Beberapa asumsi yang
digunakan dalam pembuatan MPS antara lain adalah:
● Produk yang dibuat berdasarkan permintaan atau Make to Order.
● Lot Size yang digunakan dalam perhitungan MPS adalah sebesar 20000 produk.
● Dikarenakan produk yang dibuat make to order maka tidak ada safety stock pada
setiap produksi.
● Forecast dan juga Order didapatkan dari data yang sudah ada.
4.3. Perencanaan MPS
Dari beberapa asumsi yang sudah dibuat akan dilakukan perhitungan MPS dan
sebelum melakukan perhitungan MPS adapun data Order dan juga Forecast yang datanya
diambil dari salah satu skripsi mengenai Analisis peramalan permintaan roti untuk
menentukan jumlah Produksi yang optimal dengan metode moving average dan exponential
smoothing pada P-IRT Permata Bakery - Perdagangan Tegal.
Forecast Produk 1

Tabel 4.3.1 Forecast Produk 1

Forecast Produk 2

Tabel 4.3.2 Forecast Produk 2


Dibawah ini merupakan tabel hasil perhitungan MPS untuk produk 1.

Tabel 4.3.3 MPS Tempat Makan Tanpa Wadah Kuah

Dibawah ini merupakan tabel hasil perhitungan MPS untuk produk 2.

Tabel 4.3.4 MPS Tempat Makan Dengan Wadah Kuah


BAB 5
PERENCANAAN RCCP
5.1 Pendahuluan untuk RCCP

Menurut Sinulingga (2009:130) Rough Cut Capacity Planning (RCCP) adalah suatu
proses analisis dan evaluasi kapasitas dari fasilitas produksi yang tersedia di lantai pabrik
agar sesuai atau dapat mendukung jadwal induk produksi yang akan disusun. RCCP juga
merupakan metode untuk menentukan resources yang telah direncanakan untuk
melaksanakan MPS. Metode RCCP ini dibagi menjadi beberapa jenis lagi, salah satunya
CPOF (Capacity Planning Overall Factor/Pendekatan total faktor).

CPOF membutuhkan tiga masukan yaitu MPS. Waktu total yang diperlukan untuk
memproduksi suatu produk dan proporsi waktu penggunaan sumber. CPOF mengalikan
waktu total tiap family terhadap jumlah MPS untuk memperoleh total waktu yang diperlukan
pabrik untuk mencapai MPS. Total waktu ini kemudian dibagi menjadi waktu penggunaan
masing-masing sumber dengan mengalikan total waktu terhadap proporsi penggunaan
sumber.

5.2 Asumsi untuk RCCP

Data dan asumsi pada RCCP berasal dari data order MPS walaupun data di MPS belum
mencukupi. Maka adanya beberapa asumsi tambahan untuk membuat perencanaan RCCP
untuk skenario ini. Asumsi tersebut yaitu untuk work center adanya asumsi untuk historical
percentage berdasarkan mesin mana yang sering digunakan, Direct Labor dan standard hours
dengan asumsi seperti berikut. End Product memiliki 2 produk A dan B,A merupakan kotak
makan tanpa wadah sayur dan produk B merupakan kotak makan dengan wadah sayur. Dan
untuk perencanaan RCCP menggunakan metode CPOF. RCCP ini hanya menghitung
capacity requirement untuk order yang datanya sudah pasti yaitu dari data order yang
didapatkan dari MPS.
5.3 Perencanaan RCCP

Melalui perhitungan dengan data dan asumsi yang sudah mencukupi maka perencanaan
RCCP yang didapat adalah sebagai berikut. Total Direct Labor di konversi ke standard jam
per unit.

Tabel 5.3.1 Direct Labor


Tabel 5.3.2 CPOF berdasarkan data order MPS
Data tabel 5.3.2 diatas untuk end product A dan B hanya berdasarkan data order di tabel 4.3.3 dan 4.3.4, karena itu hanya perlu menghitung Capacity
Requirement untuk order yang sudah pasti.

