Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS KRITIS PASIEN DENGAN


TRAUMATIC BRAIN INJURY (TBI)

Mata Kuliah Keperawatan Kritis


Dosen Pengampu : Yunita Nurmalasari, S.Kep., Ns., M.Kep

Oleh:
Kelompok 1
Audry Aisyah Pratiwi R011211087
Melti R011211085
Muh Aldi R011211017
Najmah Nabila Ab R011211019
Nurul Annisa R011211015
Nurul Ridha R011211021
Nur Hijrah S R011211063
Nursyam R011211035
Nur Maindah R011211025
Nurwahdaniati Putri R011211101
Syahvira Nur Ramadhan R011211053
Kiki Marethasari T202320264

S-1 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
penulisan makalah kelompok ini dengan baik dan tanpa kendala apapun.

Makalah berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Menular/Infeksi


Morbus Hansen” ini disusun untuk memenuhi tugas semester 6 mata kuliah
Keperawatan Kritis.

Kami memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan


makalah ini, baik secara materi maupun penyampaian dalam karya tulis ini. Kami
juga menerima kritik serta saran dari pembaca agar dapat membuat makalah
dengan lebih baik di kesempatan berikutnya.

Kami berharap makalah ini memberikan manfaat dan dampak besar sehingga
dapat menjadi inspirasi bagi pembaca, terutama bagi dunia pendidikan.

Makassar, 08 Maret 2024

Kelompok Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Traumatic Brain Injury (TBI) merupakan suatu gangguan atau kerusakan pada
kepala yang disebabkan oleh benturan fisik dari luar dan tidak bersifat kongenital
ataupun degeneratif. Hal ini dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang
dapat mengakibatkan rusaknya kemampuan kognitif dan fungsi fisik tubuh. TBI
atau sering disebut sebagai cedera ataupun trauma otak yang terjadi pada kepala
secara langsung maupun tidak langsung juga dapat berakibat pada gangguan
fungsi neurologis dan psikososial yang sifatnya permanen. Cedera otak dapat
disebabkan oleh benda tumpul yang berkaitan dengan kecelakaan, jatuh, dan
pukulan benda tumpul, sedangkan benda tajam berkaitan dengan benda-benda
tajam dan tembakan. Cedera pada kepala dapat menimbulkan kerusakan
kompleks di kulit kepala, selaput otak, dan jaringan otak (Pahlawi, R., &
Nurmartha, A. R. 2023).
Metode yang digunakan pada TBI yaitu metode Weight Drop Injury (WDI)
dengan cara menjatuhkan beban pada durameter (tengkorak kepala terbuka) atau
pada bagian lobus frontal dari ketinggian yang telah ditentukan. Tingkat
keparahan cedera kepala dapat diketahui dari variasi berat beban penjatuh,
ketinggian, dan terbukanya tengkorak kepala serta variasi kedalaman kompresi
dari perbedaan model logam penjatuh. Metode WDI digunakan pada tikus
percobaan dengan menggunakan teknik tengkorak terbuka, sedangkan untuk
teknik tengkorak kepala tertutup kemungkinan terjadi fraktur tengkorak kepala
untuk menghasilkan memar kortikal (Pahlawi, R., & Nurmartha, A. R. 2023).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang ada, beberapa rumusan masalah yang akan
menjadi topic bahasan kami adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana WOC dari kasus pasien dengan Traumatic Brain Injury?
2. Bagaimana pengkajian keperawatan kritis dari kasus pasien dengan Traumatic
Brain Injury?
3. Bagaimana analisa data dari kasus pasien dengan Traumatic Brain Injury?
4. Apa prioritas masalah dari kasus pasien dengan Traumatic Brain Injury?
5. Apa luaran keperawatan dari kasus pasien dengan Traumatic Brain Injury?
6. Bagaimana intervensi keperawatan beserta rasionalisasi dari kasus pasien
dengan Traumatic Brain Injury?
7. Bagaimana tinjauan EBP intervensi dari kasus pasien dengan Traumatic Brain
Injury?

C. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka ada beberapa tujuan yang ingin
dicapai yaitu:

1. Untuk mengetahui WOC dari kasus pasien dengan Traumatic Brain Injury?

2. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan kritis dari kasus pasien


dengan Traumatic Brain Injury?
3. Untuk mengetahui analisa data dari kasus pasien dengan
Traumatic Brain Injury?
4. Untuk mengetahui prioritas masalah dari kasus pasien dengan
Traumatic Brain Injury ?
5. Untuk mengetahui luaran keperawatan dari kasus pasien dengan
Traumatic Brain Injury?
6. Untuk mengetahui intervensi keperawatan beserta rasionalisasi dari
kasus pasien dengan Traumatic Brain Injury?
7. Untuk mengetahui tinjauan EBP intervensi dari kasus pasien dengan
Traumatic Brain Injury?
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
A. KASUS
B. WOC KASUS
C. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KRITIS (DATA FOKUS)

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


- 1. TTV
 TD : 130/75 mmhg
 Nadi : 85x/menit
 Pernapasan : 18x/menit
 Sp02 : 100%
 Crt : < 3 detik
2. Klien tampak mengalami
penurunan kesadaran
3. Pasien tidak dapat berbicara
4. Analisa gas darah : alkalosis
respiratorik
5. Status kesadaran : semi koma
6. GCS : E1M2V1
7. Respiratory
 Irama : regular
 Bentuk dada : normal &
regular
 Pola napas : normal
 Bunyi napas : vesikuler
 Bau napas : tidak berbau
 Batuk : stimulus dengan
suction
 Warna bibir/mukosa : pucat
 Terapi oksigen : ventilator
mode
 Jalan napas : ETT, size : 7,5

8. Cardiovascular/blood
 Kulit teraba hangat
 Konjungtiva tampak anemis
 Tidak ada nvd sign
 Bunyi jantung : S1 & S2
 Irama : reguler
9. Bladder
 Pasien menggunakan urine
 Urine : 500cc/jam
 Warna : kuning
 Tidak berbau
 Kebutuhan cairan :
2100ml/24 jam
10. Bowel
 Abdomen datar
 Tidak ada keluhan mual atau
muntah
 Bising usus normal
 Pemenuhan nutrisi melalui
NGT,uk : 18
 Eliminasi usus normal
 Tidak ada stoma
 Diet : khusus (susu dan bubur
sering)
11. Muskulosketal/kulit
 Kondisi kulit pasien pucat,
lembab & elastis
 Adanya fraktur tertutup
 Terdapat luka hecting kurang
lebih 5 cm di daerah
tempurung kepala
 Tidak ada kompartemen
syndrome
12. Pemeriksaan laboratorium
 WBC : 9,8 (normal) nilai
rujukan : 4,00-10,00
 RBC : 3,04 (rendah) nilai
rujukan : 4,00-6,00
 HGB : 9,4 (rendah) nilai
rujukan : 12,0-16,0
 HCT : 29 (rendah) nilai
rujukan : 37,0-48,0
 MCV : 95 (normal) nilai
rujukan : 80,0-97,0
 MCH : 31 (normal) nilai
rujukan : 26,5-33,5
 MCHC : 33 ( normal ) nilai
rujukan : 31,5-35,0
 PLT : 119
(thrombositopenia) nilai
rujukan : 150-400
 RDW-SD :54 (normal) nilai
rujukan : 37,0-54,0
 RDW-CV : 14 (normal) nilai
rujukan : 10,0-15,0
 MPV : 10.8 (normal) nilai
rujukan : 6,0-11,0
 PCT :0,40 (normal) nilai
rujukan : 0,15-0,50
 NEUT : 83 (neutrofilia) nilai
rujukan : 52,0-75,0
 LYMPH : 9,8 (limfositosis)
nilai rujukan :m20,0-40,0
 MONO : 5,4 (normal) nilai
rujukan : 2,0-8,0
 BASO : 0.2 (normal) nilai
rujukan : 0,0-1,5

