Geby Ananda W - Topik 2, Demonstrasi Kontekstual
Geby Ananda W - Topik 2, Demonstrasi Kontekstual
NIM : 23300051
Rombel : 03
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Pendidikan Profesi Guru
Universitas Negeri Padang
LITERASI DASAR
Pembahasan :
1. Kegiatan pelaksaan kegiatan literasi yang telah saya terapkan di kelas:
Seorang laki-laki melihat seekor ular besar yang terjepit batu. Ular itu tidak bisa
melepaskan badannya. Laki-laki itu lalu mengangkat batunya agar ular bisa
melepaskan diri. Setelah batu diangkat, ular Iangsung melilit tubuh laki-laki itu
hendak memangsanya.
“Tunggu! Mengapa kau lakukan itu? Bukankah aku telah menolongmu?” kata si
Laki-laki.
“Aku lapar dan tidak ada salahnya aku memangsamu,” kata ular yang tak tahu
membalas budi.
“Kau jangan makan aku sekarang. Kita tanyakan dulu masalah kita pada
binatang yang bijaksana,” kata si laki-laki kepada ular. Lalu, mereka berjalan
dan bertemu hyena.
Hyena berpikir, jika memihak ular, ia bisa ikut menikmati daging laki-laki itu.
Hyena pun menjawab, “Tidak ada salahnya.”
Serigala menjawab, “Aku tidak percaya seekor ular bisa terimpit batu. Coba kau
tunjukkan aku bagaimana kejadiannya.”
Mereka bertiga pergi ke tempat semula. Serigala berkata, “Coba kau kembali ke
tempatmu.”
Akhirnya, mereka pergi meninggalkan ular. Itulah balasan bagi ular yang tidak
tahu diri.
“Bagaimana Tuhan kita ini?” kata Haji Saleh kemudian. “Bukankah kita
disuruh-Nya taat beribadah, teguh beriman? Dan itu semua sudah kita kerjakan
selama hidup kita. Tapi kini kita dimasukkan ke neraka.”
“Ya. Kami juga berpendapat demikian. Tengoklah itu, orang-orang senegeri
kita semua, dan tak kurang ketaatannya beribadat.”
“Memang tidak adil,” kata orang-orang itu mengulangi ucapan Haji Saleh.
“Kalau begitu, kita harus minta kesaksian kesalahan kita. Kita harus
“Apa kita revolusikan juga?” tanya suara yang lain, yang rupanya di dunia
menjadi pemimpin gerakan revolusioner.
“Itu tergantung pada keadaan,” kata Haji Saleh. “Yang penting sekarang, mari
kita berdemonstrasi menghadap Tuhan.”
“Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demonstrasi saja, banyak yang kita
peroleh,” sebuah suara menyela.
Haji Saleh yang menjadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dan
dengan suara yang menggeletar dan berirama indah, ia memulai pidatonya.
“O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-
Mu yang paling taat beribadat, yang paling taat menyembah-Mu. Kamilah
orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran-Mu,
mempropagandakan keadilan-Mu, dan lain-lainnya. KitabMu kami hafal di
luar kepala kami. Tak sesat sedikit pun membacanya. Akan tetapi, Tuhanku
yang Mahakuasa, setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau masukkan
kami ke neraka. Maka sebelum terjadi halhal yang tidak diingini, maka di sini,
atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman
yang Kau jatuhkan kepada kami ditinjau kembali dan memasukkan kami ke
surga sebagaimana yang Engkau janjikan dalam kitab-Mu.”
“Tanahnya yang mahakaya raya, penuh oleh logam, minyak, dan berbagai
bahan tambang lainnya, bukan?”
“Benar. Benar. Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami,” mereka mulai
menjawab serentak. Karena fajar kegembiraan telah membayang di wajahnya
kembali. Dan yakinlah mereka sekarang, bahwa Tuhan telah silap
menjatuhkan hukuman kepada mereka itu.
“Di negeri, di mana tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuh tanpa
ditanam?”
“Negeri yang lama diperbudak orang lain itu?” “Ya, Tuhanku. Sungguh laknat
penjajah penjajah itu, Tuhanku.”
“Benar Tuhanku, hingga kami tidak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat
mereka itu.”
“Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi,
sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan?”
“Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu, kami tak mau tahu.
Yang penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau.”
“Sungguhpun anak cucu kami melarat, tapi mereka semua pintar mengaji.
Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala belaka.”
“Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak dimasukkan ke hatinya,
bukan?”
“Ada, Tuhanku.”
