Anda di halaman 1dari 39

ENTEROHEPATIK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perubahan besar telah terjadi dalam semua bidang kedokteran selama dekade terakhir
dan disertai dengan makin meningkatnya pemahaman tentang proses biokimia, fisiologi, dan
imunologi yang terlibat dalam proses pembentukan dan fungsi sel darah normal serta
gangguan yang mungkin timbul pada berbagai penyakit.
Ilmu kedokteran terus berkembang, salah satu perkembangan yang terjadi adalah
terbentuknya percabangan ilmu kedokteran. Jika ilmu kedokteran sebelumnya merupakan
seni menyembuhkan penyakit (the art of healing) yang dilaksanakan oleh dokter yang
mampu melayani pasien yang menderita berbagai penyakit, tetapi selain itu juga sebagai
mahasiswa/i kedokteran perlu juga mengetahui dan membahas tentang anatomi dan fisiologi
dari suatu organ yang terdapat dalam tubuh pasien. Oleh sebab itu, sebagai mahasiswa/i
fakultas kedokteran dituntut untuk mengetahui mengenai anatomi dan fisiologi dari organ
tersebut. Dalam makalah kali ini penyusun mencoba menjelasjan mengenai anatomi dan
fisiologi mengenai enterohepatik. Hal ini sangat penting untuk dibahas dalam rangka
menciptakan suatu pembelajaran yang mengahasilkan pelayanan dibidang kesehatan yang
terbaik kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Secara singkat bahwa enterohepatik adalah suatu proses yang berhubungan dengan
organ saluran percernaan (instestinal tenue dan intestinal crassum) serta hepar, pankreas, dan
limpa. Fisiologi dari sistem enterohepatik sangat berhubungan dengan proses pencernaan
didalam tubuh.
Perkembangan ilmu kedokteran yang sangat dinamis sehingga menuntut mahasiswa
untuk terus belajar dan menggali ilmu tanpa mengenal waktu. Hal itu sangat diperlukan
terhadap mahasiswa yang menjadi calon dokter masa depan dinegara Indonesia, jadi dengan
konsep keilmuan yang baik maka lahirlah seorang dokter yang kompeten dan dipercaya oleh
masyarakat, itulah yang merupakan salah satu latar belakang pada penyusun makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang hendak dikaji adalah dalam
makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan siklus enterohepatik?
2. Organ apa saja yang terdapat dalam enterohepatik?
1
ENTEROHEPATIK

3. Apa fungsi dari siklus enterohepatik?


4. Apa saja fase – fase yang terdapat pada siklus enterohepatik?
5. Apa nama pembuluh yang memperdarahi liver, empedu, intestine, ginjal, pankreas,
dan lien?
6. Bagaimana fisiologi dari liver, empedu, intestine, ginjal, pankreas, dan lien?
7. Apakah fungsi dari liver, empedu, intestine, ginjal, pankreas, dan lien?
8. Sebutkan anatomi dari liver, kantong empedu, dan usus?
9. Apakah fungsi dari pewarnaan pada feses dan urine?
10. Mengapa ada bilirubin yang terkonjugasi dan yang tidak terkonjugasi?

1.3. Tujuan Pembahasan


Dalam penyusunan makalah ini tentunya penulis memiliki tujuan yang diharapkan
berguna bagi para pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri. Tujuannya dibagi menjadi
dua, yaitu yang pertama secara umum makalah ini bertujuan menambah wawasan
mahasiswa/i dalam menguraikan suatu persoalan secara holistik dan tepat, dan melatih cara
pemikiran ilmiah. Cara pemikiran ilmiah ini sangat dibutuhkan bagi seorang calon dokter
maupun dokter agar mampu menganalisis suatu persoalan secara cepat dan tepat. Sedangkan
secara khusus tujuan penyusunan makalah ini ialah mahasiswa mampu mengetahui,
memahami, dan menjelaskan mengenai ENTEROHEPATIK yang meliputi:
1. Mengidentifikasi permukaan dan tepi hepar
2. Mengidentifikasi cabang – cabang aorta abdominalis yang memperdarahi hepato
billiar
3. Menyebutkan pembuluh – pembuluh darah yang memperdarahi hati mulai dari vena
porta dan arteri hepatika hingga vena hepatika
4. Menggambarkan anatomi hepar
5. Mengidentifikasi porta hepatis dan organ – organ yang dilaluinya
6. Menjelaskan hubungan dan kedudukan hepar dengan bagian – bagian yang berdekatan
didalam rongga abdomen
7. Menjelaskan bagian – bagian dan letak vesika fellea terhadap organ sekitarnya
8. Memahami struktur dan letak pankreas:
a. Mengidentifikasi bagian dan bangunan pankreas
b. Menjelaskan susunan pankreas
c. Gambarkan saluran pankreas dan menjelaskan pengaruh sumbatan pada ductus
cloedokus / ductus pankreatikus.
2
ENTEROHEPATIK

9. Memahami susunan dan bentuk dari lien:


a. Mengidentifikasi bagian dan bangunan lien secara makroskopisn dan mikroskopis
b. Menjelaskan letak lien dan pengukuran lien
c. Gambarkan alat –alat penggantung lien
10. Memahami fungsi hati dan sebagai alat pembentuk serta pengeluaran empedu:
a. Mampu menjelaskan pembentukan empedu dan pengendaliaannya
b. Mampu menjelaskan pengeluaran empedu dan pengendaliannya serta termasuk
siklus enterohepatik

1.4. Manfaat Pembelajaran

Manfaat pembelajaran dari penulisan makalah ini adalah diharapkan mahasiswa/i


mampu untuk mencapai segala Learning Objective yang telah didapat dan dapat menerapkan
pada saat sudah mendapat gelar dokter dan ditugaskan di instansi kesehatan pemerintah
maupun praktik sendiri.

3
ENTEROHEPATIK

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Skenario

ENTEROHEPATIC CYCLE

4
ENTEROHEPATIK

2.2. Learning Objective


Dari skenario tersebut learning objective yang harus dicapai mahasiswa adalah
mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang ENTEROHEPATIK yang meliputi,
yaitu:
1. Mengidentifikasi permukaan dan tepi hepar
2. Mengidentifikasi cabang – cabang aorta abdominalis yang memperdarahi hepato
billiar
3. Menyebutkan pembuluh – pembuluh darah yang memperdarahi hati mulai dari vena
porta dan arteri hepatika hingga vena hepatika
4. Menggambarkan anatomi hepar
5. Mengidentifikasi porta hepatis dan organ – organ yang dilaluinya
6. Menjelaskan hubungan dan kedudukan hepar dengan bagian – bagian yang berdekatan
didalam rongga abdomen
7. Menjelaskan bagian – bagian dan letak vesika fellea terhadap organ sekitarnya
8. Memahami struktur dan letak pankreas:
a. Mengidentifikasi bagian dan bangunan pankreas
b. Menjelaskan susunan pankreas
c. Gambarkan saluran pankreas dan menjelaskan pengaruh sumbatan pada ductus
cloedokus / ductus pankreatikus.
9. Memahami susunan dan bentuk dari lien:
a. Mengidentifikasi bagian dan bangunan lien secara makroskopisn dan mikroskopis
b. Menjelaskan letak lien dan pengukuran lien
c. Gambarkan alat –alat penggantung lien
10. Memahami fungsi hati dan sebagai alat pembentuk serta pengeluaran empedu:
a. Mampu menjelaskan pembentukan empedu dan pengendaliaannya
b. Mampu menjelaskan pengeluaran empedu dan pengendaliannya serta termasuk
siklus enterohepatik

