Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

KEKURANGAN KALORI PROTEIN (KKP)

Disusun Oleh :

NazLa Khorizah Haz 211211914 Mania Marjulita 211211910


Vini Aidillah 211211928 Fifin Delta Putri 211211902
Wulan Nabila Ulfa 211211930 Rahmatur Rohdhiah 211211919
Annisa Rahma 211211948 Fajri Ahmad Alfarizi 211211900
Andayani 211211891 Silviana Mychico J. 211211922
Jihan Hasanah Arzi 211211906 Nofta Andra 211211939
Anisa Aulia Putri 211211892 Tiara Febrian S. 211211927
Diva Salsabilla 211211896 Habib Ikhwa Ardhi 211211903
Reisya Maudizahra B. 211211920 Fadillah Al Husna 211211899

Dospem:

Ns. Velga Yazia, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG TAHUN AKADEMIK
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat, dan karunia serta
kasih sayang-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah mengenai ‘’Asuhan Keperawatan
Kekurangan Kalori Protein (KKP)’’. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada nabi terakhir, penutup para nabi sekaligus satu satunya Uswatun Hasanah kita, Nabi
Muhammad SAW. tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibuk Ns. Velga Yazia,
M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak.

Dalam penulisan makalah ini,kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami. Semoga dalam makalah ini,
pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik yang
membangun dari pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana semestinya.

Padang, 07 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................

A. Latar Belakang ....................................................................................................


B. Rumusan Masalah ...............................................................................................
C. Tujuan .................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI .........................................................................................

A. Pengertian ...........................................................................................................
B. Etiologi................................................................................................................
C. Klasifikasi ...........................................................................................................
D. Manifestasi Klinis................................................................................................
E. Tanda dan Gejala .................................................................................................
F. Komplikasi ..........................................................................................................
G. Patofisiologi ........................................................................................................
H. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................................
I. Penatalaksanaan...................................................................................................
J. Pathway...............................................................................................................

BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ..........................................

A. Pengkajian...........................................................................................................
B. Diagnosa .............................................................................................................
C. Intervensi.............................................................................................................

BAB IV PENUTUP .......................................................................................................

A. Kesimpulan ........................................................................................................
B. Saran ...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia membutuhkan makan untuk bertahan hidup. Selaim untuk bertahan hidup,
makanan juga berfungsi memenuhi kebutuhan kebutuhan tubuh akan zat zat seperti
karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan zat zat lain. Namun, di zaman yang sudah
modern ini justru banyak orang yang tidak dapat memenuhi zat zat tersebut.

Pada kali ini akan membahas secara khusus mengenai kekurangan kalori protein.
Protein yang berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama atau utama. Protein
berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Kita memperoleh
protein dari makanan yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Jika kita tidak medapat asupan
protein yang cukup dari makanan tersebut, maka kita akan mengalami kondisi malnutrisi
energi protein.

Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak anak. Secara umum,
kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit KKP, yaitu penyakit yang diakibatkan
kekurangan energi dan protein. KKP dapat juga diartikan sebagai keadaan kurang gizi yang
disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari hari sehingga tidak
memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Bergantung pada derajat kekurangan energi
protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda beda. Penyakit KKP ringan
sering diistilahkan dengan kurang gizi.

