Anda di halaman 1dari 12

JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN BENCANA, VOL. 12, NO.

1, TAHUN 2021 1

Pembaruan Citra dan Kepercayaan Industri Pariwisata


Taman Nasional Gunung Rinjani
Pasca Krisis Gempa Lombok 2018
Renewal of Image and Trust in the Tourism Industry of
Mount Rinjani National Park
after the Lombok Earthquake Crisis 2018

Nadia Febriani1 dan Ficky Adi Kurniawan2


1 UniversitasIndonesia 2 UPN “Veteran” Yogyakarta
Email: 1 nadiafeb19@gmail.com 2 fickyadikur@gmail.com

Salah satu dari sekian banyak destinasi tujuan wisatawan mancanegara adalah Pulau Lombok yang terletak di
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada 29 Juli 2018 Lombok dilanda bencana alam gempa bumi berkekuatan 6,4 SR yang
diikuti oleh ratusan gempa susulan hingga mencapai 7 SR. Gempa ini terjadi akibat sesar (patahan) aktif yang berada di
utara Lombok, sehingga kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani memiliki dampak yang sangat besar. Citra destinasi
pariwisata secara signifikan mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung ke suatu destinasi. Krisis dalam konteks
pariwisata harus dipandang secara komprehensif dari perspektif ekosistem di sekitarnya dengan melihat berbagai
hubungan antar komponen di dalamnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan
metode analisis kasus. Metode ini akan menganalisis kasus menggunakan lima tahapan, pertama pembingkaian,
pelabelan, peringkasan, sintesis, dan penutup. Hasil menunjukkan Reputasi destinasi memiliki pengaruh pada setiap
keputusan calon wisatawan, terutama wisatawan mancanegara. Dalam menyampaikan progres pemulihan, pengelola
harus menyampaikan fakta yang tepat dan akurat serta menunjukkan upaya nyata sebagai jaminan keamanan jika
terjadi bencana alam di daerah tersebut.

Index Terms—pembaruan citra, industri pariwisata, krisis, industri pariwisata, gempa


One of the many destinations for foreign tourists is the island of Lombok, which is located in the province of West
Nusa Tenggara. On July 29, 2018, Lombok was hit by an earthquake measuring 6.4 on the Richter Scale which was
followed by hundreds of aftershocks up to 7 on the Richter Scale. This earthquake occurred due to an active fault
(fault) in the north of Lombok, so that the Mount Rinjani National Park area had a very large impact. The image of
a tourism destination significantly influences tourists to visit a destination. The crisis in the context of tourism must
be viewed comprehensively from the perspective of the surrounding ecosystem by looking at the various relationships
between the components in it. This study uses a qualitative approach using case analysis method. This method will
analyze the case using five stages: framing, labeling, summarizing, synthesizing, and closing. The results show that the
reputation of the destination has an influence on every decision of prospective tourists, especially foreign tourists. In
conveying the recovery progress, the manager must convey precise and accurate facts and show real efforts as security
guarantees in the event of a natural disaster in the area.

Index Terms—image renewal, tourism industry, crisis, tourism industry, earthquake

I. P ENDAHULUAN struktur geografis berupa negara kepulauan dengan


lebih dari 17.000 pulau dari Sabang sampai Merauke
Data Kementerian Perekonomian (2019) menye- berhasil menawarkan gugusan alam yang unik dan
butkan bahwa sektor pariwisata tercatat sebagai kaya akan keanekaragaman budaya. Daya tarik pari-
penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia. Dengan wisata Indonesia mendatangkan sumbangan devisa
2 JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN BENCANA, VOL. 12, NO. 1, TAHUN 2021

negara sebesar 280 triliun yang berasal dari 16,3 tusan gempa susulan hingga mencapai 7 SR. Gempa
juta kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun ini terjadi akibat sesar (patahan) aktif yang berada
2019. Pendapatan pada sektor pariwisata ini sukses di utara Lombok, sehingga kawasan TNG Rinjani
mendongkrak perekonomian nasional sebesar 5,5%. memiliki dampak yang sangat besar. Setidaknya
Tidak hanya menguntungkan bagi negara, gempa bumi ini menelan lebih dari 560 korban
dibukanya destinasi pariwisata berpengaruh besar jiwa, lebih dari 70 ribu kerusakan infrastruktur,
terhadap tingkat perekonomian masyarakat sekitar. yang kerugian materialnya ditaksir mencapai 10
Mayoritas warga yang berada di sekitar wilayah triliun rupiah (Pebrianto & Hidayat, 2018). Selain
pariwisata bekerja sebagai variabel pendukung itu, informasi mengenai akan terjadinya tsunami
pariwisata seperti penginapan, agen perjalanan, turut menambah kepanikan warga dan wisatawan
penyedia transportasi, penjaja makanan dan mancanegara.
minuman, jasa angkut, pemandu wisata, penyedia Krisis ini menyebabkan aktivitas pariwisata
penyewaan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, lumpuh. Pendakian TNG Rinjani ditutup total akibat
industri pariwisata merupakan sektor industri yang potensi gempa susulan yang membahayakan serta
sangat kompleks karena berpengaruh pada berbagai dampak gempa yang terjadi cukup memperparah
aspek kehidupan di sekitarnya, termasuk yang kondisi jalur di TNG Rinjani. Tidak hanya TNG
terdampak ada pada sektor ekonomi dan transportasi Rinjani, gempa bumi menyebabkan seluruh pari-
dalam skala nasional. wisata di Lombok ditutup total dan wisatawan yang
Meski demikian, sektor pariwisata juga dikenal berkunjung segera dievakuasi ke tempat yang lebih
dengan industri yang sangat sensitif, membutuhkan aman. Selain kerugian spontan yang terjadi akibat
biaya pemeliharaan yang besar, rentan terhadap gempa bumi berturut-turut, penutupan TNG Rinjani
isu negatif dan krisis. Peristiwa tertentu dapat berdampak pada hilangnya sumber perekonomian
mempengaruhi wisatawan sehingga pelancong takut warga dan devisa negara setidaknya mencapai 100
untuk berkunjung, mulai dari wabah penyakit, keti- juta USD (Pebriansyah, 2018).
dakstabilan politik, gangguan ekonomi, ancaman Ketika suatu krisis pariwisata terjadi di suatu
terorisme, kerusuhan lokal, serta bencana alam Fall tempat, tidak hanya masyarakat yang secara otomatis
(2004); Henderson (1999); Pratt (2003); Ritchie mendapat kerugian, namun secara nasional dan
(2004). Berbagai peristiwa yang terjadi telah terbukti global berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan
mempengaruhi pariwisata dalam skala global seperti akibat beberapa negara yang mengeluarkan himbauan
krisis keuangan Asia tahun 1997, serangan 9/11 travel advice yang melarang warga negaranya mela-
tahun 2001, Bom Bali 1 dan 2 tahun 2001, 2005, kukan kunjungan ke daerah-daerah rawan. Gempa
Tsunami Aceh tahun 2004, dan yang terbaru Pandemi Lombok setidaknya telah menyebabkan 17 negara
C OVID -19 sejak tahun 2020. mengeluarkan travel advice sehingga calon wisa-
Salah satu dari sekian banyak destinasi tujuan tawan membatalkan kunjungan akibat rasa takut akan
wisatawan mancanegara adalah Pulau Lombok yang potensi gempa susulan dan bahaya yang mengintai.
terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Lombok Rangkaian krisis gempa bumi yang terjadi pada
dikenal akan keindahan alamnya yang terdiri dari 2018 telah mempengaruhi citra dan reputasi TNG
gugusan pantai yang indah, dilengkapi dengan pulau- Rinjani sebagai destinasi alam yang aman dan
pulau eksotis di sekitarnya, serta yang banyak men- menarik. Terlebih, dibutuhkan waktu yang lama bagi
jadi tujuan pariwisata adalah pendakian di Taman pengelola untuk pemulihan lokasi pariwisata di TNG
Nasional Gunung (TNG) Rinjani. Keindahan Rinjani Rinjani hingga destinasi wisata baru dibuka kembali
diakui sebagai kekayaan alam dunia sehingga ditetap- secara menyeluruh pada 14 Juni 2019, setahun
kan sebagai destinasi pariwisata global geopark oleh sejak gempa bumi terjadi. Bentuk krisis seperti ini
UNESCO pada tahun 2018. Setidaknya, destinasi harus segera diantisipasi dan ditangani dengan baik.
TNG Rinjani berdampak pada 1600 warga yang Upaya strategis secara berkelanjutan dan efektif
menggantungkan perekonomian dari operasional perlu segera dilakukan demi mengembalikan citra
TNG Rinjani sebagai destinasi pariwisata mancane- pariwisata TNG Rinjani agar kembali dikunjungi
gara (Pemprov, NTB, 2019). dan memberi penghidupan kepada warga sekitar.
Pada 29 Juli 2018 Lombok dilanda bencana alam Citra destinasi pariwisata secara signifikan mem-
gempa bumi berkekuatan 6,4 SR yang diikuti oleh ra- pengaruhi wisatawan untuk berkunjung ke suatu
FEBRIANI DAN KURNIAWAN: PEMBARUAN CITRA DAN KEPERCAYAAN INDUSTRI PARIWISATA TNG RINJANI PASCA GEMPA 2018 3

