َو هللا َي ْد ُعْو ا ِاَلى َد اِر الَّس َالِم َو َيْه ِدى َم ْن َّي َش آُء ِاَلى ِص َر اٍط ُمْس َت ِقْي ٍم
“Allah menyeru (manusia) ke Darus Salam (surga), dan
menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
lurus (Islam).” (QS. 10 : 25)
َف َلْم َت ْقُتُلْو ُه ْم َو لِكَّن َهللا َقَت َلُهْم َو َم اَر َم ْي َت ِإْذ َر َم ْي َت َو لِكَّن َهللا َر َم ى
َو ِلُيْب ِلَى اْلُمْؤ ِم ِنْي َن ِم ْن ُه َب َآلًء َح َس ًن ا ِإَّن َهللا َس ِم ْيٌع َع ِلْي ٌم
“Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh
mereka, akan tetapi Allah yang membunuh mereka, dan bukan
kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah
yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan
mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang
mu’min, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Anfaal (8) :
17)
…َح ِص ْيًر ا َعَس ى َر ُّب ُك ْم َأْن َي ْر َح َم ُك ْم َو ِإْن ُع ْد ُّت ْم ُع ْد َن ا َو َج َع ْلَن ا َج َه َّن َم ِلْلَك اِفِر ْي َن
“Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya)
kepadamu, dan sekiranya kamu kembali kepada
(kedurhakaan), niscaya Kami kembali (mengazabmu) dan Kami
jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak
beriman”. (QS. Al Israa’ (17) :
Rahmat Terbesar dari Allah S.W.T.
Ciri manusia hamba Allah taat atas dasar cinta, maka rahmat
terbesar Allah akan dikaruniakan kepadanya, berupa
pertolongan dalam segala hal, mata dan THTnya adalah mata
dan THTnya Allah. Sebagaimana firman-Nya pada QS. Al Israa’
(17) : 8
َو ِإَذ ا َس َأَلَك ِع َب اِد ى َع ِّن ى َفِإِّن ى َقِر ْيٌب ُأِجْيُب َد ْع َو َة الَّد اِع ِإَذ ا
َد َع اِن َفْلَي ْس َت ِجْيُبْو ا ِلي َو ْلُيْؤ ِم ُنْو ا ِبي َلَع َّلُهْم َي ْر ُشُد ْو َن
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang
Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia
berdo’a kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-
Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. 2 :
186)
َو اَّلِذ ْي َن َج اَه ُد ْو ا ِفْي َن ا َلَن ْه ِد َي َّن ُهْم ُسُبَلَن ا َو ِإَّن َهللا َلَمَع اْلُمْح ِس ِنْي َن
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan)
Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-
jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta
orang-orang yang berbuat baik.” (QS. 29 : 69)
Roh itu ada dua macam; Roh yang mendapatkan siksaan dan
roh yang mendapat kenikmatan. Roh yang mendapat siksaan
disibukkan oleh siksaan yang menimpanya, sehingga ia tidak
bisa saling berkunjung dan bertemu. Sedangkan roh-roh yang
mendapat kenikmatan mendapat kebebasan dan tidak
dibelenggu, sehingga mereka saling berkunjung dan bertemu
serta mengingatkan apa yang pernah terjadi di dunia dan apa
yang akan dialami para penghuni dunia lainnya. Dan setiap roh
bersama pendampingnya, yang menyerupai amalnya. Allah
berfirman:
Allah telah mensifati roh itu, yang dapat masuk dan keluar,
ditahan, ditidurkan, dikembalikan, dinaikkan ke langit, pintu-
pintunya dibukakan baginya dan ditutup kembali. Dalilnya:
Oleh karena itu, badan yang baik dan yang buruk memperoleh
hasil dari kebaikan dan keburukannya, roh yang baik dan yang
buruk akan memperoleh hasil kebaikan dan keburukan badan.
Sebaimana sabda Rasulullah Shallallhu ‘Alaihi wa Sallam:
أن الملك يقبضها فتأخذها المالئكة من يده فيوجد لها كأطيب
نفخة مسك وجدت على وجه االرض أو كأنتن ! ريح جيفة
) (رواه أحمد.وجدت على وجه األرض.
Tidak ada penafian antara dua hal ini. Sebab keadaan roh tidak
sama dengan keadaan badan. Boleh jadi kita dapatkan dua
jiwa yang serupa dan selaras, saling berdekatan dan
beriringan, meskipun keduanya ada di ujung barat dan timur.
Sementara ada dua jiwa yang saling membenci dan menjauh,
meskipun badan mereka saling berdekatan dan bersenggolan.
Dalam masalah ini perlu kita ketahui bahwa para rasul tidak
pernah mengabarkan sesuatu yang dianggap mustahil menurut
akal. Pengabaran mereka ada dua macam:
Secara rinci, hal ini dapat dijawab dengan beberapa dalil yang
disampaikan oleh RasulullahShallallhu ‘Alaihi wa Sallam:
ِرَباُط َيْو ٍم َو َلْيَلٍة َخ ْيٌر ِم ْن ِص َياِم َش ْهٍر َو ِقَياِمِه َو ِإْن َم اَت َجَر ى َع َلْيِه
) (مسلم. َع َم ُلُه اَّلِذ ي َك اَن َيْع َم ُلُه َو ُأْج ِرَي َع َلْيِه ِرْز ُقُه َو َأِم َن اْلَفَّتاَن.