Penyakit ini yang paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara negara
berkembang. Gejala kurang gizi ringan relative tidak jelas, hanya terlihat bahwa berat badan
anak tersebut lebih rendah dibandingkan anak seusianya. Kira kira berat badannya hanya
sekitar 60% sampai 80% dari berat badan ideal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kekurangan Kalori Protein?
2. Apa Etiologi dari Kekurangan Kalori Protein?
3. Apa saja klasifikasi dari Kekurangan Kalori protein?
4. Bagaimana Manifestasi klinis dari Kekurangan Kalori Protein?
5. Apa saja tanda dan gejala dari Kekurangan Kalori Protein?
6. Apa saja komplikasi dari Kekurangan kalori Protein?
7. Apa Patofisiologi dari Kekurangan Kalori Protein?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Kekurangan Kalori Protein?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari Kekurangan Kalori Protein?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Defenisi Kekurangan Kalori Protein.
2. Untuk mengetahui Etiologi Kekurangan Kalori Protein.
3. Untuk mengetahui Klasifikasi dari Kekurangan Kalori Protein.
4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Kekurangan Kalori Protein.
5. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Kekurangan Kalori Protein.
6. Untuk mengetahui Komplikasi Kekurangan Kalori Protein.
7. Untuk mengetahui Patofisiologi Kekurangan Kalori Protein.
8. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Kekurangan Kalori Protein.
9. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Kekurangan Kalori Protein.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kekurangan Kalori Protein (KKP)

Nama internasional KKP yaitu Calori Protein Malnutrition atau CPM adalah suatu
penyakit difisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat, disebut juga Protein Energi
Malnutrisi (PEM).

Kekurangan kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang
dikarenakan adanya difisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada
defisiensi maupun energi.

Kurang kalori protein diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan berat tidaknya yaitu
KKP ringan atau sedang disebut juga sebagai gizi kurang (undernutrition) ditandai oleh
adanya hambatan pertumbuhan dan KKP yang meliputi kwashiorkor, marasmus dan
kwashiorkor marasmus. Malnutrisi kalori protein adalah tidak adekuatnya intake protein dan
kalori yang dihubungkan oleh tubuh.

Kurang energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari hari sehingga tidak memenuhi angka
kebutuhan gizi (AKG). (Betz, L & Linda S, 2013)

B. Etiologi

Etiologi malnutrisi dapat primer, yaitu apabila kebutuhan individu yang schat akan
protein, kalori atau keduanya, tidak dipenuhi oleh makanan yang adekuat, atau sekunder,
akibat adanya penyakit yang menyebabkan asupan suboptimal, gangguan penyerapan dan
pemakaian nutrien, dan/atau peningkatan kebutuhan karena terjadinya hilangnya nutrien atau
keadaan stres. Kekurangan kalori protein merupakan penyakit energi terpenting di negara
yang sedang berkembang dan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas pada masa
kanak kanak diseluruh dunia. Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori protein
dengan berbagai tekanan, sehingga terjadi spektrum gejala-gejala dengan berbagai nuansa
dan melahirkan klasifikasi klinik (kwashiorkor, marasmus, marasmus kwashiorkor).
Penyebab tak langsung dari KKP sangat banyak sehingga penyakit ini disebut sebagai
penyakit dengan multifactoral.

Berikut ini merupakan sistem holistik penyebab multifactoral menuju ke arah terjadinya
KKP:
 Ekonomi negara rendah
 Pendidikan umum kurang
 Produksi bahan à rendah pangan
 Hygiene rendah
 Pekerjaan rendah
 Pasca panen kurang baik
 Sistem perdagangan dan distribusi tidak lancer
 Persediaan pangan kurang
 Penyakit infeksi dan investasi cacing
 Konsumsi kurang
 Absorpsi terganggu
 Utilisasi terganggu
 KKP
 Pengetahuan gizi kurang
C. Klasifikasi

Berdasarkan berat dan tidaknya, KKP dibagi menjadi:

KKP ringan/sedang disebut juga sebagai gizi kurang (undernutrition) ditandai oleh
adanya hambatan pertumbuhan.
KKP berat, meliputi: Kwashiorkor, marasmus, marasmik-kwashiorkor.