Tabel 5.3.3 Rencana Penggunaan Kapasitas Produksi


BAB 6
PERENCANAAN MRP
6.1 Pendahuluan untuk MRP
Menurut William J (2015 :292) Material Requirement Planning (MRP) merupakan
sebuah sistem informasi berbasis komputer yang menerjemahkan kebutuhan produk jadi dari
jadwal master ke dalam kebutuhan berfase waktu untuk subperakitan, bagian komponen, dan
bahan baku. Tujuan utama MRP adalah untuk menjamin dan mendukung kelancaran
produksi. Selain itu MRP juga membantu untuk memastikan ketepatan waktu penerimaan
bahan baku dan bahan pendukung lainnya oleh pihak produksi.
Dalam merancang MRP dibutuhkan data dari bab sebelumnya yaitu Bill of Material
(BOM), Master Production Schedule (MPS), dan Lead-time. Data tersebut akan membantu
menjaga jumlah persediaan, mengendalikan jumlah material agar perusahaan bisa
memastikan bahwa bahan-bahan yang dibutuhkan selalu tersedia, dan membantu
merencanakan aktivitas manufaktur.

6.2 Asumsi untuk MRP


Diketahui pada Bill of Material (BOM) pada kedua produk memiliki level yang
berbeda, untuk Produk pertama memiliki Level 0 dan Level 1. Namun untuk Produk kedua
memiliki tambahan 1 level lagi.

Tabel 6.2.1 Skenario Produk 1

Pada asumsi diatas adalah pada produk 1, dimana teknik lot sizing yang digunakkan
untuk membuat MRP nya adalah Lot for Lot. Diatas diketahui bahwa untuk level 1 yaitu
Wadah KOtak Makan Tanpa Kuah dengan kode WKMTK memiliki persediaan On Hand
sebanyak 2000, Selain itu pada periode sebelumnya melakukan order sebanyak 10.000.
Terdapat Skenario pada proses pemesanan ini memiliki lead time atau waktu tunggu selama 1
minggu. Selain itu pada level 1 terdapat 1 komponen lagi, yaitu Penutup Kotak Makan
dengan kode PKM. Komponen ini ada pada kedua produk oleh karena itu MRP nya
digabungkan menjadi satu. Pada komponen ini memiliki skenario terdapat Schedule Receipt
sebesar 12000.
Gambar 6.2.1 Skenario Produk 2
Gambar diatas merupakan asumsi pada produk kedua, tak jauh berbeda seperti produk
pertama, namun pada produk kedua ini memiliki tambahan komponen pada level 2, yaitu
Penutup Wadah Kuah dengan kode PWK. Komponen ini tidak memiliki persediaan, namun
pada periode sebelumnya sudah melakukan order sebanyak 10.000.

Gambar 6.2.3 Pembagian Data MPS per Minggu

Pada tabel MPS diketahui terdapat MPS pada bulan Januari, Maret, May, Agustus,
dan November. Namun karena pada asumsi MRP memiliki lead time sebesar 1 minggu maka
MPS perbulannya dibuat menjadi perminggu dengan membagi jumlah MPS yang dibutuhkan
pada bulan tersebut dengan jumlah minggu setiap bulan.
Contoh pada bulan Januari :
20.000 : 4 = 5000
Oleh karena itu MPS pada tiap minggunya di bulan Januari, Maret, May, Agustus, dan
November adalah 5000. Dengan total keseluruhan MPS selama setahun adalah 100.000 unit
6.3 Perencanaan MRP
6.3.1 Perhitungan MRP Level 1
Gambar 6.3.1.1 Perhitungan Komponen Wadah Kotak Makan Tanpa Kuah

