Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI HUTAN

EKSTRAKSI SPORA FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA


DAN PEWARNAAN AKAR

Dosen pengampu:
Prof. Dr. H. A. Oramahi, S.Tp, MP\n

Disusun Oleh:
Nama : Eric sadewa
Nim : G1011211397
Kelas : C

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2024
Tujuan
Tujuan dari melaksanakan praktikum ekstraksi spora fungi mikoriza arbuskula dan
pewarnaan akar adalah agar mahasiswa dapat mengisolasi spora mikoriza arbuskula (FMA)
dari sampel tanah (Rhizosphere), dan dapat melakukan pewarnaan akar untuk menetapkan
apakah akar tanaman dikolonisasi oleh FMA atau tidak dan untuk menentukan derajat serta
itensitas kolonisasi akar tanaman oleh FMA.

Cara kerja
Praktikum ini dilakukan pada bulan maret tahun 2024, sebelum melakukan praktikum
hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan, yaitu:
1. Bahan:
• Ekstraksi spora
- Contoh tanah komposit dari lapangan (50g)
- Air
- Sukrosa 60% w/v (larutkan 60g gula pasir dalam 100mL air).
• Pewarnaan akar
- Air suling
- KOH 10% w/v (masukkan 100g KOH teknis dalam labu ukur 1.000mL,
lalu tambahkan air suling sampai tanda garis).
- Cuka komersil 5% v/v (masukkan 200mL cuka 25% kedalam labu ukur
1.000mL, lalu tambahkan air suling sampai tanda garis).
- Campuran tinta-cuka 5% v/v (tuang 50mL tinta tulis Quink biru dalam
labu ukur 1.000mL, lalu tambahkan larutan cuka 5% sampai tanda
garis).
- Larutan destaining asetogliserol (campur 500mL gliserol + 450mL air
suling + 50mL cuka komersil
2. Alat:
• Pengambilan sampel tanah dan akar (rhizosphere)
- Sekop atau cangkul
- Pisau belati
- Kantong plastik
- Spidol
- Kertas label
- Pena dan buku catatan
• Ekstraksi spora
- Wadah baskom atau ember kecil
- Satu set penyaring (sieve) berukuran diameter mata saring 700μm,
450μm, 250μm, 125μm, 63μm, dan 45μm. Alat penyaring yang
digunakan dapat disesuaikan berdasarkan ketersediaan di laboratorium.
- Piala gelas (Beaker glass) 500/1.000mL atau bekas botol air mineral
ukuran volume 1L.
- Botol semprot (hand sprayer)
- Botol film atau tabung sentrifugasi
- Cawan petri
- Pinset spora
- Mikroskop stereo
Setelah menyiapkan alat dan bahan kita sudah dapat melakukan praktikum dengan
prosedur kerja sebagai berikut:
1. Pengambilan contoh tanah dan akar
• Tanaman inang yang dipilih adalah tanaman kehutanan: akasia, jabon, sengon;
dan tanaman gulma: pakis.
• Congkel akar tanaman beserta tanah dengan bantuan cangkul atau sekop. Akar
yang diambil untuk contoh berdiameter kurang dari 1 mm (akar serabut).
Apabila akar tanaman pohon yang akan diambil, dugalah lebih dulu di mana
ujung akar (dapat dirunut dari akar lateral yang besar), kemudian gali
menggunakan pisau belati supaya tidak merusak akar.
• Pada setiap satu tanaman, contoh tanah dan akar diambil dari beberapa titik
kemudian dikompositkan agar menjadi contoh komposit. Untuk kelompok
tanaman perdu dan anakan pohon, potong akar pada bagian leher akar dan
kemudian contoh tanah dimasukkan ke dalam kantong plastik secara
bersamasama.
• Ambil tanah dan potongan akar secukupnya dari beberapa tanaman inang yang
sejenis (minimal 3).
• Lekatkan label pada bagian luar kantong plastik. Beri keterangan pada label
mengenai tanggal dan lokasi pengambilan contoh, jenis tanaman inang, jenis
tanah, dan informasi lain yang dipandang perlu.
• Biarkan kantong plastik tetap terbuka selama beberapa saat. Tujuannya adalah
untuk menurunkan suhu dan respirasi berkurang (ditandai dengan tidak adanya
uap air dalam kantong plastik).
• Contoh tanah dan akar harus segera diproses sesampainya di laboratorium atau
masukkan dalam lemari pendingin bila tidak langsung diproses.
• Untuk ekstraksi spora, contoh tanah dan akar dihancurkan supaya gembur.
• Sebagian contoh akar dicuci bersih dan hati-hati di bawah air mengalir dan