destinasi (Konecnik, 2004; Ruslan, 2010; Wasesa, ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana strategi dan
2005). Ketika suatu krisis terjadi, terutama akibat upaya pengelola dalam mengembalikan citra dan
bencana alam, dibutuhkan informasi yang akurat, kepercayaan industri pariwisata TNG Rinjani sebagai
cepat, dan efektif tentang suatu masalah atau kri- destinasi pariwisata yang aman bagi wisatawan pasca
sis, keputusan harus segera diambil, dieksekusi, krisis Gempa Lombok tahun 2018.
dan dikomunikasikan dengan baik bagi pengelola.
CDC dalam panduannya menyebutkan bahwa dalam II. L ANDASAN T EORI
menangani situasi krisis dan beresiko seperti ben-
cana alam karakteristik informasi harus cepat, tepat, A. Krisis Kepariwisataan
kredibel, menunjukkan simpati, solusi, dan rasa Krisis dalam konteks pariwisata harus dipandang
kepedulian (Reynolds & Shenhar, 2016). secara komprehensif dari perspektif ekosistem di
Secara resmi, pemerintah melalui Kementerian sekitarnya dengan melihat berbagai hubungan antar
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menyiapkan komponen di dalamnya, yaitu wisatawan, trans-
Prosedur Operasional Standar dalam Pengelolaan portasi, atreksi/amenitas, dan pemasaran. Faulkner
Krisis Kepariwisataan (Kemenparekraf, 2018). Kon- (2001) membagi krisis kepariwisataan dalam dua
disi krisis kepariwisataan merupakan siklus yang katagori, yakni (1) krisis, faktor yang diakobatkan
berawal dari kondisi normal kepariwisataan, kemu- oleh tindakan antropogenik (kesalahan kebijakan,
dian berpotensi berubah menjadi krisis, lalu kembali kesalahan manajemen, dsb), (2) bencana, faktor yang
pada kondisi normal. Sehingga, upaya kembali pada bersifat tiba-tiba dan sulit diprediksi, disebabkan oleh
situasi normal menjadi fase penting dalam mengem- fenomena alam (gempa bumi, banjir) dan fenomena
balikan kepercayaan wisatawan. Dalam panduannya, global (pandemi).
Penanganan pasca krisis kepariwisataan dilakukan Lebih lanjut, dengan mengaitkan katagori krisis-
berdasarkan tiga tahapan utama, yakni rehabilitasi, bencana dan ekosistem tersebut, dapat dikatagorikan
rekonstruksi, dan pemulihan. menjadi tiga, yaitu krisis pemasaran (citra/reputasi),
Dalam mengembalikan kepercayaan industri TNG krisis sumber daya manusia (SDM) pariwisata,
Rinjani, pihak pengelola dan unsur setempat perlu serta krisis bencana destinasi. Krisis pemasaran
melakukan pemulihan dan pembaruan reputasi. Dari (citra/reputasi) disebabkan adanya perubahan citra
yang semula berupa lokasi bencana yang menim- pariwisata yang menjadi buruk pada sebuah destinasi.
bulkan ketakutan untuk kembali menjadi destinasi Akibatnya muncul krisis pemasaran, yakni citra
wisata yang aman dan nyaman bagi wisatawan. buruk yang menimbulkan sentimen dan penilaian
Teori Wacana Pembaruan (Discourse of Renewal) negatif dari wisatawan. Kedua adalah krisis SDM
berusaha melampaui parameter restorasi citra untuk yang berkaitan dengan wisatawan, masyarakat, dan
mengatasi urgensi komunikasi yang terkait dengan re- pekerja pariwisata di suatu destinasi. Krisis ini
building, recovery, and revitalization. RDT mengkaji biasanya berupa kejadian yang menyebabkan wisa-
penyelesaian pasca krisis pada dimensi yang lebih tawan mengalami kerugian langsung.
besar yakni menyangkut peran organisasi, komunitas, Ketiga, adalah krisis bencana destinasi, yakni
pemangku kepentingan, dan pada kebutuhan yang krisis yang disebabkan oleh kerusakan pada infras-
berkembang setelah krisis (R. Ulmer, Sellnow, & truktur destinasi pariwisata, yaitu atraksi, aksesi-
Seeger, 2007). bilitas, dan amenitas. Krisis ini merupakan krisis
Dengan kata lain, krisis menuntut pengelola dan yang paling berat karena langsung mempengaruhi
pemerintah untuk segera melakukan komunikasi SDM pariwisata sekaligus menciptakan persepsi
dengan publik sehingga dapat memperoleh kembali negatif mengenai destinasi yang berakibat timbulnya
kepercayaan masyarakat dan wisatawan. Karena krisis pemasaran (citra/reputasi). Krisis ini umumnya
sektor pariwisata sangat berpengaruh terhadap ber- terjadi akibat bencana-bencana dengan skala besar,
bagai sektor lainnya, sehingga penanganan terhadap seperti bencana alam gempa bumi, gunung meletus,
krisis membutuhkan manajemen krisis peryang lebih tsunami, pandemi, dan lain-lain.
optimal sehingga pemulihan daya tarik wisata dapat Pemerintah, melalui Kementerian Pariwisata dan
kembali normal lebih cepat agar dapat mendatangkan Ekonomi Kreatif sudah memiliki sistem dalam
wisatawan dan kembali menghidupi masyarakat menangani komunikasi krisis dalam Prosedur Op-
sekitar daerah pariwisata. Oleh karena itu, penelitian erasional Standar terkait Manajemen Krisis Kepari-
4 JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN BENCANA, VOL. 12, NO. 1, TAHUN 2021