Gambar 6.3.1.2 Perhitungan Komponen Wadah Kotak Makan Dengan Kuah

Tabel diatas merupakan perhitungan MRP dari level 1 pada produk 1 dan produk 2
yaitu Wadah Kotak Makan Tanpa Kuah dan Wadah Kotak Makan Dengan Kuah
1. Untuk Memproduksi 1 Wadah Kotak Makan Tanpa Kuah membutuhkan 0,4kg biji
plastik, bila dilihat pada tabel diatas Total Gross Requirement di bulan Januari
sebanyak 20.000 unit. Sehingga untuk bisa memproduksi Wadah Kotak Makan Tanpa
Kuah membutuhkan 8.000 kg biji plastik per bulannya.
● Angka tersebut di dapat dari 0,4 kg x 20.000 unit = 8.000 kg
● Jika dihitung selama 1 tahun, untuk memproduksi Wadah Kotak Makan Tanpa
Kuah ini membutuhkan 40.000 kg biji plastik , didapat dari
8.000 kg x 5 (Jumlah bulan yang terdapat MPS) = 40.000 kg

2. Untuk Memproduksi 1 Wadah Kotak Makan Dengan Kuah membutuhkan 0,55kg biji
plastik, bila dilihat pada tabel diatas Total Gross Requirement di bulan Januari
sebanyak 20.000 unit. Sehingga untuk bisa memproduksi Wadah Kotak Makan
Dengan Kuah membutuhkan 11.000 kg biji plastik per bulannya.
● Angka tersebut di dapat dari 0,55 kg x 20.000 unit = 11.000 kg
● Jika dihitung selama 1 tahun, untuk memproduksi Wadah Kotak Makan
Dengan Kuah ini membutuhkan 55.000 kg biji plastik , didapat dari
11.000 kg x 5 (Jumlah bulan yang terdapat MPS) = 55.000 kg

3. Gross Requirement diatas didapatkan dari hasil pembagian MPS pada tiap minggu di
atas tadi
4. Pada minggu pertama pada bulan Januari terdapat Schedule Receipt. Ini merupakan
jumlah order pada periode sebelumnya, didapat dari tabel skenario diatas. Schedule
Receipt disini berjumlah 10.000
5. Diketahui pada asumsi diatas dan nilai POH pada MPS terdapat persediaan On Hand
sebanyak 2.000. Oleh karena itu pada kolom On Hand di minggu ke-0 diisi dengan
2.000
6. Pada Oh Hand minggu ke 1 didapatkan dari nilai On Hand minggu ke-0 + dengan
Schedule Receipt - dengan Gross Requirement
a. 2.000 + 10.000 - 5.000 = 7.000
Begitu juga selanjutnya pada perhitungan untuk minggu ke 2
7. On Hand pada minggu kedua sebanyak 2000, dimana lebih sedikit dari Gross
Requirementnya di minggu ke-3, oleh karena itu perlu Net Requirement sebanyak
3.000. Angka tersebut didapatkan dari Gross Requirementnya di minggu ke-3 -
jumlah On Hand pada minggu sebelumnya
a. 5.000 - 2.000 = 3.000
Dikarenakan terdapat Lead Time selama 1 minggu, maka perlu dilakukan Order
Release pada minggu sebelumnya.