1. Kwashiorkor

a. Pengertian

Adalah bentuk kekurangan kalori protein yang berat, yang amat sering terjadi pada
anak kecil umur 1 dan 3 tahun (Jelliffe, 1994). Kwashiorkor adalah suatu sindroma klinik
yang timbul sebagai suatu akibat adanya kekurangan protein yang parah dan pemasukan
kalori yang kurang dari yang dibutuhkan (Behrman dan Vaughan, 1994). Kwashiorkor adalah
penyakit gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan perlemahan hati yang
disebabkan karena kekurangan asupan kalori dan protein dalam waktu yang lama
(Ngastiyah,1997).

b. Etiologi
Penyebab utama dari kwashiorkor adalah makanan yang sangat sedikit mengandung
protein (terutama protein hewani), kebiasaan memakan makanan berpati terus-menerus,
kebiasaan makan sayuran yang mengandung karbohidrat.

Penyebab kwashiorkor yang lain yaitu:

 Adanya pemberian makanan yang buruk yang mungkin diberikan oleh ibu karena
alasan: miskin, kurang pengetahuan, dan adanya pendapat yang salah tentang
makanan.
 Adanya infeksi, misalnya:
 Diare akan mengganggu penyerapan makanan.
 Infeksi pernapasan (termasuk TBC dan batuk rejan) yang menambah kebutuhan tubuh
akan protein dan dapat mempengaruhi nafsu makan.
 Kekurangan ASI.

2. Marasmus

a. Pengertian

Marasmus adalah penyakit yang timbul karena kekurangan energi (kalori) sedangkan
kebutuhan protein relatif cukup (Ngastiyah,1997).

b. Etiologi

Penyebab marasmus yang paling utama adalah karena kelaparan. Kelaparan biasanya terjadi
pada kegagalan menyusui, kelaparan karena pengobatan, kegagalan memberikan makanan
tambahan.

Tanda-tanda marasmus dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Tanda-tanda ini selalu ada dan seluruhnya membutuhkan diagnosa:


 Gangguan perkembangan
 Hilangnya lemak di otot dan di bawah kulit.
2. Kadang-kadang ada
 Mencret/diare atau konstipasi.
 Perubahan pada rambut, seperti pada kwashiorkor.
 Tanda-tanda dari defisiensi vitamin.
 Dehidrasi.

3. Marasmik – Kwashiorkor
1. Pengertian

Marasmik – kwashiorkor merupakan kelainan gizi yang menunjukkan gejala klinis


campuran antara marasmus dan kwashiorkor. (Markum,1996).

Marasmik – kwashiorkor merupakan malnutrisi pada pasien yang telah mengalami


kehilangan berat badan lebih dari 10%, penurunan cadangan lemak dan protein serta
kemunduran fungsi fisiologi. (Graham L. Hill, 2000).

2.Etiologi

Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori protein dengan berbagai
tekanan, sehingga terjadi spektrum gejala-gejala dengan berbagai nuansa dan melahirkan
klasifikasi klinik (kwashiorkor, marasmus,marasmus kwashiorkor).Penyebab tak langsung
dari KKP sangat banyak sehingga penyakitini disebut sebagai penyakit dengan causa
multifactoral.

D. Manifestasi Klinis
Pada Klien Kwashiorkor
- Muka sembab
- Edema
- Lethargi
- Jaringan otot mengecil
- Jaringan subkutan tipis dan lembut
- Warna rambut pirang atau seperti rambut jagung
- Kulit kering dan bersisik
- Alopecia
- Anorexia
- Gagal dalam tumbuh kembang
- Tampak anemia
Pada Klien Marasmus
- Badan kurus kering
- Tampak seperti orang tua
- Lethargi
- Kulit keriput
- Ubun ubun cekung pada bayi
- Jaringan subkutan hilang
- Turgor kulit jelek
- Malaise
- Apatis
- Kelaparan

Adapun 2 golongan

KKP:

1. KKP Ringan
 Pertumbuhan linear terganggu
 Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun
 Ukuran lingkar lengan atas menurun
 Maturasi tulang terlambat
 Ratio berat terhadap tinggi normal cenderung menurun
 Anemia ringan atau pucat
 Aktifitas berkurang
 Kelainan kulit (kering dan kusam)
 Rambut kemerahan
2. KKP Berat
 Gangguan pertumbuhan
 Mudah sakit
 Kurang cerdas
 Jika berkelanjutan menimbulkan kematian
E. Tanda dan Gejala

Untuk bisa bekerja secara optimal, tubuh membutuhkan asupan nutrisi yang cukup. Jika
tubuh kekurangan energi protein dalam jangka panjang, maka dapat muncul beragam keluhan.

Gejala yang umumnya muncul adalah:

 Berat badan di bawah normal dengan indeks massa tubuh (IMT) kurang dari 18,5
kg/m2
 Lelah atau lemas yang terus-menerus
 Mudah kedinginan
 Hilang nafsu makan
 Penyusutan otot atau atrofi otot dan lemak tubuh
 Perubahan sikap dan emosi, misalnya menjadi apatis (tidak peduli terhadap
lingkungan), sering gelisah, mudah marah, sulit berkonsentrasi atau sedih yang terus-
menerus
 Kulit kering dan lebih pucat
 Sering sakit dan luka lebih lama sembuh
 Rambut rontok hingga botak
 Mati rasa atau kesemutan
 Diare kronis

Pada anak-anak, beberapa gejala malnutrisi energi protein selain dari yang telah
disebutkan di atas adalah:

 Keterlambatan tumbuh kembang jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya


 Tidak aktif dan mudah lelah
 Lebih rewel
 Rentan terkena penyakit, termasuk penyakit infeksi

Gejala lain juga bisa muncul tergantung jenis malnutrisi energi protein yang terjadi. Jika
terjadi kekurangan energi dan protein (marasmus), penderita rentan mengalami dehidrasi dan
penyusutan usus.

Sedangkan penderita yang hanya kekurangan protein (kwashiorkor) umumnya akan


mengalami penumpukan cairan (edema) di perut atau bagian tubuh lain, seperti tangan dan
kaki. Bila malnutrisi makin parah, laju pernapasan dan denyut nadi akan melambat. Selain
itu, dapat terjadi gangguan pada fungsi jantung, ginjal, dan hati.

1. KKP Ringan
a. Pertumbuhan linear terganggu
b. Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun
c. Ukuran lingkar lengan atas menurun
d. Maturasi tulang terhambat
e. Ratio berat terhadap tinggi normal atau cenderung menurun
f. Anemia ringan atau pucat
g. Aktifitas berkurang
h. Kelainan kulit (kering, kusan)
i. Rambut kemerahan
2. KKP Berat
a. Gangguan pertumbuhan
b. Mudah sakit
c. Kurang cerdas
d. Jika berkelanjutan menimbulkan kematian (Betz, L & Linda S, 2013)
F. Komplikasi
Defisiensi vitamin A (xerophtalmia) Vitamin A berfungsi pada penglihatan
(membantu regenerasi visual purple bila mata terkena cahaya). Jika tidak segera
teratasi ini akan berlanjut menjadi keratomalasia (menjadi buta).
Defisiensi Vitamin B1 (tiamin) disebut Atiaminosis. Tiamin berfungsi sebagai ko-
enzim dalam metabolisme karbohidrat. Defisiensi vitamin B1menyebabkan penyakit
beri-beri dan mengakibatkan kelainan saraf, mental dan jantung.
Defisiensi Vitamin B2 (Ariboflavinosis) Vitamin B2/riboflavin berfungsi sebagai ko-
enzim pernapasan. Kekurangan vitamin B2 menyebabkan stomatitis angularis (retak-
retak pada sudut mulut, glositis, kelainan kulit dan mata.
Defisiensi vitamin B6 yang berperan dalam fungsi saraf.
Defisiensi Vitamin B12 Dianggap sebagai faktor anti anemia dalam factor ekstrinsik.
Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia pernisiosa.
Defisit Asam Folat Menyebabkan timbulnya anemia makrositik,megaloblastik,
granulositopenia, trombositopenia.
Defisiensi Vitamin C Menyebabkan skorbut (scurvy), mengganggu integrasi dinding
kapiler. Vitamin C diperlukan untuk pembentukan jaringan kolagen oleh fibroblas
karena merupakan bagian dalam pembentukan zat intersel, pada proses pematangan
eritrosit, pembentukan tulang dan dentin.
Defisiensi Mineral seperti Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi, Yodium Kekurangan
yodium dapat menyebabkan gondok (goiter) yang dapat merugikan
tumbuh kembang anak
Tuberkulosis paru dan bronkopneumonia.
Noma sebagai komplikasi pada KEP berat Noma atau stomatitis merupakan
pembusukan mukosa mulut yang bersifat progresif sehingga dapat menembus pipi,
bibir dan dagu. Noma terjadi bila daya tahan tubuh sedang menurun. Bau busuk yang
khas merupakan tanda khas pada gejala ini.
G. Patofisiologi

Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu
berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan
hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat
dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk
menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam
puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan
makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah
protein lagi setelah kira kira kehilangan separuh dari tubuh. (Arisman, 2012).

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap (Hb, Ht, albumin, globulin, protein total,
elektrolit serum.
2. Pemeriksaan urine.
3. Uji faat hati
4. EKG
5. Photo thorax
6. Antropometri anak (TB/U, BB/U, LK/U)
I. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kurang kalori protein:

Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin


Pemberian terapi cairan dan elektrolit
Penanganan diare bila ada: cairan, antidiare, dan antibiotic

Penatalaksanan KKP berat dirawat inap dengan pengobatan rutin:

1. Atasi atau cegah hipoglikemi

Periksa kadar gula darah bila ada hipotermi (suhu skala < 35 derajat celciul suhu
rektal 35,5 derajat celcius). Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegah
kedua kondisi tersebut. Bila kadar gula darah di bawah 50 mg/dl, berikan: a. 50 ml bolus
glukosa 10
% atau larutan sukrosa 10% (1 sdt gula dalam 5 adm air) secara oral atau sonde/ pipa
nasogastrik b. Selanjutnya berikan lanjutan tersebut setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali
berikan bagian dari jatah untuk 2 jam) c. Berikan antibiotik d. Secepatnya berikan makanan
setiap 2 jam, siang.
2. Atasi atau cegah hipotermi

Bila suhu rektal < 35.5 derajat celcius:

 Segera berikan makanan cair/ formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu)
 Hangatkan anak dengan pakaian atau seelimut sampai menutup kepala, letakkan dekat
lampa atau pemarias (jangan gunakan botol air panas) atau peluk anak di dasa ibu,
selimuti.
 Berikan antibiotik
 Suhu diperiksa sampai mencapai 36.5 derajat celcius.
3. Atasi atau cegah dehidrasi

Jangan mengunakan jalur intravena untuk rehidrasi kecuali keadaan syok/rentan.


Lakukan pemberian infus dengan hati-hati, tetesan pelan pelan untuk menghindari beban
sirkulasi dan jantung. Gunakan larutan garam khusus yaitu resomal (rehydration Solution for
malnutrition atau pengantinya). Anggap semua anak KKP berat dengan diare encer
mengalami dehidrasi sehingga harus diberikan :

 Cairal Resomal/pengantinya sebanyak 5ml/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam


secara oral atau lewat pipa nasogastrik.
 Selanjutnya beri 5-10 ml/kgBB/jam selama 4-10 jam berikutnya; jumlah yang tepat
harus diberikan tergantung berapa banyak anak menginginkannntya dan banyaknya
kehilangan cairan melalui tinja dan muntah.
 Ganti Resomal/penganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formulas khusus sejumlah
yang sama, bila keadaan rehidrasi menetap/stabil.
 Selanjutnya mulai beri formula khusus
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

Pada semua KKP berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar Na plasma
rendah. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg) sering terjadi dan paling sedikit perlu 2
minggu untuk pemulihan. Ketidakseimbangan ini ikut andil pada terjadinya edema (jangan
obati dengan pemberian diuretik). Berikan :

 Tambahkan K2-4 mEq/kgBB/hari (-150-300mg KCL/kgBB/hari)


