Anda di halaman 1dari 7

Siti Muarofah

Tafsiran 3 ayat terakhir surah Al-Baqoroh


۟ ‫ت َوما فِى ٱَأْلرْ ض ۗ و ن تُ ْبد‬
ِ ‫ُوا َما فِ ٓى َأنفُ ِس ُك ْم َأوْ تُ ْخفُوهُ يُ َح‬
ُ‫اس ْب ُكم بِ ِه ٱهَّلل ُ ۖ فَيَ ْغفِ ُر لِ َمن يَ َشٓا ُء َويُ َع ِّذب‬ ‫ِ َِإ‬ َ ِ ‫هَّلِّل ِ َما فِى ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
‫َمن يَ َشٓا ُء ۗ َوٱهَّلل ُ َعلَ ٰى ُكلِّ َش ْى ٍء قَ ِدي ٌر‬
Arab-Latin: lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, wa in tubdụ mā fī
anfusikum au tukhfụhu yuḥāsibkum bihillāh, fa yagfiru limay yasyā`u wa
yu'ażżibu may yasyā`, wallāhu 'alā kulli syai`ing qadīr
Terjemah Arti: Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu
atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan
dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa
yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(Qs.Al-Baqarah. 284)
Dan kepunyaan Allah lah kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu
yang ada di dalamnya dari segi kepemilikan,mengatur dan meliputi
semuanya, tidak ada sesuatu yang tersembunyi bagiNYA. Perkara yang
kalian tampakan dari hal-hal yang ada di dalam hati kalian ataupun yang
kalian rahasiakan, sesungguhnya Allah mengetahuinya, dan dia akan
membuat perhitungan kepada kalian dengan perkara tersebut, Dia
mengampuni siapa saja yang Dia kehendakiNYA. dan menghukum siapa
saja yang Dia kehendaki. Dan Allah maha kuasa atas segala sesuatu. Dan
sungguh Allah telah memuliakan kaum muslimin setelah itu, di mana Dia
mengampuni bisikan bisikan jiwa dan pikiran pikiran yang terlintas dalam
hati,selama tidak diikuti dengan ucapan dan perbuatan,sebagaimana
tertuang dalam hadits dari rasulullah sholallohu alaihi wasallam. (Tafsir al-
Muyassar)
Hanya milik Allah saja lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi. Dia lah yang menciptakan, menguasai dan mengaturnya. Apabila
kalian memperlihatkan atau menyembunyikan apa yang ada di dalam hati
kalian, niscaya Allah mengetahuinya dan akan memberi kalian balasan
yang setimpal dengan itu. Kemudian Allah akan mengampuni orang yang
dikehendaki-Nya berkat kemurahan dan kasih sayang-Nya. Dan Dia akan
menyiksa orang yang Dia kehendaki berdasarkan keadilan dan
kebijaksaan-Nya. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Tafsir al-
Mukhtashar)
Milik Allah itu segala sesuatu di langit dan bumi baik berupa kerajaan,
makhluk dan juga aturannya. Jika kalian menampakkan atau
menyembunyikan kejahatan atau keburukan kepada manusia, maka Allah
akan menghisab dan membalas kalian atas hal tersebut. Dia memberikan
ampunan dan siksaan kepada hamba-hambaNya yang dikehendaki. Dan
Allah itu Maha kuasa atas segala sesuatu. Hisab itu tidak hanya dilakukan
karena suatu niat, dan niat itu tidak berhubungan dengan anggapan,
perkataan atau tindakan, melainkan berhubungan dengan beberapa
perkara yang tempatnya mutlak berada dalam hati seperti meragukan Allah
atau agama, munafik, berdusta, riya’, atau menyembunyikan kesaksian.
