Anda di halaman 1dari 13

RESUME JURNAL

REKAYASA LINGKUNGAN DAN K3

KELOMPOK 7
1. AHMAD KHOIRUL (2021250024)
2. ARYA SUMADINATA (2021250025)
3. DINDA ANJELI (2021250026)
4. DWI NEVA ALDO VARIAN ELNINO (2021250027)
5. YAYAN TRI CAHYA (2021250029)
6. RAHMAT SHAFARI ABDILLAH (2021250033)

DOSEN PENGAMPUH: RATIH BANIVA, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua
kehendaknya, tim penyusun berhasil menyelesaikan tugas makalah dengan tepat
waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, semua isi ditulis berdasarkan buku-buku
dan jurnal referensi yang berkaitan dengan Rekayasa Irigasi dan Bangunan Air.
Apabila dalam isi makalah ditemukan kekeliruan atau informasi yang kurang
valid, kami sangat terbuka dengan kritik dan saran yang membangun untuk
diperbaiki selanjutnya.
Dalam kesempatan kali ini saya menyampaikan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya karena telah diberikan-nya kesempatan untuk membuat
makalah ini.

Palembang, 26 Febuari 2024

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................1
BAB II RESUME JURNAL....................................................................................2
2.1 Judul Jurnal................................................................................................2
2.2 Penulis.......................................................................................................2
2.3 Latar Belakang Dalam Jurnal....................................................................2
2.4 Subyek Penelitian Dalam Jurnal................................................................2
2.5 Metode Penelitian Dalam Jurnal...............................................................2
2.6 Hasil Penelitian Dalam Jurnal........................................................................3
2.6.1 Hasil Potensi Air Hujan......................................................................3
2.6.2 Hasil Pembobotan Hirarki Kriteria.....................................................3
2.6.3 Hasil Analisis Kemiringan Lereng.....................................................4
2.6.4 Analisis Tata Guna Lahan..................................................................4
2.6.5 Analisis Jenis Tanah Terhadap Infiltrasi............................................4
2.6.6 Analisis Curah Hujan..........................................................................4
2.6.7 Analisis Pebobotan dan Skoring.........................................................5
2.6.8 Analisis Weighted Overlay.................................................................5
2.7 Kesimpulan Penelitian Dalam Jurnal........................................................5
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................7
3.1 Ringkasan Dari Jurnal...............................................................................7
BAB IV PENUTUP.................................................................................................9
4.1 Kesimpulan................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan penduduk yang pesat di kota-kota besar Indonesia, termasuk
Palembang, menimbulkan masalah seperti peningkatan kebutuhan akan air bersih.
Kota Palembang mengalami kenaikan jumlah penduduk sekitar 1,4% setiap
tahunnya, yang berdampak pada peningkatan kebutuhan air bersih. Saat ini, air
bersih disediakan oleh PDAM dan melalui penggunaan air tanah, namun
pengambilan berlebihan menyebabkan ketersediaan air tanah semakin berkurang.
Eksploitasi ini juga mengakibatkan land subsidence. Peningkatan jumlah
penduduk juga menyebabkan alih fungsi lahan dan banjir, terutama di Palembang.
Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah pemanfaatan dan pengelolaan air hujan
melalui sistem pemanenan (rainwater harvesting/RWH). Palembang memiliki
curah hujan yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air bersih dengan RWH.
Penelitian sebelumnya menunjukkan keuntungan ekonomi dan lingkungan dari
penerapan RWH. Identifikasi potensi harus dilakukan untuk meningkatkan
keberhasilan penerapan RWH.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui Potensi Penggunaan RWH di Kota Palembang.
2. Mengetahui klasifikasi Kawasan Potensial.
3. Mengetahui identifikasi Sub DAS yang Sangat Potensial.
4. Mengetahui identifikasi Sub DAS yang Tidak Potensia.
5. Mengetahui pengklasifikasian Kawasan Berdasarkan Karakteristik Lahan.

