Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN PERAWATAN KELUARGA DENGAN PERUBAHAN

PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA DI DESA MARON KABUPATEN


BANYUWANGI

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

Khofifah Tri Ambarwati

NIM 192310101041

Kelas C 2019

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
HUBUNGAN PERAWATAN KELUARGA DENGAN PERUBAHAN
PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA DI DESA MARON KABUPATEN
BANYUWANGI

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pembelajaran di Fakultas Keperawatan (S1) dan mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

Khofifah Tri Ambarwati

NIM 192310101041

Kelas C 2019

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lanjut usia adalah periode dimana organisme telah mencapai kematangan
dalam ukuran, fungsi dan telah menunjukkan perubahan sejalan dengan waktu.
Beberapa pendapat mengenai usia yaitu usia tahap akhir dari proses penuaan
menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. World Health Organitation (WHO)
atau badan kesehatan dunia menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan
proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lansia.
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai masalah dalam
ukuran, bentuk dan fungsi yang menunjukan kemunduran. Sejalan dengan waktu
ada beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai terapan kesehatan (WHO)
menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukan proses menua berlangsung
secara nyata dan seseorang telah disebut lansia. Dengan semakin lanjut usia
seseorang mereka akan mengalami kemunduran terutama dalam kemampuan
fisiknya seperti penurunan penglihatan, penurunan sistem muskuloskeletal,
penurunan sistem syaraf, sehingga mengakibatkan perubahan dalam peranan
sosial maupun dalam pemenuhan kebutuhan personal hygene. Personal hygene
adalah kegiatan pemeliharaan kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
mempertahankan kesejahteraan fisik dan mentalnya.
Badan pusat statistic (2020) Indonesia termasuk salahsatu negara Asia yang
pertumbuhan penduduk lansianya cepat. Seiring dengan meningkatnya usia
harapan hidup, populasi penduduk lanjut usia juga semakin bertambah dari hari ke
hari. Pertumbuhan penduduk lansia yang cepat di seluruh dunia telah mengatasi
pertumbuhan kelompok usia lainnya. Peningkatan jumlah lansia juga terjadi di
Kabupaten Banyuwangi. data Badan Pusat Statistika provinsi Jawa Timur (2020)
juga menunjukan bahwa Banyuwangi memiliki jumlah penduduk berusia lanjut
yang tinggi yaitu sekitar 15,84% atau 276378,5 jiwa.
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia berada pada keadaan yang
tidak berdaya, baik kesehatan maupun sosialnya, yang membuat mereka tidak
mampu melakukan aktivitas dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene secara
mandiri, misalnya penurunan kemampuan untuk mandi disebabkan oleh karena
lansia tidak mampu pergi ke kamar mandi, menggunakan sabun, menggunakan
handuk untuk menjangkau seluruh tubuh. Apabila kebutuhan personal hygiene
lansia tidak dapat terpenuhi dengan adekuat dapat menyebabkan rasa tidak
nyaman, penyakit kulit seperti panu, rambut kusut, bau rambut tidak enak,
stomatitis, bau mulut, terjadi infeksi pada saluran kencing karena gangguan
toileting dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar lansia.
Personal hygiene merupakan kebutuhan dasar yang meliputi perawatan
kulit, mandi, perawatan mulut, perawatan mata, hidung, telinga, perawatan
rambut, serta perawatan kaki dan kuku. Kebutuhan personal hygiene harus
menjadi prioritas utama bagi lansia karena dengan personal hygiene yang baik
membuat lansia memiliki resiko rendah untuk mengalami penyakit infeksi, pada
mata dan telinga.
Aktivitas dasar sehari – hari pada lansia merupakan hal yang sangat penting
termasuk personal hygiene. Permasalahan yang berkaitan dengan lansia terutama
pada pemeliharaan kebersihan diri yang mencakup kebersihan rambut, kuku,
mulut dan organ tubuh lainnya. Penurunan fungsi tubuh pada lansia dapat
mempengaruhi dan mengakibatkan perubahan kecil yang terjadi dalam
kemampuan lansia yaitu perubahan fisik, perubahan mental,dan psikososial
sehingga mempunyai dampak ataupun sebab untuk meningkatkan kercayaan pada
lansia dan mengalami kemunduran peranan sosialnya dan mengakibatkan timbul
gangguan di dalam yang mencakup kebutuhan hidupnya, khususnya kebutuhan
kebersihan diri.
Melihat kondisi yang dipaparkan diatas sangat dibutuhkan perhatian dan
pelayanan kesehatan yang intensif dan berkesinambungan yang harus diberikan
kepada penududuk lansia, sehingga penduduk lansia dimasa tuanya menjadi lansia
yang sehat, berguna bagi masyarakat sekitarnya dan merasa bahagia dan sejahtera
secara fisik, mental, sosial dan spiritual.
Pada lansia kebutuhan seperti inilah yang hendaknya tetap terpenuhi,
karena kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah peradangan,
mengingat sumber infeksi bisa saja timbul bila kebersihan kurang mendapat
perhatian. Personal hygiene haruslah mendapat dorongan yang kuat dari pribadi
sendiri/atas kesadaran, sehingga terciptanya kebersihan yang dapat mencegah
terjadinya penyakit

