Makalah Asuhan Keperawatan KKP 2
Makalah Asuhan Keperawatan KKP 2
Disusun Oleh :
Dospem:
Dalam penulisan makalah ini,kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami. Semoga dalam makalah ini,
pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik yang
membangun dari pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana semestinya.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Pengertian ...........................................................................................................
B. Etiologi................................................................................................................
C. Klasifikasi ...........................................................................................................
D. Manifestasi Klinis................................................................................................
E. Tanda dan Gejala .................................................................................................
F. Komplikasi ..........................................................................................................
G. Patofisiologi ........................................................................................................
H. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................................
I. Penatalaksanaan...................................................................................................
J. Pathway...............................................................................................................
A. Pengkajian...........................................................................................................
B. Diagnosa .............................................................................................................
C. Intervensi.............................................................................................................
A. Kesimpulan ........................................................................................................
B. Saran ...................................................................................................................
Pada kali ini akan membahas secara khusus mengenai kekurangan kalori protein.
Protein yang berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama atau utama. Protein
berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Kita memperoleh
protein dari makanan yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Jika kita tidak medapat asupan
protein yang cukup dari makanan tersebut, maka kita akan mengalami kondisi malnutrisi
energi protein.
Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak anak. Secara umum,
kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit KKP, yaitu penyakit yang diakibatkan
kekurangan energi dan protein. KKP dapat juga diartikan sebagai keadaan kurang gizi yang
disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari hari sehingga tidak
memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Bergantung pada derajat kekurangan energi
protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda beda. Penyakit KKP ringan
sering diistilahkan dengan kurang gizi.
Penyakit ini yang paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara negara
berkembang. Gejala kurang gizi ringan relative tidak jelas, hanya terlihat bahwa berat badan
anak tersebut lebih rendah dibandingkan anak seusianya. Kira kira berat badannya hanya
sekitar 60% sampai 80% dari berat badan ideal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kekurangan Kalori Protein?
2. Apa Etiologi dari Kekurangan Kalori Protein?
3. Apa saja klasifikasi dari Kekurangan Kalori protein?
4. Bagaimana Manifestasi klinis dari Kekurangan Kalori Protein?
5. Apa saja tanda dan gejala dari Kekurangan Kalori Protein?
6. Apa saja komplikasi dari Kekurangan kalori Protein?
7. Apa Patofisiologi dari Kekurangan Kalori Protein?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Kekurangan Kalori Protein?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari Kekurangan Kalori Protein?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Defenisi Kekurangan Kalori Protein.
2. Untuk mengetahui Etiologi Kekurangan Kalori Protein.
3. Untuk mengetahui Klasifikasi dari Kekurangan Kalori Protein.
4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Kekurangan Kalori Protein.
5. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Kekurangan Kalori Protein.
6. Untuk mengetahui Komplikasi Kekurangan Kalori Protein.
7. Untuk mengetahui Patofisiologi Kekurangan Kalori Protein.
8. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Kekurangan Kalori Protein.
9. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Kekurangan Kalori Protein.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Nama internasional KKP yaitu Calori Protein Malnutrition atau CPM adalah suatu
penyakit difisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat, disebut juga Protein Energi
Malnutrisi (PEM).
Kekurangan kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang
dikarenakan adanya difisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada
defisiensi maupun energi.
Kurang kalori protein diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan berat tidaknya yaitu
KKP ringan atau sedang disebut juga sebagai gizi kurang (undernutrition) ditandai oleh
adanya hambatan pertumbuhan dan KKP yang meliputi kwashiorkor, marasmus dan
kwashiorkor marasmus. Malnutrisi kalori protein adalah tidak adekuatnya intake protein dan
kalori yang dihubungkan oleh tubuh.