Fungsi ginjal :
 Ureum : 32 ( normal
hypoalbuminemia ) nilai
rujukan : 10-50
 Kreatinin : 1.00 (normal)
nilai rujukan : <1,3 mg/dl
 Albumin : 2,6
(hypoalbuminemia) nilai
rujukan : 3,5-5,0
13. Terapi yang diberikan :
 Ceftriaxone 1gr/12 jam/IV
 Metamizole 1gr/8jam/IV
 Asam traneksamat 500 mg/8
jam/IV
 Mannitol 20%
150cc/8jam/IV
 Ranitidin 50mg/12jam/IV
 Fentanyl 40mcg/jam/SP/IV
 Paracetamol 1gr/8 jam/IV
 Norepinefrine 0.05
mcg/kgbb/menit
 Omeprazole 40mg/12jam/IV
D. ANALISA DATA

No Data Fokus Etiologi Masalah


Keperawatan

1. Data Subjektif: Kecelakaan lalu lintas Bersihan Jalan


 Sulit bicara (Pasien ↓ Napas Tidak
terpasang ventilator dan Trauma Efektif (D.0001)
tidak sadar) ↓
Data Objektif: Cedera thorax
 Tidak mampu batuk ↓
(Terpasang ventilator, Terpasang Ventilator,
batuk distimulus dengan ETT, NGT, CVC
suction) ↓
Kondisi Klinis Terkait: Bakteri S. Pneumoniae
 Infeksi saluran napas berkembang di sekitar
prosedur

Masuk menyerang
pernapasan di
parenkim paru

Terjadi pneumoniae

Akumulasi sekret

MK: Bersihan Jalan
Napas Tidak Efektif

2. Data Subjektif: Kecelakaan lalu lintas Penurunan


 (Tidak tersedia) ↓ Kapasitas Adaptif
Data Objektif: Trauma Intrakranial
 Tingkat kesadaran ↓ (D.0066)
menurun Cedera kranial
 Respon pupil melambat ↓
 Postur deserebrasi Cedera otak primer
(ekstensi) ↓
Kondisi Klinis Terkait: Kerusakan sawar
 Cedera kepala darah otak

Edema cerebri

Tekanan intrakranial
meningkat

Sirkulasi ke otak
terganggu

Kesadaran menurun

MK: Penurunan
Kapasitas Adaptif
Intrakranial

3. Data Subjektif: Kecelakaan lalu lintas Gangguan


 (Tidak tersedia) ↓ Mobilitas Fisik
Data Objektif: Trauma (D.0054)
 Kekuatan otot menurun ↓
 Rentang gerak (ROM Cedera kranial
menurun) ↓
Kondisi Klnis Terkait: Fungsi otak menurun
 Trauma ↓
 Fraktur Kerusakan neumotorik

Kesadaran menurun

Otot progresif
melemah

Kemampuan
melakukan aktivitas
menurun

Sendi menjadi kaku

Massa otot mengalami
penurunan

MK: Gangguan
Mobilitas Fisik

4. Faktor Risiko: Kecelakaan lalu lintas Risiko Infeksi


 Efek prosedur invasif ↓ (D.0142)
(CVC, ETT, NGT, Chest Trauma
Cube, Ventilator) ↓
 Penurunan hemoglobin Cedera Thorax
(9,4 gr/dl) ↓
Kondisi Klinis Terkait: Terpasang Ventilator,
 Tindakan invasif ETT, NGT, CVC

MK: Risiko Infeksi

5. Data Subjektif: Kecelakaan lalu lintas Gangguan


 (Tidak tersedia) ↓ Pertukaran Gas
Data Objektif: Trauma (D.0003)
 Warna kulit abnormal ↓
(pucat) Cedera cranial
 Kesadaran menurun ↓
(E1M2V2, semi koma) Kerusakan sel otak
Kondisi Klnis Terkait: ↓
 Pneumonia Tahanan simpatik dan
vaskuler sistemik
meningkat

