Sampah adalah material yang tidak bisa lekang dalam kehidupan kita. Setiap harinya
kita bersentuhan dengan sampah. Sampah adalah material yang sudah tidak diinginkan.
Sampah yang kita hasilkan sangatlah bermacam-macam dan juga banyak. Jenis sampah
berdasarkan sumbernya yakni sampah alam sampah manusia sampah konsumsi sampah
nuklir sampah industri dan sampah pertambangan. Berdasarkan sifatnya sampah terbagi
(yakni sampah organik dan sampah anorganik).
Sampah merupakan masalah besar di Indonesia, di beberapa kota besar jumlah
sampah yang dibuang per hari bisa mencapai antara 480 hingga 1.300 ton. Hal ini didorong
oleh urbanisasi yang cepat, pertumbuhan populasi, dan pembangunan ekonomi. Berbagai
inisiatif dilakukan pemerintah untuk mengurangi penumpukan sampah yang semakin hari
semakin meningkat, antara lain dengan menerapkan prinsip 3R: Reuse, Reduce, dan Recycle.
Namun konsep ini belum efektif di Indonesia, khususnya di pedesaan, karena memerlukan
pengetahuan lingkungan, kesadaran, dan kepedulian masyarakat. Tantangan terbesarnya
adalah rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan
sampah berkelanjutan. Kurangnya infrastruktur pengelolaan sampah di daerah pedesaan juga
merupakan hambatan yang signifikan terhadap upaya mengurangi dampak sampah terhadap
lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan,
termasuk partisipasi aktif seluruh sektor masyarakat, serta dukungan pemerintah untuk
menyediakan infrastruktur yang memadai untuk pengelolaan sampah ramah lingkungan.
Menurut Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) pada tahun 2023,
timbunan sampah di Indonesia tercatat mencapai 19.403.805,03 ton per tahun. Timbunan
sampah ini didominasi oleh sampah rumah tangga. Dari data tersebut, 34,08% sampah masih
belum terkelola. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada tantangan besar dalam pengelolaan
sampah di Indonesia, terutama dalam hal pengelolaan dan penanganan sampah yang belum
optimal. Diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan
sampah serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya praktik-praktik
pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah
strategis untuk mengatasi masalah ini, termasuk peningkatan infrastruktur pengelolaan
sampah dan kampanye penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan
sampah yang bertanggung jawab.
Berbagai upaya dilakukan oleh masyarakat untuk mengurangi jumlah sampah yang
setiap harinya semakin banyak. Salah satunya dengan metode pembakaran sampah.
Pembakaran sampah adalah suatu cara yang sering digunakan oleh masyarakat untuk
mengurangi jumlah sampah yang tidak diinginkan. Beberapa orang menganggap bahwa
membakar sampah adalah cara efektif untuk mengurangi sampah yang menumpuk dan
seringkali dijadikan sebagai solusi paling mudah dalam menangani sisa-sisa konsumsi
masyarakat. Namun, alih alih mengurangi, pembakaran sampah justru menjadi ancaman
tersendiri bagi kehidupan mereka, di balik kemudahan dan praktisnya, ada banyak dampak
buruk yang ditimbulkan dari membakar sampah. Dalam konteks ini, perilaku membuang dan
membakar sampah di lahan kosong dapat dipahami sebagai pertentangan antara kelompok
masyarakat yang membuang sampah dan kelompok warga setempat yang merasa dirugikan.
Teori konflik menjelaskan bahwa pertentangan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
kesenjangan sosial dan distribusi sumber daya yang tidak merata. Wilayah yang dekat dengan
lahan kosong yang dijadikan tempat pembakaran sampah akan merasa sangat dirugikan. Ini
karena tidak hanya menimbulkan bau sampah, tetapi juga asap yang dihasilkan dari
pembakaran sampah dapat masuk ke dalam rumah warga, menyebabkan bau yang tidak sedap
dan mengganggu kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, konflik antara masyarakat yang
membuang sampah dan warga setempat yang merasa dirugikan perlu diselesaikan melalui
pendekatan yang mengedepankan dialog, kesepakatan, serta peran aktif pemerintah dan
lembaga terkait untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan dan adil bagi semua pihak.
