Anda di halaman 1dari 5

Introducing Communication Theory Hafiz Sandi Prasetyo (01041190062)

Ivan Bastian (01041190069)

CHAPTER 5: COORDINATED MANAGEMENT OF MEANING

Barnett Pearce dan Vernon Crenon orang yang mengembangkan teori “Coordinated
Management of Meaning”. CMM membantu menjelaskan bagaimana individu
menciptakan makna dalam suatu percakapan atau pesan. Pada umumnya, CMM
mengacu bagaimana seseorang menetapkan aturan untuk menciptakan dan
menafsirkan makna dan bagaimana aturan itu terjalin dalam suatu percakapan.

Assumptions of Coordinated Management of Meaning


Ada beberapa asumsi dalam Coordinated Management of Meaning:
1. Manusia “hidup” dalam komunikasi. Paige Marrs (2012) berpendapat bahwa
komunikasi adalah hakekat dari manusia, yang berarti bahwa manusia tidak bisa lepas
dari komunikasi karena manusia adalah mahkluk sosial yang saling bergantung
dengan yang lain.
2. Manusia bersama - sama menciptakan realitas sosial. Ini dinamakan “social
construtivism”. Sedangkan yang dimaksud dengan realitas sosialadalah keyakinan
seseorang tentang bagaimana makna dan tindakan manusia sesuai dengan interaksi
interpersonal (individu satu dengan yang lainnya).
3. Asumsi ketiga memandu hubungan CMM dengan cara orang mengendalikan
percakapan. Pertukaran informasi bergantung pada makna yang di interpretasi oleh
pribadi dan antar pribadi (interpersonal). Makna pribadi diartikan sebagai makna yang
diperoleh ketika seseorang membawa pengalaman uniknya ke dalam suatu interaksi.
Cushman dan Whiting berpendapat bahwa makna pribadi diperoleh melalui
pengalaman yang dimiliki seseorang dari orang lain. Ketika dua orang sepakat pada
interpretasinya satu sama lain dalam suatu interaksi, maka mereka telah mencapai
makna interpersonal.

The Hierarchy of Organized Meaning


Para ahli CMM mengemukakan 6 tingkatan makna (six - levels of meaning) yaitu isi
(content), speech acts, episodes, hubungan (relationship), life scripts, dan pola budaya
(cultural pattern). Ahli CMM mengusulkan hierarki ini untuk membantu kita
memahami urutan makna pada seseorang.
1. Content
Konten menentukan langkah pertama untuk mengubah data sensorik mentah
menjadi beberapa makna. Apa yang dilihat seseorang akan di interpretasi
sehingga menghasilkan suatu makna yang diperolehnya.
2. Speech Act
Tindakan yang dilakukan dengan cara berbicara, contohmya seperti bertanya,
memuji, mengancam, dan lain - lain.
3. Episodes
Dalam konteks komunikasi, yang dimaksud dengan episode adalah
penggambaran konteks terhadap tindakan seseorang. Pearce (2007) menyatakan
bahwa episode adalah urutan tindak tutur (speech act) yang saling berhubungan
menjadi sebuah cerita. Punctuation menjadi tanda ketika sebuah episode dimulai
atau berakhir.
4. Relationship
Tingkatan keempat yaitu hubungan, dimana dua orang mengenali potensi dan
keterbatasan yang dimiliki satu sama lain. Kemudian Pearce mengembangkan
pemahaman “hubungan” ini, bahwa hubungan tidak hanya terjadi dalam dua
orang saja melainkan bisa terjadi dalam cakupan yang lebih luas seperti dalam
pertemanan, keluarga dan lain - lain. Para ahli menggunakan istilah
“enmeshment” sejauh mana seseorang menganggap diri mereka sendiri sebagai
bagian dari suatu sistem.
5. Life Scripts
Sekumpulan episode masa lalu dan sekarang di definisikan sebagai “Life scripts”.
Life scripts ini bisa dianggap sebagai riwayat diri yang pernah dilalui dan
pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri sepanjang hidupnya mempengaruhi
cara berkomunikasi orang tersebut.
6. Cultural Patterns
Cultural patterns mengacu pada nilai - nilai masyarakat yang mencakup jenis
kelamin, ras, kelas, dan kepercayaan. Cultural patterns terbagi menjadi:
a) Individualism yang berarti memprioritaskan kebutuhan atau nilai - nilai
pribadi ketimbang kebutuhan atau nilai - nilai bersama.
b) Collectivism nilai budaya yang memprioritaskan kebutuhan atau nilai - nilai
bersama ketimbang kebutuhan atau nilai - nilai perorangan.

Charmed and Strange Loops


1. Loop is the reflexiveness of levels in hierarchy of meaning
2. Charmed loop is rules of meaning are consistent throughout the loop
3. Strange Loop is rules of meaning change within the loop

The Coordination of Meaning: Making Sense of the Sequence


Pearce di dalam diskusinya tentang koordinasi, percaya bahwa koordinasi
dimengerti paling baik melalui pengamatan cara berinteraksi orang-orang di dalam
kehidupan sehari-hari. Pearce menyimpulkan bahwa koordinasi mungkin bukanlah
kata pertama yang muncul di benak kita ketika mendengar kata komunikasi.
Terkadang, sulit untuk mencapai koordinasi disebabkan karena orang orang
mempunyai kemampuan percakapan yang berbeda-beda. Mencapai koordinasi
terkadang bisa menjadi sebuah tantangan karena orang-orang cenderung mencoba
untuk menghubungkan tindakan mereka dengan tindakan kita. Koordinasi tercapai
ketika dua orang saling mengerti pesan yang disampaikan dalam percakapan mereka.
Menurut Pearce, sebuah makna bukan tercapai melalui pemisahan, melainkan melalui
koordinasi dengan orang lain. Terdapat 3 hal yang mungkin terjadi ketika dua orang
berbincang: Mereka mencapai koordinasi, mereka tidak mencapai koordinasi, atau
mereka mencapai koordinasi sebagian.