selanjutnya diproses untuk pemeriksaan ada tidaknya kolonisasi FMA dalam
akar dengan pewarnaan akar.
2. Ekstraksi spora
• Masukkan contoh tanah (100g) ke dalam wadah baskom atau ember kecil,
kemudian tambah air secukupnya. Aduk dan remas dengan tangan untuk
menghancurkan agregat/bongkahan tanah. Akar yang tersekap di dalam agregat
tanah dikeluarkan tapi tidak dibuang.
• Masukkan suspensi tanah dan akar ke dalam tabung blender, khususnya untuk
agregat tanah yang sulit dihancurkan dengan tangan. Hancurkan contoh tanah 4
tersebut dengan menekan tombol start agar spora terlepas dari agregat hifa yang
menempel pada akar atau tanah.
• Waktu memblender tidah boleh terlalu lama karena justeru akan
menghancurkan akar yang akan membuat ekstrak menjadi semakin keruh.
• Tuangkan suspensi tanah dan akar ke penyaring bertingkat. Bagian paling atas
adalah penyaring dengan ukuran mata saring terbesar dan yang paling bawah
ialah penyaring dengan ukuran mata saring terkecil. Ukuran mata saring 38-63
µm sudah dapat menangkap sebagian besar spora FMA. Biasanya
partikelpartikel liat masih terikut, sehingga mengotorkan hasil penyaringan.
• Endapan yang terdapat pada penyaring terbawah dipindahkan ke piala gelas
(Beaker glass) dengan bantuan air dari botol semprot.
• Aduk dan tuangkan ke tabung sentrifugasi. Tinggi ekstrfak sebaiknya tidak
melebihi 1 cm dan harus tersedia cukup ruangan agar suspensi tidak tumpah.
• Tuangkan larutan gula 60% ke dalam suspensi tanah dalam tabung sentrifugasi
sebanyak dua kali volume ekstrak.
• Lakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3.000 rpm selama kurang lebih 3 menit
atau 2.500 rpm selama 5 menit.
• Spora akan mengapung pada larutan gula atau bagian atas suspensi jernih.
• Tuangkan suspensi jernih ke permukaan penyaring berukuran mata saring
paling kecil, kemudian segera bersihkan dengan air mengalir untuk mencegah
terjadinya lisis spora.
• Dengan bantuan semprotan air dari botol semprot, pindahkan spora ke wadah
plastik atau cawan Petri.
• Selanjutnya, amati bentuk-bentuk spora dan spora dapat diambil dengan
bantuan pinset spora.
3. Pewarnaan akar
• Metode pewarnaan akar yang digunakan mengacu pada metode Brundrett et al.
(1996) yang dimodifikasi.
• Cuci akar sampai bersih dengan air suling.
• Rendam dalam KOH 10% selama 24 jam.
• Jika akarnya masih tetap berwarna kelam, buang larutan KOH sebelumnya,
kemudia akar dicuci dengan air mengalir 3-5 kali dan gunakan penyaring teh
sebagai wadah, kemudian rendam kembali dalam KOH 10% yang baru selama
24 jam.
• Bila akarnya sudah tidak berwarna kelam, cuci dengan air mengalir 3-5 kali,
gunakan penyaring teh sebagai wadah.
• Rendam akar dalam larutan HCl 2% selama 24 jam.
• Buang larutan HCl 2% tsb, kemudian rendam akar dalam larutan staining
(larutan asam laktat & gliserol & tryphan blue) untuk mewarnai struktur
diagnostik (arbuskula, vesikel, hifa internal, atau spora internal) mikoriza dalam
akar, selama 24 jam.
• Akar-akar yang sudah diwarnai kemudian direndam dalam larutan destaining
(larutan asam laktat & gliserol) untuk membersikan sisa-sisa pewarna tryphan
blue yang menempel di permukaan akar. Akar-akar tersebut telah siap untuk
diamati di bawah mikroskop slide.
• Potong akar sepanjang kurang lebih 1 cm dan kemudian akar diletakkan berjajar
pada gelas objek. Setiap 5 potong akar ditutup dengan sebuah cover slip. Setelah
pewarnaan selesai, amati setiap potong akar di bawah mikroskop slide. Pada
buku pengamatan, beri tanda + (plus) untuk setiap bidang pandang yang ada
struktur mikorizanya (hifa, arbuskula, vesikel ataupun spora intraradikal).
Hasil pengamatan

Akar Terkolonisasi
1 Spora
2 Hifa
3 Hifa
4 Tidak Terinfeksi
5 Hifa
6 Tidak Terinfeksi
7 Spora
8 Hifa
9 Vesikel
10 Tidak Terinfeksi
∑ 𝑇𝑒𝑟𝑖𝑛𝑓𝑒𝑘𝑠𝑖
% akar terkolonisasi = 𝑥 100%
∑ 𝑑𝑖 𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖
7
= 𝑥 100% = 70%
10