wisataan Pengelolaan Krisis Kepariwisataan (Ke- Dalam kasus destinasi pariwisata global, citra bu-
menparekraf, 2018). Kondisi krisis kepariwisataan ruk tidak hanya berdampak pada masyarakat sekitar
merupakan siklus yang berawal dari kondisi nor- saja namun juga pendapatan negara dan hubungan
mal kepariwisataan, kemudian berpotensi berubah antar negara. Oleh karena itu, dalam beberapa
menjadi krisis, lalu kembali pada kondisi normal. kasus perbaikan reputasi dapat diperbaiki melalui
Sehingga, upaya kembali pada situasi normal men- diplomasi publik (Simonin, 2008). Diplomasi publik
jadi fase penting dalam mengembalikan kepercayaan merupakan hubungan diplomasi antar negara dalam
wisatawan. Dalam panduannya, Penanganan pasca melakukan komunikasi di luar kepentingan politik
krisis kepariwisataan dilakukan berdasarkan tiga pemerintahan, bersifat secara resmi, dan terjalin
tahapan utama, yakni rehabilitasi, rekonstruksi, dan antara perwakilan resmi. Diplomasi publik mencakup
pemulihan. kegiatan sebagai program pertukaran pendidikan,
program kunjungan pariwisata, program pelatihan
B. Identitas, Citra, dan Reputasi Destinasi Pari- bahasa, seni, siaran radio, dan televisi.
wisata
Identitas, citra, dan reputasi memiliki definisi dan
C. Teori Wacana Pembaruan
konteks yang saling terkait. Identitas merupakan
apa yang ada pada diri kita dan asal mula itu Teori Wacana Pembaruan (The Renewal of Dis-
terbentuk. Citra adalah bagaimana orang lain melihat course Theory (RDT)) berusaha melampaui param-
diri kita dan apa yang mereka pikirkan tentang kita. eter restorasi citra untuk mengatasi urgensi komu-
Identitas adalah realitas sedangkan citra merupakan nikasi yang terkait dengan rebuilding, recovery, and
hasil konstruksi. Saat identitas memenuhi citra, di revitalization. RDT berfokus pada dimensi yang lebih
situlah letak reputasi. Reputasi didasarkan pada besar yakni menyangkut peran organisasi, komunitas,
penilaian orang lain terhadap citra diri kita, baik hasil pemangku kepentingan, dan pada kebutuhan yang
pertemuan secara langsung maupun tidak langsung berkembang setelah krisis. Teori ini berdasarkan pada
melalui informasi yang diterima dari pihak ketiga etika humanistik yang berkaitan dengan tanggung
yang melakukan kontak (Davis, 2007). jawab sosial dan keadilan sosial yang seringkali
Seperti halnya manusia, lokasi pariwisata juga menjadi peran kunci pada respon krisis bencana
memiliki identitas. Identitas tidak hanya berasal (R. Ulmer et al., 2007). Teori ini mendukung ka-
dari simbol yang terlihat seperti nama, logo, jenis jian komunikasi pasca krisis yang meneliti peluang
huruf, skema warna (Dowling, 2001) tetapi juga yang strategi penyelesaian pada setiap krisis atau bencana
tidak terlihat seperti perilaku, budaya, nilai, misi, bencana (R. R. Ulmer & Sellnow, 2002).
dan asosiasi yang disebut sebagai kepribadian. Citra Teori Wacana Pembaruan digunakan sebagai
destinasi adalah gabungan keyakinan, ide, dan kesan kerangka teoritis yang menggunakan kerangka retoris
yang dimiliki orang tentang suatu tempat tujuan dan tradisi retorika restoratif. Retorika restoratif
yang dibentuk melalui konstruksi nalar dan emosi menyelesaikan komunikasi pascakrisis dari mengu-
wisatawan di mana berasal dari keyakinan kognitif rangi potensi kerugian dan menjaga citra positif
dan perasaan terhadap destinasi pariwisata dengan memfasilitasi komunikasi antara penanggung
Reputasi destinasi merupakan hasil dari persepsi jawab dengan publik, serta membantu korban dan
publik yang didasarkan pada sinergi gambar komu- masyarakat umum untuk memahami peristiwa krisis
nikasi, peristiwa, dan ulasan lokasi (Stacks & Tilson, (Seeger & Padgett, 2010). Retorika restoratif meli-
2002). Reputasi destinasi pariwisata juga dapat dini- batkan dialog yang lebih generatif dan spontan yang
lai dari nilai merek, kebijakan pemerintah, stabilitas dibentuk tidak hanya sebagai respons terhadap krisis
investasi, dan kondisi masyarakat sekitar. Pemerintah itu sendiri, tetapi oleh dimensi kontekstual dan sosial
di semua tingkatan harus bersatu dalam menetapkan yang melapisi peristiwa krisis dan memengaruhi
strategi yang tepat dalam meningkatkan dan menjaga respons terhadapnya.
reputasi destinasi pariwisatanya. Destinasi dengan Pihak pengelola memiliki peran utama dalam
citra yang aman dan baik cenderung lebih mudah membingkai kejadian, apa yang diambil darinya
diingat, dikenali, dan menarik perhatian wisatawan, dihasilkan melalui kemampuan pemimpin tersebut
dibanding destinasi lainnya yang memiliki citra untuk mengidentifikasi dengan keprihatinan dan
negatif. kebutuhan publik. Maka tujuan utama dari re-
FEBRIANI DAN KURNIAWAN: PEMBARUAN CITRA DAN KEPERCAYAAN INDUSTRI PARIWISATA TNG RINJANI PASCA GEMPA 2018 5