Gambar 6.3.1.3 Perhitungan Komponen Penutup Kotak Makan


1. Perhitungan diatas merupakkan gambungan dari 1 komponen yang digunakkan pada
ke dua produk yang berbeda.
2. Untuk Memproduksi 1 Penutup Kotak Makan membutuhkan 0,1 kg biji plastik, bila
dilihat pada tabel diatas Total Gross Requirement di bulan Januari sebanyak 40.000
unit (gabungan). Sehingga untuk bisa memproduksi Penutup Kotak Makan
membutuhkan 4.000 kg biji plastik per bulannya.
● Angka tersebut di dapat dari 0,1 kg x 40.000 unit = 4.000 kg
● Jika dihitung selama 1 tahun, untuk memproduksi Wadah Kotak Makan Tanpa
Kuah ini membutuhkan 20.000 kg biji plastik , didapat dari
4.000 kg x 5 (Jumlah bulan yang terdapat MPS) = 20.000 kg
3. Karena komponen ini berada di level yang sama seperti Wadah Kotak Makan Tanpa
Kuah dan Dengan Kuah, maka gross requirementnya juga di ambil dari data MPS
yang sudah dikonversikan dalam bentuk minggu. Namun untuk MRP ini dikali 2,
dikarenakan MRP ini merupakan gabungan.
4. Pada minggu pertama pada bulan Januari terdapat Schedule Receipt. Ini merupakan
jumlah order pada periode sebelumnya, didapat dari tabel skenario diatas. Schedule
Receipt disini berjumlah 24.000, di dapat dari (12.000 x 2 = 24.000) *karena
gabungan
5. Pada skenario pada komponen ini tidak memiliki On Hand
6. Contoh perhitungan On Hand minggu pertama di dapat dari On-Hand minggu
sebelumnya + Schedule Receipt - Gross Requirement
a. 0 + 24.000 - 10.000 = 12.000
7. Begitu juga untuk minggu berikutnya, namun pada minggu kedua kita hanya memiliki
On-Hand sebanyak 400, sedangkan minggu selanjutnya terdapat Gross Requirement
sebanyak 10.000, oleh karena itu terdapat Net Requirement sebanyak 6.000 di minggu
ke-3 sebanyak 6000 didapat dari (10.000 - 4.000). Oleh karena itu kita harus
melakukan Planned Order Receipt sebanyak 6.000, namun diketahui pada skenario
terdapat lead time 1 minggu, oleh karena itu kita perlu melakukan Planned Order
Release di minggu sebelumnya sebanyak 6.000

6.3.2 Perhitungan MRP Level 2


● MRP Penutup Wadah Kuah

Gambar 6.3.2.1 Perhitungan Komponen Penutup Wadah Kuah


1. Gross Requirement pada MRP kode PWK ini didapatkan dari Planned Order Release
di MRP Komponen Wadah Kotak Makan Dengan Kuah
2. Untuk Memproduksi 1 Penutup Wadah Kuah membutuhkan 0,05 kg biji plastik, bila
dilihat pada tabel diatas Total Gross Requirement di bulan :
a. Januari sebanyak 13.00 unit. Sehingga untuk bisa memproduksi Penutup
Wadah Kuah memerlukkan 650 kg biji plastik per bulannya.
Angka tersebut di dapat dari 0,05 kg x 13.000 unit = 650 kg

b. Maret sebanyak 8.100 unit. Sehingga untuk bisa memproduksi Penutup Wadah
Kuah memerlukkan 405 kg biji plastik per bulannya.
Angka tersebut di dapat dari 0,05 kg x 8.100 unit = 405 kg

c. May sebanyak 8.205 unit. Sehingga untuk bisa memproduksi Penutup Wadah
Kuah memerlukkan 410,25 kg biji plastik perbulannya.
Angka tersebut didapat dari 0,05 kg x 8.205 unit = 410,25 kg

d. Augustus sebanyak 10.823 unit. Sehingga untuk bisa memproduksi Penutup


Wadah Kuah memerlukkan 541,15 kg biji plastik perbulannya.
Angka tersebut didapat dari 0,05 kg x 10.823 unit = 541,15 kg

e. November sebanyak 13.649 unit. Sehingga untuk bisa memproduksi Penutup


Wadah Kuah memerlukkan 682,45 kg biji plastik perbulannya.
Angka tersebut didapat dari 0,05 kg x 13.649 unit = 682,45 kg
Sehingga jika di jumlah selama setahun, untuk memproduksi Penutup Wadah Kuah
diperlukkan biji plastik sebanyak 2.688,85 kg