1
BAB II
RESUME JURNAL

2.1 Judul Jurnal


Identifikasi kawasan untuk penerapan sistem rainwater harvesting (RWH)
di kota palembang dengan pendekatan geographic information system (GIS).
2.2 Penulis
Imroatul C. Juliana, Febrinasti Alia, M. Ichwanul Falah, dan
Taufik Ari Gunawan.
2.3 Latar Belakang Dalam Jurnal
Pertumbuhan penduduk yang pesat di kota-kota besar Indonesia, termasuk
Palembang, menimbulkan masalah seperti peningkatan kebutuhan akan air bersih.
Kota Palembang mengalami kenaikan jumlah penduduk sekitar 1,4% setiap
tahunnya, yang berdampak pada peningkatan kebutuhan air bersih. Saat ini, air
bersih disediakan oleh PDAM dan melalui penggunaan air tanah, namun
pengambilan berlebihan menyebabkan ketersediaan air tanah semakin berkurang.
Eksploitasi ini juga mengakibatkan land subsidence. Peningkatan jumlah
penduduk juga menyebabkan alih fungsi lahan dan banjir, terutama di Palembang.
2.4 Subyek Penelitian Dalam Jurnal
Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi potenai kawasan yang ada di
Kota Palembang.
2.5 Metode Penelitian Dalam Jurnal
1. Pemilihan Parameter dan Klasifikasi: Penelitian ini memilih parameter yang
relevan, yaitu hujan, kemiringan lereng, kepekaan tanah terhadap infiltrasi (jenis
tanah), dan tata guna lahan.
2. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP): Metode AHP digunakan untuk
memberikan bobot pada parameter-parameter yang dipilih.
3. Analisis Weighted Overlay menggunakan ArcGIS: Setelah pemberian skor dan
pembobotan parameter, dilakukan analisis weighted overlay menggunakan
software ArcGIS.

2
4. Perhitungan Kinerja Sistem RWH: Kinerja sistem RWH dinilai berdasarkan
curah hujan tahunan, kapasitas tangki penyimpanan, dan luas catchment area.
5. Perhitungan Biaya Instalasi Rooftop Rainwater Harvesting: Selain itu,
penelitian juga mempertimbangkan biaya instalasi sistem RWH.
Penelitian ini memberikan gambaran menyeluruh tentang potensi penerapan
sistem RWH di Kota Palembang dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang
relevan dan juga aspek biaya instalasi.
2.6 Hasil Penelitian Dalam Jurnal
2.6.1 Hasil Potensi Air Hujan
potensi pengumpulan air hujan dari atap-atap berbeda di Kota
Palembang dengan curah hujan tahunan rata-rata 2621,4 mm/tahun.
Koefisien volume air hujan yang dapat ditangkap oleh atap (C) adalah 0,8.
Volume air hujan yang dapat ditangkap oleh atap dihitung menggunakan
rumus: Volume air hujan yang ditangkap = luas catchment area atap ×
curah hujan tahunan × C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah air
hujan yang dapat ditampung oleh sistem RWH sebanding dengan ukuran
atap. Semakin besar ukuran atap (catchment area), semakin banyak air
hujan yang dapat ditampung, meningkatkan kinerja sistem RWH. Estimasi
biaya untuk membangun sistem RWH mulai dari Rp.4.014.900,- hingga
Rp.6.500.700,- untuk rumah dengan ukuran atap 36 m2 hingga 100 m2
dan tangki kapasitas 250L hingga 2000L.
1.6.2 Hasil Pembobotan Hirarki Kriteria
Penelitian ini menggunakan metode perbandingan berpasangan untuk
menilai kawasan potensial untuk penerapan sistem pengumpulan air hujan
(RWH) di Kota Palembang. Penelitian sebelumnya telah memberikan
bobot prioritas untuk kriteria seperti jenis tanah, tata guna lahan,
kemiringan lereng, dan curah hujan, dengan susunan hirarki yang
terorganisir.
Dalam analisis konsistensi, nilai Consistency Index (CI) yang diperoleh
adalah 0,045, yang memenuhi syarat konsistensi karena nilainya kurang
dari 0,100. Oleh karena itu, matriks penyunan kriteria dianggap konsisten
untuk digunakan dalam penelitian ini.

