BAB I
PENDAHULUAN
3
ENTEROHEPATIK
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Skenario
ENTEROHEPATIC CYCLE
4
ENTEROHEPATIK
lobus kiri. Daerah- daerah ini dibatasi oleh porta hepatis, yang mengandung vena porta, arteri
hepatika dan saluran empedu. Lobus caudatus terletak disebelah anterior dari porta hepatis,
dan lobus kuadratus disebelah posterior dari porta hepatis.
Hepar adalah organ viseral terbesar didalam tubuh. Hepar memiliki facies
diafragmatica dan facies visceralis (dorsokaudal) yang dibatasi oleh tepi kaudal hepar. Facies
diafragmatica bersifat licin dan berbentuk kubah sesuai dengan cekungan permukaan kaudal
diafragma, tetapi untuk sebagian besar terpisah dari diafragma karena recessus subphrenicus
cavitas peritonealis. Hepar tertutup oleh peritoneum, kecuali disebelah dorsal pada area nuda,
tempat hepar bersentuhan langsung dengan difragma. Area nuda hepar ini dibatasi oeleh
melipatnya peritoneum dari diafragma ke hepar sebagai lembar ventral (kranial) dan lembar
dorsal (kaudal) ligamentum coronarium. Kedua lembar tersebut bertemu disebelah kanan
untuk membentuk ligamentum triangulare. Ke arah kiri lembar – lembar ligamentum
coronarium tercerai dan membatasi area nuda hepar yang berbentuk segitiga. Lembar ventral
ligamentum coronarium disebelah kiri bersinambungan dengan lembar kanan ligamentum
falciforme, dan lembar dorsal bersinambungan dengan lembar kanan omentum minus.
Lembar kiri ligamentum falciforme dan omentum minus bertemu untuk membentuk
ligamentum triangulare sinistrum.
6
ENTEROHEPATIK
Facies visceralis tertutup oleh peritoneum, kecuali pada vesica biliaris (fellea) dan
porta hepatis. Facies visceralis berbatasan dengan:
Sisi kanan dengan gaster (ventrikulus) (impressio gastrica)
Bagian kranial (pertama) duodenum (impressio duodenum)
Omentum minus
Vesica biliaris (fellea)
Flexura coli dextra (impressio colica)
Ren dexter dan glandula suprarenalis dextra (impressio renalis)
Hepar terbagi menjadi lobus hepatis dexter dan lobus hepatis sinister (lobus caudatus
dan lobus quadratus berada di lobus hepatis sinister) yang masing – masing berfungsi secara
mandiri. Masing – masing lobus memiliki perdarahan sendiri dari arteri hepatica dan vena
portae hepatis, dan juga penyaluran darah venosa dan empedu bersifat serupa.
Lobus hepatis dexter dibatasi terhadap lobus hepatis sinister oleh fossa vessicae
biliaris dan sulcus venae cavae pada facies visceralis hepatis, dan oleh sebuah garis khayal
pada permukaan diafragmatik yang melintas dari fundus vesica biliaris (fellea) ke arah vena
cava inferior.
Lobus hepatis sinister mencakup lobus caudatus dan hampir seluruh lobus quadratus.
Lobus hepatis sinister terpisah dari lobus caudatus dan lobus quadratus oleh fissura ligamenti
7
ENTEROHEPATIK
teratis dan fissura ligamenti venosi pada facies visceralis, dan oleh perlekatan ligamentum
teres hepatis pada facies diafragmatica.
Ligamentum teres hepatis adalah sisa vena umbilicalis yang mengalami obliterasi, dan
semula mengantar darah yang kaya oksigen dari plasenta ke janin. Ligamentum venosum
adalah sisa ductus venosus fetal yang menjadi jaringan ikat, dan semula memintaskan darah
dari vena umbilikalis ke vena cava inferior tanpa melalui hepar.