Kurang energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari hari sehingga tidak memenuhi angka
kebutuhan gizi (AKG). (Betz, L & Linda S, 2013)
B. Etiologi
Etiologi malnutrisi dapat primer, yaitu apabila kebutuhan individu yang schat akan
protein, kalori atau keduanya, tidak dipenuhi oleh makanan yang adekuat, atau sekunder,
akibat adanya penyakit yang menyebabkan asupan suboptimal, gangguan penyerapan dan
pemakaian nutrien, dan/atau peningkatan kebutuhan karena terjadinya hilangnya nutrien atau
keadaan stres. Kekurangan kalori protein merupakan penyakit energi terpenting di negara
yang sedang berkembang dan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas pada masa
kanak kanak diseluruh dunia. Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori protein
dengan berbagai tekanan, sehingga terjadi spektrum gejala-gejala dengan berbagai nuansa
dan melahirkan klasifikasi klinik (kwashiorkor, marasmus, marasmus kwashiorkor).
Penyebab tak langsung dari KKP sangat banyak sehingga penyakit ini disebut sebagai
penyakit dengan multifactoral.
Berikut ini merupakan sistem holistik penyebab multifactoral menuju ke arah terjadinya
KKP:
Ekonomi negara rendah
Pendidikan umum kurang
Produksi bahan à rendah pangan
Hygiene rendah
Pekerjaan rendah
Pasca panen kurang baik
Sistem perdagangan dan distribusi tidak lancer
Persediaan pangan kurang
Penyakit infeksi dan investasi cacing
Konsumsi kurang
Absorpsi terganggu
Utilisasi terganggu
KKP
Pengetahuan gizi kurang
C. Klasifikasi
KKP ringan/sedang disebut juga sebagai gizi kurang (undernutrition) ditandai oleh
adanya hambatan pertumbuhan.
KKP berat, meliputi: Kwashiorkor, marasmus, marasmik-kwashiorkor.
1. Kwashiorkor
a. Pengertian
Adalah bentuk kekurangan kalori protein yang berat, yang amat sering terjadi pada
anak kecil umur 1 dan 3 tahun (Jelliffe, 1994). Kwashiorkor adalah suatu sindroma klinik
yang timbul sebagai suatu akibat adanya kekurangan protein yang parah dan pemasukan
kalori yang kurang dari yang dibutuhkan (Behrman dan Vaughan, 1994). Kwashiorkor adalah
penyakit gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan perlemahan hati yang
disebabkan karena kekurangan asupan kalori dan protein dalam waktu yang lama
(Ngastiyah,1997).
b. Etiologi
Penyebab utama dari kwashiorkor adalah makanan yang sangat sedikit mengandung
protein (terutama protein hewani), kebiasaan memakan makanan berpati terus-menerus,
kebiasaan makan sayuran yang mengandung karbohidrat.
Adanya pemberian makanan yang buruk yang mungkin diberikan oleh ibu karena
alasan: miskin, kurang pengetahuan, dan adanya pendapat yang salah tentang
makanan.
Adanya infeksi, misalnya:
Diare akan mengganggu penyerapan makanan.
Infeksi pernapasan (termasuk TBC dan batuk rejan) yang menambah kebutuhan tubuh
akan protein dan dapat mempengaruhi nafsu makan.
Kekurangan ASI.
2. Marasmus
a. Pengertian
Marasmus adalah penyakit yang timbul karena kekurangan energi (kalori) sedangkan
kebutuhan protein relatif cukup (Ngastiyah,1997).
b. Etiologi
Penyebab marasmus yang paling utama adalah karena kelaparan. Kelaparan biasanya terjadi
pada kegagalan menyusui, kelaparan karena pengobatan, kegagalan memberikan makanan
tambahan.
3. Marasmik – Kwashiorkor
1. Pengertian
2.Etiologi
Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori protein dengan berbagai
tekanan, sehingga terjadi spektrum gejala-gejala dengan berbagai nuansa dan melahirkan
klasifikasi klinik (kwashiorkor, marasmus,marasmus kwashiorkor).Penyebab tak langsung
dari KKP sangat banyak sehingga penyakitini disebut sebagai penyakit dengan causa
multifactoral.
