Anda di halaman 1dari 5

CHAPTER 6 Coordinated Management of Meaning (CMM)

Tugas Ini Diajukan Untuk Mata Kuliah


Teori Komunikasi 1

Semester II/2019

Disusun Oleh:

Cut Putri Fitria 1181003118


Muhammad Ilyas Rozzaky 1161003308

Salsabila Fitri A 1181003110

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN SOSIAL

UNIVERSITAS BAKRIE

2018
Chapter 6

Coordinated Management of Meaning (CMM)

Of W. Barnett Pearce & Vernon Cronen


Barnett Pearce dan Vernon Cronen percaya bahwa komunikasi adalah proses di
mana kita secara kolektif menciptakan peristiwa dan objek dari dunia sosial kita. Teori
mereka the coordinated management of meaning (CMM) dimulai dengan pernyataan yang
tegas bahwa orang dalam percakapan bekerja sama membangun realitas sosial mereka dan
dibentuk bersama oleh dunia yang mereka ciptakan. Pearce dan Cronen selalu menganggap
CMM sebagai interpretive theory. Di tahun 1998 mereka mulai merujuk CMM pada critical
theory. Dan sejak pertengahan 1990-an, Pearce dan Cronen menekankan bahwa CMM
adalah practical theory.

CMM AS A PRACTICAL THEORY—STORIES FROM THE FIELD


Pearce dan Cronen percaya bahwa teori komunikasi yang berguna harus
menawarkan berbagai alat untuk membantu kita memahami pola yang cacat dari interaksi,
mengidentifikasi momen kritis dalam percakapan, dan itu harus menganjurkan cara untuk
berbicara yang akan menciptakan lingkungan sosial yang lebih baik. Berikut adalah praktis
dari teori ini:
 Family Therapy from John Burnham
Beberapa perilaku menunjukan pola repetitif di mana seseorang terjebak dalam dua
persepsi yang saling berlawanan atau yang dikenal dengan strange loop. Strange loop
adalah pola komunikasi repetitif yang tidak dikehendaki.
 Mediation from Jonathan Shailor
Menurut Shailor, CMM banyak digunakan dalam proses mediasi khususnya dalam tingkatan
penerimaan dan pemaknaan pesan untuk memahami perselisihan antara kedua pihak atau
secara lebih luas dalam kaitan hubungan, identitas budaya, dan pola-pola kultural.
 Cupertino Community Project from W. Barnett Pearce and Kimberly A. Pearce
Dialogic communication adalah percakapan di mana orang berbicara dengan cara yang
membuat orang lain ingin mendengarkan, dan mendengar dengan cara yang membuat
orang lain ingin berbicara.
CMM AS AN INTERPRETIVE THEORY—PICTURING PERSONS-IN-CONVERSATION
Social constructionists adalah theorists yang percaya bahwa orang dalam percakapan
bekerja sama membangun realitas sosial dan dibentuk bersama oleh dunia yang mereka
ciptakan.
Gambar di samping (M. C. Escher’s Bond Union)
mengilustrasikan prinsip-prinsip teori berikut.
1. The experience of persons-in-
conversation in the primary social process
of human life (pengalaman orang dalam
percakapan dalam proses sosial utama
dari kehidupan manusia). Pearce melihat
gambar Escher mewakili komunikasi.
Komunikasi bukan hanya kegiatan
M. C. Escher’s Bond of Union
berpasangan atau alat yang mereka
gunakan untuk memperoleh tujuan lain. Tetapi komunikasi membentuk diri mereka
dan menciptakan hubungan di antara mereka.
2. The way people communicate is often more important than the content of what
they say (cara orang berkomunikasi lebih penting daripada konten yang
disampaikan). Mood dan cara orang dalam percakapan memainkan peranan penting
dalam proses konstruksi sosial. Logical force adalah tekanan moral atau rasa
tanggung jawab yang seseorang rasakan untuk merespon.
3. The actions of person-in-conversation are reflexively reproduced as the interaction
continues (tindakan orang dalam percakapan refleks diproduksi sebagai interaksi
yang berkelanjutan). Reflexivity berarti bahwa tindakan kita memiliki efek yang
memantul kembali dan memengaruhi kita.
4. As social constructionists, CMM researchers see themselves as curious participants
in a pluralistic world. Mereka curious karena mereka pikir itu adalah kebodohan
untuk mengakui kepastian ketika berurusan dengan individu yang bertindak dalam
kehidupan dengan kondisi yang selalu berubah. Mereka adalah participants daripada
penonton karena mereka berusaha untuk menjadi aktif terlibat pada apa yang
mereka kaji. Mereka hidup dalam plurastic world karena mereka berasumsi bahwa
orang-orang membuat kebenaran ganda daripada membuat kebenaran tunggal.
CMM AS AN INTERPRETIVE THEORY—STORIES TOLD AND STORIES LIVED
Ahli teori CMM menggambarkan perbedaan antara stories told dan stories lived.
Stories lived adalah tindakan yang dibangun yang kita tunjukkan dengan orang lain. Stories
told adalah narasi yang digunakan untuk memahami stories lived.
Pearce dan Cronen mencatat bahwa cerita yang kita sampaikan dan cerita yang kita
jalani selalu berkaitan. Pearce dan Cronen menamai teori mereka dengan management of
meaning yakni kita wajib untuk menyesuaikan stories told kita dengan realitas dari stories
lived.
Making and Managing Meaning Through Stories Told
Cerita yang kita sampaikan terbuka untuk banyak penafsiran. Hierarchy of meaning adalah
urutan signifikansi relatif dari konteks yang mencakup cerita yang diberikan sebagai alat
untuk interpretasi. Konteksnya itu adalah:
 Episode, adalah urutan tindak tutur dengan awalan dan akhiran yang diikat oleh
cerita. Pearce dan Cronen mengatakan urutannya “nounable”, noun yang
digunakan untuk menunjukkan episode harus menjawa pertanyaan What does
he think he’s doing?
 Relationship, Pearce mengatakan bahwa hubungan muncul dari tari dinamis atas
tindakan yang terkoordinasi dan makna yang diatur. Hubungan antara orang
dalam percakapan memberi kesan bagaimana tindak tutur dapat ditafsirkan.
 Identity, CMM menyatakan bahwa identitas kita dibuat secara terus-menerus
melalui proses komunikasi, dan pada gilirannya citra diri menjadi konteks
bagaimana kita mengelola makna.
 Culture, orang-orang yang datang dari budaya yang berbeda tidak akan
menafsirkan pesan secara sama persis.
Coordination: The Meshing of Stories
Berdasarkan CMM, coordination adalah proses di mana seseorang berkolaborasi dalam
upaya untuk membawa menjadi visi mereka tentang apa yang diperlukan, mulia, dan baik
serta untuk menghalangi berlakunya apa yang mereka takuti, benci, atau remehkan.
CMM AS A CRITICAL THEORY—SPOTTING HARMFUL AND HELPFUL COMMUNCATION
Penganjur CMM sekarang tidak puas dengan hanya mendeskripsikan pola
komunikasi atau menyediakan alat untuk memahami cara orang menginterpretasikan dunia
sosial mereka. Mereka ingin kegunaan sebagai peacemakers, “menyediakan cara secara
cerdas bergabung dalam aktifitas dunia untuk memperkayanya.” CMM mengingatkan kita
bahwa komunikasi memiliki kekuatan untuk menciptakan sosial yang keterasingan,
kemarahan, dan kedengkian. Sisi kritis CMM memisahkan jenis komunikasi yang merugikan
dari yang bermanfaat.
Naming Destructive Patterns of Communication: Offering a Better Way
Penamaan pola destruktif dari komunikasi : menemukan arah yang lebih baik.
COSMOPOLITAN COMMUNICATION—DISAGREE, YET COORDINATE
Cosmopolitan communication adalah koordinasi dengan orang lain yang memiliki
latar belakang, nilai, dan keyakinan yang berbeda, tanpa mencoba untuk mengubahnya.