Omentum minus yang meliputi trias portal (vena portae hepatis, ductus choledochus
(biliaris), dan arteri hepatica propia di porta hepatis) melintas ke curvatura gastrica
(ventricularis) minor dan bagian pertama duodenum sepanjang 2 cm. Bagian duodenum
minus antara hepar dan gaster (ventricularis) disebut Ligamentum hepatogastricum, dan
bagian antara hepar dan duodenum ligamentum hepatoduodenale. Sisi bebas omentum minus
meliputi trias portal, beberapa kelenjar limfe dan pembuluh limfe, dan pleksus saraf hepatik.
8
ENTEROHEPATIK
Ini adalah sambungan dari skema cabang – cabang aorta abdominalis yang merupakan
sambungan dari Triple Hallery yaitu arteri hepatica komunis dan arteri lienalis serta arteri
ileocolica, yaitu:
9
ENTEROHEPATIK
a. Arteri Abdominalis
10
ENTEROHEPATIK
11
ENTEROHEPATIK
12
ENTEROHEPATIK
Secara anatomis, organ hepar tereletak di hipokondrium kanan dan epigastrium, dan
melebar ke hipokondrium kiri. Hepar dikelilingi oleh cavum toraks dan bahkan pada orang
normal tidak dapat dipalpasi (bila teraba berarti ada pembesaran hepar). Permukaan lobus
kanan dapat mencapai sela iga 4/ 5 tepat di bawah aerola mammae.
13
ENTEROHEPATIK
Berikut adalah anatomi dari hepar dilihat dari berbagai posisi, yaitu:
14
ENTEROHEPATIK
15
ENTEROHEPATIK
a. Fundus vesicae biliaris: berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah margo
inferior hepar, penonjolan ini merupakan tempat fundus bersentuhan dengan dinding
anterior abdomen setinggi ujung kartilago costalis IX dextra.
b. Corpus vesicae biliaris: terletak dan berhubungan dengan facies visceralis hepar dan
arahnya ke atas, belakang, dan kiri.
c. Collum vesicae biliaris: melanjutkan diri sebagai ductus cysticus yang berbelok
kedalam omentum minus dan bergabung dengan sisi kanan ductus hepaticus
comunisuntuk membentuk ductus choledochus.
d. Leher Kandung Empedu: merupakan leher dari kandung empedu yaitu saluran yang
pertama masuknya getah empedu ke badan kandung empedu lalu menjadi pekat
berkumpul dalam kandung empedu.
e. Duktus Sistikus: panjangnya kurang lebih 3 ¾ cm berjalan dari leher kandung empedu
dan bersambung dengan duktus hepatikus membentuk saluran empedu ke duodenum
f. Duktus Hepatikus : saluran yang keluar dari leher kandung empedu.
g. Ductus choledochus: saluran yang membawa empedu ke duodenum dan merupakan
persambungan dari duktus sistikus dan duktus hepatikus.
Kantung empedu adalah tempat penyimpanan empedu. Empedu diproduksi oleh sel
hepatosis sebanyak 500-1500 ml per hari dan memasuki kanalikuli empedu yang kemudian
menjadi duktus hepatika dexter dan sinister. Duktus hepatika menyatu untuk membentuk
duktus hepatik komunis yang kemudian menyatu dengan duktus sistikus dari kandung
empedu dan keluar dari hati sebagai duktus empedu komunis. Duktus empedu komunis,
bersama dengan duktus pankreas (papilla duodeni major), bermuara di duodenum atau
dialihkan untuk penyimpanan di kandung empedu.
Di luar waktu makan, empedu disimpan sementara di dalam kandung empedu. Dan
disini mengalami pemekatan sekitar 50 persen. Pengaliran cairan empedu di atur tiga faktor,
yaitu sekresi empedu oleh hati, kontraksi kandung empedu dan tahanan sfingter koledukus.
Cairan empedu merupakan cairan yang kental yang berwarna kuning keemasan kehijauan
yang dihasilkan secara terus menerus oleh sel hepar kurang lebih 500-1000 ml sehari.
Empedu merupakan zat esensial yang diperlukan dalam pencernaan dan penyerapan lemak.