Spora

Hifa
Internal

Pembahasan
Pada praktikum yang dilakukan oleh kelompok kami yaitu kelompok 2, kami memilih
tanaman jabon sebagai sampel tanah dan akar (rhizosphere) untuk bahan praktikum, dari proses
yang telah kami jalankan sesuai dengan cara kerja yang telah diarahkan, pada saat ekstraksi
spora dan diamati menggunakan mikroskop kelompok kami mendapatkan 4 spora, dan saat
pewarnaan akar setelah diamati menggunakan mikroskop kelompok kami mendapatkan hasil
70% akar dari bahan praktikum kelompok kami terinfeksi FMA, yang mengindikasikan bahwa
presentase kolonisasi dikategorikan kelas 4 atau kategori tinggi.

Kesimpulan
Hasil praktikum menunjukkan bahwa tanaman jabon yang menjadi sampel memiliki
tingkat infeksi FMA yang tinggi, dengan 70% akar terinfeksi, menandakan kolonisasi tinggi
dari FMA pada tanaman tersebut.
Daftar Pustaka

Anas I. 1997. Bioteknologi Tanah. Laboratorium Biologi Tanah. Jurusan. Tanah. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Baon JB.1998. Peranan Mikoriza VA Pada Kopi dan Kakao. Makalah disampaikan dalam
workshop Aplikasi Cendawan Mikoriza Arbuskula pada Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan. Oktober 1998. Bogor.

Brundrett M, Boucher N, Dell NB, Gove T, Malajezuk N. 1996. Working with Mycorrhizas
in Forestry and Agliculture. Australia Centre for Internasional Agricultural
Researche (ACIAR). Canberra.

Delvian. 2003. Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula di Hutan Pantai dan Potensi
Pemanfaatnya. Medan. http:library.USU.ac.id. tanggal akses 16 maret 2016.

Delvian. 2010. Keberadaan Cendawan Mikoriza Arbuskula di Hutan Pantai Berdasarkan


Gradien Salinitas. Jurnal Ilmu Dasar, 11 (2): 133-142.

Saidi AB, Budi SW, Kusmana C. 2007. Status cendawan mikoriza arbuskula hutan pantai
dan hutan mangrove pasca tsunami (Studi Kasus di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam dan Pulau Nias). Forum Pascasarjana, Vol. 30 No. 1 Januari
2007:13-25.
Pertanyaan

1. Jelaskan keempat peran fungsional FMA sebagai bioprosesor, bioprotektor,


bioaktivator dan bioagregator!
2. Apa fungsi zat pewarna dalam pewarnaan akar yang dikolonisasi FMA?

Jawaban

1. Bioprosesor: FMA bertindak sebagai bioprosesor dengan meningkatkan penyerapan


nutrien oleh tanaman melalui hubungan simbiotiknya. Mereka membantu tanaman
dalam memperoleh unsur hara seperti fosfor (P), nitrogen (N), dan mineral lainnya dari
tanah yang sulit dijangkau oleh akar tanaman sendiri.

Bioprotektor: FMA bertindak sebagai bioprotektor dengan meningkatkan ketahanan


tanaman terhadap stres lingkungan, termasuk kekeringan, kekurangan unsur hara, dan
serangan patogen. Mereka membantu mengurangi risiko serangan penyakit dan
meningkatkan keselamatan tanaman dari faktor lingkungan yang merugikan.

Bioaktivator: FMA berperan sebagai bioaktivator dengan meningkatkan aktivitas


mikroba tanah dan mengoptimalkan proses dekomposisi bahan organik. Mereka
meningkatkan aktivitas mikroba yang berguna dalam siklus hara tanah, sehingga
memperbaiki kualitas tanah secara keseluruhan.

Bioagregator: FMA juga berperan sebagai bioagregator dengan membantu membentuk


agregat tanah yang stabil. Mereka memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan
kemampuan tanah untuk menyimpan air dan udara, serta meningkatkan infiltrasi air ke
dalam tanah.

2. Zat pewarna digunakan dalam pewarnaan akar yang dikolonisasi oleh FMA untuk
membedakan antara jaringan tanaman dan hifa fungi mikoriza. Fungsi utamanya adalah
untuk memberi kontras antara struktur akar tanaman dengan hifa dan struktur lainnya
dari FMA yang terdapat di sekitarnya. Dengan demikian, pewarna membantu
memvisualisasikan dengan jelas hubungan simbiotik antara tanaman dan FMA serta
memungkinkan identifikasi dan analisis yang lebih akurat terhadap kolonisasi FMA
pada akar tanaman.

Anda mungkin juga menyukai