Tekanan pembuluh
darah pulmonal
menurun

Kebocoran cairan
kapiler

Tekanan hidrostatik
meningkat

Akumulasi cairan di
alveoli

Difusi O2 menurun

MK: Gangguan
Pertukaran Gas

6. Faktor Risiko: Kecelakaan lalu lintas Risiko Perfusi


 Cedera kepala ↓ Serebral Tidak
(perdarahan, edema Trauma Efektif (D.0017)
cerebri, ↓
panhematosinus) Cedera cranial
Kondisi Klinis Terkait: ↓
 Cedera kepala Pembuluh darah otak
pecah

Perdarahan
intracerebri

MK: Risiko Perfusi
Serebral Tidak Efektif

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d adanya jalan napas buatan d.d
terpasang ventilator (sulit bicara dan tidak mampu batuk)
2. Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial b.d edema serebral (akibat cedera
kepala) d.d tingkat kesadaran menurun
3. Gangguan Mobilitas Fisik b.d penurunan kekuatan otot d.d kekuatan otot
menurun
4. Risiko Infeksi b.d efek prosedur invasif
5. Gangguan Pertukaran Gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d
kesadaran menurun
6. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b.d cedera kepala

E. PRIORITAS MASALAH
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001) b.d adanya jalan napas buatan
d.d terpasang ventilator (sulit bicara dan tidak mampu batuk)
2. Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial (D.0066) b.d edema serebral
(akibat cedera kepala) d.d tingkat kesadaran menurun
3. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003) b.d ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi d.d kesadaran menurun
4. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) b.d penurunan kekuatan otot d.d
kekuatan otot menurun
5. Risiko Infeksi (D.0142) b.d efek prosedur invasif
6. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif (D.0017) b.d cedera kepala
F. ASUHAN KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Luaran Intervensi Rasional


Keperawatan Keperawatan

1. Bersihkan Jalan Nafas Manajemen Jalan Napas Manajemen Jalan Napas


Tidak efekti ( D. 0001) Setelah dilakukan Observasi Observasi
b.d adanya jalan napas intervensi  Monitor pola napas  Untuk mengetahui apakah
buatan d. d terpasang keperawatan selama  monitor bunyi napas adanya gangguan pada pola
ventilator (sulit bicara 3x24 jam tambahan napas
dan tidak mampu batuk) diharapkan  monitor sputum  Untuk mengetahui apakah ada
Bersihan Jalan (jumlah, warna, bunyi napas tambahan atau
Napas (L.01001) aroma) tidak
meningkat dengan Terapeutik  Untuk mengetahui apakah
kriteria hasil:  pertahankan terdapat perubahan pada
 Sulit bicara kepatenan jalan sputum (jumlah, warna, aroma)
(menurun napas
 Batuk Efektif  posisikan semi Terapeutik
(meningkat) Fowler atau  Untuk mempertahankan
fowler kepatenan jalan napas
 lakukan  posisikan semi Fowler atau
fisioterapi dada, fowler untuk pasien tidak
jika perlu sesak dan jalan napas paten
 lakukan  lakukan fisioterapi dada,
penghisapan jika perlu untuk membantu
lendir kurang dari mengeluarkan sputum
15 detik  Untuk menjaga kebersihan
 berikan oksigen, jalan napas pasien
jika perlu  Untuk memenuhi kebutuhan
oksigen pasien dan agar
Kolaborasi tidak kekurangan oksigen
 kolaborasi Kolaborasi
pemberian  Agar dapat meringankan
bronkodilator, dan merekan gejala yang
ekspektoran, dialami dan membantu
mukolitik, jika membersihkan jalan napas.
perlu
2 Penurunan Kapasitas Manajemen Peningkatan untuk mencegah atau mengurangi
Adaptif Intrakranial Setelah dilakukan tekanan Intrakranial tekanan yang berlebihan pada otak,
(D.0066) b.d edema intervensi yang dapat menyebabkan kerusakan
serebral (akibat cedera keperawatan selama Observasi jaringan otak dan berpotensi
kepala) d.d tingkat 2x24 jam  identifikasi mengancam nyawa.
kesadaran menurun diharapkan penyebab
Kapasitas Adaptif peningkatan TIK untuk mengurangi volume otak,
Intrakranial  monitor tanda/gejala mengontrol edema, mengurangi
(L.06049) peningkatan TIK produksi cairan serebrospinal, dan
meningkat dengan  monitor MAP, menjaga perfusi otak yang adekuat.
kriteria hasil: PAWP, PAP, CPP,
· Tingkat ICP
kesadaran  monitor gelombang
(meningkat) ICP
· Respon pupil  Monitor status
(membaik) pernapasan
Postur deserebrasi  Monitor intake dan
(ekstensi) output cairan
(menurun)  monitor cairan
cerebro-spinal