torika restoratif adalah untuk memulihkan keper- simpulan, tahapan ini bertujuan untuk menjawab
cayaan pada sistem dengan menghubungkan kembali pertanyaan permasalahan. Penting untuk mengiden-
seperangkat nilai dan kepercayaan, untuk memfasil- tifikasi fakta pendukung yang paling penting dalam
itasi pemulihan dari dampak krisis kepada publik menjelaskan masalah. Tahapan ini juga memberikan
yang menjadi saksi kerugian material dan emosional pertimbangan yang diperlukan dalam mengimple-
dari krisis dan membantu menciptakan visi di masa mentasikan rekomendasi. Terakhir, peneliti akan
depan [20]. Retorika restoratif mengikuti tahapan menambahkan potensi risiko dan penyelesaiannya
yang mirip dengan tahapan manajemen krisis. Ini dalam strategi penyelesaian permasalahan kasus.
termasuk: (1) reaksi awal, (2) penilaian krisis, (3) isu
menyalahkan, (4) penyembuhan dan pengampunan, IV. A NALISIS DAN P EMBAHASAN K ASUS
dan (5) tindakan korektif dan pembangunan kembali.
A. Analisis Kasus
1) Pembingkaian (Framing)
III. M ETODE P EROLEHAN DATA DAN A NALISIS
Dalam membatasi analisa kasus, peneliti meru-
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif muskan pertanyaan permasalahan yaitu bagaimana
dengan menggunakan metode analisis kasus berda- strategi komunikasi pascakrisis dalam pembaruan
sarkan pendekatan penyelesaian kasus efektif. Kasus citra dan kepercayaan pariwisata TNG Rinjani pasca
akan dianalisis menggunakan beberapa tahapan yang krisis gempa bumi Lombok 2018. Flipping dan Skim-
diilustrasikan dengan studi kasus aktual. Konsep- ming: identifikasi kasus yang terjadi secara umum
tualisasi kasus dilakukan untuk memandu analisis sebelum dideskripsikan lebih lanjut pada deskripsi
studi kasus manajemen umum atau strategi dalam awal kasus dan akhir kasus. Secara garis besar,
penyelesaian masalah komunikasi. Tujuan utama dari kasus yang dialami pengelola TNG Rinjani meru-
metode analisis kasus adalah bukan untuk sampai pakan kasus krisis yang disebabkan oleh bencana
pada satu jawaban yang benar tetapi untuk belajar alam gempa bumi. Krisis bencana alam merupakan
bagaimana mendapat jawaban yang paling efektif krisis jangka pendek yang tidak dapat diprediksi
dan efisien. kapan akan terjadi dan seberapa besar dampak yang
Metode ini akan menganalisis kasus menggunakan mempengaruhi ekosistem pariwisata TNG Rinjani.
lima tahapan, pertama pembingkaian, pelabelan, Gempa bumi yang melanda Lombok mengakibatkan
peringkasan, sintesis, dan penutup. Langkah pem- seluruh aktivitas pariwisata di Lombok mengalami
bingkaian digunakan untuk memberikan batasan kelumpuhan sehingga Indonesia kehilangan sejumlah
dalam menemukan strategi penyelesaian krisis dari besar devisa negara yang mencapai 100 juta USD
suatu kasus. Batasan ini meliputi waktu, tempat, dari sektor pariwisata.
jangka waktu masalah, dan faktor budaya. Metode Krisis ini bermula sejak gempa bumi sebesar
ini menyusun kasus dengan merumuskan pertanyaan, 6,4 SR terjadi pada 29 Juli 2018 yang menelan
melihat permasalahan, dan menjelaskan bagaimana setidaknya lebih dari 560 korban jiwa dan kerugian
kasus bermula dan berakhir. Tahapan kedua adalah mencapai lebih dari 10 triliun rupiah (Pebrianto &
pelabelan, tahapan ini bertujuan untuk melihat kasus Hidayat, 2018). Dampak dari gempa bumi meng-
dengan mengumpulkan fakta apa yang berada di haruskan Lombok memberhentikan aktivitas pari-
sekitar kasus. Langkah kedua meliputi masalah wisata termasuk di dalamnya TNG Rinjani. Bahkan,
umum terkait industri, pesaing dan kekuatan serta setidaknya 17 negara mengeluarkan travel advice
kelemahan perusahaan yang mempengaruhi krisis. yang berisi himbauan dan larangan warga negaranya
Selanjutnya adalah tahapan peringkasan, tahapan untuk berkunjung ke Lombok sementara waktu.
ini meringkas data yang dimiliki menjadi poin- Selain itu, krisis ini berdampak pada perekonomian
poin penting. Tujuannya untuk mengeluarkan fakta warga sekitar yang terhenti total.
kunci dalam kasus tersebut. Tahapan keempat adalah Pengelola membutuhkan waktu yang lama dalam
sintesis permasalahan, tahapan ini mulai menganal- mengakhiri krisis kepariwisataan di TNG Rinjani.
isa strategi apa yang perlu dilakukan untuk men- Krisis dinyatakan berakhir ketika pihak pengelola
jawab pertanyaan permasalahan. Tahapan ini akan kembali membuka destinasi alam TNG Rinjani
mengidentifikasi dimensi yang digunakan dalam setelah mengalami proses pemulihan infrastruktur
pilihan-pilihan penyelesaian. Tahapan terakhir adalah dan kesiapan destinasi pariwisata pada 14 Juni 2019.
6 JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN BENCANA, VOL. 12, NO. 1, TAHUN 2021

