Skenario 1
Seorang anak perempuan umur 5 tahun memiliki riwayat penyakit nyeri pada bagian
perut dan diare campur darah yang dirasakan sudah sejak 6 minggu yang lalu, tanpa disertai
panas. Penderita tidak pernah bepergian ke luar daerah. Pemeriksaan kultur tinja tidak
ditemukan adanya bakteri. Pada anamnesa ditemukan ibu memiliki riwayat penyakit disentri
amoeba dan ditemukan kista setelah pulang bepergian dari India 13 tahun yang lalu. Pada
pemeriksaan tinja ditemukan gambaran parasit yang bergerak.
Kata-kata Sulit
- Disentri
- Kultur tinja
- Kista
Peta Konsep
Struktur Intestinum Crassum tampak ventral, panjangnya sekitar 1.5 m dan terdiri dari 4
bagian:
1. Caecum, dengan appendix vermiformis
2. Colon:
- Colon ascendens
- Colon transversum
- Colon descendens
- Colon sigmoideum
3. Rektum
4. Canalis analis
Diantara colon ascendens dan colon transversum terdapat flexura coli dextra dan flexura coli
sinistra.
Struktur dari intestinum crassum, colon transversum, tampak ventral caudal
1. Dapat terlihat diameter intestinum crassum lebih besar dari intestinum tenue
2. Terdapat taenia, yaitu lapisan otot longitudinal yang ada 3 bagian. Taenia libera, yang
merupakan taenia yang nampak. Mesocolon transversum, yang melekat pada taenia
mesocolica, dan omentum majus yang melekat dengan taenia omentalis
3. Haustrate dan Plica semilunaris
4. Appendices epiploicae
Pada gambar (a) menunjukan pembagian divisio-divisio hepar tampak ventral. Pada gambar
(b) menunjukan pembagian divisio-divisio hepar tampak dorsal.
Gambar ini merupakan segmen-segmen pembagian dari hepar tampat ventral.
Histologi Hepar
(HISTOLOGI DASAR JANQUEIRA ATLAS,12TH EDITION)
Terdapat Trias porta yang bekerja di hepar:
1. Cabang vena porta hepatik: kaya akan nutrien, tetapi miskin oksigen/darah yang toksin
karena vena ini membawa darah balik dari usus halus untuk didetoksifikasi.
2. Cabang arteri hepatika: merupakan arteri yang menyuplai darah kaya akan oksigen ke
hepar.
3. Cabang duktus biliaris: yang akan mengalirkan cairan empedu untuk nantinya menuju
duodenum. Terdapat kanalikuli billiaris pada tempat mengalirnya garam empedu ke
cabang duktus biliaris (dari vena sentralis akan mengalirnya garam empedu ke cabang
duktus biliaris).
Terdapat sinusoid yang akan terlihat di preparat yang mana merupakan tempat vena
porta hepatik dan arteri hepatika akan menuju vena sentralis. vena sentralis dapat bergabung
dengan vena sentralis lainnya dan membentuk vena interlobularis (gabungan antara vena
sentralis) yang akan menuju vena hepatikus - inferior vena cava - atrium dextra. Terlihat juga
adanya sel hepatosit (80% dari keseluruhan lobulus hati).
4. Mahasiswa dapat menjelaskan anatomi histologi pancreas
Anatomi Pankreas (Sobotta Atlas of Anatomy Internal Organs by Jens Waschke, Friedrich
Paulsen 16th eddition)
Gambar Variasi dari persimpangan ductus pancreaticus dan ductus choledocus(biliaris) (a)
menunjukan porsi persimpangan yang panjang (b) dilatasi ampula pada bagian terminal ( c )
menunjukan porsi persimpangan yang pendek (d) persimpangan dengan Pembukaan yang
terpisah (e) pembukaan terpadu dengan septasi saluran umum (f) Gangguan pada ductus
pancreaticus assesorius.
(Gambar 16.14) Gambar pankreas (Pulau Langerhans) dengan pembesaran lebih besar
5. Mahasiswa dapat menjelaskan anatomi histologi rektum
Anatomi Rectum
Rectum dan canalis analis merupakan bagian terakhir dari usus besar. Rectum
merupakan lanjutan dari colon sigmoideum dan dimulai pada vertebra sakralis ke-2 dan 3.