Inilah hal-hal yang akan dihisab dari manusia (Tafsir al-Wajiz)
ُ‫اس ْب ُكم بِ ِه هللا‬
ِ ‫ ( ۖ يُ َح‬niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang perbuatanmu itu) Yakni perhitungan dengan hamba-hamba-Nya
atas apa yang ia tampakkan, dan apa yang ia sembunyikan yang termasuk
hal-hal yang akan dihisab atasnya, seperti menyembunyikan kesaksian,
keraguan terhadap agama, kemunafikan, pendustaan, dan lain
sebagainya. Adapun jika seorang hamba berbicara dengan hatinya untuk
melakukan kemaksiatan namun dia tidak mengerjakannya maka dia
dimaafkan atas itu, dengan dalil hadist yang berbunyi: “sesungguhnya
Allah mengampuni umat ini apa yang dibicarakan oleh hatinya selama ia
tidak mengeluarkannya atau mengerjakannya. (Zubdatut Tafsir)
ٓ
‫ق بَ ْينَ َأ َح ٍد ِّمن‬ُ ِّ‫نز َل ِإلَ ْي ِه ِمن َّربِّ ِهۦ َو ْٱل ُمْؤ ِمنُونَ ۚ ُكلٌّ َءا َمنَ بِٱهَّلل ِ َو َم ٰلَِئ َكتِ ِهۦ َو ُكتُبِ ِهۦ َو ُر ُسلِ ِهۦ اَل نُفَر‬‫ُأ‬
ِ ‫َءا َمنَ ٱل َّرسُو ُل بِ َمٓا‬
َ ‫ك َربَّنَا وَِإلَ ْي‬
‫ك‬ َ َ‫وا َس ِم ْعنَا َوَأطَ ْعنَا ۖ ُغ ْف َران‬ ۟ ُ‫رُّ ُسلِ ِهۦ ۚ َوقَال‬

āmanar-rasụlu bimā unzila ilaihi mir rabbihī wal-mu`minụn, kullun āmana


billāhi wa malā`ikatihī wa kutubihī wa rusulih, lā nufarriqu baina aḥadim mir
rusulih, wa qālụ sami'nā wa aṭa'nā gufrānaka rabbanā wa ilaikal-maṣīr
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.
(Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara
seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka
mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah
kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". (Qs. Al-
Baqarah.285)
Rasulullah sholallohu alaihi wasallam membenarkan dan
meyakini(kebenaran) wahyu yang di wahyukan kepadanya dari
tuhannya.dan kaum mukminin pun demikian juga,mereka meyakini
kebenaran nya dan mengamalkan isi al-qur’an al-azhim. Masing-masing
dari mereka mengimani Allah sebagai tuhan dan sembahan yang memiliki
sifat sifat keagungan dan kesempurnaan, dan mengimani sesungguhnya
Allah memiliki malaikat-malaikat yang mulia, Dia menurunkan kitab kitab
suci dan mengutus rasul-rasul kepada makhlukNYA. kami (kaum
mukminim), tidak mengimani sebagian dari mereka saja, dan mengingkari
sebagian yang lain. Akan tetapi kami mengimani mereka semuanya. Rasul
dan kaum mukminin mengatakan, ”kami mendengar wahai tuhan kami,apa
yang engkau wahyukan, dan kami taat dalam setiap ketetapan. kami
berharap Engkau sudi mengampuni dosa-dosa kami dengan
kemurahanMU. Engkaulah dzat yang mengurus kami dengan karunia yang
Engkau limpahkan kepada kami. dan hanya kepadaMU lah tempat kembali
dan tempat kesudahan kami.” (Tafsir al-Muyassar)
Rasulullah Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- beriman kepada
semua yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya. Begitu juga dengan
orang-orang mukmin. Mereka semua beriman kepada Allah, beriman
kepada semua malaikat-Nya, semua kitab suci yang diturunkana kepada