Influences on the Coordination Process


Koordinasi dipengaruhi oleh beberapa persoalan, meliputi rasa moralitas dan
ketersediaan resources. Koordinasi mengharuskan individu untuk peduli dengan
tatanan moral yang lebih tinggi. Banyak ahli teori, seperti Pearce, menjelaskan
moralitas sebagai kehormatan, martabat, dan karakter. Tatanan moral ini meliputi
etika, dan tatanan ini pada dasarnya adalah kesempatan bagi individu untuk
menegaskan sikap etis dalam suatu percakapan.
Selain moralitas, koordinasi juga bisa dipengaruhi oleh sumber daya yang
dimiliki oleh individu. Sumber daya di sini adalah “cerita, gambaran, symbol, dan
institusi yang membuat kehidupan mereka bermakna. Sumber daya juga meliputi
persepsi, memori, dan konsep yang membantu individu dalam mencapai koherensi di
realita sosial mereka.
Mengkoordinasikan sebuah percakapan merupakan suatu hal yang penting.
Terkadang, mencapai koordinasi dengan sesame merupakan hal yang simple, tetapi di
lain waktu dapat menjadi sebuah tantangan. Karena setiap orang memiliki resources
yang berbeda-beda di dalam suatu percakapan.mendorong individual untuk merespon
kepada sesame berdasarkan pemaknaan mereka. Selain resources, koordinasi juga
bergantung kepada peraturan yang diikuti oleh para pembicara.

Rules and Unwanted Repetitive Patterns


Terdapat dua peraturan di dalam CMM (Coordinated Meaning Management) yaitu;
Constitutive Rule dan Regulative Rule.
1. Constitutive Rule
Constitutive rule mengarah kepada bagaimana kelakuan di interpretasikan dengan
sebuah konteks. Dengan arti lain, constitutive rule memberitahu kita apa arti dari
sebuah kelakuan.
2. Regulative Rule
Regulative rule mengarah kepada serangkaian perbuatan yang dilakukan olrh
individu, dan mereka mengkomunikasikan apa yang terjadi selanjutnya di dalam
percakapan. Contohnya, ada regulative rule ketika bertemu dengan kolega di
tempat kerja. Biasanya kita memperkenalkan diri, menyambut rekan kerja yang
baru, dan menunjukkan bahwa kita terbuka untuk menjawab pertanyaan
pertanyaan.

Unwanted Repetitive Patterns


Yang dimaksud adalah konflik yang disebabkan oleh peristiwa konfliktual yang
tidak dinginkan oleh individu yang terjadi secara berulang. Individu ini merasa tidak
berdaya untuk melepaskan diri dari konflik.
Mengapa dua orang terus terlibat di dalam URP? Pertama, mungkin mereka tidak
dapat melihat pilihan lain. Artinya, mereka tidak memiliki kemampuan untuk
melepaskan diri dari konflik. Kedua, mereka mungkin sudah merasa nyaman di dalam
konflik berulang ini. Ketiga, mereka mungkin tanpa sadar telah jatuh ke dalam pola
ini dengan sendirinya. Atau, mereka terlalu lelah untuk mencari jalan keluar dari
konflik ini.
Evaluation Criteria in CMM
1. Scope
Hingga saat ini, ruang lingkup dalam CMM masih dilihat terlalu luas. Para ahli
komunikasi mengemukakan bahwa teori ini terlalu abstrak dan definisi yang tepat
masih belum ditemukan. Pearce, Cronen, dan teoris CMM mengemukakan bahwa
“creation of meaning” dianggap terlalu membingungkan dan “salah arah”.
2. Parsimony
Dilihat sekilas, mungkin teori ini dapat disimpulkan sebagai teori yang rumit
karena teori ini lebih dimengerti sebagai konsep dan model yang lebih terbuka.
Tetapi, kenyataanya teori ini ternyata terbukti sebagai suatu model yang efisien.
Para teoris menyatakan,” tidak ada alasan kenapa metode penilitian lain tidak bisa
dipakai di dalam penelitian CMM”. Oleh karena itu, bahkan percakapan yang
kompleks dan sangat rumit sekalipun bisa di Analisa dan dimengerti.
3. Utility
Aplikasi teori ini terhadap individual dan percakapannya terlihat cukup jelas.
Kepraktisan dari melihat bagaimana cara orang memaknai suatu hal, potensi
terulangnya konflik, dan pengaruh diri terhadap proses komunikasi sungguh
menakjubkan. CMM dianggap oleh para teoris dan analis sebagai teori yang
praktikal.
4. Heurism
CMM adalah teori yang heuristic, menjangkau area konten yang amat beragam,
seperti examining international adoptions (Leinaweaver, 2012), spirituality
(Pearce,2012) , student-professor relationships, refugee communities, dan
mentoring relationships.

Anda mungkin juga menyukai