Rectum terletak di dalam calvitas pelvis dan memiliki panjang 12 cm. Rectum dilanjutkan
menjadi canalis analis yang panjangnya 3-4 cm dan dikelilingi dua otot sphingter, M. sphincter
ani externus dan M. sphincter ani internus. Rectum memiliki 3 lipatan lintang yang tidak dapat
teratur.
Secara cranial, rectum akan membentuk konveks dorsal Fleura sacralis dan secara
caudal akan melewati M. levator ani di dasar pelvis membentuk konveks ventral Flexura
perinalis.
Vaskularisasi pada rectum:
1. Arteri
- rectalis superior
- A. rectalis media
- A. rectalis inferior
2. Vena
- V. rectalis superior
- V. rectalis media
- V. rectalis inferior
Histologi Rectum
1. Mukosa
Terdapat 3 lapisan pada mukosa:
• Epitel permukaan lumen adalah epitel silindris selapis dengan striated (brush)
border dan sel goblet.
• Pada lamina propria terdapat kelenjar usus, sel adiposa, dan nodulus limfatik.
• Muskularis mukosa
2. Submukosa
3. Muskularis Eksterna
• Muskularis eksterna memilki lapisan otot polos sirkular dalam dan lapisan
longitudinal luar
• Di antara Kedua lapisan otot polos tersebut terdapat ganglion parasimpatis
pleksus mienterikus Auerbach.
4. Adventisia / Serosa
Sebagian rektum ditutupi oleh adventisia dan sebagian lainnya ditutupi oleh serosa. Di
lapisan adventisia terdapat banyak pembuluh darah.
Perbedaan rectum dan usus besar adalah di usus besar terdapat taeniae, sedangkan di
rektum tidak terdapat taeniae.
• Katup illocaecum
Pada pertemuan antara usus halus dan usus besar terdapat katup iliocaecum.
Bila ada tekanan pada sisi caecum (karena terisi makanan) maka katup akan
berkontraksi sehingga makanan dan bakteri dari usus besar tidak masuk ke usus halus.
Sebaliknya bila ada tekanan pada sisi ileum (ileum berisi makanan yang siap
dialirkan ke caecum) maka katup akan membuka sehingga makanan bisa
dialirkan ke caecum.
Apa fungsi katup iliocaecum?
Untuk menjaga agar usus halus tidak terkontaminasi oleh bakteri. Pada usus
besar terdapat banyak bakteri. Bila bakteri pada kolon masuk ke usus halus yang
mengandung banyak nutrien, maka bakteri akan mudah berkembang biak
7. Mahasiswa mampu menjelaskan proses pencernaan di usus besar
Pencernaan makanan di usus besar
Fungsi utama kolon adalah absorpsi air dan elektrolit kimus untuk membentuk feses
yang padat dan penimbunan bahan feses sampai dapat dikeluarkan.
Setelah makanan dicerna dan nutrien diserap dalam usus halus, sisa makanan yang tidak
tercerna dan serat masuk ke dalam usus besar atau kolon. Makanan yang telah dicerna di usus
kecil memasuki usus besar melalui sfingter ileocecal.
Pada waktu mencapai katup ileosekal, kimus kadang dihambat selama beberapa jam
sampai orang tersebut mengonsumsi makanan yang lain; pada waktu itu, refleks gastroileal
akan meningkatkan peristaltik dalam ileum serta mendorong kimus yang terhambat tadi
melewati katup ileosekal masuk ke dalam sekum pada usus besar.
Kontraksi sfingter ileosekal dan intensitas peristaltik di ileum Terminal juga diatur
secara kuat oleh refleks-refleks dari sekum jadi tekanan atau iritasi kimia yg terjadi di sekum
dapat menghambat peristaltik ileum maupun merangsang sfingter
1. Mencegah aliran Balik isi fekal dari kolon ke dalam usus halus
2. Barier bakteri colon (mencegah kontaminasi usus halus oleh bakteri dari colon)
3. Menahan isi ileum
Selain gerakan mencampur, terdapat juga gerakan massa di colon. gerakan mssa adalah
jenis gerakan peristaltik yang terjadi di dalam usus besar. yang mendorong feses ke arah
rektum.
