Anda di halaman 1dari 10

Untuk memperdalam pemahaman Anda tentang materi bilangan bulat,

kerjakanlah soal-soal latihan berikut:


1. Tunjukkan bahwa –(p + q) = (– p) + (– q) untuk semua p, q ∈ Z
2. Tunjukkan bahwa – (p.q) = p . (-q) untuk semua p, q ∈ Z
3. Diketahui p, q, r ∈ Z, p < q, dan r < 0
Buktikan: p + r < q + r
4. Diketahui p, q, r ∈ q, p > q dan q > r
Tunjukkan: p > r
5. Diketahui C = {1, -1}
Selidiki apakah (C, x) merupakan sistem grup:

Rambu-rambu Jawaban Tugas dan Latihan


Rambu-Rambu Jawaban Tugas
1. Sistem numerasi disebut bersifat aditif jika nilai bilangan sama dengan
jumlah
nilai setiap lambang bilangan yang digunakan.

Contoh:
Mesir Kuno: Lambang ೨ ೨ ೨ ೨ ⋂ ⋂ ⋂ ⋂ ⋂ ∣∣∣

2. Sistem numerasi disebut menggunakan nilai tempat jika nilai lambang bilangan
didasarkan pada tempat atau posisi lambang bilangan, artinya lambang yang
sama bernilai berbeda karena posisinya berbeda.
Contoh:
Babylonia: Lambang : △< ▽
Nilai 71 : (1 x 60) + 10 + 1
Desimal : Lambang : 555
Nilai setiap lambang 5 berbeda karena letaknya yang
berbeda
555
bernilai lima
bernilai lima puluh
bernilai lima ratus

11
3. Sistem numerasi disebut multiplikatif jika mempunyai lambang untuk bilangan-
bilangan 1, 2, 3, …, b – 1, b, b2, b3, b3, …, tidak mempunyai lambang nol, dan
menggunakan nilai tempat.
Contoh:
Jepang-China : Lambang : ~  x
⮹ Ђ д ŧ )( Һ ƒ

Nilai : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,

100, 1000

4. Cara menuliskan lambang bilangan

(a) Acak, untuk sistem numerasi Mesir Kuno

(b) Mendatar (horizontal), untuk sistem-sistem numerasi

Babylonia, Yunani (greek), Romawi, Hindu-Arab

(c) Tegak (vertikal), untuk sistem-sistem numerasi Jepang-China

dan

Mayan

5. Basis bilangan yang pernah digunakan

(a) Basis 10 : sistem numerasi Jepang-China, Hindu

Arab

(b) Basis 20 : sistem numerasi Mayan

(c) Basis 60 : sistem numerasi Babylonia

Rambu-Rambu Jawaban Latihan

1. –(p + q) = –1(p + q) = (p + q)(– 1) = p(–1) + q(– 1) = – 1p – 1q = (–1)p + (–1)q

2. p(–q) + pq = p(–q + q) = p.0 = 0 = –(pq) + (pq), sesuai dengan sifat kanse-

lasi, p(–q) = –(pq)

3. (q + r) – (p + r) = q – p adalah positif sebab p < q . Jadi p + r < q + r

4. p > q dan q > r , maka p – q > 0 dan q – r > 0 , sehingga (p – q) + (q – r) > 0

p – r = p + 0 – r = p + (–q + q) – r = (p – q) + (q – r) > 0, jadi p > r

5. Tabel perkalian dari unsur-unsur C adalah :


12
x 1 -1 Dari tabel perkalian di samping dapat

1 1 -1 ditentukan bahwa operasi x bersifat ter-

-1 -1 1 tutup, bersifat asosiatif (sebab C Z,

mempunyai unsur identitas 1, dan memenuhi sifat inversi.


Rangkuman
Berdasarkan seluruh paparan pada Kegiatan Belajar 1 ini, maka garis besar bahan
yang dibahas meliputi Definisi, Teorema, Contoh, dan Latihan tentang bilangan
bulat, terutama tentang konsep bilangan bulat, sistem bilangan bulat, operasi
bilangan bulat dan sifat-sifatnya, dan aksioma sifat-sifat operasi penjumlahan dan
perkalian bilangan bulat. Paparan kemudian dilanjutkan dengan prinsip urutan
yang rapi serta hubungan dua bilangan bulat (sama dengan, lebih dari, kurang
dari), dilengkapi dengan pengertian bilangan bulat terbesar, fungsi lantai, dan
fungsi atap. Pada bagian akhir diingatkan kembali pengertian bilangan rasional
dan bilangan irasional.