Bahkan setelah destinasi dibuka, butuh waktu lama pembangunan infrastruktur, hingga urusan konservasi
bagi pengelola untuk meyakinkan pengunjung man- alam atau budaya.
canegara untuk kembali mendatangi dan melakukan Jika dilihat secara umum, sektor pariwisata men-
pendakian di TNG Rinjani. jadi sektor utama dalam penyumbang devisa terbe-
2) Pelabelan (Labelling) sar di Indonesia. Karena tidak hanya menyerap
Tahapan pelabelan merupakan tahapan yang ekonomi dari lokasi wisata namun turut men-
mengumpulkan dan mencari seluruh informasi berke- dongkrak perekonomian warga sekitar. Setidaknya
naan dengan krisis yang terjadi. Krisis yang dialami ada lebih dari 1600 warga sekitar yang menggan-
oleh pengelola destinasi pariwisata akibat dampak tungkan perekonomian dari TNG Rinjani. Gempa
dari gempa bumi di wilayah Lombok dan sekitarnya bumi merupakan krisis yang perlu diantisipasi oleh
tentu menjadi perhatian banyak pihak. Tidak hanya pihak pengelola mengingat Indonesia yang berada
pemerintah Indonesia, namun kabar mengenai gempa di atas permukaan cincin lempeng Asia Pasifik
yang melanda Lombok turut menjadi perhatian yang sangat rentan akan bencana alam. Apabila
seluruh dunia. Hal ini dikarenakan potensi alam penanganan krisis terus menerus tidak terkoordinir
Lombok yang terkenal dan kerap menjadi tujuan maka TNG Rinjani akan mengalami kemunduran
utama wisatawan mancanegara. daya tarik destinasi wisata alam wilayah pegunungan
Banyak media baik dalam negeri maupun luar lainnya seperti Taman Nasional Bromo Tengger
negeri yang memberitakan kasus bencana alam Semeru dan Kawasan Dataran Tinggi Dieng di
Lombok serta dampak dan kerugiannya bagi ma- dalam negeri serta Kawasan Pegunungan Himalaya,
syarakat sekitar. Berita mengenai gempa Lombok Kepulauan Selatan Selandia Baru, dan Pesona Negeri
dapat dibaca di hampir seluruh media online di Iceland.
Indonesia seperti Kompas.com, tempo.co, tirto.id, Secara internal, penilaian dilakukan berdasarkan
CNNnews.com, detik.com, dan lain-lain. Beberapa keunggulan dan kekurangan potensi wisata TNG
media online luar negeri yang meliput gempa Lom- Rinjani jika dibandingkan dengan destinasi lainnya
bok seperti BBC, CNN, The Guardian, Channel pada masa kritis. Kelebihan TNG Rinjani adalah
NewsAsia, ABC News, dan masih banyak lagi. memiliki lanskap alam yang indah dengan kaldera
Sudut pandang pemberitaan juga terdiri dari yang terdapat pada puncaknya. Keindahan TNG
beragam informasi mulai dari peristiwa gempa Rinjani diakui oleh UNESCO sehingga mendapat
yang terjadi, jumlah korban jiwa, kerusakan infras- julukan sebagai Global Geopark Rinjani pada tahun
truktur, kerugian materi, dampak terhadap wisa- 2018. Selain itu, jika dibandingkan dengan destinasi
tawan mancanegara, serta upaya pemerintah dan pariwisata lainnya di luar negeri, TNG Rinjani terma-
pengelola dalam memulihkan dan mengembalikan suk memiliki biaya kunjungan pariwisata yang lebih
situasi seperti sedia kala. Tidak lupa, bagaimana murah dengan kelebihan lanskap yang luar biasa.
dampak ditutupnya TNG Rinjani dan berbagai des- Kelemahan TNG Rinjani adalah sistem pengelolaan
tinasi pariwisata di Lombok yang mempengaruhi lokasi dan tingkat keamanan yang masih tradisional.
perekonomian warga di sekitar wilayah destinasi Sehingga belum optimal dalam menyelesaikan krisis
pariwisata, transportasi pendukung destinasi wisata, seperti bencana alam gempa bumi.
dan potensi pariwisata TNG Rinjani dan Lombok. 4) Sintesis Permasalahan (Synthesising)
3) Peringkasan (Summarising) Perumusan sintesis permasalahan didasarkan pada
Dalam meringkas studi mengenai sebuah kasus, pilihan-pilihan penyelesaian krisis yang ditawarkan
data mengenai informasi terkait krisis yang dialami oleh peneliti. Dalam menyelesaikan krisis kepari-
oleh pengelola TNG Rinjani akan diklasifikasikan wisataan dan upaya mengembalikan kepercayaan
berdasarkan penilaian secara eksternal dan internal. industri pariwisata, pengelola harus menyampaikan
Dalam penilaian eksternal krisis dilihat berdasarkan informasi yang berisi fakta mengenai krisis yang ter-
ruang lingkup secara garis besar. Jika dilihat secara jadi. Sehingga, pilihan penyelesaian sebagian besar
garis besar, sektor industri pariwisata merupakan mengacu pada penyampaian rilis mengenai situasi
sektor industri dengan efek berganda (multiplying dan kondisi pasca krisis gempa bumi di kawasan
effects), ia mempengaruhi aspek pokok dalam agenda TNG Rinjani. Sistem komunikasi terbuka menjadi
pembangunan nasional, seperti pendapatan negara, pilihan utama bagi pengelola agar segera dapat
penyerapan tenaga kerja, pembangunan manusia, membangun kembali, pemulihan, dan revitalisasi
FEBRIANI DAN KURNIAWAN: PEMBARUAN CITRA DAN KEPERCAYAAN INDUSTRI PARIWISATA TNG RINJANI PASCA GEMPA 2018 7

Tabel I
S INTESIS PENYELESAIAN PERMASALAHAN

Question Option / hy- Decision criteria Pros Cons


pothesis
Memberikan rilis Yes Media • Menciptakan rasa percaya • Alur komunikasi yang rumit
kondisi terkini? Public Diplo- • Informatif • Rentan salah informasi
macy
Melakukan kajian Yes Pencegahan dan • Mengetahui potensi bencana yang • Kondisi bencana alam yang
dan penelitian bahaya penanganan dapat terjadi berbeda dan tidak dapat diprediksi
dan potensi? • Memiliki persiapan penanganan • Membutuhkan biaya penelitian
yang lebih matang yang besar
Melakukan Radio Safety • Menciptakan kenyamanan • Membutuhkan biaya besar
pemulihan lokasi Frequency • Menciptakan keamanan • Membutuhkan tenaga ahli kompe-
wisata dan bantuan Identification ten
teknologi (RFID) • Butuh sosialisasi