Dampak kesehatan dari asap pembakaran sampah sangat serius karena mengandung
zat-zat berbahaya seperti polutan udara, partikel halus, dan logam berat. Inhalasi zat-zat
tersebut dapat menyebabkan gangguan pernapasan seperti iritasi mata, sakit tenggorokan, dan
masalah kesehatan lainnya, seperti gangguan pencernaan, sesak dada, batuk, diare, dan
pusing. Pemaparan jangka panjang terhadap asap pembakaran sampah dapat meningkatkan
risiko penyakit pernapasan kronis, penyakit jantung, dan kanker.
Selain itu, permasalahan lainnya adalah kurangnya kesadaran dari masyarakat terkait
pengelolaan sampah. Kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat akan menyebabkan
penumpukan sampah yang tidak terkendali dan berpotensi menciptakan tempat pembakaran
sampah ilegal. Lebih lanjut, kebiasaan membakar sampah dapat menjadi suatu kebiasaan
yang tertanam dan terus berulang pada keseharian masyarakat jika tidak ada tindakan
preventif yang dilakukan.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya yang komprehensif mulai dari
peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah yang benar, hingga
penegakan regulasi yang ketat terhadap pembuangan sampah sembarangan dan pembakaran
sampah. Pemerintah perlu mengambil peran aktif dalam menyediakan infrastruktur yang
memadai untuk pengelolaan sampah serta melakukan kampanye penyuluhan yang intensif
untuk mengubah perilaku masyarakat menjadi lebih ramah lingkungan.
Penggunaan teknologi pengelolaan sampah yang lebih efisien juga menjadi solusi
yang penting. Teknologi pirolisis atau gasifikasi dapat digunakan untuk mengubah sampah
menjadi energi, sehingga mengurangi kebutuhan akan bahan bakar fosil yang menyebabkan
emisi gas rumah kaca. Selain itu, penggunaan teknologi pengendalian emisi seperti
penangkap debu dan filter udara juga dapat mengurangi dampak polusi udara yang dihasilkan
dari pembakaran sampah.
Pemerintah juga memiliki peran yang sangat penting dalam mengatasi masalah
pembakaran sampah. Kebijakan yang mendukung pengelolaan sampah yang ramah
lingkungan, seperti program pengelolaan sampah terpadu dan insentif bagi industri yang
menggunakan teknologi pengelolaan sampah yang baik, dapat membantu mengurangi praktik
pembakaran sampah. Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan pengawasan terhadap
praktik pembakaran sampah ilegal dan memberlakukan sanksi bagi pelaku pembakaran
sampah ilegal.
Pendidikan lingkungan juga merupakan solusi yang efektif dalam mengurangi praktik
pembakaran sampah. Dengan memberikan pendidikan tentang pentingnya lingkungan dan
cara mengelola sampah yang baik sejak dini, diharapkan generasi mendatang dapat lebih
peduli terhadap lingkungan dan mengurangi praktik pembakaran sampah. Selain itu,
kampanye sosial juga dapat menjadi solusi yang efektif dalam meningkatkan kesadaran
masyarakat akan bahaya pembakaran sampah dan pentingnya pengelolaan sampah yang baik.
Pengolahan sampah basah atau organik merupakan salah satu cara untuk
mengurangi jumlah limbah rumah tangga dan pembakaran sampah. Langkahnya
adalah mengubah sampah organik rumah tangga menjadi kompos atau penyubur
tanaman. Kompos dapat digunakan kembali untuk menyuburkan tanah. Kumpulkan
sampah organik Anda di satu tempat dan tunggu sampai menjadi kompos dalam
beberapa bulan. Kompos nantinya akan sangat berguna, apalagi untuk berkebun.
5. Hindari Pemborosan
Hindari pemborosan. Semakin banyak barang rumah tangga yang Anda beli,
semakin banyak sampah dihasilkan. Oleh karena itu, belilah sembako dan
perlengkapan rumah tangga sesuai kebutuhan dan pilihlah kemasan sederhana.