3
1.6.3 Hasil Analisis Kemiringan Lereng
Peta kontur diinterpolasi untuk menghasilkan peta digital elevation model
(DEM). DEM disajikan secara digital dalam bentuk ketinggian dari
permukaan bumi. Peta DEM ini akan digunakan untuk menghasilkan peta
kemiringan lereng dengan koordinat 3D (x,y,z). Pemodelan dilakukan
dengan membagi area-area yang terhubung. Area tersebut terbentuk dari
titik-titik pada peta kontur yang dapat berupa hasil interpolasi atau titik
sampel permukaan tanah. Interpolasi menggunakan metode 3D analyst
spatial (slope) akan menghasilkan DEM.
1.6.4 Analisis Tata Guna Lahan
Berdasarkan hasil analisis, pemukiman mendominasi penggunaan lahan di
Kota Palembang dengan luasan sebesar 27,98%.
1.6.5 Analisis Jenis Tanah Terhadap Infiltrasi
Jenis tanah diklasifikasikan menjadi peka, sangat peka, dan tidak peka.
Berdasarkan hasil analisis, sebagian besar jenis tanah di Kota Palembang
termasuk ke dalam klasifikasi tidak peka dengan luas permukaan 45,7%.
Jenis tanah berikutnya diikuti dengan jenis sangat peka 38,3% dan peka
16,02%.
1.6.6 Analisis Curah Hujan
Rerata curah hujan dihitung dari data lima (5) stasiun hujan yaitu Stasiun
Kertapati, Plaju, Klimatogi Palembang, Sultan Mahmud Badarudin II, dan
Sekojo. Masing–masing kawasan di Kota Palembang dikelompokkan
berdasarkan titik koordinat pada peta. Dari pembagian poligon Thiessen
didapat lingkup kawasan pada masing masing stasiun hujan seperti pada
Gambar 7. Berdasarkan hasil analisis, Kota Palembang termasuk kawasan
yang basah karena memiliki curah hujan tahunan 2500-3000 mm/tahun.
Kawasan dengan curah hujan minimal 2500 mm/tahun termasuk ke dalam
kawasan yang potensial untuk penerapan sistem RWH (Juliana dkk, 2017).
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Kota Palembang adalah
kawasan yang potensial untuk penerapan sistem RWH.

4
1.6.7 Analisis Pebobotan dan Skoring
Penentuan kawasan untuk penerapan sistem RWH dianalisis berdasarkan
tingkatan kelas. Tingkatan kelas ini didapat dari perhitungan bobot dan
skoring parameter serta variabel yang mempengaruhi.
1.6.8 Analisis Weighted Overlay
Metode untuk menentukan klasifikasi kawasan untuk penerapan sistem
RWH berdasarkan nilai skor dan bobot setiap parameter dengan
menggunakan analisis weighted overlay. Analisis tersebut
mengklasifikasikan jenis kawasan menjadi kawasan yang sangat potensial,
kawasan potensial, kawasan potensial sedang, dan kawasan tidak
potensial. Kawasan dibagi berdasarkan sub DAS yang ada di Kota
Palembang.
Sebagian besar sub DAS yang berada di bagian tengah dan utara dari Kota
Palembang termasuk ke dalam kawasan yang sangat potensial untuk
penerapan sistem RWH. Sub DAS Buah, Kidul, Sekanak, Sriguna,
Bendung, dan Selinca termasuk dalam kawasan sangat potensial yang
memiliki persentase luasan lebih dari 40%. Sebaliknya, sebagian kecil
kawasan di sub DAS Gandus, sub DAS Gasing, dan sub DAS Lambidaro
termasuk dalam kawasan yang tidak potensial dengan luas masing-masing
13%, 4%, dan 3%.

2.7 Kesimpulan Penelitian Dalam Jurnal


1. Berdasarkan curah hujan, Kota Palembang termasuk wilayah yang memiliki
potensi yang baik untuk penerapan sistem RWH.
2. Sebagian besar kawasan di Kota Palembang termasuk ke dalam klasifikasi
kawasan potensial untuk penerapan sistem RWH. Kawasan sangat potensial dan
kawasan potensial untuk penerapan sistem RWH masing – masing mencapai
persentase luasan 18,17% dan 66,14%. Luas kawasan dengan potensial sedang
dan kawasan tidak potensial sebesar 13,66% dan 2,03%.

5
3. Sub DAS yang termasuk dalam kawasan yang sangat potensial dengan
persentase luasan besar berturut-turut berada di sub DAS Buah, Kidul, Sekanak,
Sriguna, Bendung, dan Selinca.
4. Sub DAS di Kota Palembang yang termasuk dalam kawasan yang tidak
potensial dan memiliki persentase luas yang lebih dari 3% yaitu di sub DAS
Gandus, Gasing, dan Lambidaro.
5. Dengan analisis weighted overlay dapat disimpulkan bahwa kawasan yang
didominasi penggunaan lahan yang padat permukiman, lereng dengan kemiringan
datar, dan memiliki jenis tanah yang tidak peka terhadap infiltrasi diklasifikasikan
ke dalam kawasan yang sangat potensial untuk penerapan sistem RWH. Kawasan
dengan lereng yang datar tetapi memiliki jenis tanah peka dan sangat peka
terhadap infiltrasi termasuk dalam kawasan potensial. Sedangkan kawasan yang
didominasi dengan lereng dengan kemiringan sangat curam dan curam dan tata
guna lahan tidak padat pemukiman termasuk dalam kawasan yang sedang dan
tidak potensial.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Ringkasan Dari Jurnal


Pertumbuhan penduduk yang pesat di Kota Palembang, Indonesia, yang
menyebabkan peningkatan kebutuhan air bersih. Penggunaan berlebihan air tanah
telah mengurangi ketersediaannya dan menyebabkan masalah seperti land
subsidence, alih fungsi lahan, dan banjir. Salah satu solusi yang diusulkan adalah
pemanfaatan sistem pemanenan air hujan (RWH). Penelitian ini mengidentifikasi
potensi penerapan RWH di Palembang dengan hasil sebagai berikut:
1. Potensi Curah Hujan: Kota Palembang memiliki curah hujan yang
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air bersih melalui RWH.

2. Kawasan Potensial RWH: Sebagian besar kawasan di Palembang termasuk


dalam klasifikasi potensial untuk penerapan sistem RWH. Kawasan sangat
potensial dan potensial masing-masing mencakup 18,17% dan 66,14% dari
luas kota, sementara kawasan potensial sedang dan tidak potensial masing-
masing sebesar 13,66% dan 2,03%.

3. Sub DAS Yang Potensial: Beberapa Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) di
Palembang, seperti Buah, Kidul, Sekanak, Sriguna, Bendung, dan Selinca,
termasuk dalam kawasan yang sangat potensial untuk penerapan RWH.

4. Sub DAS Tidak Potensial: Sebaliknya, Sub DAS seperti Gandus, Gasing,
dan Lambidaro di Kota Palembang termasuk dalam kawasan yang tidak
potensial untuk penerapan RWH.

7
5. Analisis Weighted Overlay: Melalui analisis weighted overlay, kawasan
dengan padat pemukiman, lereng datar, dan jenis tanah yang tidak peka
terhadap infiltrasi diklasifikasikan sebagai sangat potensial untuk
penerapan RWH. Kawasan dengan lereng datar tetapi jenis tanah peka
terhadap infiltrasi dianggap potensial. Sementara itu, kawasan dengan
lereng curam dan tata guna lahan yang tidak padat pemukiman dianggap
sedang atau tidak potensial.