1.2 Rumusan Masalah


Bedasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada penelitian ini yakni
“Adakah Hubungan antara Perawatan Keluarga dengan Perubahan Personal
Hygiene pada Lansia di Desa Maron Kabupaten Banyuwangi ? ’’
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti
1.4.2 Manfaat Bagi Institusi
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat
a. Menambah pengetahuan dan memperdalam pengalaman peneliti
tentang riset keperawatan serta pengembangan wawasan tentang
kemapuan personal hygiene pada lansia.
b. Hasil peneliti dapat menjadi masukan untuk membantu masyarakat
dalam meningkatkan kemampuan personal hygiene pada lansia.
c. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
personal hygiene untuk pemenuhuan kebutuhan perawatan diri pada
lansia sehingga dapat menciptakan kualitas hidup yang lebih baik.
1.5 Keaslian Penelitian
Variable Penelitian Sebelumnya Penelitian Sekarang
Judul GAMBARAN PERILAKU HUBUNGAN
PERAWATAN
PERSONAL HYGIENE
KELUARGA DENGAN
PADA LANSIA DI DESA PERUBAHAN
PERSONAL HYGIENE
SUWARU KECAMATAN
PADA LANSIA DI DESA
PAGELARAN KABUPATEN MARON KABUPATEN
BANYUWANGI
MALANG

Tempat Kabupaten Malang Kabupaten Banyuwangi


Penelitian
Tahun 2018 2023
Penelitian
Subjek Lansia Lansia
Variable Perilaku Personal Hygiene Perawatan Keluarga
Independen pada lansia
Variable _ Perubahan Personal
Dependen Hygiene pada lansia
Peneliti Jacob Orlando Pereira, Nia Khofifah Tri Ambarwati
Lukita Ariani, Ragil Catur Adi
W.
Desain Deskriptif Korelasional
Penelitian
Teknik Purposive Sampling Purposive Sampling
Sampling
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3. KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar
variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam,2013)

Faktor – faktor yang Faktor – faktor yang


mempengaruhi Peran Keluarga mempengaruhi personal hygiene
dalam Perawatan Lansia:
1. Citra Tubuh
1. Pendidikan 2. Praktik sosial
2. Pekerjaan 3. Status Sosial Ekonomi
3. Penghasilan Per Bulan 4. Pengetahuan
4. Pengetahuan 5. Budaya
5. Informasi 6. Kondisi Fisik

Peran Keluarga Pada


Lansia

1. Motivator
2. Edukator
3. Fasilitator

Keterangan :
Macam – macam Personal
: Tidak Diteliti
Hygiene

: Diteliti 1. Perawatan Kulit


2. Perawatan kulit kepala
: Berpengaruh dan rambut
3. Perawatan mata,
hidung dan telinga
4. Perawatan
rongga mulut dan
gigi
5. Perawatan tangan,
kaki, dan kuku
Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi peran keluarga, pada

penelitian ini akan fokus pada faktor pengetahuan yang dimiliki keluarga dalam

menangani personal hygiene. Peranan keluarga pada penilitian ini sangatlah

penting dalam upaya memenuhi kebutuhan individu, keluarga merupakan lembaga

pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Sebagai motivator, edukator

dan fasilitator. Melalui perawatan dan perlakuan yang baik seseorang dapat

memenuhi kebutuhan dasarnya, baik fisik, biologis maupun sosiopsikologisnya.

jika keluarga mampu melaksanakan perannya dengan baik maka lansia akan

tercukupi kebutuhannya serta kesehatan lansia meningkat bahkan bisa

meningkatkan usia harapan hidup lansia, tetapi jika peran keluarga tidak bisa

berfungsi dengan baik maka lansia akan sering mengalami masalah kesehatan

seperti masalah pada personal hygiene. Personal hygiene sendiri terdiri dari

perawatan kulit, perawatan kulit kepala dan rambut, perawatan mata, hidung dan

telinga, perawatan rongga mulut dan gigi serta perawatan tangan, kaki dan kuku.

kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan. dengan tubuh

yang bersih meminimalkan resiko terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu

penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang

buruk, hal-hal yang mucul bila lansia kurang menjaga kebersihan dirinya

diantaranya gagatl-gatal karen kurang menjaga kebersihan pada kulit dan tubuh

lebih mudah terkena penyakit, terutama penyakit kulit, bau mulut dan masalah

kebersihan diri lainnya. Dalam peranan keluarga sebagai motivator, keluarga

dapat memberi motivasi tentang pentingnya menjaga kebersihan diri, dalam tahap

ini seorang perawat sangatlah dibutuhkan dalam membimbing keluarga serta

lansia agar mereka dapat melakukan perawatan diri secara mandiri, Bedasarkan
data di atasmaka dari itu peneliti akan mencoba meneliti hubungan peran keluarga

dengan persoanal hygiene pada lansia,

3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antar adua

atau lebih variable yang diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan dalam

penelitian. Setiap hipotesis terdiri atas suatu unit atau bagian dari permasalahan (

Nursalam, 2013).

Ha : Ada pengaruh perawatan keluarga terhadap perubahan personal


hygiene pada lansia di Desa Maron, Kecamatan Genteng, Banyuwangi
BAB 4. METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3 Tempat Penelitian
4.4 Waktu Penelitian
4.5 Definisi Operasional
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas
4.6.1 Validitas
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur (kuesioner) yang dibuat

benar-benar mengukur apa yang ingin peneliti ukur. Apabila kuesioner yang telah dibuat sudah

memiliki validasi yang konstruk, hal tersebut menunjukkan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang

terdapat pada kuesioner, telah mengukur variabel yang kita ukur (Yusup, Studi, Biologi, Islam,

& Antasari, 2018). Uji validitas dalam penelitian ini analisis setiap pertanyaan dengan

mengkorelasikan setiap pertanyaan dengan skor total yang merupakan jumlah skor setiap

pertanyaan Uji validitas dapat dilakukan menggunakan pearson product moment, dengan

menggunakan salah satu program komputer, dikatakan valid jika r tabel

4.6.1 Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah indeks untuk melihat seberapa jauh alat ukur bisa digunakan atau

diandalkan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil dari kuesioner tersebut bisa konsisten. Reliabilitas

diukur dengan cara mengkorelasikan instrument yang satu dengan instrument yang dijadikan

ekuivalennya, bila korelasi positif atau signifikan, maka instrument tersebut dapat dinyatakan

reliable Perhitungan jumlah skor kedua instrument dengan menggunakan teknik korelasi poduct

moment pearson. Uji reliabilitas menggunakan salah satu program komputer, kuesioner
dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach > 0,6 atau mendekati 1 (Amanda, Yanuar, &

Devianto, 2019).

4.7 Pengumpulan Data

dalam penelititian ini peniliti membutuhkan dan mengumpulkan sebuah data. Jenis data

dalam penelitian ini mengguakan data primer. Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri

oleh peneliti secara langsung dari objek yangdi teliti dan kepentingan studi

Pengumpulan data dalam dalam penelitian ini mengunakan teknik penyebaran kuisioner.

Kuisioner adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang diketahui (Aprilia & Hikmah,

2022).

4.8 Pengolahan Data

4.7.1 Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.

Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. editing adalah

kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesione tersebut: (Aprilia & Hikmah,

2022)

a. Apakah lengkap, dalam arti semua pertanyaan sudah terisi.

b. Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas atau terbaca.

c. Apakah jawabannya relevan dengan pertanyaannya.

d. Apakah jawaban dari pertanyaan konsisten dengan pertanyaan yang lain.

4.7.2 Cooding

Cooding merupakan code numeric (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

Pemberian kode ini sangat penting pada pengolahan dan analisa data computer. Biasanya dalam
pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (coode book) untuk memudahkan

kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel (Xi, Smk, & Kedawung, 2022).

4.7.3 Scoring

Scoring adalah memberikan penilaian atau skor. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Likert

dengan pernyataan positif memberikan skor 4 jika selalu, skor 3 jika sering, skor 2 jika kadang-kadang,

dan skor 1 untuk tidak pernah. Sedangkan untuk pernyataan negatif dengan skor Selalu 1, sering 2,

kadang-kadang 3 dan tidak pernah 4, Dengan kriteria baik >76%, cukup 56-75%, kurang 7 , sedang : 3 ≤

skor ≤ 7 dan ringan : skor <3(Aprilia & Hikmah, 2022).

4.7.4 Tabulatung

Tabulatting adalah pembuatan tabel-tabel daya yang sesuai dengan tujuan penelitian,

tabulasi dapat dibuat dengan menggunakan distribusi frekuensi (Di, Kerja, Kendal, & Kunci,

n.d.). Adapun hasil pengelolahan data tersebut diinterprestasikan dengan menggunakan skala

kumulatif :

100% = Seluruhya

76-99% = Hampir seluruhnya

51-75% = Sebagian besar

50% = Setengah responden

26% - 49% = Hampir setengahnya

1% - 25% = Sebagian kecil dari responden

0% = Tidak ada satupun dari responden

4.9 Analisis Data

4.8.1 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel diduga berhubungan atau berkorelasi.

Setelah semua data terkumpul, selanjutnya untuk melihat antara variabel independen terhadap
dependen dalam analisis uji hasil ini adalah dengan menggunakan 35 uji statistik chi square

karena data yang diujikan berskala nominal dan nominal. Analisa uji statistik chi square

dinyatakan dengan rumus (Unnes Journal, 2016):


2


0−E
x=
E

Df = (k-1)(b-1)α

Keterangan:

O : Frekuensi pengamatan

E : Frekuensi harapan Df : Derajat kebebasan

K : Jumlah kolom

b : Jumlah baris

Hasil kemaknaan perhitungan statistik selanjutnya ditarik kesimpulan dari hasil

perhitungan tersebut, apabila nilai p lebih kecil dari alpha (0,05) maka ada korelasi atau

hubungan yang bermakna atau signifikan antara variabel dependen dengan variabel independen

dan apabila nilai p lebih besar dari nilai alpha (0,05) maka tidak ada hubungan yang bermakna

atau signifikan antara variabel

4.8.2 Analisa Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel. Dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi dan presentase dari tiap variabel. Analisis ini disajikan dalam bentuk tabel. Tujuan

analisis ini adalah untuk menjelaskan masing-masing variabel baik variabel terikat maupun

variabel bebas melalui distribusi frekuensi dengan rumus(Issn, 1978):


F
P= ❑
x 100 %


n

Keterangan :

P = Persentase

F = Frekuensi

∑n = jumlah responden

4.10 Etika Penelitian

1. Informed Consent

Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang

penelitian yang akan dilakukan untuk mengetahui tujuan penelitian secara jelas. Jika responden

setuju maka diminta untuk mengisi lembar persetujuan dan mentandatanganiya, dan sebaliknya

jika responden tidak bersedia, maka peneliti tetap menghormati hak-hak responden (Titi

Handayani, 2018).

2. Anominity

Peneliti menjaga prinsip keterbukaan dan adil dengan kejujuran, keterbukaan, dan kehati-

hatian.Peneliti memenuhi prinsip keterbukaan dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip

keadilan dengan menjamin semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang

sama (Titi Handayani, 2018).

3. Privacy

Identitas responden tidak akan diketahui oleh orang lain dan mungkin oleh peneliti sendiri

sehingga responden dapat secara bebas untuk menentukan pilihan jawaban dari kuesioner tanpa

takut diintimidasi oleh pihak lain (Academy, 1995).

4. Confidentiality
Artinya bahwa informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin kerahasianya

dijamin kerahasiannya oleh peneliti, responden diberikan jaminan bahwa data yang diberikan

tidak akan berdampak terhadap kondite dan pekerjaan. Data yang sudah diperoleh oleh peneliti

disimpan dan dipergunkan hanya untuk pelaporan penelitian ini serta selanjutnya dimusnahkan

(Suryanto, 2005).

5. Benefience dan maleficence

Responden harus dipelakukan secara adil. Peneliti harus bersikap terbuka kepada semua

responden penelitian. Semua responden harus mendapatkan perlakuan yang sama.Peneliti

berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek, maka setiap penelitian yang

dilakukan hendaknya (Suryanto, 2005):

a. Memenuhi kaidah keilmuan dan dilakukan berdasarkan hati nurani, moral,

kejujuran, kebebasan, dan tanggung jawab.

b. Merupakan upaya mewujudkan ilmu pengetahuan, kesejahteraan, martabat, dan

peradaban manusia serta terhindar dari segala sesuatu yang menimbulkan kerugian

atau membahayakan subjek penelitian.


Daftar pustaka 4.6 kebawah

Academy, N. (1995). Etika Peneliti. 1–15.

Amanda, L., Yanuar, F., & Devianto, D. (2019). PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT KOTA

PADANG. VIII(1), 179–188.

Aprilia, R., & Hikmah, N. (2022). TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG

DISMENORE PADA SISWI KELAS X DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BATIK 1

SURAKARTA. 2(1), 86–98.

Di, B., Kerja, W., Kendal, P., & Kunci, K. (n.d.). 3 1,2,3.

Issn, K. E. S. M. A. S. (1978). Analisis kinerja perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial

di rsu pku muhammadiyah bantul yogyakarta.

Manusia, M., & Subyek, S. (2018). No Title. 10(1), 47–54.

Penduduk, B. K. (2016). Unnes Journal of Public Health. 5(1).

Suryanto, D. (2005). Etika Penelitian. 25(1), 17–22. https://doi.org/10.30883/jba.v25i1.906

Xi, K., Smk, D. I., & Kedawung, N. (2022). Pendahuluan Masa remaja merupakan masa

perubahan atau peralihan dari masa orang dewasa . Situasi situasi yang konflik itu sering

yanganeh , canggung , dan kalau tidak bisa bisa menimbulkan kenakalan . Salah satu

bentuk kenakalan laku ini bermacam-macam , mulai dari perasaan remaja ( PILAR ) dan

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia ( PKBI ) Jateng tahun 2010 mengenai

kesehatan yang melakukan hubungan seksual dan 2008 mencapai 130 kasus dan Kehamilan

2009 mencapai 47 kasus dan Kehamilan pranikah karena didorong oleh rasa ingin hal

yang belum diketahui . Pengetahuan mendorong remaja untuk mencoba- coba , tetapi juga

bisa internal yang paling mempengaruhi seksual remaja sehingga mengarah pada perilaku

seksual pranikah pada remaja adalah berkembangnya organ seksual . Informasi yang salah
oleh remaja , media massa dan segala hal menguasai pikiran remaja yang kurang kuat

dalam menahan pikiran emosinya , hubungan seks yang disebabkan adanya norma-norma ,

adat , dilakukan di SMK Negeri 1 Kedawung dari bagian kesiswaan bahwa terdapat 4

pranikah dari sekolahc . Dari 20 siswa Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Metode

sebagai ciri , sifat , atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan peneliti tentang

sesuatu konseppengertian tertentu , misalnya umur , jenis kelamin , diteliti yaitu variabel

tunggal , variabel menyampaikan sebaran atau distribusi dalam bentuk frekuensi , yang

disajikan ataupun dalam bentuk diagram , ataupun. 2(1), 31–41.

Yusup, F., Studi, P., Biologi, T., Islam, U., & Antasari, N. (2018). UJI VALIDITAS DAN

RELIABILITAS. 7(1), 17–23.

Anda mungkin juga menyukai