Komposisi dari empedu itu sendiri adalah larutan kuning berwarna kehijauan yang terdiri dari
97% air, pigmen empedu (terdiri dari biliverdin dan bilirubin) yang merupakan hasil
penguraian hemoglobin, dan garam – garam empedu (terbentuk dari asam empedu yang
17
ENTEROHEPATIK
berikatan dengan kolesterol dan asam amino). Cairan empedu merupakan suatu media untuk
menyekresi zat tertentu yang tidak dapat disekresi oleh ginjal.
Berikut adalah anatomi dari vesica biliaris (fellea) secara keseluruhannya, yaitu:
a. Empedu memainkan peranan penting dalam pencernaan dan absorbsi lemak, bukan
karena enzim dalam empedu yang menyebabkan pencernaan lemak, tetapi karena
asam empedu dalam empedu melakukan dua hal, yaitu :
b. Asam empedu membantu mengelmusikan partikel-partikel lemak yang besar dalam
makanan menjadi banyak partikel kecil, permukan partikel tersebut dapat disinergikan
oleh enzim lipase yang disekresikan dalam getah pankreas, dan asam empedu
membantu absorbsi produk akhir lemak yang telah dicerna melalui membrane mukosa
intestinal.
18
ENTEROHEPATIK
c. Empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengeluarkan beberapa produk buanganyang
penting dari darah. Hal ini terutama meliputi bilirubin, suatu produk akhir
daripenghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol.
19
ENTEROHEPATIK
Berikut adalah salah satu pengaruh atau kelainan jika terjadi sumbatan didalam saluran
pankreas, yaitu pankreatitis. Pankreatitis Akut (Radang Pankreas) adalah peradangan pankreas
yang terjadi secara tiba-tiba, bisa bersifat ringan atau berakibat fatal. Secara normal pankreas
mengalirkan getah pankreas melalui saluran pankreas (duktus pankreatikus menuju ke usus
dua belas jari (duodenum). Getah pankreas ini mengandung enzim-enzim pencernaan dalam
21
ENTEROHEPATIK
bentuk yang tidak aktif dan suatu penghambat yang bertugas mencegah pengaktivan enzim
dalam perjalanannya menuju ke duodenum. Sumbatan pada duktus pankreatikus (misalnya
oleh batu empedu pada sfingter Oddi) akan menghentikan aliran getah pankreas. Biasanya
sumbatan ini bersifat sementara dan menyebabkan kerusakan kecil yang akan segera
diperbaiki. Namun bila sumbatannya berlanjut, enzim yang teraktivasi akan terkumpul di
pankreas, melebihi penghambatnya dan mulai mencerna sel-sel pankreas, menyebabkan
peradangan yang berat. Kerusakan pada pankreas bisa menyebabkan enzim keluar dan masuk
ke aliran darah atau rongga perut, dimana akan terjadi iritasi dan peradangan dari selaput
rongga perut (peritonitis) atau organ lainnya.
pankreatis. Dorsal dari collum pankreatis vena splenica (lienalis) bersatu dengan vena
mesenterica superior untuk membentuk vena portae hepatis.
Limpa dikelilingi oleh suatu simpai jaringan ikat padat yang menjadi asal trabekula,
yang sebagian membagi – bagi parenkim atau pulpa limpa. Trabekula besar berasal dari
hilum, pada permukaan medial limpa; trabekula ini membawa saraf dan arteri ke dalam pulpa
limpa serta vena yang membawa darah kembali kedalam sirkulasi. Pembuluh limfe yang
terbentuk di pulpa limpa juga meninggalkan hikum melalui trabekula.
Berikut adalah anatomi dari splen (lien) dilihat dari berbagai sudut, yaitu:
23
ENTEROHEPATIK
24
ENTEROHEPATIK
pasien sangat sensitif dan penggeli mulailah palpasi dengan tangan pasien sendiri
dibawah tangan pemeriksa kemudian secara perlahan lahan tangan pemeriksa
menggantikan tangan pasien
6. Perhatikan hasil pemeriksaan dengan memperhatikan rawut muka dan emosi pasien.
INSPEKSI
Inspeksi abdomen dari posisi berdiri disebelah kanan pasien. Bila akan melihat
contour abdomen dan memperhatikan peristaltik, maka sebaiknya duduk atau jongkok
sehingga abdomen terlihat dari samping (tangensial) Apa yang diinspeksi :
1. Kulit . Lihat apakah ada jaringan parut. Terangkan lokasinya , striae, dilatasi vena
2. Umbilikus : Lihat contour dan lokasinya, tanda tanda peradangan dan hernia
umbilikalis.