D. Manifestasi Klinis
Pada Klien Kwashiorkor
- Muka sembab
- Edema
- Lethargi
- Jaringan otot mengecil
- Jaringan subkutan tipis dan lembut
- Warna rambut pirang atau seperti rambut jagung
- Kulit kering dan bersisik
- Alopecia
- Anorexia
- Gagal dalam tumbuh kembang
- Tampak anemia
Pada Klien Marasmus
- Badan kurus kering
- Tampak seperti orang tua
- Lethargi
- Kulit keriput
- Ubun ubun cekung pada bayi
- Jaringan subkutan hilang
- Turgor kulit jelek
- Malaise
- Apatis
- Kelaparan
Adapun 2 golongan
KKP:
1. KKP Ringan
Pertumbuhan linear terganggu
Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun
Ukuran lingkar lengan atas menurun
Maturasi tulang terlambat
Ratio berat terhadap tinggi normal cenderung menurun
Anemia ringan atau pucat
Aktifitas berkurang
Kelainan kulit (kering dan kusam)
Rambut kemerahan
2. KKP Berat
Gangguan pertumbuhan
Mudah sakit
Kurang cerdas
Jika berkelanjutan menimbulkan kematian
E. Tanda dan Gejala
Untuk bisa bekerja secara optimal, tubuh membutuhkan asupan nutrisi yang cukup. Jika
tubuh kekurangan energi protein dalam jangka panjang, maka dapat muncul beragam keluhan.
Berat badan di bawah normal dengan indeks massa tubuh (IMT) kurang dari 18,5
kg/m2
Lelah atau lemas yang terus-menerus
Mudah kedinginan
Hilang nafsu makan
Penyusutan otot atau atrofi otot dan lemak tubuh
Perubahan sikap dan emosi, misalnya menjadi apatis (tidak peduli terhadap
lingkungan), sering gelisah, mudah marah, sulit berkonsentrasi atau sedih yang terus-
menerus
Kulit kering dan lebih pucat
Sering sakit dan luka lebih lama sembuh
Rambut rontok hingga botak
Mati rasa atau kesemutan
Diare kronis
Pada anak-anak, beberapa gejala malnutrisi energi protein selain dari yang telah
disebutkan di atas adalah:
Gejala lain juga bisa muncul tergantung jenis malnutrisi energi protein yang terjadi. Jika
terjadi kekurangan energi dan protein (marasmus), penderita rentan mengalami dehidrasi dan
penyusutan usus.
1. KKP Ringan
a. Pertumbuhan linear terganggu
b. Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun
c. Ukuran lingkar lengan atas menurun
d. Maturasi tulang terhambat
e. Ratio berat terhadap tinggi normal atau cenderung menurun
f. Anemia ringan atau pucat
g. Aktifitas berkurang
h. Kelainan kulit (kering, kusan)
i. Rambut kemerahan
2. KKP Berat
a. Gangguan pertumbuhan
b. Mudah sakit
c. Kurang cerdas
d. Jika berkelanjutan menimbulkan kematian (Betz, L & Linda S, 2013)
F. Komplikasi
Defisiensi vitamin A (xerophtalmia) Vitamin A berfungsi pada penglihatan
(membantu regenerasi visual purple bila mata terkena cahaya). Jika tidak segera
teratasi ini akan berlanjut menjadi keratomalasia (menjadi buta).
Defisiensi Vitamin B1 (tiamin) disebut Atiaminosis. Tiamin berfungsi sebagai ko-
enzim dalam metabolisme karbohidrat. Defisiensi vitamin B1menyebabkan penyakit
beri-beri dan mengakibatkan kelainan saraf, mental dan jantung.
Defisiensi Vitamin B2 (Ariboflavinosis) Vitamin B2/riboflavin berfungsi sebagai ko-
enzim pernapasan. Kekurangan vitamin B2 menyebabkan stomatitis angularis (retak-
retak pada sudut mulut, glositis, kelainan kulit dan mata.