kawasan TNG Rinjani. yang berbasis teknologi. Namun, terdapat beberapa


5) Simpulan (Concluding) risiko yang perlu diperhatikan oleh pihak pengelola
Tahapan ini berisi simpulan dari upaya-upaya yaitu butuhnya modal pendanaan yang besar dalam
penyelesaian kasus krisis dengan menyajikan pil- proses pemulihan kawasan dan citra pariwisata TNG
ihan penyelesaian yang terbaik. Pada tahapan ini, Rinjani, serta pengelola harus serius dalam membe-
peneliti akan mengajukan strategi penyelesaian ter- nahi sistem penanganan bencana dan mendatangkan
baik berikut dengan cara implementasi terbaik serta SDM yang ahli dalam bidangnya sebagai upaya
risiko yang kemungkinan akan dihadapi. Jika dilihat, peningkatan pelayanan TNG Rinjani.
TNG Rinjani memiliki daya tarik internasional yang
mengundang wisatawan mancanegara. Setidaknya,
B. Pembahasan
rerata mengunjung TNG Rinjani mencapai lebih dari
40.000 pengunjung tiap tahunnya. Kunjungan ini Seperti yang sudah diketahui bahwa pariwisata
tentu mempengaruhi pendapatan ekonomi daerah dan merupakan sektor industri dengan efek berganda
devisa negara. Pasca gempa Lombok pada Juni 2018, (multiplying effects) yang mempengaruhi aspek
setidaknya negara mengalami kerugian sebesar 100 pokok dalam agenda pembangunan nasional, seperti
juta USD dari sektor pariwisata (Pebriansyah, 2018). pendapatan negara, penyerapan tenaga kerja, pemba-
Ditutupnya TNG Rinjani juga berdampak pada 1600 ngunan manusia, pembangunan infrastruktur, hingga
warga yang menggantungkan mata pencaharian dari urusan konservasi alam atau budaya (Kemenparekraf,
pariwisata TNG Rinjani. 2018). Namun, sektor pariwisata juga merupakan
Oleh karena itu, dalam mengatasi krisis, pen- sektor yang sangat rentan dengan krisis, baik yang
gelola harus bertindak cepat dan konstruktif dalam ditimbulkan manusia namun krisis di luar dugaan
memulihkan kondisi infrastruktur pariwisata dan seperti bencana alam. Dengan dampak yang sangat
mengadakan agenda promosi yang berisikan in- besar, oleh karena itu kondisi krisis pada sektor
formasi terkini mengenai kondisi terbaru kawasan pariwisata harus segera diselesaikan agar ekosistem
TNG Rinjani. Sehingga, TNG Rinjani dapat kembali pariwisata dapat terus terjaga.
dipercaya sebagai lokasi wisata yang indah, aman, Gempa bumi yang melanda Lombok dan seki-
dan nyaman bagi wisatawan. Pemulihan kepercayaan tarnya pada 29 Juli 2018 dan beberapa bulan selanjut-
diperlukan untuk kembali mendatangkan wisatawan nya memukul aktivitas pariwisata di Lombok secara
mancanegara yang dapat menghidupi roda perekono- total, begitu juga di TNG Rinjani yang mengalami
mian di sekitar wilayah TNG Rinjani. kerusakan yang parah karena berada di wilayah utara
Krisis ini dapat dilalui dengan cara melakukan Pulau Lombok yang merupakan kawasan sumber
rilis publikasi mengenai kondisi terkini TNG Rinjani gempa yang mencapai 7 SR tersebut. Dampak
pasca gempa, menyampaikan langkah penanganan terbesar yang dirasakan dari ditutupnya kawasan
yang sudah dan akan segera dilakukan, serta me- wisata TNG Rinjani adalah sektor perekonomian
lengkapi infrastruktur pengelolaan TNG Rinjani di mana setidaknya tercatat terdapat 90 pemegang
8 JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN BENCANA, VOL. 12, NO. 1, TAHUN 2021

izin track organizer (TO), baik badan usaha maupun terjadi. Citra destinasi adalah gabungan keyakinan,
perorangan; 449 pemandu wisata; dan 1.157 porter ide, dan kesan yang dimiliki orang tentang suatu
yang mempekerjakan warga sekitar kehilangan mata tempat tujuan yang dibentuk melalui konstruksi nalar
pencaharian. dan emosi wisatawan di mana berasal dari keyakinan
Besarnya kerusakan yang terjadi pascakrisis kognitif dan perasaan terhadap destinasi pariwisata
gempa bumi Lombok pada 2018 yang mempengaruhi (Kemenparekraf, 2018).
seluruh aktivitas pariwisata di Lombok, termasuk di Reputasi destinasi merupakan hasil dari persepsi
dalamnya TNG Rinjani menimbulkan ketakutan bagi publik yang didasarkan pada sinergi gambar komu-
para wisatawan untuk berkunjung ke TNG Rinjani. nikasi, peristiwa, dan ulasan lokasi (Stacks & Tilson,
Mengingat, gempa bumi menyebabkan kerusakan 2002). Reputasi destinasi pariwisata juga dapat
infrastruktur yang sangat parah di wilayah destinasi dinilai dari nilai merek, kebijakan pemerintah, stabil-
wisata dan potensi gempa susulan menyebabkan itas investasi, dan kondisi masyarakat sekitar. Oleh
kawasan wisata ditutup. Gempa Lombok juga menye- karena itu, pengelola dan pemerintah bertanggung
babkan setidaknya 17 negara mengeluarkan travel jawab dalam mengembalikan reputasi TNG Rinjani
advice yang melarang kunjungan wisata ke Lombok. sebagai lokasi destinasi wisata mancanegara yang
Akibatnya, negara merugi pemasukan devisa sekitar aman dan nyaman dikunjungi. Perlu diperhatikan
100 juta USD. bahwa penyampaian fakta penting dalam perbaikan
Ketika krisis melanda, organisasi atau pengelola citra (Elsbach & Benoit, 1997).
masuk dalam fase tanggap krisis. Pihak pengelola Pihak pengelola harus menerapkan strategi dalam
akan berusaha untuk menangani krisis dan mengem- memilih pesan yang berisi fakta (seperti statistik
balikan operasional terdampak krisis seperti semula dan data) yang dapat meyakinkan khalayak. Centers
(R. Ulmer et al., 2007). Pada kasus gempa bumi for Disease Control and Preventives (Reynolds &
Lombok, pemerintah setempat menanggapi krisis Shenhar, 2016) dalam panduannya menyebutkan
dengan mengimbau penutupan lokasi pariwisata bahwa dalam menangani situasi krisis dan beresiko
dan melakukan evakuasi secepatnya. Selain itu, seperti bencana alam pihak pengelola harus segera
pemerintah turut mengadakan pendataan mengenai membentuk tim komunikasi krisis yang bertugas
korban terdampak dan kerugian yang dilanda. untuk mengelola informasi dengan karakteristik
Secara organisatoris, setelah pengelolaan tanggap informasi yang cepat, tepat, kredibel, menunjukkan
darurat dilakukan dengan prioritas menyelamatkan simpati, solusi, dan rasa kepedulian.
warga dan pendataan kerugian serta korban jiwa, Pemulihan reputasi adalah studi pada komunikasi
pemerintah melalui Kementerian Pariwisata memben- krisis yang dirancang untuk melindungi reputasi,
tuk Tourism Crisis Center (TCC). Tugas utama TCC citra, dan karakter organisasi selama krisis. Dalam
adalah memantau percepatan pemulihan komponen kasus destinasi pariwisata global, citra dan reputasi
utama pariwisata, yakni lokasi atraksi wisata, ameni- yang buruk tidak hanya berdampak pada masyarakat
tas, dan aksesibilitas. TCC merupakan bagian dari sekitar saja namun juga pendapatan negara dan
Manajemen Krisis Kepariwisataan yang dibentuk hubungan antar negara. Oleh karena itu, dalam
oleh pemerintah dengan tugas utama yang terbagi beberapa kasus perbaikan reputasi dapat diperbaiki
dalam empat fase kerja yakni fase kesiapsiagaan dan melalui diplomasi publik (Simonin, 2008). Diplomasi
mitigasi, fase tanggap darurat, fase pemulihan, dan publik merupakan hubungan diplomasi antar negara
fase normalisasi (Kemenparekraf, 2018). dalam melakukan komunikasi di luar kepentingan
Dalam menilai katagori krisis bencana, dalam politik pemerintahan, bersifat secara resmi, dan
keteranganya Faunker [14] membagi dalam tiga terjalin antara perwakilan resmi. Pemerintah perlu
katagori, yaitu krisis pemasaran (citra/reputasi), kri- melakukan komunikasi dengan negara yang men-
sis sumber daya manusia (SDM) pariwisata, serta geluarkan travel advice agar segera mencabut dan
krisis bencana destinasi. Krisis bencana alam yang memperbolehkan kunjungan pariwisata ke kawasan
dialami TNG Rinjani berdampak pada tiga krisis terdampak pasca bencana.
tersebut. Dalam hal ini, krisis yang berdampak pada Dalam proses pemulihan reputasi pada kasus
menurunnya jumlah kunjungan adalah krisis pe- krisis bencana alam, reputasi tidak hanya dapat
masaran (citra/reputasi) yang diakibatkan oleh citra dikembalikan menggunakan perantara media saja
daerah rawan bencana akibat dampak gempa yang melainkan ada banyak sektor yang terlibat dalam
FEBRIANI DAN KURNIAWAN: PEMBARUAN CITRA DAN KEPERCAYAAN INDUSTRI PARIWISATA TNG RINJANI PASCA GEMPA 2018 9