para Nabi, dan semua Rasul yang diutus-Nya. Mereka beriman kepada
para Rasul itu seraya mengatakan, “Kami tidak membeda-bedakan antara
Rasul yang satu dengan Rasul yang lain.” Dan mereka mengatakan, “Kami
siap mendengarkan apa yang Engkau perintahkan kepada kami dan apa
yang Engkau larang untuk kami. Kami taat kepada-Mu dengan
melaksanakan apa yang Engkau perintahkan dan menjauhi apa yang
Engkau larang. Dan kami memohon kepada-Mu, ya Rabb kami, agar
Engkau berkenan mengampuni kami, karena sesungguhnya hanyalah
Engkau satu-satunya tempat kami kembali dalam segala urusan.” (Tafsir
al-Mukhtashar)
Nabi SAW beriman kepada ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan
kepadanya, begitu juga orang-orang mukmin. Masing-masing mereka
beriman hanya kepada Allah, malaikat, kitab-kitab yang telah diturunkan,
dan para rasul yang menyampaikan risalah yang diturunkan kepada
mereka. Mereka berkata: “Kami orang-orang mukmin tidak membedakan-
bedakan para rasul antara satu dengan yang lainnya, namun kami
mengimani mereka semua” Nabi dan orang-orang mukmin berkata: “Kami
memperhatikan dan menaati perintah, maka ampunilah kami wahai Tuhan,
Hanya kepadamulah tempat kembali dan berlindung ketika hari
kebangkitan” Ayat ini turun setelah ayat {Lillahi maa fissamawati wa ma fil
ardhi …} ketika para sahabat beranggapan bahwa mereka akan disalahkan
hanya karena niat. Lalu rasulullah SAW bersabda kepada mereka: “Apakah
kalian akan mengucapkan perkataan sebagaimana ahli kitab “Kami
mendengar dan kami mengingkaringa”? (Jangan!) Tapi katakanlah
“Sami’naa wa Atha’na …”” (Tafsir al-Wajiz)
‫نز َل ِإلَ ْي ِه ِمن َّربِّ ِهۦ‬‫ُأ‬
ِ ‫( َءا َمنَ ال َّرسُو ُل بِ َمآ‬Rasul telah beriman kepada Al Quran yang
diturunkan kepadanya dari Tuhannya ) Setelah Allah menyebutkan banyak
hukum-hukum dalam surat ini kemudian Allah menyebutkan kebesaran diri-
Nya dengan firmannya
(‫ )هلل ما في السماوات وما في األرض‬kemudian menyebutkan pembenaran
Rasulullah kemudian menyebutkan pembenaran orang-orang mukmin
terhadap itu semuanya lewat firman-Nya: ‫نز َل ِإلَ ْي ِه ِمن َّربِِّۦه‬‫ُأ‬
ِ ‫ َءا َمنَ ال َّرسُو ُل بِ َمآ‬Yakni
Rasullullah membenarkan seluruh hal-hal yang telah disebutkan ini,
begitupula dengan kaum mukminin yang membenarkan Allah (dan juga
seterusnya).
‫( َو َم ٰلِٓئ َكتِِۦه‬malaikat-malaikat-Nya ) Yakni dari sisi wujud keberadaan mereka,
dan bahwa mereka adalah hamba-hamba-Nya yang mulia dan menjadi
perantara antara Dia dan nabi-nabi-Nya dalam penyampaian apa yang
berasal dari-Nya.
‫( َو ُكتُبِ ِهۦ‬kitab-kitab-Nya) Karena kitab-kitab tersebut mengandung syariat-
syariat yang denganya para hamba beribadah.
‫ ( َو ُر ُسلِ ِهۦ‬dan rasul-rasul-Nya) Karena mereka adalah penyampai kepada
hamba-hamba-Nya apa yang diturunkan kepada mereka.
ُ ِّ‫( اَل نُفَر‬Kami tidak membeda-bedakan ) Yakni mereka berkata: kami tidak
‫ق‬
membeda-bedakan.