3. Pada skenario komponen ini tidak memiliki On Hand di minggu ke-0, namun terdapat
Schedule Receipt sebanyak 12000
4. Contoh perhitungan, pada minggu ke 2 terdapat Gross Requirement sebanyak 3.000,
sehingga On - Hand minggu tersebut sisa 9.000.
Didapat dari (On - Hand Minggu sebelumnya + Schedule Receipt minggu tersebut -
Gross Requirement minggu tersebut)
Sehingga 12.000 + 0 - 3.000 = 9.000
5. Perhitungan tetap sama sampai minggu ke 3 hanya terdapa sisa On-Hand sebanyak
4.000, sedangkan minggu selanjutnya terdapat Gross Requirement sebanyak 5.000,
oleh karena itu di minggu ke 4 terdapat Net Requirement sebanyak 1.000, didapat dari
(Gross Requirement Minggu ke 4 - On Hand minggu sebelumnya ),
Sehingga 5.000 - 4.000 = 1.000
BAB 7
PENJADWALAN MESIN
7.1. Penjadwalan Mesin
Program peningkatan produktivitas produksi pada perusahaan-perusahaan yang
bergerak dalam bidang produksi sangatlah penting. Untuk meningkatkan produktivitas ini
perusahaan harus melakukan penjadwalan mesin produksi yang baik. Perusahaan harus
mampu memenuhi permintaan konsumen dalam waktu yang sudah ditentukan. Seringkali
perusahaan mengalami kesulitan dalam menentukan prioritas permintaan konsumen mana
yang harus diproduksi terlebih dahulu.
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam mengurutkan permintaan ini adalah
dengan menggunakan algoritma Jhonson dan Campbell. Algoritma Jhonson dan Campbell
merupakan penjadwalan mesin produksi yang flowshop dan statis yang dapat
meminimumkan makespan untuk pengerjaan produk (N job) dengan berbagai mesin (M
Mesin). Dalam pengerjaan N Jobs 1 Mesin dan N Jobs 2 mesin alternatif yang digunakan
yaitu metode Johnson untuk mesin dengan jumlah diatas dua menggunakan metode
Campbell. Sedangkan metode Campbell merupakan pengembangan dari metode Johnson.

7.2. Penjadwalan Produksi


Penjadwalan secara garis besar berdasarkan urutan proses produksinya dapat
dibedakan dalam 2 macam yaitu Job Shop dan Flow Shop (Masruroh, 2008). Pada kasus ini
perusahaan PT. Tuboware menggunakan penjadwalan berbasis Flow Shop. Di bawah ini
merupakan diagram aliran operasi untuk mesin-mesin yang digunakan dalam pembuatan
tempat kotak tanpa wadah kuah dan kotak makan dengan wadah kuah :

Diagram Aliran Operasi untuk Kotak Makan tanpa wadah kuah :

Diagram Aliran Operasi untuk Kotak Makan dengan wadah kuah :


7.3. Penjadwalan Job pada Mesin
Berikut adalah mesin-mesin yang akan digunakan dalam proses pembuatan kedua tipe
kotak makan :

No. Mesin Pekerjaan

1. Standarisasi
A
2. Mixing

3. B Injection

4. Stretch Blow Molding


C
5. Inspeksi

Sebelum masuk ke perhitungan menggunakan algoritma Campbell kita perlu data


mengenai waktu yang dibutuhkan untuk setiap mesin yang digunakan. Rincian waktu yang
dibutuhkan untuk masing-masing mesin dalam memproduksi 1 unit produk satuan detik
adalah sebagai berikut :
Tabel Kerja Proses Pembuatan Kotak Makan Tanpa Wadah Kuah

Stasiun Kerja Elemen Pekerjaan Waktu (detik)

- Memilih dan melakukkan


Standarisasi standarisasi biji plastik yang akan
digunakkan
30
- Memanaskan biji plastik
Mixing - Mencampurkan zat pewarna dan
zat adiktif
- Memasukkan cairan plastik panas
Injection - Memadatkan sehingga 30
membentuk tabung
- Memasukkan kedalam mesin
Stretch Blow pencetak
Molding - Mesin meniup sesuai dengan
12
model dan desain yang diinginkan
- Memeriksa kadar asam basa
Inspeksi
- Memeriksa apakah plastik berbau

TOTAL 72
Tabel Kerja Proses Pembuatan Kotak Makan Dengan Wadah Kuah

Stasiun Kerja Elemen Pekerjaan Waktu (detik)