ETHICAL REFLECTION: MARTIN BUBER’S DIALOGIC ETHICS


Pendekatan etis Martin Buber fokus pada hubungan antara orang-orang daripada
kode moral etik. Buber membandingkan dua jenis hubungan “I-It’ dibandingkan dengan “I-
Thou”. Pada hubungan “I-It”, kita memperlakukan orang lain sebagai benda yang digunakan,
sebuah objek untuk dimanipulasi. Sedangkan pada hubungan “I-Thou”, kita mengakui rekan
kita sebagai orang yang paling berharga. Ini berarti bahwa kita akan berusaha untuk
mengalami hubungan seperti yang muncul pada orang lain. Buber mengatakan bahwa kita
dapat melakukannya melalui dialog. Bagi Buber, dialogue adalah sinonim dari komunikasi
etis. Buber menggunakan imej narrow ridge untuk mengilustrasikan ketegangan dialogis
hidup. Narrow ridge adalah metafora I-Thou hidup dalam ketegangan dialogis antara
relativisme etis dan absolutisme yang kaku.
CRITIQUE: THREE THEORIES, THREE APPRAISALS
An Interpretive Theory
Dengan menawarkan alat analisis sebagai hierarki dan model berkelok-kelok dari
komunikasi, CMM mendorong understanding of people yang lebih baik dan dunia sosial
yang mereka ciptakan melalui percakapan. Namun, CMM menimbulkan kebingungan
dengan berbagai istilah dan pemahaman yang sulit dipahami karena ditampilkan atau
diwujudkan dalam bentuk yang berbelit-belit. Sebuah teori sebaiknya disusun ecara
sederhana dan mudah dipahami.
A Critical Theory
Banyak ilmuwan menganggap CMM bukan bagian dari teori kritikal karena tidak adanya
standar di antara satu pihak untuk dapat memberikan penilaian terhadap pihak yang lain.
CMM tidak melihat adanya kekuatan yang diciptakan atau berusaha untuk dipertahankan
dalam komunikasi melainkan menggunakan “alat bantu” yang disediakan oleh teori CMM
tersebut, dapat diketahui adanya ketimpangan dalam komunikasi atau dominansi di
dalamnya.
A Practical Theory
CCM hanya dapat menunjukkan cara menggunakan modul serta ide-ide yang disediakan
oleh teori tersebut namun tidak mampu memberikan penjelasan lebih lanjut. Selain itu,
masih banyak hal yang harus dilakukan oleh CCM sebagai teori interpretif yaitu: para
penerap teori CCM harus dapat menunjukkan bagaimana teori tersebut dikomunikasikan,
pengembangan mengenai “alat bantu” yang disediakan oleh CCM yang membantu dan yang
tidak. Selain itu, sebagai teori terapan, hal yang paling sering dikeluhkan adalah bagaimana
cara mengkomunikasikan CCM dalam konsep yang lebih sederhana dan mudah dipahami.

Anda mungkin juga menyukai