‫( ۚ بَ ْينَ َأ َح ٍد ِّمن رُّ ُسلِ ِهۦ‬antara seseorangpun dari rasul-rasul-Nya ) Yakni dengan
yang lain. Akan tepati kami beriman kepada mereka semua.
۟ ُ‫( َوقَال‬dan mereka mengatakan ) Yakni Rasulullah dan orang-orang
‫وا‬
beriman mengatakan. ‫( ۖ َس ِم ْعنَا َوَأطَ ْعنَا‬Kami dengar dan kami taat ) Yakni kami
mengetahui dengan pendengaran kami, dan kami telah memahaminya dan
mentaatinya, dan kami jawab seruan-Mu ya Tuhan kami.
َ َ‫( ُغ ْف َران‬Ampunilah kami ) Yakni ampunilah kami wahai tuhan kami.
‫ك‬
(Zubdatut Tafsir)
‫َؤاخ ْذنَٓا ِإن نَّ ِسينَٓا َأوْ َأ ْخطَْأنَا ۚ َربَّنَا َواَل‬
ِ ُ‫ت ۗ َربَّنَا اَل ت‬ ْ َ‫ت َو َعلَ ْيهَا َما ٱ ْكتَ َسب‬ ْ َ‫اَل يُ َكلِّفُ ٱهَّلل ُ نَ ْفسًا ِإاَّل ُو ْس َعهَا ۚ لَهَا َما َك َسب‬
‫طاقَةَ لَنَا بِ ِهۦ ۖ َوٱعْفُ َعنَّا َوٱ ْغفِرْ لَنَا‬ َ ‫تَحْ ِملْ َعلَ ْينَٓا ِإصْ رًا َك َما َح َم ْلتَهۥُ َعلَى ٱلَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِنَا ۚ َربَّنَا َواَل تُ َح ِّم ْلنَا َما اَل‬
َ‫َوٱرْ َح ْمنَٓا ۚ َأنتَ َموْ لَ ٰىنَا فَٱنصُرْ نَا َعلَى ْٱلقَوْ ِم ْٱل ٰ َكفِ ِرين‬
lā yukallifullāhu nafsan illā wus'ahā, lahā mā kasabat wa 'alaihā
maktasabat, rabbanā lā tu`ākhiżnā in nasīnā au akhṭa`nā, rabbanā wa lā
taḥmil 'alainā iṣrang kamā ḥamaltahụ 'alallażīna ming qablinā, rabbanā wa
lā tuḥammilnā mā lā ṭāqata lanā bih, wa'fu 'annā, wagfir lanā, war-ḥamnā,
anta maulānā fanṣurnā 'alal-qaumil-kāfirīn
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami
lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan
kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan
kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami;
ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka
tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (Qs. Al-Baqarah.286)
Ajaran agama Allah itu mudah,tidak ada unsur kesulitan di dalamnya.
Allah tidak menuntut dari hamba-hambanya sesuatu yang tidak mereka
sanggupi. Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan, maka akan
memperoleh ganjaran baik, dan barangsiapa yang berbuat keburukan,
maka akan memperoleh balasan yang buruk. Wahai tuhan kami, jangan
Engkau menyiksa kami jika kami lupa terhadap sesuatu yang Engkau
wajibkan atas kami atau kami berbuat salah dengan melakukan sesuatu
yang Engkau larang untuk dikerjakan. Wahai tuhan kami janganlah Engkau
bebani kami dengan amalan-amalan yang berat yang telah Engkau
bebankan kepada umat-umat yang berbuat maksiat sebelum kami sebagai
hukuman bagi mereka. Wahai tuhan kami, janganlah Engkau
membebankan kepada kami perkara yang kami tidak mampu memikulnya,
baik dalam bentuk bentuk perintah-perintah syariat dan musibah musibah.