َو ُيَر ى َم ْقَع َد ُه، َيْغ ِفُر َلُه ِفي َأَّو ِل ُد ْفَعٍة ِم ْن َد ِمِه: ِللَّش ِهيِد ِع ْنَد ِهللا ِس ُّت ِخ َص اٍل
َو ُيَح َّلى ُح َّلَة، َو َيْأَم ُن ِم َن اْلَفَز ِع اَألْك َبِر، َو ُيَج اُر ِم ْن َع َذ اِب اْلَقْبِر،ِم َن اْلَج َّنِة
. َو ُيَش َّفُع ِفي َس ْبِع يَن ِإْنَس اًنا ِم ْن َأَقاِرِبِه، َو ُيَز َّو ُج ِم َن اْلُحوِر اْلِع يِن، اِإل يَم اِن
)(رواه ابن ماجه.
“Orang mati syahid mempunyai enam perkara di sisi Allah.
Dosanya diampuni pada percikan darahnya yang pertama, dia
melihat tempat duduknya dari surge, dilindungi dari siksa
kubur, selamat dari ketakutan yang besar, di atas kepalanya
diletakkan mahkota kewibawaan, yaqut baginya lebih baik
daripada dunia dan seisinya, menikah dengan tujuh puluh dua
bidadari, dan dia dapat memintakan syafaat bagi tujuh puluh
kerabatnya.” (HR. Ibnu Majah).
Para ulama berbeda pendapat tentang hal ini, dan ada dua
pendapat yang terfokus di kalangan Imam Ahmad:
seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. (Al-
An’am: 164).
Jika pendapat ini dinyatakan untuk menafsiri ayat ini, maka hal
itu merupakan penafsiran yang tidak tepat bagi ayat ini.
Manusia saling berbeda pendapat tentang bumi yang
disebutkan di dakam ayat ini. Sa’id bin Jubair menyebutkan
dari Ibnu Abbas, yang menurutnya adalah bumi surga, dan ini
merupakan pendapat mayoritas mufasir. Ada pula pendapat
lain yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, maksudnya adalah
dunia yang ditaklukkan Allah bagi umat MuhammadShallallahu
‘Alaihi wa Sallam, dan inilah pendapat yang benar. Yang serupa
dengan ini disebutkan di dalam surah An-Nur; “Dan Allah telah
berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-
sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum
mereka berkuasa.” (An-Nur: 55).
Sedangkan yang mashur dari madzhab Syafi’i dan Mali, hal itu
tidak sampai kepada orang yang meninggal.
: َقاَل « إذا مات اإلنسان انقطع عمله إال من ثالث-صلى هللا عليه وسلم- َع ْن َأِبى ُهَر ْيَر َة َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا
)1631 : أو ولد صالح يدعو له » (رواه مسلم،صدقة جارية أو علم ينتفع به.
َم ْن َس َّن ِفى اِإل ْس َالِم ُس َّنًة َحَس َنًة َفَلُه َأْج ُرَها َو َأْج ُر َم ْن َع ِمَل ِبَها َبْع َد ُه ِم ْن َغْيِر َأْن َيْنُقَص ِم ْن ُأُجوِرِهْم َش ْى ٌء
َو َم ْن َس َّن ِفى اِإل ْس َالِم ُس َّنًة َس ِّيَئًة َك اَن َع َلْيِه ِوْز ُرَها َو ِوْز ُر َم ْن َع ِمَل ِبَها ِم ْن َبْع ِدِه ِم ْن َغْيِر َأْن َيْنُقَص ِم ْن
) (رواه مسلم. َأْو َز اِر ِهْم َش ْى ٌء.
2. Pahala Shadaqah
3. Pahala Puasa
4. Pahala Haji
Tentang sampainya pahala puasa kepada orang yang sudah
meninggal, disebutkan di dalamAsh-Shahih Al-Bukhary, dari
Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, bahwa ada seorang wanita
dari Juhainah yang menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam, seraya berkata; “Ibuku pernah bernadzar untuk
menunaikan haji, namun dia belum sempat menunaikannya
hingga dia meninggal. Maka apakah aku harus menunaikan haji
atas nama dirinya?” Beliau bersabda; “Tunaikanlah haji atas
nama dirinya. Apa menurut pendapatmu sekiranya ibumu
mempunyai hutang, apakah engkau akan melunasinya?
Penuhilah oleh kalian terhadap Allah, karena Allah lebih berhak
untuk dipenuhi.”
Adapun roh yang ditahan dan dicabut adalah satu roh, yaitu
jiwa. Sedangkan roh yang diberikan Allah kepada wali-Nya,
yaitu berupa pertolongan, berbeda dengan roh yang
dimaksudkan, sebagaimana firman-Nya;
Yang pasti jiwa itu adalah satu, namun memiliki beberapa sifat.
Setiap sifat disebut dengan satu nama yang disesuaikan
dengannya. Di antara sifat itu adalah Jiwa yang
muthma’innah.Penyebutan sifat yang seperti ini dikarenakan
pertimbangan ketenangan-nya yang menuju kapada Rabb-nya
berkat ubudiyah, kecintaan, tawakal, kepasrahan dan ridho
kepada-Nya.Thuma’ninah kepada Allah merupakan hakikat
yang disusupkan Allah ke dalam hati hamba-Nya, lalu Allah
menghimpun hati itu dan mengembalikan hati yang hendak
lepas bebas sehingga kembali kepada-Nya. Thuma’ninah yang
hakiki tidak bisa didapatkan kecuali dengan kembali kepada
Allah dan mengingat-Nya. Sebagaimana firman-Nya;