- Memilih dan melakukkan


Standarisasi standarisasi biji plastik yang akan
digunakkan
30
- Memanaskan biji plastik
Mixing - Mencampurkan zat pewarna dan
zat adiktif
- Memasukkan cairan plastik panas
Injection - Memadatkan sehingga 60
membentuk tabung
- Memasukkan kedalam mesin
Stretch Blow pencetak
Molding - Mesin meniup sesuai dengan
18
model dan desain yang diinginkan
- Memeriksa kadar asam basa
Inspeksi
- Memeriksa apakah plastik berbau

TOTAL 108

7.4. Perhitungan Algoritma Campbell


Untuk memudahkan perhitungan dengan algoritma Campbell sebaiknya kita
mengubah data waktu untuk tiap-tiap mesin ke dalam satuan jam. Berikut data waktu untuk
mesin A,B dan C dalam satuan jam :

Produk Mesin A Mesin B Mesin C Total

Tanpa Wadah 0,008 0,008 0,003 0,019 ≈ 0,02 jam/unit

Dengan Wadah 0,008 0,01 0,005 0,023 jam/unit ≈ 0,03 jam/unit

Pada RCCP sudah dituliskan bahwa demand pada bulan Januari adalah 7.500 unit untuk
Kotak makan tanpa wadah dan 7.500 unit untuk Kotak makan dengan wadah.
Job Tanpa Wadah (unit) Dengan Wadah (unit)
1 1700 2000

2 1800 1700

3 1800 1800

4 2200 2000

Total 7.500 7.500

Waktu yang dibutuhkan setiap mesin untuk keempat job di bulan pertama :
Job ti,1 (jam) ti,2 ti,3 Total (jam)

1 29,6 33,6 15,1 78,3

2 28 31,4 13,9 73,3

3 28,8 32,4 14,4 75,6

4 33,6 37,6 16,6 87,8

Pada tabel diatas terdapat 4 job yang harus dikerjakan menggunakan mesin A, B, dan
C. Job 1 membutuhkan waktu 78,3 jam, Job 2 membutuhkan waktu 73,3 jam, Job 3
membutuhkan waktu 75,6 jam, dan Job 4 membutuhkan waktu 87,8 jam. Keempat job ini
semuanya harus melalui mesin A, B, dan C dalam proses produksinya. Untuk mengurutkan
keempat job ini digunakan Algoritma Campbell, berikut tabel perhitungan iterasi-nya

Perhitungan Algoritma CDS


K=1 K=2
Job
ti, 1* ti, 2* ti, 1* ti, 2*

1 29,6 15,1 63,2 48,7

2 28 13,9 59,4 45,3

3 28,8 14,4 61,2 46,8

4 33,6 16,6 71,2 54,2

Berdasarkan perhitungan menggunakan algoritma CDS, urutan penjadwalan mesin untuk


K=1 dan K=2 memiliki urutan yang sama yaitu 2 - 3 - 1 - 4 dengan makespan 177 jam.
Berikut adalah grafik Gantt Chart dari penjadwalan untuk memproduksi kedua produk
tersebut :
BAB 8
MANAJEMEN INVENTORY
8.1 Pendahuluan
Pada manajemen inventori ini peneliti mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan dalam membuat produk yang diinginkan. Manajemen inventori sendiri dapat
menjadi suatu dasar pembuatan produk atau barang yang ingin dibuat karena manajemen
inventori membahas mengenai stok yang ada pada gudang. Setiap stok yang dimiliki pasti
akan mempengaruhi produksi barang yang akan dibuat karena produksi sendiri akan
bergantung pada stok material atau bahan baku pembuatan produk tersebut.
Untuk perhitungan inventory sendiri memiliki skenario yaitu menggunakan metode
analisis ABC atau biasa sering disebut analisis Pareto. Pada analisis ini dilakukan pembagian
kategori yaitu dari kategori A yaitu untuk high annual dollar volume dengan 20% inventori
yang mengakomodasi 80% annual dollar volume, kategori B yaitu untuk medium annual
dollar volume dengan 30% inventori yang mengakomodasi 15% annual dollar volume, dan C
yaitu untuk low annual dollar volume dengan 50% inventory yang mengakomodasi 5%
annual dollar volume.

8.2 Material Digunakan


Material yang digunakkan dalam pembuatan kotam makan tanpa wadah kuah dan
kotak makan dengan wadah kuah terbagi menjadi 2 kelompok. Berikut adalah tabel BOM
untuk mengetahui material apa saja yang akan digunakkan.

Material Low Level Code Quantity for 1 unit

Tempat Makan 0 1

Kotak Makan 1 1

Penutup Kotak Makan 1 1

Material Low Level Code Quantity for 1 unit

Tempat Makan 0 1

Kotak Makan 1 1
Penutup Kotak Makan 1 1

Penutup Wadah Kuah 2 1

8.3 Asumsi Harga


Untuk mendapatkan perhitungan data yang sesuai pada Pareto-ABC analysis maka
dibutuhkan asumsi harga untuk material yang dibutuhkan dalam memproduksi kedua produk.
Dari asumsi tersebut kita bisa menghitung annual cost yang dibutuhkan dalam Pareto-ABC
analysis. Berikut adalah asumsi tersebut :

Material Unit Cost/kg

Biji Plastik 6.400

Gambar 8.2.1 Harga Produk dan Komponen

Gambar 8.2.2 Gambar perhitungan biaya biji plastik


8.4 Perhitungan ABC Analisis

8.4.1 Tabel Perhitungan ABC Analisis


BAB 9
DAFTAR PUSTAKA

7 Tipe Plastik: Dari HDPE sampai PVC Dan Jenis Lainnya. (2021, October 13).
Waste4Change. https://waste4change.com/blog/tipe-plastik/
Contoh Aplikasi material requirement planning (Mrp) - Referensi MANAJEMEN OPERASI.
(n.d.). Google Sites.
https://sites.google.com/site/operasiproduksi/contoh-aplikasi-mrp
Khoiri.com: Cara Membuat material requirement planning Di Perusahaan. (n.d.).
khoiri.com.
https://www.khoiri.com/2020/12/cara-membuat-material-requirement-planning-di-pe
rusahaan.html
MRP (Material requirement planning): Cara Kerja, Tujuan Dan Prosedur. (2021, March
29). MAS Software. https://www.mas-software.com/blog/mrp-adalah
Muhyiddin,, M. (n.d.). COVID-19, new normal, Dan Perencanaan Pembangunan Di
Indonesia. Jurnal Perencanaan Pembangunan: The Indonesian Journal of
Development Planning. https://journal.bappenas.go.id/index.php/jpp/article/view/118
Pabrik technoplast - Pembuatan kotak makan Dan botol minum Dari plastik. (n.d.). laptop si
usil.
https://laptopsiusil.blogspot.com/2015/03/pabrik-technoplast-pembuatan-kotak.html
Pamujiningtyas, K. (2018, August 10). Melihat Langsung proses Pembuatan Wadah Plastik
Di Pabrik Technoplast. kumparan.
https://kumparan.com/kumparanfood/melihat-langsung-proses-pembuatan-wadah-pl
astik-di-pabrik-technoplast-1533805270483334521/full
Pengertian material requirement planning (MRP) Dan Fungsinya – EOS Teknologi. (2020,
September 16). EOS Teknologi.
https://eosteknologi.com/pengertian-material-requirement-planning-mrp-dan-fungsin
ya/
Stretch blow molding 101. (n.d.). Glass, Plastic, Metal Bottles and Caps Wholesale -
O.Berk®. https://www.oberk.com/packaging-crash-course/stretch-blow-molding-101
What is bill of materials (BOM)? - Definition from WhatIs.com. (2018, April 30).
SearchERP. https://searcherp.techtarget.com/definition/bill-of-materials-BoM
Sistem Penjadwalan Mesin Produksi Menggunakan Algoritma Johnson dan Campbell (Fifin
Sonata,2014)
Hal-Hal yang Perlu Anda Ketahui Seputar Plastik Polypropylene (PP). (2020, July 30).
Tokoplas.
https://tokoplas.com/blog/plastic/apa-itu-plastik-pp-polypropylene/c2612de6-8de1-1
1eb-8467-7cd30ae46b32

Anda mungkin juga menyukai