Dan hapuskanlah dosa-dosa kami dan tutuplah kekurangan-kekurangan
kami dan sudilah berbuat baik kepada kami. Engkau adalah penguasa
urusan kami dan pengaturnya. maka tolonglah kami menghadapi orang
orang yang mengingkari agamaMU dan mengingkari keesanMU serta
mendustakan nabiMU,Muhammad sholallohu alaihi wasallam, dan
jadikanlah kesudahan yang baik bagi kami di hadapan mereka di dunia dan
akhirat. (Tafsir al-Muyassar)
Allah tidak membebani seseorang kecuali dengan sesuatu yang sanggup
dilakukannya, karena agama Allah dibangun di atas asas kemudahan,
sehingga tidak ada sesuatu yang memberatkan di dalamnya. Barangsiapa
berbuat baik, dia akan mendapatkan ganjaran atas apa yang dia lakukan,
tanpa dikurangi sedikitpun. Dan barangsiapa berbuat buruk, dia akan
memikul dosanya sendiri, tidak dipikul oleh orang lain. Rasulullah dan
orang-orang mukmin berdoa, “Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum
kami jika kami lupa atau salah dalam perbuatan atau ucapan yang tidak
kami sengaja. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebani kami dengan
sesuatu yang memberatkan dan tidak sanggup kami jalankan,
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami yang
Engkau hukum atas kezaliman mereka, seperti orang-orang Yahudi. Dan
janganlah Engkau pikulkan kepada kami perintah maupun larangan yang
memberatkan dan tidak sanggup kami jalankan. Maafkanlah dosa-dosa
kami, ampunilah diri kami, dan sayangilah kami dengan kemurahan-Mu.
Engkaulah pelindung dan penolong kami. Maka tolonglah kami dalam
menghadapi orang-orang kafir. (Tafsir al-Mukhtashar)
Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai kemampuannya.
Baginya itu pahala atas perbuatan baik yang dia usahakan, baginya pula
dosa atas perbuatan buruk yang dia usahakan. Orang-orang mukmin
berkata: “Wahai Tuhan, janganlah engkau menghukum Kami atas
kelupaan yang kami lakukan bukan karena kehendak kami, dan juga
kesalahan dalam tindakan yang tidak sesuai dengan niatan kami. Wahai
Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami sesuatu yang tidak
mampu kami pikul, yang di dalamnya mengandung penderitaan berlebih
tidak seperti biasanya. Rahasiakanlah dosa-dosa dan kesalahan kami,
berilah kami rahmat yang luas dengan keutamaan dan kamuliaanMu.
Engkaulah wali (Dzat yang diserahi segala urusan kami) dan penolong
kami, jadi selamatkanlah kami atas kaum yang mengingkari nikmatMu,
yang menyembah selainMu.” Dalam hadits shahih dijelaskan dari Nabi
SAW bahwa setelah masing-masing doa ini diucapkan Allah SWT
berfirman “Sungguh Aku telah mengabulkannya”. Dan Jibril berkata kepada
Nabi SAW: “Bergembiralah dengan dua cahaya yang telah diberikan
kepadamu yang tidak diberikan kepada seorang nabi pun sebelum dirimu,
yaitu surah Al-Fatihah, dan ayat-ayat terakhir surah Al-Baqarah. Kamu
tidak akan pernah bisa membaca satu huruf pun dari ayat-ayat itu kecuali
kamu diberinya” (Tafsir al-Wajiz)
‫( ۚ اَل يُ َكلِّفُ هللاُ نَ ْفسًا ِإاَّل ُو ْس َعهَا‬Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya ) Makna (‫ )التكليف‬adalah urusan yang didalamnya
terdapat kesukaran, beban dan pengurasan tenaga.
ْ َ‫(لَهَا َما َك َسب‬Ia mendapat pahala yang diusahakannya) Yakni baginya pahala
‫ت‬
atas kebaikan yang ia lakukan ‫ت‬ ْ َ‫ (ۗ َو َعلَ ْيهَا َما ا ْكتَ َسب‬dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya) Yakni dosa dari keburukan.