3. Kontour dari abdomen. Apakah datar ( flat ), gembung ( protuberant), “rounded”
Scaphoid, ( concave atau hollowed). Juga dilihat daerah inguinal dan femoral.
4. Simetrisitas dari abdomen
5. Adanya organ yang membesar. Pada saat pasien bernafas perhatikan apakah hepar
membesar atau limpa membesar turun dibawah arcus costarum .
6. Apakah ada massa /tumor
7. Lihat Peristaltik usus. Peristaltik usus akan terlihat dalam keadaan normal pada orang
sangat kurus. Bila ada obstruksi usus perhatikan beberapa menit.
8. Pulsasi. Dalam keadaan normal pulsasi aorta sering terlihat di regio epigastrica.
PALPASI
Palpasi superficial berguna untuk mengidentifikasi adanya tahanan otot (muscular
resistance), nyeri tekan dinding abdomen, dan beberapa organ dan masa yang superficial.
Dengan tangan dan lengan dalam posisi horizontal, mempergunakan ujung – ujung jari
cobalah gerakan yang enteng dan gentle. Hindari gerakan yang tiba tiba dan tidak diharapkan.
Secara pelan gerakkan dan rasakan seluruh kwadran. Identifikasi setiap organ atau massa,
area yang nyeri tekan, atau tahanan otot yang meningkat (spasme). Gunakanlah kedua telapak
tangan, satu diatas yang lain pada tempat yang susah dipalpasi. ( contoh, pada orang gemuk).
Palpasi dalam dibutuhkan untuk mencari massa dalam abdomen. Dengan menggunakan
permukaan palmaris dari jari-jari anda, lakukanlah palpasi diseluruh kwadran untuk
mengetahui adanya massa, lokasi, ukuran, bentuk, mobilitas terhadap jaringan sekitarnya dan
nyeri tekan. Massa dalam abdomen dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara: fisiologis
25
ENTEROHEPATIK
seperti uterus yang hamil; inflamasi seperti divertikulitis kolon, pseudokista pancreas;
vascular seperti aneurysma aorta; neoplastik seperti mioma uteri, kanker kolon atau kanker
ovarium atau karena obstruksi seperti pembesaran vesika urinaria karena retensi urin.
Cara lain meraba hepar dengan metode “Teknik Hooking” adalah dengan cara pemeriksa
berdiri pada sebelah kanan pasien. Letakkan kedua tangan pada perut sebelah kanan, dibawah
dari pinggir pekak hepar. Tekankan dengan jari-jari mengarah ke atas dan pinggir costa.
Suruh pasien bernafas abdomen dalam, akan teraba hati.
26
ENTEROHEPATIK
Teknik Hooking
27
ENTEROHEPATIK
Ginjal Kiri
Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah ke sebelah kiri pasien. Gunakan tangan kanan
untuk mendorong dan mengangkat dari bawah, kemudian gunakan tangan kiri menekan
kwadrant kiri atas. Lakukan seperti sebelumnya. Pada keadaan normal ginjal kiri jarang
teraba.
28
ENTEROHEPATIK
29
ENTEROHEPATIK
Pemeriksaan Aorta
Tekanlah dengan tepat dan dalam pada abdomen atas sedikit ke kiri dari garis tengah
dan identifikasi posisi aorta. Aorta orang dewasa normal tidak lebih dari 2 cm lebarnya (tidak
termasuk ketebalan dinding abdomen ). Pada orang dewasa tua bila ditemui masa di abdomen
atas dan berdenyut ( pulsasi) maka dicurigai adalah aneurisma aorta.
PERKUSI
Perkusi berguna untuk orientasi abdomen, guna mengukur besarnya hepar dan kadang
limpa, mengetahui adanya cairan ascites, massa padat, massa yang berisi cairan, dan adanya
udara dalam gaster dan usus.
Orientasi Perkusi
Lakukan perkusi yang benar diatas keempat kwadran untuk menilai distribusi dari
tympani dan pekak (dullness). Tympani biasanya menonjol bila adanya gas dalam traktus
digestivus, sedangkan cairan normal dan feces menyebabkan bunyi pekak (dullness). Catat
dimana tympani berubah menjadi pekak pada masing-masing sisi. Cek area suprapubik,
adakah pekak karena vesika urinaria yang penuh atau karena uterus yang membesar .
Perkusi Hepar
Lakukan perkusi pada linea midklavikularis kanan, mulailah setinggi bawah umbilikus
(area tympani) bergerak kearah atas ke hepar ( area pekak, pinggir bawah hepar). Selanjutnya
lakukan perkusi dari arah paru pada linea midklavikularis kanan kearah bawah ke hepar (
pekak ) untuk menidentifikasi pinggir atas hepar. Sekarang ukurlah dalam centimeter “vertical
30
ENTEROHEPATIK
Span” / tingginya dari pekak hepar. Biasanya ukurannya lebih besar pada laki laki daripada
wanita, orang yang tinggi dari orang pendek. Hepar dinilai membesar, bila pinggir atas hepar
diatas dari ruang intercostalis V dan 1 cm diatas arcus costalis, atau panjang pekak hepar lebih
dari 6-12 cm, dan lobus kiri hepar 2 cm dibawah processus xyphoideus.
Pekak Hepar
31
ENTEROHEPATIK
Perkusi Limpa
Normal limpa terletak pada lengkung diafragma posterior dari linea mid aksilaris kiri.
Perkussi limpa penting bila limpa membesar ( Splenomegali ). Limpa dapat membesar kearah
anterior, ke bawah, dan ke medial yang menutupi daerah gaster dan kolon, yang biasanya
adalah timpani dengan pekak karena organ padat. Bila kita mencurigai adanya splenomegali
maka lakukanlah maneuver ini :
- Lakukan perkusi pada ruang intercostalis terakhir pada linea aksilaris anterior kiri.
Ruangan ini biasanya timpani. Sekarang suruh pasien menarik nafas dalam dan
perkusi lagi. Bila limpa normal maka suaranya tetap timpani. Perobahan suara perkusi
dari timpani ke pekak pada saat inspirasi menyokong untuk pembesaran limpa.
Kadang kadang mungkin saja terdengar pekak dalam inspirasi tapi limpa masih
normal. Hal ini memberikan tanda positif palsu.
- Lakukan perkusi dari beberapa arah dari timpani kearah area pekak dari limpa.
Cobalah utnuk membayangkan ukuran dari limpa. Jika area pekak besar maka
menyokong untuk splenomegali. Perkusi dari limpa akan dipengaruhi oleh isi gaster
dan kolon, tetapi menyokong suatu splenomegali sebelum organ tersebut teraba.
Perkusi Limpa
AUSKULTASI
Auskultasi berguna dalam menilai pergerakan usus dan adanya stenosis arteri atau
adanya obstruksi vascular lainnya. Auskultasi paling baik dilakukan sebelum palpasi dan
perkusi karena palpasi dan perkusi akan mempengaruhi frekwensi dari bising usus. Letakan
stetoskop di abdomen secara baik . Dengarlah bunyi usus dan catatlah frekwensi dan
karakternya. Normal bunyi usus terdiri dari “Clicks” dan “gurgles” dengan frekwensi 5 – 15
32
ENTEROHEPATIK
kali permenit. kadang-kadang bisa didengar bunyi “Borborygmi” yaitu bunyi usus gurgles
yang memanjang dan lebih keras karena hyperperistaltik. Bunyi usus dapat berubah dalam
keadaan seperti diare, obstruksi intestinal, ileus paralitik, dan peritonitis. Pada pasien dengan
hypertensi dengarkan di epigastrium dan pada masing kwadran atas bunyi “bruits vascular“
yang hampir sama dengan bunyi bising jantung (murmur). Adanya bruits sistolik dan diastolik
pada pasien hypertensi akibat dari stenosis arteri renalis. Bruit sistolik di epigastrium dapat
terdengar pada orang normal. Jika kita mencurigai adanya insufisiensi arteri pada kaki maka
dengarkanlah bruits sistolik diatas aorta, arteri iliaca, dan arteri femoralis.
33
ENTEROHEPATIK
10. Memahami Fungsi Hati Dan Sebagai Alat Pembentuk Serta Pengeluaran
Empedu:
a. Mampu Menjelaskan Pembentukan Empedu Dan Pengendaliaannya
Berikut adalah fungsi dari hepar, yaitu:
Metabolisme karbohidrat
Menyimpan glikogen dalam jumlah besar
Konversi galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa
Proses glukoneogenesis
Mempertahankan konsentrasi glukosa darah normal.
Metabolisme lemak:
Minsintesa lemak
Emulsifikasi dan pencernaan lemak kolesterol serta pembentukan ester dari asam
lemak menjadi lemak tubuh.
Katabolisme asam lemak:
- Keton bodies
- Dipecah menjadi asam lemak dan gliserol
- Pembentukan kolesterol
- Pembentukan dan pemecahan fosfolipid
Metabolisme protein
Deaminasi asam amino
Pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh.
Pembentukan protein plasma: albumin, globulin
Interkonversi beragam asam amino dan sintesis senyawa lain dari asam amino.
Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein –protein yang berkaitan dengan
koagulasi darah, misalnya pembentukan fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X
Hati menyimpan besi dalam bentuk feritin
Detoksifikasi, hati adalah pusat detoksifikasi tubuh, proses detoksifikasi terjadi pada
proses oksidasi, reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai macam
bahan seperti zat racun.
Sebagai fagositosis dan imunitas karena Sel kuppfer merupakan saringan penting
bakteri, pigmen dan berbagai bahan melalui proses fagositosis dan selain itu sel kupfer
juga ikut memproduksi gama globulin sebagai imun livers mekanism
Tempat pembongkaran hemoglobin yang sudah tua.
34
ENTEROHEPATIK
Setelah kita mengetahui apa – apa saja fungsi dari hepar, berikut adalah proses
pembentukan empedu, yaitu:
Hemoglobin yang berasal dari penghancuran eritrosit oleh makrofag didalam limpa,
hati dan alat retikuloendotelial lain akan mengalami proses pemecahan menjadi heme
dan globin.
Melalui proses oksidasi, komponen globin mengalami degradasi menjadi asam amino
dan digunakan untuk pembentukan protein lain.
Unsur heme selanjutnya oleh heme-oksigenase, teroksidasi menjadi biliverdin dengan
melepas zat besi dan karbonmonoksida.
Biliverdin reduktase akan mereduksi biliverdin menjadi bilirubin tidak terkonjugasi.
Bilirubin tidak terkonjugasi ini adalah suatu zat lipofilik, larut dalam lemak, hampir
tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dikeluarkan dalam urin melalui ginjal(
disebut pula bilirubin indirect karena hanya bereaksi positif pada setelah dilarutkan
dalam alkohol).
Karena sifat lipofilik, zat ini dapat melalui membran sel dengan relativ mudah.
Setelah dilepas kedalam plasma sebagian besar bilirubin tidak terkonjugasi ini
membentuk ikatan denagn albumin sehingga dapat larut didalam darah.
Pigmen ini secara bertahap berdifusi kedalam sel hati (hepatosit).
Dalam hepatosit, bilirubin tidak terkonjugasi, dikonjugasi dengan asam glukoromat
membentuk bilirubin glukoronida atau bilirubin terkonjugasi (bilirubin direct).
Reaksi konjugasi dikatalisasi oleh enzim glukoronil transferase suatu enzim yang
dapat diretikulum endoplasmic dan merupakan kelompok enzim yang mampu
memodifikasi zat asing yang bersifat toksik.
Bilirubin terkonjugasi larut dalam air, dapat dikeluarkan melalui ginjal.