2.3. Pembahasan Learning Objective


1. Mengidentifikasi Permukaan Dan Tepi Hepar
Hepar menempati bagian terbesar ruangan dalam kuadran kanan atas perut.
Permukaan superior, posterior dan anterior berhubungan dengan bagian bawah dari
diafragma. Permukaan inferior hati tertutup oleh lapisan viseral peritoneum. Hati mempunyai
4 lobus, yaitu lobus kanan adalah lobus yang terbesar, lobus caudatus, lobus quadratus, dan
5
ENTEROHEPATIK

lobus kiri. Daerah- daerah ini dibatasi oleh porta hepatis, yang mengandung vena porta, arteri
hepatika dan saluran empedu. Lobus caudatus terletak disebelah anterior dari porta hepatis,
dan lobus kuadratus disebelah posterior dari porta hepatis.

Hepar adalah organ viseral terbesar didalam tubuh. Hepar memiliki facies
diafragmatica dan facies visceralis (dorsokaudal) yang dibatasi oleh tepi kaudal hepar. Facies
diafragmatica bersifat licin dan berbentuk kubah sesuai dengan cekungan permukaan kaudal
diafragma, tetapi untuk sebagian besar terpisah dari diafragma karena recessus subphrenicus
cavitas peritonealis. Hepar tertutup oleh peritoneum, kecuali disebelah dorsal pada area nuda,
tempat hepar bersentuhan langsung dengan difragma. Area nuda hepar ini dibatasi oeleh
melipatnya peritoneum dari diafragma ke hepar sebagai lembar ventral (kranial) dan lembar
dorsal (kaudal) ligamentum coronarium. Kedua lembar tersebut bertemu disebelah kanan
untuk membentuk ligamentum triangulare. Ke arah kiri lembar – lembar ligamentum
coronarium tercerai dan membatasi area nuda hepar yang berbentuk segitiga. Lembar ventral
ligamentum coronarium disebelah kiri bersinambungan dengan lembar kanan ligamentum
falciforme, dan lembar dorsal bersinambungan dengan lembar kanan omentum minus.
Lembar kiri ligamentum falciforme dan omentum minus bertemu untuk membentuk
ligamentum triangulare sinistrum.

6
ENTEROHEPATIK

Facies visceralis tertutup oleh peritoneum, kecuali pada vesica biliaris (fellea) dan
porta hepatis. Facies visceralis berbatasan dengan:
 Sisi kanan dengan gaster (ventrikulus) (impressio gastrica)
 Bagian kranial (pertama) duodenum (impressio duodenum)
 Omentum minus
 Vesica biliaris (fellea)
 Flexura coli dextra (impressio colica)
 Ren dexter dan glandula suprarenalis dextra (impressio renalis)

Hepar terbagi menjadi lobus hepatis dexter dan lobus hepatis sinister (lobus caudatus
dan lobus quadratus berada di lobus hepatis sinister) yang masing – masing berfungsi secara
mandiri. Masing – masing lobus memiliki perdarahan sendiri dari arteri hepatica dan vena
portae hepatis, dan juga penyaluran darah venosa dan empedu bersifat serupa.
Lobus hepatis dexter dibatasi terhadap lobus hepatis sinister oleh fossa vessicae
biliaris dan sulcus venae cavae pada facies visceralis hepatis, dan oleh sebuah garis khayal
pada permukaan diafragmatik yang melintas dari fundus vesica biliaris (fellea) ke arah vena
cava inferior.
Lobus hepatis sinister mencakup lobus caudatus dan hampir seluruh lobus quadratus.
Lobus hepatis sinister terpisah dari lobus caudatus dan lobus quadratus oleh fissura ligamenti
7
ENTEROHEPATIK

teratis dan fissura ligamenti venosi pada facies visceralis, dan oleh perlekatan ligamentum
teres hepatis pada facies diafragmatica.
Ligamentum teres hepatis adalah sisa vena umbilicalis yang mengalami obliterasi, dan
semula mengantar darah yang kaya oksigen dari plasenta ke janin. Ligamentum venosum
adalah sisa ductus venosus fetal yang menjadi jaringan ikat, dan semula memintaskan darah
dari vena umbilikalis ke vena cava inferior tanpa melalui hepar.
Omentum minus yang meliputi trias portal (vena portae hepatis, ductus choledochus
(biliaris), dan arteri hepatica propia di porta hepatis) melintas ke curvatura gastrica
(ventricularis) minor dan bagian pertama duodenum sepanjang 2 cm. Bagian duodenum
minus antara hepar dan gaster (ventricularis) disebut Ligamentum hepatogastricum, dan
bagian antara hepar dan duodenum ligamentum hepatoduodenale. Sisi bebas omentum minus
meliputi trias portal, beberapa kelenjar limfe dan pembuluh limfe, dan pleksus saraf hepatik.

2. Mengidentifikasi Cabang – Cabang Aorta Abdominalis Yang Memperdarahi


Hepato Billiar
Berikut adalah cabang – cabang aorta abdominalis yang memperdarahi hepato biliaris.

8
ENTEROHEPATIK

Ini adalah sambungan dari skema cabang – cabang aorta abdominalis yang merupakan
sambungan dari Triple Hallery yaitu arteri hepatica komunis dan arteri lienalis serta arteri
ileocolica, yaitu:

3. Menyebutkan Pembuluh – Pembuluh Darah Yang Memperdarahi Hati Mulai


Dari Vena Porta Dan Arteri Hepatika Hingga Vena Hepatika
Berikut adalah gambar pembuluh – pembuluh darah yang memperdarahi hati mulai
dari vena porta dan arteri hepatika hingga vena hepatika.

9
ENTEROHEPATIK

a. Arteri Abdominalis

10
ENTEROHEPATIK

b. Vena Porta Hepatis

11
ENTEROHEPATIK

c. Vena Porta Hepatis

12
ENTEROHEPATIK

4. Menggambarkan Anatomi Hepar

Permukaan atas terletak bersentuhan di bawah diafragma, permukaan bawah terletak


bersentuhan di atas organ-organ abdomen. Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan intra
abdominal dan dibungkus oleh peritoneum kecuali di daerah posterior-superior yang
berdekatan dengan vena cava inferior dan mengadakan kontak langsung dengan diafragma.
Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum disebut bare area. Terdapat refleksi peritoneum
dari dinding abdomen anterior, diafragma dan organ-organ abdomen ke hepar berupa
ligamentum.
Berikut adalah macam-macam ligamentum – ligamentum dari hepar, yaitu:
a. Ligamentum falciformis: menghubungkan hepar ke dinding antara abdomen dan
terletak di antara umbilicus dan diafragma.
b. Ligamentum teres hepatis: round ligament, merupakan bagian bawah ligamentum
falciformis yang merupakan sisa-sisa peninggalan vena umbilicalis yg telah menetap.
c. Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis: merupakan bagian dari
omentum minus yang terbentang dari curvatura minor lambung dan duodenum sebelah
proximal ke hepar. Di dalam ligamentum ini terdapat arteri hepatica, vena porta dan
ductus choledocus communis. Ligamen hepatoduodenale turut membentuk tepi
anterior dari Foramen Wislow.
d. Ligamentum Coronaria Anterior kiri – kanan dan Ligamen coronaria posterior kiri-
kanan: merupakan refleksi peritoneum terbentang dari diafragma ke hepar.
e. Ligamentum triangularis kiri – kanan: Merupakan fusi dari ligamentum coronaria
anterior dan posterior dan tepi lateral kiri kanan dari hepar.

Secara anatomis, organ hepar tereletak di hipokondrium kanan dan epigastrium, dan
melebar ke hipokondrium kiri. Hepar dikelilingi oleh cavum toraks dan bahkan pada orang
normal tidak dapat dipalpasi (bila teraba berarti ada pembesaran hepar). Permukaan lobus
kanan dapat mencapai sela iga 4/ 5 tepat di bawah aerola mammae.

13
ENTEROHEPATIK

Berikut adalah anatomi dari hepar dilihat dari berbagai posisi, yaitu:

14
ENTEROHEPATIK

5. Mengidentifikasi Porta Hepatis Dan Organ – Organ Yang Dilaluinya

15
ENTEROHEPATIK

6. Menjelaskan Hubungan Dan Kedudukan Hepar Dengan Bagian – Bagian Yang


Berdekatan Didalam Rongga Abdomen
Kandung empedu dan saluran empedu ekstrahepatik menghubungkan hati dengan
tractus gastrointestinalis, sehingga merupakan penghubung penting sirkulasi enterohepatik.
Empedu dihasilkan oleh sel hati kedalam saluran empedu, yaitu mengalir kedalam duodenum.
Diantara makan, orifisium duodenum duktus ini tertutup dan empedu mengalir kedalam
vesika fellea, tempat ia disimpan. Bila makanan memasuki mulut, sfingter sekeliling orifisium
relaksasi, bila isi lambung memasuki duodenum maka hormon CCK (kolesistikinin) dari
mukosa usus menyebabkan vesica fellea berkontraksi. Duktus cystikus mendrainase vesica
fellea, dan duktus hepatikus bersatu dengan duktus cystikus untuk membentuk duktus
choledochus. Dan kemudian memasuki duodenum pada papila duodenum.
Dan berikut jika dibagi menurut arahnya, yaitu:
 Ke anterior : dari kanan ke kiri: colon transversum dan perlekatan mesocolon transversum,
bursa omentalis, dan gaster.
 Ke posterior : dari kanan ke kiri: ductus choledochus, vena portae hepatis dan vena lienalis,
vena cava inferior, aorta, pangkal arteria mesenterica superior, musculus psoas major sinistra,
glandula suprarenalis sinistra, ren sinister, dan hilum lienale.

7. Menjelaskan Bagian – Bagian Dan Letak Vesika Fellea Terhadap Organ


Sekitarnya

Kandung empedu adalah kantung muskular hijau berbentuk menyerupai


buah pir dengan panjang 10 cm. Organ ini terletak dilekukan dibawah lobus kanan hati.
Kapasitas total kantung empedu kurang lebih 30 ml hingga 60 ml dan dalam keadaan
terobstruksi dapat menggembung sampai 300 cc. Organ ini terletak dalam suatu fosa yang
menegaskan batas anatomi antara lobus hati kanan dan kiri. Bagian ekstrahepatik dari
kandung ampedu ditutupi oleh peritoneum.

Kedudukan kandung empedu bervariasi terhadap kedudukan hati. Fundus kandung


empedu terletak khas pada tepi lateral m. Rektus abdominis dexter, agak di bawah tepi kosta.
Vesica biliaris (fellea) memiliki kemampuan menampung empedu sebanyak 30-50 ml dan
menyimpannya yang secara terus menerus disekresi oleh sel – sel hati, hingga diperlukan
dalam duodenum serta pelepasannya dirangsang oleh CCK, serta memekatkannya dengan
cara mengabsorspi air dan elektrolit, dengan demikian, kandung ini mampu menampung hasil
12 jam sekresi empedu hati. Vesica biliaris dibagi menjadi:
16
ENTEROHEPATIK

a. Fundus vesicae biliaris: berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah margo
inferior hepar, penonjolan ini merupakan tempat fundus bersentuhan dengan dinding
anterior abdomen setinggi ujung kartilago costalis IX dextra.
b. Corpus vesicae biliaris: terletak dan berhubungan dengan facies visceralis hepar dan
arahnya ke atas, belakang, dan kiri.
c. Collum vesicae biliaris: melanjutkan diri sebagai ductus cysticus yang berbelok
kedalam omentum minus dan bergabung dengan sisi kanan ductus hepaticus
comunisuntuk membentuk ductus choledochus.
d. Leher Kandung Empedu: merupakan leher dari kandung empedu yaitu saluran yang
pertama masuknya getah empedu ke badan kandung empedu lalu menjadi pekat
berkumpul dalam kandung empedu.
e. Duktus Sistikus: panjangnya kurang lebih 3 ¾ cm berjalan dari leher kandung empedu
dan bersambung dengan duktus hepatikus membentuk saluran empedu ke duodenum
f. Duktus Hepatikus : saluran yang keluar dari leher kandung empedu.
g. Ductus choledochus: saluran yang membawa empedu ke duodenum dan merupakan
persambungan dari duktus sistikus dan duktus hepatikus.

Kantung empedu adalah tempat penyimpanan empedu. Empedu diproduksi oleh sel
hepatosis sebanyak 500-1500 ml per hari dan memasuki kanalikuli empedu yang kemudian
menjadi duktus hepatika dexter dan sinister. Duktus hepatika menyatu untuk membentuk
duktus hepatik komunis yang kemudian menyatu dengan duktus sistikus dari kandung
empedu dan keluar dari hati sebagai duktus empedu komunis. Duktus empedu komunis,
bersama dengan duktus pankreas (papilla duodeni major), bermuara di duodenum atau
dialihkan untuk penyimpanan di kandung empedu.

Di luar waktu makan, empedu disimpan sementara di dalam kandung empedu. Dan
disini mengalami pemekatan sekitar 50 persen. Pengaliran cairan empedu di atur tiga faktor,
yaitu sekresi empedu oleh hati, kontraksi kandung empedu dan tahanan sfingter koledukus.
Cairan empedu merupakan cairan yang kental yang berwarna kuning keemasan kehijauan
yang dihasilkan secara terus menerus oleh sel hepar kurang lebih 500-1000 ml sehari.
Empedu merupakan zat esensial yang diperlukan dalam pencernaan dan penyerapan lemak.
Komposisi dari empedu itu sendiri adalah larutan kuning berwarna kehijauan yang terdiri dari
97% air, pigmen empedu (terdiri dari biliverdin dan bilirubin) yang merupakan hasil
penguraian hemoglobin, dan garam – garam empedu (terbentuk dari asam empedu yang

17
ENTEROHEPATIK

berikatan dengan kolesterol dan asam amino). Cairan empedu merupakan suatu media untuk
menyekresi zat tertentu yang tidak dapat disekresi oleh ginjal.

Berikut adalah anatomi dari vesica biliaris (fellea) secara keseluruhannya, yaitu:

Empedu melakukan dua fungsi penting, yaitu :

a. Empedu memainkan peranan penting dalam pencernaan dan absorbsi lemak, bukan
karena enzim dalam empedu yang menyebabkan pencernaan lemak, tetapi karena
asam empedu dalam empedu melakukan dua hal, yaitu :
b. Asam empedu membantu mengelmusikan partikel-partikel lemak yang besar dalam
makanan menjadi banyak partikel kecil, permukan partikel tersebut dapat disinergikan
oleh enzim lipase yang disekresikan dalam getah pankreas, dan asam empedu
membantu absorbsi produk akhir lemak yang telah dicerna melalui membrane mukosa
intestinal.

18
ENTEROHEPATIK

c. Empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengeluarkan beberapa produk buanganyang
penting dari darah. Hal ini terutama meliputi bilirubin, suatu produk akhir
daripenghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol.

Pengosongan kandung empedu peran perangsangan kolesistokinin (CCK). Ketika


makanan mulai dicerna didalam traktus gastro intestinal bagian atas, kandung empedu mulai
dikosongkan, terutama sewaktu makanan berlemak mencapai duodenumsekitar 30 menit
setelah makan. Mekanisme pengosongan kandung empedu adalah kontraksi ritmis dinding
kandung empedu, tetapi pengosongan yang efektif jugamembutuhkan relaksasi yang
bersamaan dengan. Sfincter oddi, yang menjaga pintu keluar duktus biliaris komunis kedalam
duodenum.

8. Memahami Struktur Dan Letak Pankreas:


a. Mengidentifikasi Bagian, Bangunan, dan Susunan Pankreas

19
ENTEROHEPATIK

Pankreas adalah sebuah kelenjar saluran pencernaan yang berbentuk memanjang


dan terletak melintang pada dinding abdomen dorsal, dorsal terhadap gaster (ventrikulus).
Mesokolon transversum meluas sampai pada tepi ventral pankreas. Pankreas menghasilkan:
 Sekret eksokrin (getah pankreas) yang dicurahkan kedalam duodenum melalui
ductus pankreaticus
 Sekret endokrin (glukagon dan insulin) yang dicurahkan langsung kedalam darah

Caput pankreatis, terletak dalam lengkungan duodenum, memiliki bagian yang


menunjol kearah kranial sinister, dorsal dari pembuluh mesentrika superior, dan dikenal
sebagai processus uncinatus. Kearah dorsal caput pankreatis berbatas langsung dengan vena
cava inferior, arteri renalis dextra dan vena renalis dextra dan vena renalis sinistra. Ductus
choledochus yang melintas ke duodenum, terletak dalam alur pada permukaan dorsokranial
caput pankreatis.
Collum pankreatis, berada disebelah dorsal beralur, disebabkan oleh pembuluh
mesenterika superior. Permukaan ventralnya tertutup oleh peritoneum dan berbatas pada
pylorus. Persatuan vena mesenterika superior dengan vena splenica (lienalis) menjadi vena
portae hepatis terdapat dorsal dari collum pankreatis.
Corpus pankreatis, meluas ke kiri dengan melintasi aorta dan vertebra L2, dorsal
dari bursa omentalis. Corpus pankreatis berhubungan erat dengan pembuluh splenica
(lienalis). Permukaan ventral pankreas tertutup oleh peritoneum dan turut membentuk
palungan gaster (ventrikulus / stomach bed). Permukaan dorsal pankreas yang sama sekali
tidak memiliki lapisan peritoneum, berhubungan dengan aorta, arteri mesenterika superior,
glandula supranalis sinistra dan ren sinistra serta pembuluh renalis.
Cauda pankreatis, terletak diantara kedua lembar ligamentum splenorenale
(lieorenale) bersama pembuluh splenica (lienalis). Ujung cauda pankreatis biasanya
menyentuh hilum splenicum.
Ductus pankreaticus, berawal dalam cauda pankretis dan melalui massa kelenjar ke
caput pankreatis untuk membelok ke kaudal dan mendekati duktus choledochus (biliaris).
Biasanya kedua ductus ini bersatu, membentuk ampulla hepatopankreatica, sebuah pelebaran
pendek yang bermuara melalui duktus bersama kedalam duodenum pada puncak papilla
duodeni major. Musculus sphincter ductus pancriatici mengitari bagian akhir duktus
pankreticus (ductus Wirsung). Terdapat juga musculus sphincter ampullae
hepatopankcreaticae (sphinter Oddi) mengitari ampulla hepatopankreatica. Kedua sphincter
tersebut mengatur aliran empedu dan getah pankreas kedalam duodenum.
20
ENTEROHEPATIK

Ductus pankreaticus accessorius (ductus Santorini), menyalurkan getah pankreas


dari processus uncinatus dan bagian kaudal caput pankreatis. Secara khas pipa ini bermuara
ke dalam duodenum pada papilla duodeni minor.
Arteri – arteri pankreas berasal dari arteri pankreaticoduodenalis. Hingga 10 cabang
arteria splenica (lienalis) mengantar darah kepada corpus pankreatis dan cauda pankreatis.
Arteria pankreaticoduodenalis anterior dan arteria pankreaticoduodenalis posterior, yakni
cabang arteria gastroduodenalis dan ramus anterior arteria pankreaticoduodenalis inferior dab
ramus posterior arteria pankreaticoduodenalis inferior, yakni cabang arteria mesenterika
superior, mengantar darah kepada caput pankreatis. Vena – vena pankreatis menyalurkan
darah ke vena portae hepatis, vena splenica (lienalis) dan vena mesenterica superior, tetapi
yang terbanyak ke vena slenica (lienalis).

b. Gambarkan Saluran Pankreas Dan Menjelaskan Pengaruh Sumbatan Pada


Ductus Coledokus / Ductus Pankreatikus.

Berikut adalah salah satu pengaruh atau kelainan jika terjadi sumbatan didalam saluran
pankreas, yaitu pankreatitis. Pankreatitis Akut (Radang Pankreas) adalah peradangan pankreas
yang terjadi secara tiba-tiba, bisa bersifat ringan atau berakibat fatal. Secara normal pankreas
mengalirkan getah pankreas melalui saluran pankreas (duktus pankreatikus menuju ke usus
dua belas jari (duodenum). Getah pankreas ini mengandung enzim-enzim pencernaan dalam
21
ENTEROHEPATIK

bentuk yang tidak aktif dan suatu penghambat yang bertugas mencegah pengaktivan enzim
dalam perjalanannya menuju ke duodenum. Sumbatan pada duktus pankreatikus (misalnya
oleh batu empedu pada sfingter Oddi) akan menghentikan aliran getah pankreas. Biasanya
sumbatan ini bersifat sementara dan menyebabkan kerusakan kecil yang akan segera
diperbaiki. Namun bila sumbatannya berlanjut, enzim yang teraktivasi akan terkumpul di
pankreas, melebihi penghambatnya dan mulai mencerna sel-sel pankreas, menyebabkan
peradangan yang berat. Kerusakan pada pankreas bisa menyebabkan enzim keluar dan masuk
ke aliran darah atau rongga perut, dimana akan terjadi iritasi dan peradangan dari selaput
rongga perut (peritonitis) atau organ lainnya.

9. Memahami Susunan Dan Bentuk Dari Lien:


a. Mengidentifikasi Bagian Dan Bangunan Lien Secara Makroskopis Dan
Mikroskopis
Splen (Lien) adalah organ limfatik terbesar dan terletak dalam kuadran kiri atas.
Ukuran dan bentuknya amat variabel, tetapi biasanya ukuran panjang splen (lien) kira – kira
12 cm dengan lebarnya sekitar 7 cm (kira – kira seukuran sarung tinju). Permukaan yang
menghadap diafragma, berbentuk cembung sesuai dengan cekungan diafragma. Tepi ventral
dan tepi kranial bersifat tajam dan seringkali bertakik, sedangkan tepi dorsal dan tepi kaudal
bersifat tumpul. Biasanya splen (lien) mengandung cukup banyak darah yang pada waktu –
waktu tertentu dialirkan ke dalam peredaran darah umum berkat kontraksi otot – otot polos
dalam simpai (kapsul) dan trabekula splen (lien). Splen (lien) bersentuhan pada dinding dorsal
gaster (ventriculus) dan berhubungan dengan curvatura gastrica (ventriculus) major melalui
ligamentum gastrosplenicum (gastrolienale), dan dengan ren sinister melalui ligamentum
splenorenale (lienorenale). Ligamentum- ligamentum ini melekat pada permukaan medial
hilum renale, tempat masuknya cabang arteria splenica (lienalis). Kecuali di hilum splenicum,
seluruh splen (lien) terbungkus oleh peritoneum. Hilum splenicum berhubungan dengan
cauda pankreatis.
Arteri splenica (lienalis), cabang truncus coeliacus yang paling besar, melintas
dorsal dari bursa omentalis dan ventral terhadap ren sinister berliku – liku mengikuti tepi
kranial pancreas. Antara kedua lembar ligamentum splenorenale (lienorenale) arteria splenica
(lienalis) melepaskan lima atau lebih cabang yang memasuki hilum splenicum. Vena splenica
(lienalis) terbentuk dari persatuan beberapa anak cabang yang keluar dari hilim splenicum.
Vena mesenterica inferior bergabung dengan vena splenica (lienalis) dan selanjutnya hampir
seluruh lintasan vena splenica (lienalis) terdapat dorsal dari corpus pankreatis dan cauda
22
ENTEROHEPATIK

pankreatis. Dorsal dari collum pankreatis vena splenica (lienalis) bersatu dengan vena
mesenterica superior untuk membentuk vena portae hepatis.
Limpa dikelilingi oleh suatu simpai jaringan ikat padat yang menjadi asal trabekula,
yang sebagian membagi – bagi parenkim atau pulpa limpa. Trabekula besar berasal dari
hilum, pada permukaan medial limpa; trabekula ini membawa saraf dan arteri ke dalam pulpa
limpa serta vena yang membawa darah kembali kedalam sirkulasi. Pembuluh limfe yang
terbentuk di pulpa limpa juga meninggalkan hikum melalui trabekula.
Berikut adalah anatomi dari splen (lien) dilihat dari berbagai sudut, yaitu:

23
ENTEROHEPATIK

b. Menjelaskan Letak Lien Dan Pengukuran Lien


Untuk menentukan pengukuran lien dalam makalah ini kami merangkannya dalam
bentuk pemeriksaan fisik abdomen. Berikut adalah pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
menentukan pengukuran lien, yaitu:
Keadaan yang penting diperhatikan sewaktu pemeriksaan
1. Cahaya ruangan cukup baik
2. Pasien harus relak
3. Pakaian harus terbuka dari processus xyphoideus sampai sympisis pubis.

Untuk mendapatkan relaksasi dari pasien adalah :


1. Vesica urinaria harus dikosongkan lebih dahulu
2. Pasien dalam posisi tidur dengan bantal dibawah kepala dan lutut pada posisi fleksi
(bila diperlukan)
3. Kedua tangan disamping atau dilipat diatas dada. Bila tangan diatas kepala akan
menarik dan menegangkan otot perut
4. Telapak tangan pemeriksa harus cukup hangat, stetoskop juga cukup hangat, dan kuku
harus pendek. Dengan jalan menggesek gesekan tangan akan membuat telapak tangan
jadi hangat.
5. Suruh pasien menunjukkan tempat/area yang sakit , dan periksa area ini paling
terakhir. Lakukan pemeriksaan perlahan lahan, hindari gerakan yang cepat dan tak
diinginkan Jika perlu ajak pasien berbicara sehingga pasien akan lebih relak. Jika

24
ENTEROHEPATIK

pasien sangat sensitif dan penggeli mulailah palpasi dengan tangan pasien sendiri
dibawah tangan pemeriksa kemudian secara perlahan lahan tangan pemeriksa
menggantikan tangan pasien
6. Perhatikan hasil pemeriksaan dengan memperhatikan rawut muka dan emosi pasien.

 INSPEKSI
Inspeksi abdomen dari posisi berdiri disebelah kanan pasien. Bila akan melihat
contour abdomen dan memperhatikan peristaltik, maka sebaiknya duduk atau jongkok
sehingga abdomen terlihat dari samping (tangensial) Apa yang diinspeksi :
1. Kulit . Lihat apakah ada jaringan parut. Terangkan lokasinya , striae, dilatasi vena
2. Umbilikus : Lihat contour dan lokasinya, tanda tanda peradangan dan hernia
umbilikalis.
3. Kontour dari abdomen. Apakah datar ( flat ), gembung ( protuberant), “rounded”
Scaphoid, ( concave atau hollowed). Juga dilihat daerah inguinal dan femoral.
4. Simetrisitas dari abdomen
5. Adanya organ yang membesar. Pada saat pasien bernafas perhatikan apakah hepar
membesar atau limpa membesar turun dibawah arcus costarum .
6. Apakah ada massa /tumor
7. Lihat Peristaltik usus. Peristaltik usus akan terlihat dalam keadaan normal pada orang
sangat kurus. Bila ada obstruksi usus perhatikan beberapa menit.
8. Pulsasi. Dalam keadaan normal pulsasi aorta sering terlihat di regio epigastrica.

 PALPASI
Palpasi superficial berguna untuk mengidentifikasi adanya tahanan otot (muscular
resistance), nyeri tekan dinding abdomen, dan beberapa organ dan masa yang superficial.
Dengan tangan dan lengan dalam posisi horizontal, mempergunakan ujung – ujung jari
cobalah gerakan yang enteng dan gentle. Hindari gerakan yang tiba tiba dan tidak diharapkan.
Secara pelan gerakkan dan rasakan seluruh kwadran. Identifikasi setiap organ atau massa,
area yang nyeri tekan, atau tahanan otot yang meningkat (spasme). Gunakanlah kedua telapak
tangan, satu diatas yang lain pada tempat yang susah dipalpasi. ( contoh, pada orang gemuk).
Palpasi dalam dibutuhkan untuk mencari massa dalam abdomen. Dengan menggunakan
permukaan palmaris dari jari-jari anda, lakukanlah palpasi diseluruh kwadran untuk
mengetahui adanya massa, lokasi, ukuran, bentuk, mobilitas terhadap jaringan sekitarnya dan
nyeri tekan. Massa dalam abdomen dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara: fisiologis
25
ENTEROHEPATIK

seperti uterus yang hamil; inflamasi seperti divertikulitis kolon, pseudokista pancreas;
vascular seperti aneurysma aorta; neoplastik seperti mioma uteri, kanker kolon atau kanker
ovarium atau karena obstruksi seperti pembesaran vesika urinaria karena retensi urin.

Penilaian Adanya Iritasi Peritoneum


Nyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen, terutama bila disertai dengan spasme otot
dinding perut akan menyokong adanya inflamasi dari peritoneum parietal. Tentukan lokasinya
secara akurat dan tepat. Sebelum melakukan palpasi, suruh pasien batuk dan menunjukkan
dengan satu jari lokasi nyeri tersebut, kemudian palpasi tempat tersebut secara gentel. Dan
carilah adanya nyeri tekan lepas. Caranya dengan menekankan jari-jari secara lambat pada
dinding perut, kemudian tiba- tiba dilepaskan. Bila waktu jari tangan dilepaskan
menyebabkan nyeri yang tidak hanya nyeri tekan, maka disebut nyeri lepas positif.

Palpasi Hepar / Hati


Letakkan tangan kiri anda dibawah dan dorong setinggi iga 11 dan 12 pada posisi pasien
tidur telentang. Suruh pasien relak. Dengan cara menekan tangan kiri kearah depan maka
hepar akan mudah diraba dengan tangan kanan dianterior. Letakkan tangan kanan pada perut
sebelah kanan, lateral dari muskulus rektus dengan ujung jari dibawah dari batas pekak hepar.
Posisikan jari-jari ke arah cranial atau obliq, tekanlah ke bawah dan ke atas. Suruh pasien
mengambil nafas dalam. Usahakan meraba hepar pada ujung jari karena hepar akan bergerak
ke caudal. Jika kamu telah merabanya, lepaskan tekanan palpasi sehingga hepar dapat
bergeser dibawah jari-jari anda dan anda akan dapat meraba permukaan anterior dari hepar (
gambar 7). Pinggir hepar normal teraba lunak, tajam, dan rata. Hitunglah pembesaran hepar
dengan menggunakan jari-jari pemeriksa
- jarak antara arkus kostarum dengan pinggir hepar terbawah
- antara prosesus xyphoideus dengan pinggir hepar terbawah

Cara lain meraba hepar dengan metode “Teknik Hooking” adalah dengan cara pemeriksa
berdiri pada sebelah kanan pasien. Letakkan kedua tangan pada perut sebelah kanan, dibawah
dari pinggir pekak hepar. Tekankan dengan jari-jari mengarah ke atas dan pinggir costa.
Suruh pasien bernafas abdomen dalam, akan teraba hati.

26
ENTEROHEPATIK

Teknik Hooking

Palpasi Limpa (Spleen / Lien)


Dalam menentukan pembesaran limpa secara palpasi, teknik pemeriksaannya tidak
banyak berbeda dengan palpasi hati. Pada keadaan normal limpa tidak teraba. Limpa
membesar mulai dari lengkung iga kiri, melewati umbilikus sampai regio iliaka kanan. Seperti
halnya hati, limpa juga bergerak sesuai dengan gerakan pernapasan. Palpasi dimulai dari regio
iliaka kanan, melewati umbilikus di garis tengah abdomen, menuju ke lengkung iga kiri.
Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan garis Schuffner (disingkat dengan ’S’), yaitu
garis yang dimulai dari titik lengkung iga kiri menuju ke umbilikus dan diteruskan sampai ke
spina iliaka anterior superior (SIAS) kanan. Garis tersebut dibagi menjadi 8 bagian yang sama
yaitu S1 sampai dengan S8. Palpasi limpa dapat dipermudah dengan cara memiringkan
penderita 450 ke arah kanan (ke arah pemeriksa). Setelah tepi bawah limpa teraba, kemudian
dilakukan deskripsi pembesarannya. Untuk meyakinkan bahwa yang teraba tersebut adalah
limpa, maka harus diusahakan meraba insisuranya.
Letakkan tangan kiri anda dibawah dari arkus kostarum kiri pasien, dorong dan
tekan kearah depan. Dengan tangan kanan dibawah pinggir costa, tekan kearah limpa.
Mulailah palpasi pada posisi limpa yang membesar. Suruh pasien nafas dalam kemudian
usahakan meraba puncak atau pinggir dari limpa karena limpa turun mengenai ujung jari.
Catatlah adanya nyeri tekan, nilai contour dari limpa dan ukur jarak antara titik terendah dari
limpa dengan pinggir costa kiri.

27
ENTEROHEPATIK

Palpasi Ginjal / Adrenal


 Ginjal Kanan
Letakkan tangan kanan dibawah dan paralel dengan iga 12 dengan ujung jari
menyentuh sudut costovertebral. Angkat dan dorong ginjal kanan kearah anterior. Letakkan
tangan kanan secara gentle di kwadrant kanan atas sebelah lateral dan paralel dengan
muskulus rektus. Suruh pasien bernafas dalam. Saat pasien dipuncak inspirasi, tekan tangan
kanan cepat dan dalam ke kwadrant kanan atas dibawah pinggir arcus costarum dan ginjal
kanan akan teraba diantara- antara tangan. Suruh pasien menahan nafas. Lepaskan tekanan
tangan kanan secara pelan-pelan dan rasakan bagaimana ginjal kanan kembali ke posisi
semula dalam ekpirasi. Jika ginjal kanan teraba tentukan ukuran, contour, dan adanya nyeri
tekan.

 Ginjal Kiri
Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah ke sebelah kiri pasien. Gunakan tangan kanan
untuk mendorong dan mengangkat dari bawah, kemudian gunakan tangan kiri menekan
kwadrant kiri atas. Lakukan seperti sebelumnya. Pada keadaan normal ginjal kiri jarang
teraba.

28
ENTEROHEPATIK

Palpasi Bimanual Pada Ginjal

 Nyeri Tekan Ginjal


Nyeri tekan ginjal mungkin ditemui saat palpasi abdomen, tetapi juga dapat dilakukan
pada sudut costovertebrae. Kadang- kadang penekanan pada ujung jari pada tempat tersebut
cukup membuat nyeri, dan dapat pula ditinju dengan permukaan ulnar kepalan tangan kanan
dengan beralaskan volar tangan kiri (fish percussion).

Nyeri Tekan Pada Ginjal

29
ENTEROHEPATIK

Pemeriksaan Aorta
Tekanlah dengan tepat dan dalam pada abdomen atas sedikit ke kiri dari garis tengah
dan identifikasi posisi aorta. Aorta orang dewasa normal tidak lebih dari 2 cm lebarnya (tidak
termasuk ketebalan dinding abdomen ). Pada orang dewasa tua bila ditemui masa di abdomen
atas dan berdenyut ( pulsasi) maka dicurigai adalah aneurisma aorta.

 PERKUSI
Perkusi berguna untuk orientasi abdomen, guna mengukur besarnya hepar dan kadang
limpa, mengetahui adanya cairan ascites, massa padat, massa yang berisi cairan, dan adanya
udara dalam gaster dan usus.

Orientasi Perkusi
Lakukan perkusi yang benar diatas keempat kwadran untuk menilai distribusi dari
tympani dan pekak (dullness). Tympani biasanya menonjol bila adanya gas dalam traktus
digestivus, sedangkan cairan normal dan feces menyebabkan bunyi pekak (dullness). Catat
dimana tympani berubah menjadi pekak pada masing-masing sisi. Cek area suprapubik,
adakah pekak karena vesika urinaria yang penuh atau karena uterus yang membesar .

Perkusi Hepar
Lakukan perkusi pada linea midklavikularis kanan, mulailah setinggi bawah umbilikus
(area tympani) bergerak kearah atas ke hepar ( area pekak, pinggir bawah hepar). Selanjutnya
lakukan perkusi dari arah paru pada linea midklavikularis kanan kearah bawah ke hepar (
pekak ) untuk menidentifikasi pinggir atas hepar. Sekarang ukurlah dalam centimeter “vertical

30
ENTEROHEPATIK

Span” / tingginya dari pekak hepar. Biasanya ukurannya lebih besar pada laki laki daripada
wanita, orang yang tinggi dari orang pendek. Hepar dinilai membesar, bila pinggir atas hepar
diatas dari ruang intercostalis V dan 1 cm diatas arcus costalis, atau panjang pekak hepar lebih
dari 6-12 cm, dan lobus kiri hepar 2 cm dibawah processus xyphoideus.

Pekak Hepar

31
ENTEROHEPATIK

Perkusi Limpa
Normal limpa terletak pada lengkung diafragma posterior dari linea mid aksilaris kiri.
Perkussi limpa penting bila limpa membesar ( Splenomegali ). Limpa dapat membesar kearah
anterior, ke bawah, dan ke medial yang menutupi daerah gaster dan kolon, yang biasanya
adalah timpani dengan pekak karena organ padat. Bila kita mencurigai adanya splenomegali
maka lakukanlah maneuver ini :
- Lakukan perkusi pada ruang intercostalis terakhir pada linea aksilaris anterior kiri.
Ruangan ini biasanya timpani. Sekarang suruh pasien menarik nafas dalam dan
perkusi lagi. Bila limpa normal maka suaranya tetap timpani. Perobahan suara perkusi
dari timpani ke pekak pada saat inspirasi menyokong untuk pembesaran limpa.
Kadang kadang mungkin saja terdengar pekak dalam inspirasi tapi limpa masih
normal. Hal ini memberikan tanda positif palsu.
- Lakukan perkusi dari beberapa arah dari timpani kearah area pekak dari limpa.
Cobalah utnuk membayangkan ukuran dari limpa. Jika area pekak besar maka
menyokong untuk splenomegali. Perkusi dari limpa akan dipengaruhi oleh isi gaster
dan kolon, tetapi menyokong suatu splenomegali sebelum organ tersebut teraba.

Perkusi Limpa

 AUSKULTASI
Auskultasi berguna dalam menilai pergerakan usus dan adanya stenosis arteri atau
adanya obstruksi vascular lainnya. Auskultasi paling baik dilakukan sebelum palpasi dan
perkusi karena palpasi dan perkusi akan mempengaruhi frekwensi dari bising usus. Letakan
stetoskop di abdomen secara baik . Dengarlah bunyi usus dan catatlah frekwensi dan
karakternya. Normal bunyi usus terdiri dari “Clicks” dan “gurgles” dengan frekwensi 5 – 15

32
ENTEROHEPATIK

kali permenit. kadang-kadang bisa didengar bunyi “Borborygmi” yaitu bunyi usus gurgles
yang memanjang dan lebih keras karena hyperperistaltik. Bunyi usus dapat berubah dalam
keadaan seperti diare, obstruksi intestinal, ileus paralitik, dan peritonitis. Pada pasien dengan
hypertensi dengarkan di epigastrium dan pada masing kwadran atas bunyi “bruits vascular“
yang hampir sama dengan bunyi bising jantung (murmur). Adanya bruits sistolik dan diastolik
pada pasien hypertensi akibat dari stenosis arteri renalis. Bruit sistolik di epigastrium dapat
terdengar pada orang normal. Jika kita mencurigai adanya insufisiensi arteri pada kaki maka
dengarkanlah bruits sistolik diatas aorta, arteri iliaca, dan arteri femoralis.

Proyeksi arteri di dinding anterior abdomen

33
ENTEROHEPATIK

10. Memahami Fungsi Hati Dan Sebagai Alat Pembentuk Serta Pengeluaran
Empedu:
a. Mampu Menjelaskan Pembentukan Empedu Dan Pengendaliaannya
Berikut adalah fungsi dari hepar, yaitu:
 Metabolisme karbohidrat
 Menyimpan glikogen dalam jumlah besar
 Konversi galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa
 Proses glukoneogenesis
 Mempertahankan konsentrasi glukosa darah normal.
 Metabolisme lemak:
 Minsintesa lemak
 Emulsifikasi dan pencernaan lemak kolesterol serta pembentukan ester dari asam
lemak menjadi lemak tubuh.
 Katabolisme asam lemak:
- Keton bodies
- Dipecah menjadi asam lemak dan gliserol
- Pembentukan kolesterol
- Pembentukan dan pemecahan fosfolipid
 Metabolisme protein
 Deaminasi asam amino
 Pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh.
 Pembentukan protein plasma: albumin, globulin
 Interkonversi beragam asam amino dan sintesis senyawa lain dari asam amino.
 Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein –protein yang berkaitan dengan
koagulasi darah, misalnya pembentukan fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X
 Hati menyimpan besi dalam bentuk feritin
 Detoksifikasi, hati adalah pusat detoksifikasi tubuh, proses detoksifikasi terjadi pada
proses oksidasi, reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai macam
bahan seperti zat racun.
 Sebagai fagositosis dan imunitas karena Sel kuppfer merupakan saringan penting
bakteri, pigmen dan berbagai bahan melalui proses fagositosis dan selain itu sel kupfer
juga ikut memproduksi gama globulin sebagai imun livers mekanism
 Tempat pembongkaran hemoglobin yang sudah tua.