Defisiensi vitamin B6 yang berperan dalam fungsi saraf.
Defisiensi Vitamin B12 Dianggap sebagai faktor anti anemia dalam factor ekstrinsik.
Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia pernisiosa.
Defisit Asam Folat Menyebabkan timbulnya anemia makrositik,megaloblastik,
granulositopenia, trombositopenia.
Defisiensi Vitamin C Menyebabkan skorbut (scurvy), mengganggu integrasi dinding
kapiler. Vitamin C diperlukan untuk pembentukan jaringan kolagen oleh fibroblas
karena merupakan bagian dalam pembentukan zat intersel, pada proses pematangan
eritrosit, pembentukan tulang dan dentin.
Defisiensi Mineral seperti Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi, Yodium Kekurangan
yodium dapat menyebabkan gondok (goiter) yang dapat merugikan
tumbuh kembang anak
Tuberkulosis paru dan bronkopneumonia.
Noma sebagai komplikasi pada KEP berat Noma atau stomatitis merupakan
pembusukan mukosa mulut yang bersifat progresif sehingga dapat menembus pipi,
bibir dan dagu. Noma terjadi bila daya tahan tubuh sedang menurun. Bau busuk yang
khas merupakan tanda khas pada gejala ini.
G. Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu
berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan
hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat
dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk
menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam
puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan
makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah
protein lagi setelah kira kira kehilangan separuh dari tubuh. (Arisman, 2012).
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap (Hb, Ht, albumin, globulin, protein total,
elektrolit serum.
2. Pemeriksaan urine.
3. Uji faat hati
4. EKG
5. Photo thorax
6. Antropometri anak (TB/U, BB/U, LK/U)
I. Penatalaksanaan
Periksa kadar gula darah bila ada hipotermi (suhu skala < 35 derajat celciul suhu
rektal 35,5 derajat celcius). Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegah
kedua kondisi tersebut. Bila kadar gula darah di bawah 50 mg/dl, berikan: a. 50 ml bolus
glukosa 10
% atau larutan sukrosa 10% (1 sdt gula dalam 5 adm air) secara oral atau sonde/ pipa
nasogastrik b. Selanjutnya berikan lanjutan tersebut setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali
berikan bagian dari jatah untuk 2 jam) c. Berikan antibiotik d. Secepatnya berikan makanan
setiap 2 jam, siang.
2. Atasi atau cegah hipotermi
Segera berikan makanan cair/ formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu)
Hangatkan anak dengan pakaian atau seelimut sampai menutup kepala, letakkan dekat
lampa atau pemarias (jangan gunakan botol air panas) atau peluk anak di dasa ibu,
selimuti.
Berikan antibiotik
Suhu diperiksa sampai mencapai 36.5 derajat celcius.
3. Atasi atau cegah dehidrasi
Pada semua KKP berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar Na plasma
rendah. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg) sering terjadi dan paling sedikit perlu 2
minggu untuk pemulihan. Ketidakseimbangan ini ikut andil pada terjadinya edema (jangan
obati dengan pemberian diuretik). Berikan :
1). Defisiensi vitamin A, seperti korelasi defisiensi mikro Dermatosis Umum defisiensi
Zn terdapat pada keadaan ini dan dermatosis membaik dengan pemberian
suplementasi Zn, selain itu :
2). Parasit/cacing, beri mebendazol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari.
Diare biasa menyertai dan berkurang dengan sendirinya pada pemberian makanan
secara berhati-hati. Bila ada intoleransi laktosa (jarang) obati hanya bila diare berlanjutnya
diare. Bila mungkin lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik, berikan metronidazol 7,5 mg/kg
BB setiap 8 jam selama 7 hari. (Arisman, 2012).