 Tambahkan Mg 0,3-0,6 mEq/kgBB/hari (-7,5-15mgKCL/kgBB/hari)
 Siapkan makanan tanpa beri garam
 Tambahkan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk cairan dan tambahkan langsung
pada makanan. Penambahan 20 ml larutan pada 1 liter formula. Selain itu atasi
penyakit penyerta, yaitu:

1). Defisiensi vitamin A, seperti korelasi defisiensi mikro Dermatosis Umum defisiensi
Zn terdapat pada keadaan ini dan dermatosis membaik dengan pemberian
suplementasi Zn, selain itu :

Kompres bagian kulit yang terkena dengan KmnO (K permanganat) 1% selama 10


menit.
Beri salep (Zn dengan minyak kastor)
Jaga daerah perineum agar tetap
kering

2). Parasit/cacing, beri mebendazol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari.

3). Diare melanjut.

Diare biasa menyertai dan berkurang dengan sendirinya pada pemberian makanan
secara berhati-hati. Bila ada intoleransi laktosa (jarang) obati hanya bila diare berlanjutnya
diare. Bila mungkin lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik, berikan metronidazol 7,5 mg/kg
BB setiap 8 jam selama 7 hari. (Arisman, 2012).

J. Pathway
BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a) Identitas

Biodata anak terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,suku/bangsa,
golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no medrec,
diagnosa medis, alamat.

b) Identitas Penanggung Jawab

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,hubungan dengan


anak, alamat, keadaan kesehatan.

c) Keluhan Utama

Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan
(berat badan semakin lama semakin turun), sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan
terjadinya gangguan kekurangan gizi.

 Pada marasmus: ibu pasien mengatakan anaknya rewel, tidak mau makan,
badan terlihat sangat kurus.
 Pada kwashiorkor: ibu mengatakan anak mengalami bengkak pada kaki dan
tangan, kondisi lemah, tidak mau makan, BB menurun
d) Riwayat Kesehatan sekarang

Pada anak dengan marasmus berat badan menurut < 60% dari berat badan normal
usianya.Pada anak dengan kwashiorkor biasanya mengalami gangguan pertumbuhan (BB <
80% dari BB normal seusianya), bengkak pada tungkai, perut terlihat busung, serta
mengalami keterbelakangan mental yaitu apatis dan rewel, juga mengalami penurunan nafsu
makan ringan sampai berat.

e) Riwayat Kesehatan Dahulu

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan postnatal, hospitalisasi dan


pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang,imunisasi, status
gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual,interaksi dan lain-lain. Data fokus
yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat
kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama).

f) Riwayat Kesehatan Keluarga

Meliputi pengkajian komposisi keluarga,lingkungan rumah dan komunitas,


pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan anggota keluarga, kultur
dan kepercayaan perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang
penyakit klien dan lain-lain.Tanyakan apakah anggota keluarga pasien pernah menderita
penyakit yang berhubungan dengan kekurangan gizi atau kurang protein.Kaji apakah ada
riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya kwarshiorkor. Namun, sebagian
besar tidak ada pengaruh genetic yang dapat menyebabkan marasmus-kwarshiorkor.
Penyebab yang paling utama dikaitkan dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat.

g) Riwayat Pertumbuhan Perkembangan


Anak yang menderita marasmus-kwarshiorkor mengalami keterlambatan
pertumubuhan akibat defisiensi protein maupun kalori dan gangguan penglihatan
Kecerdasan anak dengan marasmus-kwarshiorkor juga akan menurun akibat
keterbelakangan pertumbuhan dan perkembangan.
Anak mengalami gangguan anoreksia dapat memperberat gangguan nutrisi sehingga
intake nutrisi semakin berkurang dan mengakibatkan penurunan berat badan.
h) Riwayat Nutrisi

Anak dengan kwarshiorkor akan mengalami malnutrisi terutama defisiensi protein.


Anak juga kekurangan asupan karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral penting yang
diperlukan tubuh. Vitamin yang kurang diantaranya pembentuk darah seperti Ferum, vitamin
B kompleks (B12, folat, B6) dan vitamin A yang penting untuk pertumbuhan mata.

i) Pemeriksaan Fisik

Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to toe yang meliputi:
keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital,area kepala dan wajah, dada,
abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria. Fokus pengkajian pada anak dengan KKP adalah
pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan
kulit).

j) Pengkajian Pola Fungsional Gordon


 Persepsi dan pemeliharaan kesehatan: pasien dan keluarga mengatakan bahwa
kesehatan itu sangat penting dan menjadi prioritas dalam hidupnya, tetapi dalam
kenyataannya pasien sudah dalam kondisi lemah belum dibawa ke RS/puskesmas
terdekat. Pasien hanya istirahat di rumah dan pembatasan dalam aktivitasnya.
 Pola nutrisi / metabolic Intake makanan: pasien mengatakan sebelum sakit makan 3x
sehari dengan nasi, lauk pauk (pagi, siang dan malam), sedangkan selama sakit pasien
mengatakan tidak nafsu makan, jika makan muntah dan hanya habis 3 sendok makan /
suap. Intake cairan: pasien mengatakan sebelum sakit minum air putih 5 gelas
belimbing/ hari,sedangkan selama sakit pasien mengatakan minum air putih 3 gelas
dan terbantu dari infuse RL 20 tpm.
 Pola eliminasi. Buang air besar Sebelum sakit pasien mengatakan BAB1x sehari
(lancar, warna kuning, konsistensi lembek, dan bau khas) sedangkan selama sakit
pasien mengatakan belum BAB selama 3 hari.Buang air kecil sebelum sakit pasien
mengatakan 3-4x sehari (kencing banyak, warna kuning jernih, bau khas amoniak)
sedangkan selama sakit pasien mengatakan BAK 2-3x sehari (banyak, warna kuning
pekat, bau khas amoniak).
 Pola Aktifitas dan Latihan seperti makan/minum, mandi, mobilitas ditempat tidur,
berpindah, toileting pasien, berpakaian dan ambulasi/ROM dibantu orang lain.Pola
tidur dan istirahat Sebelum sakit pasien mengatakan tidur 7 – 8 jam / hari (nyenyak)
sedangkan selama sakit pasien mengatakan tidak bisa istirahat karena tidak nyaman di
rumah sakit, dan pasien juga merasa pusing.
 Pola kognitif (penglihatan, pendengaran, pengecapan, sensai). Sebelum sakit pasien
mengatakan masih bisa melihat dengan baik, tidak ada gangguan pendengaran,
pengecapan dan sensasi berfungsi dengan baik. Sedangkan selama sakit pasien
mengatakan juga masih bisa melihat dengan baik tidak ada gangguan pendengaran,
pengevapan dan sensori.
 Pola persepsi diri. Sebelum sakit pasien mengatakan tidak mencemaskan keadaanya
dan percaya kepada Tuhan memberikan yang terbaik pada hamba-Nya. Sedangkan
selama sakit pasien mengatakan cemas dan takut berada di rumah sakit tetapi pasien
pasrah dengan penyakit yang diderita dengan terus tetap berobat di rumah sakit.
 Pola seksualitas dan reproduksi. Sebelum sakit pasien mengatakan pola seksualitas
normal, sedangkan selama sakit pasien mengatakan pola seksual masih normal.
 Pola peran dan hubungan. Sebelum sakit pasien mengatakan sering komunikasi
dengan teman temannya dan sering berkumpul dengan tetanngganya. Sedangkan
selama sakit
pasien mengatakan jarang berbicara dengan pasien lain, dan banyak saudara, keluarga
yang menjenguk.
 Pola management koping stress. Sebelum sakit pasien mengatakan jika ada masalah
pribadi selalu membicarakan dengan anak anaknya. Sedangkan selama sakit pasien
juga membicarakan dengan anak anaknya.
 System nilai dan keyakinan. Sebelum sakit pasien mengatakan beragama islam, dan
rutin menjalankan sholat 5 waktu, sedangkan sebelum sakit pasien mengatakan tidak
mengerjakan sholat 5 waktu,karena merasa sangat lemas.
B. Diagnosa
1. Defisit Nutrisi berhubungan dengan kegagalan menyusui ASI.
2. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan kekurangan energi protein.
3. Risiko Gangguan perkembangan berhubungan dengan kegagalan menyusui ASI.
C. Intervensi Keperawatan