1. Himpunan bilangan bulat dinyatakan dengan Z = { …,-2,-1,0,1,2,…}


2. Definisi 1.1
Suatu sistem matematika adalah suatu himpunan bersama-sama dengan
satu atau lebih operasi pada himpunan itu.
3. Definisi 1.2
Ditentukan bahwa * adalah suatu operasi pada himpunan S.
Operasi * disebut bersifat:
a. tertutup jika p * q = r dan r ∈ S untuk setiap p, q ∈ S.
b. komutatif jika p * q = q * p untuk setiap p, q ∈ S
c. assosiatif jika p * (q * r) = (p * q)*r untuk setiap p, q, c ∈ S
d. mempunyai unsur identitas jika untuk semua p ∈ S, ada i ∈ S,
sehingga p * i = i * p = p . I disebut unsur identitas operasi *.
4. Definisi 1.3
Ditentukan bahwa * adalah suatu operasi pertama dan ⋕ adalah suatu
operasi kedua pada himpunan S.
Operasi * bersifat distributif terhadap # jika

13
P * (q #r) = (p * q) # (p * r) untuk semua p, q, r ∈ S.
4. Definisi 1.4
Ditentukan p, q, ∈ Z
p disebut kurang dari q (atau q disebut lebih dari p), ditulis p < q atau
q > p, jika ada suatu bilangan bulat positif r sehingga q – p = r
5. Definisi 1.5
Bilangan riil terbesar [x] adalah bilangan bulat terbesar kurang dari
atau
sama dengan x, yaitu [x] adalah bilangan bulat yang memenuhi
[x] ≤ x ≤ [x] + 1
6. Prinsip Urutan Yang Rapi (Well Ordering Principle)
Suatu himpunan H disebut terurut rapi (well ordered) jika setiap himpunan
bagian dari H yang tidak kosong mempunyai unsur terkecil

Tes Formatif 1
1. Skor 10
Jika a,b,c Z, maka buktikan bahwa ac < bc
2. Skor 10
Buktikan bahwa tidak ada bilangan bulat positif kurang dari 1
3. Skor 10
Tentukan apakah himpunan-himpunan berikut terurut rapi
(a) A = {-2,3,4}

(b) B = {2/3,2, }
(c) Himpunan bilangan bulat negative
(d) himpunan bilangan cacah
(e) himpunan rasional
(f) himpunan bilangan riil
4. Skor 10
Carilah nilai-nilai dari :
(a) [0,12]
(b) [7/9]

(c) [5 ]
14
(d) [-1 ]
5. Skor 20
Jika k adalah suatu bilangan bulat, maka buktikan bahwa :
[x + k] = [x] + k untuk setiap bilangan riil x
6. Skor 10
Carilah nilai [x] + [-x] jika x adalah suatu bilangan riil
7. Skor 20

Buktikan bahwa [x] + [x + ] = [2x] jika x adalah suatu bilangan riil


8. Skor 10

Buktikan bahwa adalah suatu bilangan irasional.

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Rambu-Rambu Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian halaman akhir dari modul ini. Kemudian perkirakan skor
jawaban yang Anda kerjakan benar, dan gunakan kriteria berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap pemahaman materi Kegiatan
Belajar 1.
Skor jawaban yang benar
Tingkat Penguasaan = ------------------------------------- x 100 %
100
Tingkat penguasaan Anda dikelompokkan menjadi :
Baik sekali : 90 % - 100 %
Baik : 80 % - 89 %
Cukup : 70 % - 79 %
Kurang : < 70 %
Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, maka Anda dapat
meneruskan ke Kegiatan Belajar 2. Prestasi Anda bagus sekali. Jika tingkat
penguasaan Anda kurang dari 80% , maka sebaiknya Anda mengulangi materi
Kegiatan Belajar 1 , terutama pada bagian-bagian yang belum Anda kuasai
dengan baik.

15
MODUL 1
KEGIATAN BELAJAR 2
PRINSIP DASAR MATEMATIKA

Uraian
Prinsip induksi matematika merupakan suatu alat berharga untuk
membuktikan hasil-hasil yang terkait dengan bilangan bulat, atau hubungan
tertentu yang dapat diperluas berlaku untuk semua bilangan asli. Hasil-hasil yang
terkait terutama tentang penjumlahan, dan hubungan tertentu antara lain dapat
berupa ketidaksamaan, keterbagian, atau differensial.
Dalam kaitannya dengan hasil penjumlahan, prinsip induksi matematika
melibatkan notasi jumlah (summation) dan notasi kali (products). Kedua notasi ini
sangat bermanfaat untuk menyederhanakan tulisan sehingga menjadi lebih singkat
dan lebih mudah dipahami.

