Anda di halaman 1dari 2

TEORI MANAJEMEN MAKNA TERKOORDINASI

1. Pencetus Teori
Manajemen makna terkoordinasi adalah teori yang dikembangkan oleh Barnett Pearce &
Vernon Cronen, mengamati pola komunikasi yang terjalin antara 2 individu, kelompok,
budaya, agama, afiliasi politik, dll. Teori ini menjelaskan bagaimana agar makna perlu saling
terkoordinasi, dan menjelaskan mengapa makna terkoordinasi perlu untuk di manage/
dikelola. Sumber: Theorizing About Intercultural Communication (by: William B.
Gudykunst)

2. Asumsi Makna Terkoordinasi


Teori Manajemen Makna Terkoordinasi (CMM) dikemukakan oleh Barnett Pearce dan
Vernon Cronen. Teori ini berfokus pada bagaimana individu-individu menciptakan dan
menegosiasikan makna dalam interaksi mereka. Berikut adalah beberapa asumsi utama dalam
teori CMM:
1. Makna tidak inheren: Makna tidak melekat pada objek atau peristiwa secara alami. Makna
diciptakan dan dinegosiasikan oleh individu-individu dalam interaksi mereka.
2. Makna bersifat intersubjektif: Makna tidak hanya dimiliki oleh individu, tetapi dibagikan
dan dinegosiasikan di antara individu-individu dalam suatu interaksi.
3. Makna bersifat dinamis: Makna tidak statis dan dapat berubah seiring waktu dan dalam
konteks yang berbeda.
4. Makna dikoordinasikan melalui komunikasi: Individu-individu menggunakan berbagai
strategi komunikasi untuk mengkoordinasikan makna dalam interaksi mereka.
5. Koordinasi makna adalah proses yang berkelanjutan: Koordinasi makna tidak terjadi
sekali saja, tetapi merupakan proses yang berkelanjutan dan dinamis dalam interaksi.
Berikut adalah beberapa asumsi yang lebih spesifik dalam teori CMM:
a. Manusia adalah makhluk simbolik: Manusia menggunakan simbol, seperti kata-kata,
untuk menciptakan dan mengkomunikasikan makna.
b. Manusia adalah makhluk sosial: Manusia secara alami berinteraksi dan berkomunikasi
dengan orang lain.
c. Interaksi manusia bersifat terstruktur: Interaksi manusia mengikuti aturan dan pola
tertentu.
d. Makna adalah produk dari interaksi: Makna diciptakan dan dinegosiasikan dalam
interaksi antara individu-individu.
e. Koordinasi makna adalah proses yang sadar dan tidak sadar: Individu-individu secara
sadar dan tidak sadar menggunakan strategi komunikasi untuk mengkoordinasikan
makna.
Asumsi-asumsi ini membantu menjelaskan bagaimana individu-individu menciptakan dan
menegosiasikan makna dalam interaksi mereka. Teori CMM dapat digunakan untuk
memahami berbagai macam interaksi manusia, seperti komunikasi interpersonal, komunikasi
kelompok, dan komunikasi massa.
3. Konsep Penting Dalam Teori
Teori Manajemen Makna Terkoordinasi (Coordinated Management of Meaning, CMM)
merupakan suatu teori yang fokus pada proses komunikasi dan makna yang dihasilkan oleh
individu dalam interaksi sosial. Ini adalah hasil kerjasama antara Barnett Pearce dan Vernon
Cronen pada tahun 1970-an. Konsep utama CMM termasuk:
1. Interpretasi: Orang menggunakan aturan untuk menginterpretasikan makna yang
diberikan oleh orang lain.
2. Koordinasi: Orang bekerja sama untuk memaknai pesan yang berurutan dalam
percakapan mereka.
3. Realitas sosial: Orang menciptakan realitas sosial melalui proses komunikasi, yang
disebut sebagai konstruksionisme sosial.
4. Emosi: Orang mengkonstruk ekspresi emosi dan merujuk pada dunia disekeliling mereka
melalui proses komunikasi.
5. Transaksi informasi: Makna dibagi menjadi makna pribadi (Personal Meaning) dan
makna interpersonal (Interpersonal Meaning).
6. Hierarki makna: Makna diorganisir dalam struktur hierarki yang terhubung, dengan
loop yang mendukung tiap level dan adanya kesepakatan makna.
7. Resources: Orang menggunakan cerita, gambar, simbol, dan institusi untuk memaknai
dunia mereka.
8. Rules & unwanted repetitive patterns: Konflik yang berurutan dan terjadi berulang kali
yang sering kali tidak diinginkan terjadi.
9. Moralitas: Etika merupakan bagian yang intrinsik dalam setiap alur percakapan.
10. Asumsi: Beberapa asumsi utama CMM termasuk bahwa semua individu selalu berada
dalam kegiatan komunikasi, dan setiap interaksi memiliki potensial untuk membentuk
makna yang berbeda-beda.

4. Contoh Kasus Teori Manajemen Makna Terkoordinasi


Teori Manajemen Makna Terkoordinasi (CMM) dapat diterapkan pada berbagai situasi di
mana individu-individu berinteraksi dan menegosiasikan makna. Berikut adalah beberapa
contoh kasus:
a. Negosiasi Bisnis
Dua pengusaha dari negara yang berbeda bertemu untuk menegosiasikan kesepakatan
bisnis. Mereka memiliki latar belakang budaya yang berbeda dan berbicara bahasa yang
berbeda. Mereka harus mengkoordinasikan makna untuk mencapai kesepakatan yang
memuaskan kedua belah pihak.
b. Konseling
Seorang konselor membantu kliennya untuk mengatasi masalah pribadi. Konselor harus
memahami makna yang diberikan klien kepada pengalamannya dan membantunya untuk
mencipta makna baru yang lebih positif.
c. Pendidikan
Seorang guru mengajar murid-muridnya tentang topik yang kompleks. Guru harus
menggunakan berbagai strategi komunikasi untuk memastikan bahwa murid-muridnya
memahami makna dari materi pelajaran.

Anda mungkin juga menyukai