Dengan potensi ini, penerapan RWH di Palembang dapat menjadi solusi


yang efektif dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di tengah
pertumbuhan pesat penduduk dan masalah-masalah lingkungan yang dihadapi
kota tersebut.

8
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hasil penelitian dan analisa data dapat diperoleh kesimpulan diantaranya:
1. Berdasarkan curah hujan, Kota Palembang termasuk wilayah yang memiliki
potensi yang baik untuk penerapan sistem RWH.
2. Sebagian besar kawasan di Kota Palembang termasuk ke dalam klasifikasi
kawasan potensial untuk penerapan sistem RWH. Kawasan sangat potensial dan
kawasan potensial untuk penerapan sistem RWH masing – masing mencapai
persentase luasan 18,17% dan 66,14%. Luas kawasan dengan potensial sedang
dan kawasan tidak potensial sebesar 13,66% dan 2,03%.
3. Sub DAS yang termasuk dalam kawasan yang sangat potensial dengan
persentase luasan besar berturut-turut berada di sub DAS Buah, Kidul, Sekanak,
Sriguna, Bendung, dan Selinca.
4. Sub DAS di Kota Palembang yang termasuk dalam kawasan yang tidak
potensial dan memiliki persentase luas yang lebih dari 3%yaitu di sub DAS
Gandus, Gasing, dan Lambidaro.
5. Dengan analisis weighted overlay dapat disimpulkan bahwa kawasan yang
didominasi penggunaan lahan yang padat permukiman, lereng dengan kemiringan
datar, dan memiliki jenis tanah yang tidak peka terhadap infiltrasi diklasifikasikan
ke dalam kawasan yang sangat potensial untuk penerapan sistem RWH. Kawasan
dengan lereng yang datar tetapi memiliki jenis tanah peka dan sangat peka
terhadap infiltrasi termasuk dalam kawasan potensial. Sedangkan kawasan yang
didominasi dengan lereng dengan kemiringan sangat curam dan curam dan tata
guna lahan tidak padat pemukiman termasuk dalam kawasan yang sedang dan
tidak poten.

9
DAFTAR PUSTAKA

Adham, A., Sayl, K. N., Abed, R., Abdeladhim, M. A., Wesseling, J. G., Riksen,
M., Fleskens, L., Karim, U., & Ritsema, C. J. (2018). A GIS-Based
Approach for Identifying Potential Sites for Harvesting Rainwater in The
Western Desert of Iraq. International Soil and Water Conservation
Research, 6(4), 297-304.

Al Amin, M. B., Sarino, & Sari, N. K. (2015). Visualisasi Potensi Genangan


Banjir di Sungai Lambidaro Melalui Penelusuran Aliran Menggunakan
HEC-RAS Studi Pendahuluan Pengendalian Banjir Berwawasan
Lingkungan. Seminar Nasional Teknik Sipil I (SeNaTS I), Universitas
Udayana, Denpasar, 25 April 2015

Bappeda Litbang Kota Palembang, (2017). Standarisasi Harga Satuan Upah,


Bahan Dan Gedung Kota Palembang. Palembang .

BPS Kota Palembang (2018), Kota Palembang dalam Angka 2018. Palembang:
BPS Kota Palembang.

Darmawan, K., Hani’ah, & Suprayogi A. (2017). Analisis Tingkat Kerawanan


Banjir di Kabupaten Sampang Menggunakan Metode Overlay dengan
Scoring Berbasis Sistem Informasi Geografis. Jurnal Geodesi Undip. 6(1),
31-40.

Farreny, R., Gabarrell, X., & Rieradevall, J. (2011). Cost Efficiency of Rainwater
Harvesting Strategies in Dense Mediterranean Neighbourhoods, Journal of
Resources, Conservation and Recycling, 55(7), 686-694.

Mahmoud, S., Alazba, P., Adamowski, J., & El-Gindy, A. (2015). GIS Methods
for Sustainable Stormwater Harvesting and Storage Using Remote Sensing
for LandCover Data – Location Assessment. Environ Monit
Assess.187(9):4822.

10

Anda mungkin juga menyukai