proses pembangunan kembali, pemulihan, dan revi- simal 150 per hari yang diantisipasi dengan mela-
talisasi. Pembaruan reputasi TNG Rinjani mengim- kukan pendaftaran pada situs yang disediakan oleh
plementasikan Teori Wacana Pembaruan (RDT) yang pengelola. Situs tersebut juga berisikan informasi
memiliki fokus pada dimensi lebih besar dalam fase terbaru mengenai status Gunung Rinjani dan kondisi
pascakrisis, yakni pembaruan reputasi menyangkut pasca gempa.
seberapa optimal peran organisasi, pemerintah, ko- Dalam mengantisipasi potensi krisis bencana alam
munitas, pemangku kepentingan, dan pada kebutuhan ke depannya, pihak pengelola juga terus melakukan
setelah krisis (Simonin, 2008). Oleh karena itu, pemantauan mengenai potensi gempa bumi yang
dalam proses pemulihan dan pembaruan reputasi akan terjadi dengan bekerja sama dengan lembaga
TNG Rinjani, segenap stakeholder seperti pemerintah terkait dalam melakukan kajian dan penataan kem-
nasional, pemerintah daerah, LSM, dan pengelola bali jalur-jalur pendakian Suriyani (2018). Selain itu,
tergabung dalam tim percepatan pemulihan destinasi pihak pengelola menyatakan rencana pemberlakukan
pariwisata TNG Rinjani. tagging pendaki dengan sistem Radio Frequency
RDT menitikberatkan pada etika humanistik yang Identification (RFID) yang dapat digunakan untuk
berasal dari peran tanggung jawab sosial dan keadi- memonitor pergerakan pendaki guna menghindari
lan yang menjadi kunci pada respon krisis bencana ketakutan tersesat dan kecelakaan.
(R. R. Ulmer & Sellnow, 2002). RDT menggunakan Upaya retoris yang dilakukan oleh pengelola
kerangka retoris dan tradisi retorika restoratif. Re- dengan menerapkan kerangka retorika retoris telah
torika restoratif menyelesaikan komunikasi pascakri- diimplementasikan melalui serangkaian rilis yang
sis dari mengurangi potensi kerugian dan menjaga dilakukan ke depannya. Tujuan utama dari re-
citra positif dengan memfasilitasi komunikasi antara torika restoratif adalah untuk memulihkan keper-
penanggung jawab dengan publik, serta membantu cayaan pada sistem dengan menghubungkan kembali
korban dan masyarakat umum untuk memahami seperangkat nilai dan kepercayaan, untuk memfasil-
peristiwa krisis [20]. Retorika restoratif melibatkan itasi pemulihan dari dampak krisis kepada publik
dialog yang lebih generatif dan spontan yang diben- yang menjadi saksi kerugian material dan emosional
tuk tidak hanya sebagai respons terhadap krisis itu dari krisis dan membantu menciptakan visi di masa
sendiri, tetapi oleh dimensi kontekstual dan sosial depan (Seeger & Padgett, 2010).
yang melapisi peristiwa krisis dan memengaruhi Pengelola berhasil melalui fase pasca krisis dengan
respons terhadapnya. serangkaian penyelesaian dan aksi pemulihan yang
Strategi komunikasi sebagai respon krisis bencana telah disebutkan di atas. Pembaruan reputasi mener-
alam menunjukkan kebutuhan komunikasi yang apkan kerangka retorika restoratif mengikuti tahapan
disampaikan oleh pengelola kepada publik. Informasi sebagai berikut: (1) menentukan reaksi awal dengan
yang dibutuhkan berkaitan dengan informasi yang membentuk tim percepatan respon pemulihan ben-
mengungkapkan progres dalam kemajuan pengelo- cana di lokasi krisis, (2) penilaian dampak terhadap
laan krisis, disampaikan oleh pemangku kebijakan krisis yang terjadi dengan melakukan pendataan
dan janji perbaikan ke depan, rilis laporan terkait korban, kerugian, dan kerusakan, (3) mengelola
penyelidikan krisis, dan memberikan informasi upaya strategi-strategi penyelesaian yang dapat diupayakan
ke depannya dalam mencegah terjadinya krisis yang oleh pengelola, (4) pemulihan infrastruktur, dan
sama (Coombs, 2006). Pihak pengelola telah merilis (5) optimalisasi dan percepatan pemulihan yang
beberapa upaya dan progres dalam menanggulangi dilakukan sebagai upaya pembaruan reputasi (Griffin-
krisis bencana yang terjadi di TNG Rinjani. Pasca Padgett & Allison, 2010).
resminya dibuka pendakian di TNG Rinjani pada
14 Juni 2019, sekitar 50 wisatawan dalam negeri
V. K ESIMPULAN
dan mancanegara berkunjung untuk mendaki di hari
pertama pembukaan. Kepala Balai TNG Rinjani, Dengan dampak yang sangat kompleks, pengelola
Sudiyono, menyampaikan bahwa pendaki hanya perlu bertindak cepat dan tegas dalam menyele-
diperbolehkan mendaki hingga Pelawangan mengi- saikan krisis kepariwisataan. Komunikasi berperan
ngat jalur menuju puncak dan Danau Segara Anak penting dalam menyusun strategi penyelesaian kri-
yang masih rusak (Rachmawati, 2019). Pengelola sis kepariwisataan pada sektor pemulihan krisis
juga melakukan pembatasan jumlah pendaki mak- terutama dalam pemulihan pada sektor pemasaran
10 JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN BENCANA, VOL. 12, NO. 1, TAHUN 2021