‫َؤاخ ْذنَآ ِإن نَّ ِسينَآ َأوْ َأ ْخطَْأنَا‬
ِ ُ‫ (ۚ َربَّنَا اَل ت‬Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami
jika kami lupa atau kami tersalah) Diriwayatkan sebuah hadist bahwa para
sahabat ketika berdo’a dengan do’a ini, Allah menjawab: “Iya, Aku telah
melakukannya”. Maka diangkatlah dosa kesalahan yang tidak disengaja
dah lupa dari mereka.
‫( ۚ َواَل تَحْ ِملْ َعلَ ْينَآ ِإصْ رًا َك َما َح َم ْلتَهۥُ َعلَى الَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِنَا‬janganlah Engkau bebankan kepada
kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-
orang sebelum kami ) Makna (‫ )اإلصر‬adalah pembebanan yang berat,
urusan yang rumit, dan pekerjaan yang keras. Sebagaimana Bani Israil
diperumit urusan mereka seperti, membunuh diri sendiri (untuk
bertaubat)memotong kain yang terkena najis. Dan ayat ini mengajarkan
orang-orang mukmin untuk meminta kepada Allah agar tidak dibebani
dengan beban yang berat sebagaimana yang dibabankan kepada umat-
umat sebelumnya.
‫ (ۖ َربَّنَا َواَل تُ َح ِّم ْلنَا َما اَل طَاقَةَ لَنَا بِ ِهۦ‬Ya Tuhan kami,. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya )
Yakni beban yang berat yang hampir tidak mungkin untuk dipikul.
‫( َواعْفُ َعنَّا‬Beri maaflah kami ) Yakni atas dosa-dosa kami dengan
penghapusan dan pengampunan.
‫ ( َوا ْغفِرْ لَنَا‬ampunilah kami) Yakni tutupilah dosa-dosa kami. ‫ (ۚ َوارْ َح ْمنَآ‬dan
rahmatilah kami ) Yakni muliakanlah kami dengan rahmat dari-Mu.
‫( َأنتَ َموْ لَ ٰىنَا‬Engkaulah Penolong kami ) Yakni wali dan penolong kami, dan
Engkau adalah Tuhan kami sedangkan kami adalah hamba-hamba-Mu.
َ‫( فَانصُرْ نَا َعلَى ْالقَوْ ِم ْال ٰكفِ ِرين‬maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir )
Karena salah satu hak atas Tuhan adalah menolong hamba-Nya.
Terdapat hadist shahih dari Rasulullah bahwa Allah berfirman setiap doa
ini selesai dipanjatkan: “Iya, Aku telah melakukannya”, sehingga mereka
tidak dihukum sedikitpun atas kesalahan yang tak disengaja dan lupa, tidak
membebani mereka dengan beban berat yang telah dibebankan kepada
orang-orang sebelum mereka, tidak membebani mereka diatas
kemampuan mereka, dan memaafkan, mengampuni, merahmati, menolong
mereka atas orang-orang kafir. Alhamdulillah Robbil ‘Alamiin. Ya Allah
jadikanlah kami termasuk orang-orang yang Engkau muliakan dengan
pemberian-peberian tersebut. Dari Ibnu ‘Abbas Ia berkata: Ketika Jibril
sedang duduk di sisi Nabi saw., dia mendengar suara di atasnya,
kemudian mengangkat kepalanya dan berkata: Ini adalah pintu dari langit
yang dibuka pada hari ini dan tidak pernah dibuka sebelumnya, lalu
seorang malaikat turun kemudian mendatangi Nabi lalu berkata,
Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu, yang tidak
diberikan kepada seorang Nabi pun sebelumnya, yaitu Fatihat al-kitab dan
ayat-ayat akhir dari surat al-Baqarah. Engkau tidak membaca satu huruf
pun dari ayat-ayat itu kecuali engkau diberinya. (Zubdatut Tafsir)

Anda mungkin juga menyukai