Gerakan massa ini dipicu oleh refleks gastrokolik dan membantu dalam pengosongan usus
besar.
Colon Asendens:
Colon asendens adalah bagian pertama dari kolon yang bergerak ke atas dari bagian
kanan bawah perut menuju arah abdomen atas. Di colon asendens, sisa-sisa makanan yang
masuk dari usus halus masih dalam bentuk cairan karena belum mengalami penyerapan air
yang signifikan. Proses utama yang terjadi di colon asendens adalah penyerapan kembali air
dan elektrolit dari sisa-sisa makanan yang belum dicerna. Hal ini mengubah konsistensi
makanan dari cairan menjadi lebih padat.
Colon Transversum:
Colon transversum adalah bagian kolon yang melintang di sepanjang perut, di bagian
tengah. Di colon transversum, proses penyerapan air dan elektrolit berlanjut. Selain itu, bakteri
usus besar juga berperan dalam fermentasi sisa-sisa makanan yang kaya serat, menghasilkan
beberapa nutrien tambahan dan gas. Selama perjalanan melintang ini, sisa-sisa makanan
tercampur dengan cairan pencernaan dan nutrien yang diserap dan berbentuk seperti bubur
Colon Desendens:
Colon desendens adalah bagian kolon yang bergerak ke bawah dari abdomen atas ke
panggul kiri. Di colon desendens, proses penyerapan air dan elektrolit terus berlanjut, dan tinja
semakin mengeras dan terbentuk semisemi solid. Pada tahap ini, sebagian besar nutrien telah
diserap, dan sisa-sisa makanan yang tidak tercerna terus bergerak menuju kolon sigmoid.
Colon sigmoid adalah bagian terakhir dari kolon sebelum mencapai rektum. Di colon
sigmoid, tinja yang telah terbentuk dan sudah hampir siap untuk dikeluarkan dari tubuh untuk
proses eliminasi.
Ketika gerakan massa mendorong feses masuk ke dalam rektum, Segera timbul
keinginan untuk defekasi, termasuk refleks Kontraksi rektum dan relaksasi sfingter anus.
Pendorongan massa feses yang terus-menerus melalui anus Dicegah oleh konstriksi tonik dari
(1) sfingter ani internus, dengan penebalan otot polos sirkular sepanjang beberapa sentimeter
yang terletak tepat di sebelah dalam anus, dan (2) sfingter ani eksternus, Yang terdiri atas otot
lurik volunter yang mengelilingi sfingter Internus dan meluas ke sebelah distal. Sfingter
eksternus diatur oleh serat-serat saraf dalam nervus pudendus, yang merupakan bagian sistem
saraf somatis dan karena itu di bawah pengaruh volunter, dalam keadaan sadar atau secara
bawah sadar, sfingter eksternal biasanya secara terus-menerus mengalami konstriksi kecuali
bila ada impuls kesadaran yang menghambat konstriksi.
Referensi :
• Hall, John E., and Arthur C. Guyton. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology.
11th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders, 2006.
Faktor yang sama mengatur sekresi dari empedu dan cairan pancreas juga mengatur
pelepasannya ke usus kecil. Disana mereka melakukan regulasi pencernaan makanan. Hormon-
hormon tersebut termasuk kolesistokinin dan sekretin. Garam empedu sendiri merupakan
stimulus utama untuk meningkatkan stimulasi empedu. Setelah mengonsumsi makanan
berlemak, pada saat sirkulasi enterohepatic mengembalikan sejumlah besar garam empedu ke
dalam hati. Keluaran empedu meningkat drastic.
Sekretin dilepaskan oleh sel-sel usus yang terpapar dengan kimus berlemak
merangsang sel hepatosit untuk mengeluarkan empedu. Ketika proses pencernaan tidak terjadi,
sfingter hepatopankreatik ditutup dan empedu yang dilepaskan mengembalikan saluran ductus
sistikus ke dalam kantong emepdu. Meskipun hati terus memproduksi empedu, cauran empedu
tidak masuk ke usus kecil sampai kandung empedu berkontraksi. Stimulus utama dalam
kontraksi kandung empedu adalah kolesistokinin (CCK). CCK dilepaskan ke darah ketika
kimus yang bersifat asam dan berlemak masuk ke dalam duodenum.
Cairan Empedu
- Asam Empedu
- Kolestrol
- Lecitin
- Protein
- Fosfolipid
- Ion Organik (Na+, K+, Cl- )
- Air
Susunan empedu hepatosit tidak sama dengan kantung empedu.
1. Langkah Pertama :
• Asam Glikolat
• Asam Glikokenodeoksikolat
• Asam Taurokolat
• Asam Taurokenodeoksikolat
• Asam Litokolat
• Asam Deoksikolat
Sirkulasi Enterohepatik
Referensi:
Proses Defekasi
Referensi:
1. Ganong W. F. 19.. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta : EGC
2. Guyton A. C, Hall J. E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC.
Makronutrien
1. Karbohidrat
Karbohidrat juga merupakan sumber kalori yang murah, selain itu beberapa golongan
karbohidrat menghasilkan serat-serat yang sangat bermanfaat sebagai dietary fiber yang
berguna bagi pencernaan dan kesehatan manusia. Dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk
mencegah pemecahan protein tubuh yang berlebihan yang berakibat kepada penurunan fungsi
protein sebagai enzim dan fungsi antibodi, timbulnya ketosis, kehilangan mineral dan berguna
untuk membantu metabolisme lemak dan protein
2. Protein
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini
disamping berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur, protein adalah sumber asam-asam
amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.
1. Telur
Telur merupakan salah satu makanan sumber protein tinggi, dengan protein murni di
bagian putih telurnya. Satu butir telur mengandung sekitar 6 gram protein dan 75 kalori. Selain
itu, telur juga kaya akan kandungan vitamin, mineral, dan lemak tak jenuh.
2. Daging
Daging ayam dan sapi juga kaya akan protein. Dada ayam tanpa kulit merupakan
makanan berprotein tinggi dengan kandungan 280 kalori dan 50 gram protein. Sementara itu,
setiap 85 gram daging sapi tanpa lemak mengandung 25 gram protein dan 185 kalori. Selain
protein, daging sapi dan ayam juga kaya akan zat besi dan vitamin B12.
3. Makanan laut
Makanan laut atau seafood seperti ikan laut, udang, cumi, dan kerang juga termasuk
dalam kategori makanan berprotein tinggi. Pasalnya, dalam seporsi ikan laut seperti salmon
dan tongkol, terkandung 19 gram protein.
Susu dan produk olahannya, seperti keju dan yoghurt, tak hanya mengandung protein
tinggi, namun juga kaya akan kalsium dan vitamin D yang baik untuk kesehatan tulang. Satu
gelas susu mengandung 8 gram protein, sedangkan di dalam 100 gram keju terdapat sekitar 20
gram protein. Sementara itu, 100 gram yoghurt mengandung sekitar 10 gram protein.
5. Jeroan
Jeroan seperti hati sapi mengandung 27 gram protein di tiap 100 gramnya. Kendati
tergolong berprotein tinggi. Bukan hanya dari hewan, protein juga bisa diperoleh dari
tumbuhan. Protein ini disebut protein nabati. Makanan yang merupakan sumber protein nabati
antara lain: Brokoli, Gandum, Biji-bijian, seperti biji chia dan jelai (barley), Kacang-kacangan
seperti kacang polong, kacang almond, kacang tanah, buncis, dan kacang kedelai, Tahu dan
tempe
3) Lemak
Lemak (lipid) adalah sekelompok senyawa heterogen, meliputi lemak, minyak, steroid,
malam (wax) dan senyawa terkait, yang berkaitan lebih karena sifat fisiknya daripada sifat
kimianya. Lipid memiliki sifat umum berupa (1) relatif tidak larut dalam air dan (2) larut dalam
pelarut nonpolar misalnya eter dan kloroform. Senyawa ini penting karena nilai energinya yang
tinggi, vitamin larut-lemak dan asam lemak esensial yang terkandung di dalam lemak makanan
alami. Lemak disimpan di jaringan adiposa, tempat senyawa ini juga berfungsi sebagai isolator
panas di jaringan subkutan dan di sekitar organ tertentu.
Lemak terdiri dari trigliserida, fosfolipid dan sterol yang masing-masing mempunyai
fungsi khusus bagi kesehatan manusia. Sebagian besar (99%) lemak tubuh adalah trigliserida.
Trigliserida terdiri dari gliserol dan asam-asam lemak. Disamping mensuplai energi, lemak
terutama trigliserida, berfungsi menyediakan cadangan energi tubuh, isolator, pelindung organ
dan menyediakan asam-asam lemak esensial. Selain itu juga berfungsi penting dalam
metabolisme zat gizi, terutama penyerapan karotenoid, vitamin A, D, E dan K. Berikut adalah
tabel dari makanan yang mengandung lemak.
Mikronutrien
1. Zat Besi
Zat besi dibutuhkan untuk produksi Hb sehingga jika terjadi anemia zat besi akan
menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan Hb yang rendah,
besi juga merupakan mikronutrien esensial dalam memproduksi hemoglobin. Pada pria dewasa
kurang lebih membutuhkan 1,5 mg per hari dan 1,5-2 mg untuk wanita dewasa.
Akan tetapi Sebagian besar zat besi yang ada dalam makanan adalah dalam bentuk besi
yang tidak larut Fe3+. Lalu Fe3+ akan direduksi menjadi bentuk Fe2+ yang dapat diserap oleh
sitokrom brush border duodenum b-reduktase-1. Setelah dalam keadaan ferro, besi diangkut
melintasi membran brush border melalui transporter logam divalen 1.
Semakin bertambah usia manusia maka akan semakin mengalami penurunan fisiologis
semua fungsi organ termasuk penurunan sumsum tulang yang memproduksi sel darah merah.
Selain itu kemampuan sistem pencernaan dalam menyerap zat- zat yang dibutuhkan oleh tubuh
terutama dalam hal ini adalah Fe juga berkurang, sehingga pada orang tua mudah mengalami
penurunan kadar Hb jika terjadi perdarahan atau ketika melakukan aktivitas berat.
Sumber makanan :
- Daging merah
- Ikan
- Hati
- Bayam
- Tahu
2. Vitamin C
Defisiensi besi adalah masalah yang umum dijumpai, sekitar 10% populasi berisiko
secara genetik mengalami kelebihan besi (hemokromatosis) dan untuk mengurangi risiko efek
samping dari pembentukan nonenzimatik radikal bebas oleh garamm besi, penyerapan diatur
secara ketat.
Besi anorganik diangkut ke sel mukosa oleh pengangkut ion logam divalen terikat-
proton, dan akumulasi intrasel melalui pengikatan dengan feritin. Besi anorganik akan diserap
dalam bentuk Fe2+ (tereduksi) sehingga keberadaan bahan-bahan pereduksi akan
meningkatkan penyerapan. Senyawa yang paling efektif adalah vitamin C, dan walaupun
asupan 40-80 mg vitamin C/hari lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan, namun asupan
20-50 mg untuk sekali makan akan meningkatkan penyerapan besi, terutama pada pengobatan
anemia defisiensi besi dengan menggunakan garam besi. Alkohol dan fruktosa juga
meningkatkan penyerapan besi.
Sumber :
- Jambu
- Bayam
- Jeruk
- Brokoli
3. Asam Folat
Sebagian besar asam folat dari makanan masuk dalam bentuk poliglutamat. Absorpsi
terjadi sepanjang usus halus, terutama di duodenum dan jejunum proksimal dan 50-80% di
antaranya dibawa ke hati dan sumsum tulang. Folat diekskresi melalui empedu dan urin. Di
mukosa usus halus, poliglutamat dari makanan akan dihidrolisis oleh enzim pteroil
poliglutamat hidrolase
Fosfat disimpan sebanyak 85% di tulang dan 14% di dalam sel, yang dimana sangat
penting dalam metabolisme sel. Penyerapan fosfat terjadi terutama di usus kecil dan efisiensi
relatifnya lebih besar di duodenum, lalu jejunum, dan terakhir di ileum. Namun, Sebagian besar
fosfor diserap di jejunum karena ukuran jejunum Panjang.
Anemia megaloblastik adalah suatu keadaan yang ditandai oleh adanya perubahan
abnormal dalam pembentukan sel darah, sebagai akibat adanya ketidaksesuaian antara
pematangan inti dan sitoplasma pada seluruh sel seri mieloid dan eritroid. Anemia
megaloblastik merupakan manifestasi yang paling khas untuk defisiensi folat.
Gambaran darah tepi yang paling sering dihubungkan dengan anemia megaloblastik
adalah makrositosis. Makrositosis yang khas adalah makroovalositosis. Hipersegmentasi
neutrofil merupakan tanda pertama dari anemia megaloblastik di daerah tepi; bila ditemukan
5% neutrofil dengan lobus lebih dari lima kemungkinan adanya defisiensi asam folat
meningkat menjadi 98%.1,22 Pansitopenia dapat juga ditemukan pada anemia megaloblastik
dengan derajat yang bervariasi dan merupakan atribut langsung dari proses hemopoesis yang
inefektif dari sumsum tulang. Sumsum tulang menunjukkan gambaran hiperseluler dengan
hipoplasia seri eritroid. Prekursor eritroid tampak sangat besar yang disebut megaloblas. Pada
seri mieloid dijumpai adanya sel batang dan metamielosit yang sangat besar (giant
metamyelocyte).
Sumber makanan :
12. Mahasiswa mampu menjelaskan Flora normal dan parasite di sistem Gastrointestinal
5. Bakteri Bifidobacteria :
- Bakteri Gram-positif, anaerobik, non-motil, tidak membentuk spora, berbentuk
batang, berpasangan membentuk huruf V atau Y.
- Suhu optimal untuk pertumbuhan Bifidobacterium sp. adalah 37 - 41°C dan pH
optimum antara 6,5 - 7.
- Bifidobacterium sp. yang digunakan sebagai probiotik, yaitu B. infantis, B.
lactis, B. adolescentis, B. bifidum, B. breve, B. longum, B. animalis, dan B.
thermophilum.
- Ditemukan di kolon.
6. Bakteri Bacteroides :
- Bakteri Gram negatif, berkapsul, berbentuk basil, anaerobik obligat, tidak
berspora, motil dengan flagel perithrik.
- Ditemukan di kolon.
Parasit merupakan organisme yang hidup pada organisme lain, yang merugikan inang (hospes),
dengan menyebabkan penyakit.
Parasit pada sistem pencernaan terdiri atas:
• Cacing
• Protozoa
2. Fasciola Hepatica:
- Memiliki panjang 2,5 - 3 cm dan lebar 1,5 cm
- Berbentuk seperti daun pipih
Telur cacing hati dapat memasuki tubuh manusia dengan cara:
- Mengonsumsi tumbuhan ataupun hewan yang terpapar telur Fasciola Hepatica.
- Meminum air yang tercemar
3. Giardia lamblia:
Giardia Lamblia merupana protozoa, yang hidup di air (aquatic), dimana
protozoa tersebut dapat berenang dengan menggunakan flagellata. Protozoa tersebut
dapat menginfeksi manusia dengan mengkonsumsi air yang tercemar, sehingga Giardia
lamblia dapat masuk kedalam usus kecil, dimana protozoa dapat menempel pada sel
epitel usus dan menyebabkan gangguan pada motilitas usus dan juga malabsorbsi
nutrisi.
4. Entamoeba histolytica:
Entamoeba histolytica merupakan protozoa yang dapat menginfeksi manusia
dengan mengonsumsi air dan makanan yang tercemar, ataupun pada saat meminum air
sungai pada saat berenang. Entamoeba histolytica dapat merusak dan menembus
dinding usus yang mengakibatkan kerusakan jaringan.
Referensi:
• PPT dr. Herryanis Homenta, Flora Normal pada Sistem Gastrointestinal, Hepatobilier
dan Pancreas.
• Situ, C., et al. (2017). Soil-Transmitted Helminth Infections: Ascariasis, Trichuriasis,
and Hookworm. The Lancet, 391(10117), 252–265.
• Gardiner, C. H., & Poynton, S. L. (2018). Giardiasis. In: DPDx - Laboratory
Identification of Parasites of Public Health Concern. Centers for Disease Control and
Prevention (CDC).
• Stanley Jr., S. L. (2003). Amoebiasis. The Lancet, 361(9362), 1025–1034.
• Marcos, L. A., & Terashima, A. (2008). The Biology of Fasciola hepatica and Fasciola
gigantica. In: Dalton, J. P. (Ed.), Fasciolosis. CABI Publishing.