(citra/reputasi). Komunikasi pascakrisis menekankan Elsbach, K., & Benoit, W. (1997). Ac-
peran tanggapan strategis dalam memperbaiki citra counts, excuses, and apologies: A theory
organisasi yang rusak setelah krisis. Pendekatan of image restoration strategies. Adm. Sci.
pada penyelesaian krisis kepariwisataan tim pen- Q. Retrieved from https://doi.org/10
gelola TNG Rinjani mengimplementasikan Teori .2307/2393739 doi: 10.2307/2393739
Wacana Pembaruan (Discourse of Renewal Theory). Fall, L. T. (2004).
Kerangka teori ini menekankan penyelesaian pada Journal of Vacation Marketing, 10(3), 238–
krisis yang berdampak pada reputasi dengan men- 252. Retrieved from https://doi.org/
goreksi kesalahan, belajar dari krisis, keinginan untuk 10.1177/135676670401000304 doi:
memperbaiki, dan cara berkomunikasi (R. R. Ulmer 10.1177/135676670401000304
& Sellnow, 2002). Faulkner, B. (2001). Towards a framework for
Reputasi destinasi memiliki pengaruh pada setiap tourism disaster management. Tourism
keputusan calon wisatawan, terutama wisatawan man- Management, 22(2), 135-147. Retrieved
canegara. Dampak gempa Lombok yang menghen- from https://doi.org/10.1016/
tikan pariwisata di TNG Rinjani dan sekitarnya S0261-5177(00)00048-0 doi:
membutuhkan upaya cepat dan tanggap dalam pe- 10.1016/S0261-5177(00)00048-0
mulihan reputasi supaya dapat kembali dikunjungi Griffin-Padgett, D. R., & Allison, D. (2010).
dan dipercaya sebagai destinasi wisata yang aman Making a case for restorative rhetoric:
bagi wisatawan. Dalam menyampaikan progres pe- Mayor Rudolph Giuliani and Mayor Ray
mulihan, pengelola harus menyampaikan fakta yang Nagin’s response to disaster. Com-
tepat dan akurat serta menunjukkan upaya nyata munication Monographs, 77(3), 376-392.
sebagai jaminan keamanan jika terjadi bencana alam Retrieved from https://doi.org/10
di daerah tersebut. Upaya ini membutuhkan kerja .1080/03637751.2010.502536 doi:
sama dari seluruh stakeholder agar usaha pemulihan 10.1080/03637751.2010.502536
dan pembaruan reputasi TNG Rinjani dapat tercapai Henderson, J. C. (1999). Tourism manage-
dengan sukses. ment and the Southeast Asian economic
and environmental crisis: A Singapore per-
spective. Managing Leisure, 4(2), 107–
U CAPAN T ERIMAKASIH
120. Retrieved from https://doi.org/
Pada penulisan jurnal kali ini penulis meng- 10.1080/136067199375887 doi: 10
haturkan banyak terimakasih kepada banyak pihak .1080/136067199375887
yang telah memberikan bantuan, arahan, dan do- Kemenparekraf. (2018). SOP pengelolaan krisis
rongan selama penulis menyelesaikan jurnal ini. kepariwisataan. Jakarta: Author.
Konecnik, M. (2004). Evaluating Slovenia’s im-
age as a tourism destination: A self-analysis
DAFTAR P USTAKA
process towards building a destination brand.
Coombs, W. T. (2006). The protective pow- Journal of Brand Management, 11(4), 307–
ers of crisis response strategies: Managing 316. Retrieved from https://doi.org/
reputational assets during a crisis. Jour- 10.1057/palgrave.bm.2540175 doi:
nal of Promotion Management, 12(3-4), 241- 10.1057/palgrave.bm.2540175
260. Retrieved from https://doi.org/ Pebriansyah, A. (2018). Gempa Lombok hilangkan
10.1300/J057v12n03_13 doi: 10.1300/ Rp 1,4 triliun devisa pariwisata Indonesia.
J057v12n03 13 suara.com.
Davis, A. (2007). Mastering public relations. Pebrianto, F., & Hidayat, A. A. N. (2018). Ini
Palgrave Macmillan. data lengkap kerusakan Gempa Lombok versi
Dowling, G. R. (2001). Creating corporate BNPB. Tempo Bisnis.
reputations: identity, image, and performance. Pemprov, NTB. (2019). Global Geopark Rinjani
Choice Reviews. Retrieved from https:// dan manfaatnya bagi masyarakat.
doi.org/10.5860/choice.39-0405 Pratt, G. (2003). Terrorism and tourism: Ba-
doi: 10.5860/choice.39-0405 hamas and Jamaica fight back. International
FEBRIANI DAN KURNIAWAN: PEMBARUAN CITRA DAN KEPERCAYAAN INDUSTRI PARIWISATA TNG RINJANI PASCA GEMPA 2018 11

Journal of Contemporary Hospitality Manage- Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.


ment. Retrieved from https://doi.org/
10.1108/09596110310470275 doi:
10.1108/09596110310470275
Rachmawati, F. (2019). Pasca-gempa Lombok,
pelaku wisata pendakian Gunung Rinjani mu-
lai berbenah. Kompas.com.
Reynolds, B., & Shenhar, G. (2016). Crisis and
emergency risk communication.
Ritchie, B. W. (2004). Chaos, crises
and disasters: A strategic approach to
crisis management in the tourism indus-
try. Tourism Management, 25(6), 669–683.
Retrieved from https://doi.org/10
.1016/j.tourman.2003.09.004 doi:
10.1016/j.tourman.2003.09.004
Ruslan, R. (2010). Manajemen public relations
dan media komunikasi: Konsepsi dan aplikasi.
Jakarta: Rajawali Pers.
Seeger, M. W., & Padgett, D. R. G. (2010).
From image restoration to renewal: Ap-
proaches to understanding postcrisis communi-
cation. Review of Communication, 10(2), 127-
141. Retrieved from https://doi.org/
10.1080/15358590903545263 doi:
10.1080/15358590903545263
Simonin, B. (2008). Nation branding and pub-
lic diplomacy: Challenges and opportunities.
Fletcher Forum World Aff.
Stacks, D., & Tilson, D. (2002). Paradise lost
and restored. Florida and the tourist murders.
London: Routledge.
Suriyani, L. (2018). Pasca gempa, sistem baru
pendakian Rinjani bakal berlakukan kuota dan
monitoring: Seperti apa? Mongabay.
Ulmer, R., Sellnow, T., & Seeger, M. (2007).
Effective crisis communication. Thousand
Oaks, CA: SAGE Publications.
Ulmer, R. R., & Sellnow, T. L. (2002). Crisis
management and the discourse of renewal:
Understanding the potential for positive
outcomes of crisis. Public Relations
Review, 28(4), 361-365. Retrieved
from https://doi.org/10.1016/
S0363-8111(02)00165-0 doi:
10.1016/S0363-8111(02)00165-0
Wasesa, S. (2005). Strategi public relations:
Bagaimana strategi public relations dari 36
merek global dan lokal membangun citra, men-
gendalikan krisis dan merebut hati konsumen.
12 JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN BENCANA, VOL. 12, NO. 1, TAHUN 2021

Anda mungkin juga menyukai