“Kalau ada, mengapa biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya
semua? Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk
anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri,
saling menipu, saling memeras. Aku beri engkau negeri yang kaya raya, tapi
kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan
peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya
beramal di samping beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau
miskin? Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga
kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembah-Ku saja. Tidak. Kamu semua
mesti masuk neraka! Hai malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka.
Letakkan di keraknya.”
Semuanya jadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka
sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia.
Tetapi Haji Saleh ingin juga kepastian, apakah yang dikerjakannya di dunia ini
salah atau benar. Tetapi ia tak berani bertanya kepada Tuhan, ia bertanya saja
pada malaikat yang menggiring mereka itu.
Demikian cerita Ajo Sidi yang kudengar dari Kakek. Cerita yang
memurungkan Kakek.
Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkata apa aku
tak pergi menjenguk.
“Kakek.”
“Kakek?”
“Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang ngeri
sekali. Ia menggorok lehernya dengan pisau cukur.”
Aku mencari Ajo Sidi ke rumahnya. Tetapi aku berjumpa sama istrinya saja.
Lalu aku tanya dia.
“Ia sudah pergi,” jawab istri Ajo Sidi. “Tidak ia tahu Kakek meninggal?”
“Sudah. Dan ia meninggalkan pesan agar dibelikan kafan buat Kakek tujuh
lapis.” “Dan sekarang,” tanyaku kehilangan akal sungguh mendengar segala
peristiwa oleh perbuatan Ajo Sidi yang tidak sedikit pun bertanggung jawab,”
dan sekarang ke mana dia?”
“Kerja.”
Kesabaran Kerbau
Setiap hari, monyet itu sering menyusahkan kerbau dengan menarik ekornya,
melemparkan kacang ke kepalanya atau melompat dari pohon sambil
mengejeknya.
Kerbau sebenarnya sudah muak dengan lelucon monyet, tetapi dia masih
mencoba untuk bersabar.
Hewan-hewan lain dari hutan melihat ini dan berpikir mengapa kerbau
mentolerir semua kenakalan si monyet.
Monyet yang duduk di puncak pohon, mendengar ini dan merasa malu.
Monyet itu segera mendatangi kerbau dan berkata, “Maaf, teman baikku atas
semua masalah yang kuberikan padamu.
Pesan moral dari Cerita Pendek Kerbau yang Sabar ini adalah kesabaran
akan membuahkan hasil yang manis.
Suatu ketika, seekor Serigala mengundang seekor Bangau untuk minum teh
di rumahnya.
Serigala itu telah menyiapkan berbagai hidangan untuk Bangau. Ketika
Bangau tiba di rumah Serigala, Serigala itu menyajikan makanan di atas
piring datar.
Bangau itu berjuang sangat keras untuk dapat makan dari piring datar.
Namun dia menyadari bahwa dia tidak akan bisa makan dari piring datar
karena paruhnya yang panjang.
Dia merasa terhina dan meninggalkan rumah serigala karena tahu serigala
sedang membodohinya.
Serigala itu mencoba yang terbaik untuk makan dari Kendi tetapi gagal
melakukannya.
Bangau itu menjawab, “Apakah cara Anda memperlakukan saya benar ketika
saya datang untuk makan malam di rumah Anda?”
Serigala itu merasa malu dan meminta maaf pada Bangau. Kemudian mereka
berdua makan malam di piring masing-masing dan menikmati makan malam.
2. Pada strategi yang telah saya terapkan di kelas dalam pelaksaan kegiatan
literasi sudah berjalan dengan baik.
Yang Perlu di perbaiki diperbaiki dalam menerapkan srategi ini dama kegiatan
literasi adalah :
• Teks bacaan lebih yang menarik lagi, agar peserta didik lebih semangat
lagi dalam menerapkan kegiatan literasi
• Guru lebih memotivasi peserta didik untuk meningkatkan semangatnya
dalam membaca agar strategi yang di terapkan bisa berjalan lebih baik
lagi
3. Keterampilan yang perlu ditingkatkan dalam diri saya agar pelaksanaan kegiatan
literasi menggunakan strategi tersebut dapat berjalan lebih baik adalah :
• Dapat menciptakan media literasi yang menarik agar peserta didik lebih
tertarik untuk mengikuti kegiatan literasi
• Lebih menguasai strategi yang digunakan untuk kelancaran kegiatan yang
di lakukan dalam melaksanakan kegiatan literasi.
• Lebih mengembangkan pada potensi diri untuk melakukan kegiatan
literasi yang bervariasi