34
ENTEROHEPATIK

Setelah kita mengetahui apa – apa saja fungsi dari hepar, berikut adalah proses
pembentukan empedu, yaitu:
 Hemoglobin yang berasal dari penghancuran eritrosit oleh makrofag didalam limpa,
hati dan alat retikuloendotelial lain akan mengalami proses pemecahan menjadi heme
dan globin.
 Melalui proses oksidasi, komponen globin mengalami degradasi menjadi asam amino
dan digunakan untuk pembentukan protein lain.
 Unsur heme selanjutnya oleh heme-oksigenase, teroksidasi menjadi biliverdin dengan
melepas zat besi dan karbonmonoksida.
 Biliverdin reduktase akan mereduksi biliverdin menjadi bilirubin tidak terkonjugasi.
 Bilirubin tidak terkonjugasi ini adalah suatu zat lipofilik, larut dalam lemak, hampir
tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dikeluarkan dalam urin melalui ginjal(
disebut pula bilirubin indirect karena hanya bereaksi positif pada setelah dilarutkan
dalam alkohol).
 Karena sifat lipofilik, zat ini dapat melalui membran sel dengan relativ mudah.
 Setelah dilepas kedalam plasma sebagian besar bilirubin tidak terkonjugasi ini
membentuk ikatan denagn albumin sehingga dapat larut didalam darah.
 Pigmen ini secara bertahap berdifusi kedalam sel hati (hepatosit).
 Dalam hepatosit, bilirubin tidak terkonjugasi, dikonjugasi dengan asam glukoromat
membentuk bilirubin glukoronida atau bilirubin terkonjugasi (bilirubin direct).
 Reaksi konjugasi dikatalisasi oleh enzim glukoronil transferase suatu enzim yang
dapat diretikulum endoplasmic dan merupakan kelompok enzim yang mampu
memodifikasi zat asing yang bersifat toksik.
 Bilirubin terkonjugasi larut dalam air, dapat dikeluarkan melalui ginjal.
 Sebagian besar bilirubin terkonjugasi ini dikeluarkan kedalam empedu, suatu
campuran kolesterol, posfolipid, bilirubin diglukoronida dan garam empedu.
 Sesudah dilepas kedalam saluran cerna bilirubin glukoronida (bilirubin terkonjugasi)
diaktivasi oleh enzim bakteri dalam usus, sebagian menjadi komponen urobilinogen
yang akan keluar dalam tinja (stercobilin), atau diserap kembali dari saluran cerna,
dibawa kehati dan dikeluarkan kembali kedalam empedu.
 Urobilinogen dapat larut dalam air, oleh karena itu sebagian dikeluarkan melalui
ginjal.

35
ENTEROHEPATIK

Berikut adalah penjelasan secara singkat dalam bentuk skema,

b. Mampu Menjelaskan Pengeluaran Empedu Dan Pengendaliannya Serta


Termasuk Siklus Enterohepatik
Kandung empedu dan saluran empedu ekstrahepatik menghubungkan hati dengan
tractus gastrointestinalis, sehingga merupakan penghubung penting sirkulasi enterohepatik.
Empedu dihasilkan oleh sel hati kedalam saluran empedu, yaitu mengalir kedalam duodenum.
Diantara makan, orifisium duodenum duktus ini tertutup dan empedu mengalir kedalam
vesika fellea, tempat ia disimpan. Bila makanan memasuki mulut, sfingter sekeliling orifisium
relaksasi, bila isi lambung memasuki duodenum maka hormon CCK (kolesistikinin) dari
mukosa usus menyebabkan vesica fellea berkontraksi. Duktus cystikus mendrainase vesica

36
ENTEROHEPATIK

fellea, dan duktus hepatikus bersatu dengan duktus cystikus untuk membentuk duktus
choledochus. Dan kemudian memasuki duodenum pada papila duodenum.
Dapat disimpulkan bahwa saat kita makan (makanan dari lambung masuk ke
duodenum) maka duodenum akan relax sedangkan kantung empedu tengah berkontraksi
mengeluarkan empedu. Sedangkan saat kita tidak makan (tidak ada makanan dari lambung
yang turun ke duodenum) maka saluran ke duodenum tertutup sehingga cairan empedu akan
masuk ke dalam kantung empedu.

37
ENTEROHEPATIK

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Maka dari uraian diatas dapat diartikan bahwa sistem enterohepatik adalah suatu
sistem yang erat hubungannya dengan sistem pencernaan. Sistem Enterohepatik merupakan
suatu sistem yang menghubungkan antara hepar danintestinal yang membantu proses
pencernaan. Berikut adalah organ – organ yang termasuk didalam sistem enterohepatik, yaitu:

1. Hepar adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2 – 1,8 kg yang berada
pada kuadran kanan atas abdomen dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan
fungsi yang sangt kompleks.
2. Pancreas merupakan organ yang memanjang dan terletak pada epigastrium serta
kuadran kiri atas dan merupakan sebagai kelenjar endokrin dan eksokrin secara
bersamaan.
3. Limpa adalah sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di sebelah kiri
abdomen di daerah hipogastrium kiri di bawah iga ke 9, 10, dan 11.
4. Kandung empedu adalah kantong berongga berbentuk pir terletak tepat dibawah lobus
kanan hati dan tempat dimana empedu ditampung.

3.2. Kritik dan Saran

Banyak kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam makalah ini. Kritik dan saran
dari para pembaca yang membangun kami harapkan untuk memperbaiki bentuk dan isi dari
makalah ini. Sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

38
ENTEROHEPATIK

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem. Alih Bahasa:
Brahm U. Pendit: Editor Edisi Bahasa Indonesia, Nella Yesdelita. Jakarta. EGC.
2. Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta. EGC.
3. Gyton, Arthur C., John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Alih Bahasa:
Irawati...[et all], Editor Edisi Bahasa Indonesia; Yanuar Rachman...[et all], Jakarta.
EGC.
4. Mesher, Anthony L. 20011. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas. Alih Bahasa:
Fans Dany, Editor Edisi Bahasa Indonesia: Huriawati Hartanto. Jakarta. EGC.
5. Parker, Stave. 2009. Ensiklopedia Tubuh Manusia. Penerjemah: dr. Winardiri, Editor:
Danu Nugraha, S.Si, Rani Nuraeni, M.Pd. Jakarta. Erlangga.
6. Moore, Keith L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Alih Bahasa: Hendra Laksmana: Editor
Edisi Bahasa Indonesia, Vivi Sadikin, Virgi Saputra. Jakarta. Hipokrates.
7. Universitas Andalas. Pemeriksaan Fisik Abdomen
(http://repository.unand.ac.id/14265/3/skills_lab_blok_2.pdf) Diakses pada 14 Januari
2013.
8. Universitas Abulyatama, Enterohepatik
(http://www.scribd.com/document_downloads/direct/38624640?extension=pdf&ft=13
57859674&lt=1357863284&uahk=PAAECesCzGs8T98167lfDUmZnqQ) Diakses
pada 11 Januari 2013.

39

Anda mungkin juga menyukai