NO SDKI SLKI SIKI


1. Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1×24 jam Manajemen nutrisi
kegagalan menyusui ASI diharapkan kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi, Observasi:
dengan kriteria hasil: - Identifikasi status nutrisi
1) Nafsu menyusu ASI menjadi baik - Monitor berat badan
2) Porsi makanan yang dihabiskan Terapeutik:
3) Kekuatan otot pengunyah meningkat - sajikan makanan secara menarik dan suhu
4) Kekuatan otot menelan meningkat yang sesuai
5) Nyeri abdomen berkurang - Berikan makanan tinggi protein
6) Sariawan berkurang Edukasi:
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan

2. Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 Perawatan Integritas Kulit
kulit/jaringan b.d jam diharapkan intoleransi aktivitas teratasi dengan Observasi:
kekurangan energi protein kriteria hasil:
1) Elastisitas kulit normal - Identifikasi penyebab gangguan integritas
2) Perfusi jaringan normal kulit
3) Kulit membaik Terapeutik :
Perfusi jaringan - Gunakan produk berbahan petrolium atau
normal minyak pada kulit kering
Edukasi:
- Anjurkan menggunakan pelembab
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan buah dan
sayur
3. Risiko gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 Promosi Perkembangan Anak
perkembangan jam diharapkan harga diri rendah dapat teratasi Observasi:
b.d menyusui ASI dengan kriteria hasil: - Identifikasi kebutuhan khusus anak
1) Keterampilan dan perilaku sesuai usia dan kemampuan adaptasi anak
meningkat Pemantauan perubahan status nutri Terapeutik:
meningkat - Fasilitasi hubungan anak dengan teman
sebaya
- Dukung anak berinteraksi dengan
anak lain
- Dukung anak mengekpresikan
perasaannya secara positif
- Dukung anak dalam bermimpi
atau berfantasi sewajarnya
- Dukung partisipasi anak di sekolah,
ekstrakulikuler dan aktivitas
komunitas
- Berikan mainan yang sesuai dengan
usia anak
- Bernyanyi Bersama anak lagu-lagu
yang disukai anak
- Bacakan cerita/dongeng untuk anak
- Diskusikan bersama remaja tujuan
dan harapannya
- Sediakan kesempatan dan alat-alat untuk
menggambar, melukis, dan mewarnai
- Sediakan mainan berupa puzzle dan maze
Edukasi:
- Jelaskan nama-nama benda obyek
yang ada di lingkungan sekitar
- Ajarkan pengasuh milestones
perkembangan dan perilaku
yang
dibentuk
- Ajarkan sikap kooperatif,
bukan kompetisi diantara anak
- Ajarkan anak cara meminta bantuan dari
anak lain, jika perlu
- Ajarkan teknik asertif pada anak
dan remaja
- Demonstrasikan kegiatan yang
meningkatkan perkembangan
pada pengasuh
Kolaborasi:
- Rujuk untuk konseling, jika perlu
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau
status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat zat gizi yang digunakan secara
efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja,
dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila
tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial.

B. Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini ibu lebih memperhatikan status gizi anak agar
tidak terjadi malnutrisi atau kekurangan kalori protein (KKP).
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Andriani, M., dan Wirjatmadi, B. 2014. Peran Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta:Kencana
Persada Media Group
Anggraeni. 2012. Asuhan Gizi; Nurtitional Care Process. Graha Ilmu. Yogyakarta
Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai