**Pendahuluan**
Dalam kehidupan sehari-hari, interaksi antarpribadi sering kali menjadi landasan yang memengaruhi
kualitas hubungan sosial. Salah satu bentuk interaksi yang kerap menjadi fokus adalah adu mulut
antara pasangan suami-istri. Dalam kasus ini, penelitian dilakukan terhadap pasangan tetangga, Iwan
dan Jesi, yang sering terlibat dalam konflik verbal di dalam rumah mereka. Melalui pendekatan teori
pelanggaran harapan, penelitian ini akan menggali dalam dinamika interaksi mereka,
mengidentifikasi pelanggaran harapan yang terjadi, serta dampaknya terhadap hubungan mereka.
**Konteks Sosial**
Iwan dan Jesi adalah pasangan yang tinggal di sebuah perumahan yang relatif tenang. Mereka
memiliki dua anak, dan pekerjaan Iwan yang sering membuatnya sibuk, sementara Jesi adalah ibu
rumah tangga yang mengurus anak-anak dan rumah tangga. Meskipun secara kasat mata tampak
harmonis, sering kali terdengar pertengkaran mereka yang berlangsung di dalam rumah mereka.
Pertengkaran tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman di antara tetangga yang tinggal di sekitar
mereka.
Teori pelanggaran harapan, dikembangkan oleh Judee K. Burgoon, menyatakan bahwa interaksi
manusia dipengaruhi oleh harapan-harapan yang telah dibentuk dalam interaksi tersebut.
Pelanggaran terhadap harapan tersebut dapat mengakibatkan ketidaknyamanan, keretakan
hubungan, atau bahkan konflik yang lebih besar. Dalam kasus Iwan dan Jesi, terdapat beberapa
aspek yang menunjukkan pelanggaran harapan:
1. **Intensitas Emosi yang Tinggi**: Pertengkaran antara Iwan dan Jesi seringkali ditandai dengan
intensitas emosi yang tinggi. Suara mereka terdengar meninggi, dan bahkan terkadang terdengar
histeris. Hal ini melanggar harapan akan komunikasi yang tenang dan terkendali dalam sebuah
hubungan suami-istri.
2. **Frequentasi Pertengkaran**: Frekuensi pertengkaran yang tinggi antara Iwan dan Jesi juga
merupakan pelanggaran terhadap harapan akan keharmonisan dalam hubungan suami-istri. Mereka
terlibat dalam konflik hampir setiap hari, yang menciptakan ketegangan yang konstan di lingkungan
sekitar mereka.
Pelanggaran harapan dalam hubungan antarpribadi seperti yang terjadi antara Iwan dan Jesi dapat
memiliki dampak yang serius terhadap kualitas hubungan mereka:
3. **Dampak Psikologis pada Anak**: Pertengkaran yang sering terjadi di hadapan anak-anak dapat
memiliki dampak psikologis yang negatif pada perkembangan mereka. Mereka mungkin mengalami
stres, kecemasan, atau bahkan trauma karena terus-menerus menyaksikan konflik antara orang tua
mereka.
4. **Kesejahteraan Keluarga**: Pelanggaran harapan dalam hubungan suami-istri juga dapat
berdampak pada kesejahteraan keluarga secara keseluruhan. Ketegangan yang konstan dalam
rumah tangga dapat mengganggu kedamaian dan kebahagiaan keluarga secara menyeluruh.
**Kesimpulan**
Studi kasus terhadap pasangan tetangga, Iwan dan Jesi, menunjukkan bahwa konflik dalam
hubungan suami-istri dapat mengakibatkan pelanggaran harapan yang signifikan. Dalam konteks
teori pelanggaran harapan, intensitas emosi yang tinggi, frekuensi pertengkaran, pertengkaran
terbuka di depan anak-anak, dan ketidaksepakatan dalam penyelesaian konflik merupakan aspek-
aspek yang melanggar harapan-harapan yang mendasari hubungan antarpribadi yang sehat. Dampak
dari pelanggaran tersebut meliputi ketidaknyamanan dalam lingkungan sosial, keretakan hubungan,
dampak psikologis pada anak, dan gangguan terhadap kesejahteraan keluarga secara keseluruhan.
Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mengelola konflik dengan cara yang sehat dalam
hubungan antarpribadi guna mencegah terjadinya pelanggaran harapan yang merusak.