Sebagian besar bilirubin terkonjugasi ini dikeluarkan kedalam empedu, suatu
campuran kolesterol, posfolipid, bilirubin diglukoronida dan garam empedu.
Sesudah dilepas kedalam saluran cerna bilirubin glukoronida (bilirubin terkonjugasi)
diaktivasi oleh enzim bakteri dalam usus, sebagian menjadi komponen urobilinogen
yang akan keluar dalam tinja (stercobilin), atau diserap kembali dari saluran cerna,
dibawa kehati dan dikeluarkan kembali kedalam empedu.
Urobilinogen dapat larut dalam air, oleh karena itu sebagian dikeluarkan melalui
ginjal.
35
ENTEROHEPATIK
36
ENTEROHEPATIK
fellea, dan duktus hepatikus bersatu dengan duktus cystikus untuk membentuk duktus
choledochus. Dan kemudian memasuki duodenum pada papila duodenum.
Dapat disimpulkan bahwa saat kita makan (makanan dari lambung masuk ke
duodenum) maka duodenum akan relax sedangkan kantung empedu tengah berkontraksi
mengeluarkan empedu. Sedangkan saat kita tidak makan (tidak ada makanan dari lambung
yang turun ke duodenum) maka saluran ke duodenum tertutup sehingga cairan empedu akan
masuk ke dalam kantung empedu.
37
ENTEROHEPATIK
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Maka dari uraian diatas dapat diartikan bahwa sistem enterohepatik adalah suatu
sistem yang erat hubungannya dengan sistem pencernaan. Sistem Enterohepatik merupakan
suatu sistem yang menghubungkan antara hepar danintestinal yang membantu proses
pencernaan. Berikut adalah organ – organ yang termasuk didalam sistem enterohepatik, yaitu:
1. Hepar adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2 – 1,8 kg yang berada
pada kuadran kanan atas abdomen dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan
fungsi yang sangt kompleks.
2. Pancreas merupakan organ yang memanjang dan terletak pada epigastrium serta
kuadran kiri atas dan merupakan sebagai kelenjar endokrin dan eksokrin secara
bersamaan.
3. Limpa adalah sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di sebelah kiri
abdomen di daerah hipogastrium kiri di bawah iga ke 9, 10, dan 11.
4. Kandung empedu adalah kantong berongga berbentuk pir terletak tepat dibawah lobus
kanan hati dan tempat dimana empedu ditampung.
Banyak kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam makalah ini. Kritik dan saran
dari para pembaca yang membangun kami harapkan untuk memperbaiki bentuk dan isi dari
makalah ini. Sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
38
ENTEROHEPATIK
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem. Alih Bahasa:
Brahm U. Pendit: Editor Edisi Bahasa Indonesia, Nella Yesdelita. Jakarta. EGC.
2. Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta. EGC.
3. Gyton, Arthur C., John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Alih Bahasa:
Irawati...[et all], Editor Edisi Bahasa Indonesia; Yanuar Rachman...[et all], Jakarta.
EGC.
4. Mesher, Anthony L. 20011. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas. Alih Bahasa:
Fans Dany, Editor Edisi Bahasa Indonesia: Huriawati Hartanto. Jakarta. EGC.
5. Parker, Stave. 2009. Ensiklopedia Tubuh Manusia. Penerjemah: dr. Winardiri, Editor:
Danu Nugraha, S.Si, Rani Nuraeni, M.Pd. Jakarta. Erlangga.
6. Moore, Keith L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Alih Bahasa: Hendra Laksmana: Editor
Edisi Bahasa Indonesia, Vivi Sadikin, Virgi Saputra. Jakarta. Hipokrates.
7. Universitas Andalas. Pemeriksaan Fisik Abdomen
(http://repository.unand.ac.id/14265/3/skills_lab_blok_2.pdf) Diakses pada 14 Januari
2013.
8. Universitas Abulyatama, Enterohepatik
(http://www.scribd.com/document_downloads/direct/38624640?extension=pdf&ft=13
57859674<=1357863284&uahk=PAAECesCzGs8T98167lfDUmZnqQ) Diakses
pada 11 Januari 2013.
39