16
1.1. Notasi Jumlah dan Notasi Kali
Notasi jumlah adalah notasi yang dilambangkan dengan ∑, dan notasi kali adalah
notasi yang dilambangkan dengan , dan didefinisikan sebagai:

Huruf i dari indeks jumlah notasi jumlah atau notasi kali disebut variabel dummy
karena dapat diganti oleh sebarang huruf, misalnya:

= =
i = 1 disebut batas bawah (lower limit) dan i = r disebut batas atas (upper limit).
Contoh 1.1

(a) = 1 + 2 + 3 + 4 = 10

(b) = 1 . 2 . 3 . 4 = 24

(c) = 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 15

(d) 3 = 3 . 3 . 3 . 3 . 3 = 243

(e) = 12 + 22 + 32 = 14

(f) = 12 . 22 . 32 = 36
Selanjutnya, indeks jumlah tidak harus dimulai dari 1, artinya dapat dimulai dari
bilangan bulat selain 1 asalkan batas bawah tidak melebihi batas atas.

Contoh 1.2

17
(a) = 3 + 4 + 5 = 12

(b) = (2.4 – 1) + (2.5 – 1) + (2.6 – 1) = 27

(c) = 22 . 23 . 24 = 4 . 8 . 16 = 572

(d) = (2 – 1)(3 – 1) (4 – 1) = 1 . 2 . 3 = 6
Beberapa sifat yang terkait dengan notasi jumlah adalah:

(1) = txr + txr+1 + … + txs


= t(xr + xr+1 + … + xs)

(2) = (xr + yr) + (xr+1 + yr + 1)+ … + (xs + ys)


= (xr + xr + 1 + … + xs) + (yr + yr + 1 + … + ys)

= +

(3) xi yj = (xi )

= xi (yc + yc+1 + … + yd)


= xa (yc + yc+1 + … + yd) + xa+1 (yc + yc +1 +
…+yd) + … +
xb (yc + yc+1 + … + yd)
= (xa + xa+1 + … + xb)(yc + yc+1 + … + yd)

18
(4) =

= yj xi

= xi yj

Contoh 1.3

(a) 2xi = 2x3 + 2x4 + 2x5 = 2(x3 + x4 + x5) = 2 xi

(b) (2ai + 3bi) = (2a2 + 3b2) + (2a3 + 3b3) + (2a4 + 3b4)


= (2a2 + 2a3 + 2a4) + (3b2 + 3b3 + 3b4)
= 2(a2 + a3 + a4) + 3(b2 + b3 + b4)

= 2 ai + 3 bi

(c) ij2 = (i . 12 + i . 22)

= 5i = 5 . 1 + 5 . 2 + 5 . 3 = 30

(d) ij2 = (i . j2 + 2 . j2 + 3 . j2)

= = 6 . 12 + 6 . 22 = 6 . 1 + 6 . 4 = 30

1.2 Prinsip Induksi Matematika (Principle of Mathematical Induction)


S adalah suatu himpunan bagian dari himpunan bilangan asli yang
unsur-unsurnya memenuhi hubungan.
19
Jika: (a) 1 ∈ S
(b) k ∈ S berakibat (k + 1) ∈ S
maka: S memuat semua bilangan asli, yaitu S = N
Bukti:
Misalkan S ⊂ N dan unsur-unsur S memenuhi suatu hubungan, serta (a) dan
(b) dipenuhi oleh S. Harus dibuktikan bahwa S = N. Untuk membuktikan S =
N digunakan bukti tidak langsung.
Anggaplah S ≠ N, maka tentu ada F ⊂ N dan F ≠ ∅ yang mana F = {t ∈ N| t
∉ S}.
Karena F ≠ ∅ dan F ⊂ N, maka menurut prinsip urutan rapi (Well Ordering
Principle), F mempunyai unsur terkecil k, yaitu k ∈ F tetapi k ∉ S.
k ≠ 1 sebab 1 ∈ S, berarti k > 1, dan akibatnya k – 1 ∈ N.
k adalah unsur terkecil F, maka k – 1 ∉ F sebab k – 1 < k, berarti k – 1 ∈ S.
k – 1 ∈ S dan S memenuhi (b), maka
(k – 1) + 1 ∈ S, atau k – 1 + 1 ∈ S, yaitu k ∈ S.
Terjadi kontradiksi karena k ∉ S dan k ∈ S, jadi S = N
Dalam pernyataan lain, prinsip induksi matematika dapat ditulis dengan
S(n) adalah suatu pernyataan yang memenuhi hubungan untuk satu atau lebih n ∈
N.
Jika: (a) S(1) benar
(b) S(k) benar berakibat S (k + 1) benar
maka S(k) benar untuk semua n ∈ N.

20

Anda mungkin juga menyukai