Terapeutik
 minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang
tenang
 berikan posisi semi
fowler
 hindari maneuver
valsava
 cegah terjadinya
kejang
 hindari penggunaan
PEEP
 hindari pemberian
cairan IV hipotonik
 atur ventilator agar
PaCO2 optimal

Kolaborasi
 kolaborasi
pemberian sedasi
dan anti konvulsan,
jika perlu
 kolaborasi
pemberian diuretik
osmosis, jika perlu

Pemantauan Tekanan
Intrakranial
Observasi
 identifikasi
penyebab
peningkatan TIK
 monitor peningkatan
TD
 monitor pelebaran
tekanan nadi
 monitor penurunan
frek. jantung
 monitor iregurelitas
irama napas
 monitor penurunan
tingkat kesadaran
 monitor perlambatan
atau
ketidaksimetrisan
respon pupil
 monitor kadar CO2
dan pertahankan
dalam rentang yang
diindikasikan
 monitor tekanan
perfusi serebral
 monitor jumlah,
kecepatan, dan
karakteristik
drainase cairan
serebrospinal
 monitor efek
stimulus lingkungan
terhadap TIK

Terapeutik
 ambil sampel
srainase cairan
serebrospinal
 kalibrasi transduser
 pertahankan
sterilitas sistem
pemantaauan
 pertahankan posisi
kepala dan leher
netral
 bilas sistem
pemantauan, jika
perlu
 atur interval
pemantauan sesuai
kondisi pasien
 dokumentasikan
hasil pemantauan

Edukasi
 jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 informasikan hasil
pemantauan

3. Gangguan Pertukaran Pemantauan Respirasi (I. untuk memonitor fungsi pernapasan


Gas ( D. 0003) b.d Setelah dilakukan 01014) pasien secara terus-menerus guna
ketidakseimbangan intervensi mendeteksi perubahan yang
ventilasi-perfusi d.d keperawatan selama Observasi mengkhawatirkan dan memberikan
kesadaran menurun 1. Monitor pola intervensi sesuai kebutuhan.
3x24 jam nafas, monitor
diharapkan saturasi oksegen
Pertukaran Gas 2. Monitor
(L.01003) frekuensi, irama,
meningkat dengan kedalaman dan
kriteria hasil: upaya napas
- Tingkat 3. Monitor Adanya
Kesadaran sumbatan jalan
(meningkat) nafas
Warna kulit 4. Monitor nilai
abnormal (pucat) analisa gas darah
(membaik)
Terapeutik
1. Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien

Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan
hasil pemantauan,
jika perlu

4. Gangguan Mobilitas Fisik Dukungan Ambulasi untuk memfasilitasi pemulihan dan


( D. 0054) b.d penurunan Setelah dilakukan (I.06171) meningkatkan kemandirian pasien
kekuatan otot d.d dalam bergerak.
kekuatan otot menurun intervensi Observasi
keperawatan selama 1. Identifikasi membantu mencegah komplikasi
3x24 jam adanya nyeri atau seperti atrofi otot, penyumbatan
diharapkan keluhan fisik saluran pernapasan, dan pembekuan
Mobilitas Fisik lainnya darah,
(L.05042)
meningkat dengan dapat meningkatkan sirkulasi
kriteria hasil: 2. Identifikasi darah, memperbaiki mood, dan
- Kekuatan toleransi fisik meningkatkan kualitas tidur.
otot (meningkat) melakukan
Rentang gerak ambulasi
(ROM) (meningkat)

3. Monitor frekuensi
jantung dan
tekanan darah
sebelum memulai
ambulasi

4. Monitor kondisi
umum selama
melakukan
ambulasi
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan
alat bantu (mis:
tongkat, kruk)

2. Fasilitasi
melakukan
mobilisasi fisik,
jika perlu

3. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
ambulasi
2. Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis: berjalan
dari tempat tidur
ke kursi roda,
berjalan dari
tempat tidur ke
kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi)

5. Risiko Infeksi (D. 0142) Pencegahan Infeksi Pencegahan Infeksi


b.d efek prosedur invasi Setelah dilakukan (I.14539)
intervensi Observasi Observasi
keperawatan selama 1. Monitor tanda 1. untuk mengetahui adanya
1x24 jam dan gejala infeksi gejala awal dari proses
diharapkan Tingkat lokal dan infeksi
Infeksi (L.14137) sistemik
meningkat dengan Terapeutik Terapeutik
kriteria hasil: 1. Batasi jumlah
 Kultur pengunjung
sputum 2. Berikan 1. Untuk mencegah
(membaik) perawatan kulit penyebaran infeksi yang
pada area edema memungkinkan untuk
3. Cuci tangan ditularkan kepada pasien
sebelum dan 2. Untuk mencegah terjadinya
sesudah kontak luka tekan atau dekubitus
dengan pasien 3. Untuk mencegah trasmisi
dan lingkungan atau penyebaran
pasien mikroorganisma
4. Pertahankan 4. untuk mencegah dan
teknik aseptic mengurangi risiko
pada pasien mentransmisikan patogen
berisiko tinggi dari satu area ke daerah
lainnya
Edukasi
1. Jelaskan tanda
dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
3. Ajarkan etika
batuk
4. Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka atau
luka operasi
5. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
6. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu

6. Risiko Perfusi Serebral Setelah dilakukan Manajemen Manajemen Peningkatan


Tidak Efektif (D.0017) intervensi Peningkatan Tekanan Tekanan Intrakranial (I.06194)
b.d cedera kepala keperawatan selama Intrakranial (I.06194)
3x24 jam Observasi Observasi
diharapkan Perfusi 1. Identifikasi 1. untuk mengetahui faktor-
Serebral (L.02014) penyebab faktor yang menyebabkan
meningkat dengan peningkatan TIK peningkatan tekanan
kriteria hasil: (misalnya: lesi, tersebut sehingga dapat
gangguan memberikan intervensi yang
- Tingkat metabolism, tepat dan efektif
kesadaran edema serebral) 2. Untuk mengetahui
(meningkat) 2. Monitor tanda/gejala peningkatan
- Sakit kepala tanda/gejala TIK
(menurun) peningkatan TIK 3. Untuk mengetahui MAP
(misalnya: (mean arterial pressure)
Tekanan tekanan darah pasien
intracranial meningkat, 4. Untuk mengetahui CVP
(menurun) tekanan nadi (central venous pressure)
melebar, pasien
bradikardia, pola 5. Untuk mengetahui PAWP
napas ireguler, pasien , jika perlu
kesadaran 6. Untuk mengetahui nilai PAP
menurun) nya pasien, jika perlu
3. Monitor MAP 7. Untuk mengetahui tekanan
(mean arterial ICP (intra cranial pressure)
pressure) pasien
(LIHAT: 8. Untuk mengetahui dan
Kalkulator MAP) mengontrol nilai
4. Monitor CVP gelombang ICP
(central venous 9. Untuk mengetahui status
pressure) pernapasan pasien
5. Monitor PAWP, 10. Untuk mengetahui nilai
jika perlu intake dan output cairan
6. Monitor PAP, pasien dia normal atau tidak
jika perlu 11. Untuk mengetahui apakah
7. Monitor ICP cairan serebro-spinalis
(intra cranial dalam jumlah yang normal
pressure) atau tidak
8. Monitor Terapeutik
gelombang ICP 1. Untuk membuat pasien
9. Monitor status rileks
pernapasan 2. Untuk jalan napas pasien
10. Monitor intake tetap paten
dan output cairan 3. Hindari manuver valsava
11. Monitor cairan 4. Untuk mecegah terjadinya
serebro-spinalis kejang
(mis. Warna, 5. Untuk Hindari penggunaan
konsistensi) PEEP
Terapeutik 6. Agar tidak memperburuk
1. Minimalkan keadaan pasien
stimulus dengan 7. Untuk pengaturan ventilator
menyediakan agar PaCO2 optimal agar
lingkungan yang keadaan pasien stabil
tenang 8. Supaya pasien tidak
2. Berikan posisi hipertensi bahkan hipotensi
semi fowler Kolaborasi
3. Hindari manuver 1. Untuk mendukung
valsava penyembuhan pasien
4. Cegah terjadinya 2. Untuk mengurangi jumlah
kejang cairan di pembuluh darah
5. Hindari pasien
penggunaan 3. Untuk menstimulasi usus
PEEP (stimulan),danmelembutkan
6. Hindari feses (pelunak tinja) pasien
pemberian cairan
IV hipotonik
7. Atur ventilator
agar PaCO2
optimal
8. Pertahankan suhu
tubuh normal
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian sedasi
dan
antikonvulsan,
jika perlu
2. Kolaborasi
pemberian
diuretik osmosis,
jika perlu
3. Kolaborasi
pemberian
pelunak tinja, jika
perlu
G. TINJAUAN EVIDENCE BASED PRACTICE (EBP)
Pada penatalaksanaan trauma brain injury telah berubah sesuai dengan
pedoman terbarunya yang mendorong standarisasi perawatan dan sebagai
hasinya meningkatkan hasil, selain itu pedoman ini telah membantu
mengidentifikasi kesenjangan dalam basis pengetahuan. Untuk
menggambarkan pasien, pusat, perawatan dan hasil studi bukti berbasis
praktik (PBE) cedera otak traumatis (TBI) dan mengevaluasi generasi temuan
pada populasi rehabilitasi rawat inap TBI AS.
Studi TBI-PBE ini berhasil menangkap variasi yang terjadi secara
alami pada pasien dan pengobatannya, sehingga menawarkan peluang untuk
mempelajari pengobatan terbaik untuk defisit pasien tertentu.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cedera otak traumatis (TBI) adalah gangguan nondegeneratif dan
nonkongenital pada otak akibat kekuatan mekanis eksternal, yang kemungkinan
menyebabkan gangguan fungsi kognitif, fisik, dan psikososial secara permanen
atau sementara, yang disertai dengan penurunan atau perubahan kondisi
kesadaran.
Manajemen keperawatan kritis pada pasien dengan traumatic brain injuri
(TBI) melibatkan penanganan masalah seperti Bersihan Jalan Napas Tidak
Efektif, Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial, Gangguan Mobilitas Fisik,
Risiko Infeksi, Gangguan Pertukaran Gas dan Risiko Perfusi Serebral Tidak
Efektif. Rencana asuhan keperawatan mencakup intervensi seperti penanganan
Manajemen Jalan Napas, Manajemen Peningkatan tekanan Intrakranial,
Pemantauan Respirasi Dukungan Ambulasi, Pencegahan Infeksi dan Manajemen
Peningkatan Tekanan Intrakranial.
DAFTAR PUSTAKA

DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Indikator Diagnostik. Edisi 1, Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1, Cetakan II. Jakarta: PPNI.
DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1, Cetakan II. Jakarta: PPNI.
Pahlawi, R., & Nurmartha, A. R. (2023). PROGRAM FISIOTERAPI PADA
PASIEN DI ICU DENGAN KONDISI POST CRANIECTOMY ET
CAUSA TRAUMATIC BRAIN INJURY: CASE STUDY. Physiotherapy
Health Science (PhysioHS), 6(2

Anda mungkin juga menyukai