J. Pathway
BAB III
A. Pengkajian
a) Identitas
Biodata anak terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,suku/bangsa,
golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no medrec,
diagnosa medis, alamat.
c) Keluhan Utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan
(berat badan semakin lama semakin turun), sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan
terjadinya gangguan kekurangan gizi.
Pada marasmus: ibu pasien mengatakan anaknya rewel, tidak mau makan,
badan terlihat sangat kurus.
Pada kwashiorkor: ibu mengatakan anak mengalami bengkak pada kaki dan
tangan, kondisi lemah, tidak mau makan, BB menurun
d) Riwayat Kesehatan sekarang
Pada anak dengan marasmus berat badan menurut < 60% dari berat badan normal
usianya.Pada anak dengan kwashiorkor biasanya mengalami gangguan pertumbuhan (BB <
80% dari BB normal seusianya), bengkak pada tungkai, perut terlihat busung, serta
mengalami keterbelakangan mental yaitu apatis dan rewel, juga mengalami penurunan nafsu
makan ringan sampai berat.
i) Pemeriksaan Fisik
Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to toe yang meliputi:
keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital,area kepala dan wajah, dada,
abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria. Fokus pengkajian pada anak dengan KKP adalah
pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan
kulit).
2. Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 Perawatan Integritas Kulit
kulit/jaringan b.d jam diharapkan intoleransi aktivitas teratasi dengan Observasi:
kekurangan energi protein kriteria hasil:
1) Elastisitas kulit normal - Identifikasi penyebab gangguan integritas
2) Perfusi jaringan normal kulit
3) Kulit membaik Terapeutik :
Perfusi jaringan - Gunakan produk berbahan petrolium atau
normal minyak pada kulit kering
Edukasi:
- Anjurkan menggunakan pelembab
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan buah dan
sayur
3. Risiko gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 Promosi Perkembangan Anak
perkembangan jam diharapkan harga diri rendah dapat teratasi Observasi:
b.d menyusui ASI dengan kriteria hasil: - Identifikasi kebutuhan khusus anak
1) Keterampilan dan perilaku sesuai usia dan kemampuan adaptasi anak
meningkat Pemantauan perubahan status nutri Terapeutik:
meningkat - Fasilitasi hubungan anak dengan teman
sebaya
- Dukung anak berinteraksi dengan
anak lain
- Dukung anak mengekpresikan
perasaannya secara positif
- Dukung anak dalam bermimpi
atau berfantasi sewajarnya
- Dukung partisipasi anak di sekolah,
ekstrakulikuler dan aktivitas
komunitas
- Berikan mainan yang sesuai dengan
usia anak
- Bernyanyi Bersama anak lagu-lagu
yang disukai anak
- Bacakan cerita/dongeng untuk anak
- Diskusikan bersama remaja tujuan
dan harapannya
- Sediakan kesempatan dan alat-alat untuk
menggambar, melukis, dan mewarnai
- Sediakan mainan berupa puzzle dan maze
Edukasi:
- Jelaskan nama-nama benda obyek
yang ada di lingkungan sekitar
- Ajarkan pengasuh milestones
perkembangan dan perilaku
yang
dibentuk
- Ajarkan sikap kooperatif,
bukan kompetisi diantara anak
- Ajarkan anak cara meminta bantuan dari
anak lain, jika perlu
- Ajarkan teknik asertif pada anak
dan remaja
- Demonstrasikan kegiatan yang
meningkatkan perkembangan
pada pengasuh
Kolaborasi:
- Rujuk untuk konseling, jika perlu
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau
status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat zat gizi yang digunakan secara
efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja,
dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila
tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini ibu lebih memperhatikan status gizi anak agar
tidak terjadi malnutrisi atau kekurangan kalori protein (KKP).
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Andriani, M., dan Wirjatmadi, B. 2014. Peran Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta:Kencana
Persada Media Group
Anggraeni. 2012. Asuhan Gizi; Nurtitional Care Process. Graha Ilmu. Yogyakarta
Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC