Anda di halaman 1dari 27

PENGARUH PERAWATAN KELUARGA TERHADAP PERUBAHAN

PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA DI DESA MARON, KECAMATAN


GENTENG, BANYUWANGI

MINI PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

Khofifah Tri Ambarwati

NIM 192310101041

kelas C 2019

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
PENGARUH PERAWATAN KELUARGA TERHADAP PERUBAHAN
PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA DI DESA MARON, KECAMATAN
GENTENG, BANYUWANGI

MINI PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan guna melengkapi tugas akhir Mata Kuliah Metodelogi Penelitian


Keperawatan dengan Dosen Pembimbing Umum (DPU) :

Ns. Fakhruddin Kurdi, S.Kep., M.Kep

Oleh :

Khofifah Tri Ambarwati

NIM 192310101041

Kelas C 2019

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Khofifah Tri Ambarwati
NIM : 192310101041
Menyatakan bahwa sesungguhnya mini proposal yang berjudul
“Pengaruh Perawatan Keluarga Terhadap Perubahan Personal Hygiene
Pada Lansia Di Desa Maron, Kecamatan Genteng, Banyuwangi” yang
telah saya buat adalah benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan-kutipan
yang telah saya cantumkan sumber referensinya, serta belum pernah
dipublikasikan di institusi manapun. Saya bertanggung jawab atas
keabsahana dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus
dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengaan sebenarnya tanpa ada


tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat
sanksi akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 22 Juni 2022

Yang menyatakan,

Khofifah Tri Ambarwati


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan


kesehatan. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko
terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit, terutama
penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang buruk.
Hal – hal yang muncul bila lansia kurang menjaga kebersihan
dirinya diantaranya adalah badan gatal – gatal dan tubuh lebih
mudah terkena penyakit, terutama penyakit kulit ( Andarmoyo,
2012).
Dalam kehidupan sehari- hari kebersihan merupakan hal yang
sangat penting harus diperhatikan karena kebersihan akan
mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan
sangat berpengaruh diantaranya kebudayaan, sosial, keluarga,
dan pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta
perkembangan. Jika seseorang sakit biasanya masalah kebersihan
kurang di perhatikan. Hal ini terjadi karena kita menganggap
masalah kebersihan adalah masalah kecil, padahal jika hal
tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara
umum. Penyebab kurangnya perawatan diri pada lanjut usia
adalah penurunan daya ingat, kurang motivasi, serta kelemahan
dan ketidakmampuan fisik (Tarwoto dan Wartonah, 2006).
Lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur
60 tahun atau lebih. Lanjut usia adalah periode dimana organisme
telah mencapai kematangan ukuran, fungsi dan telah menunjukkan
perubahan sejalan dengan waktu. Beberapa pendapat mengenai
usia yaitu usia tahap akhir dari proses penuaan menetapkan 60
tahun keatas. Lansia banyak menghadapi berbagai banyak
masalah kesehatan yang perlu penanganan segera (Akhmadi
2010).

Bedasarkan Hasil Susenas Tahun 2013, jumlah lansia di


Indonesia telah mencapai 20,04 juta orang atau sekitar 8,05 % dari
seluruh penduduk Indonesia. Bedasarkan Statistik Penduduk 2010,
secara umum penduduk lansia di Propinsi Jawa Timur sebanyak
3.897.034 orang atau 10,40 % dari keseluruhan penduduk. Jumlah
penduduk lansia perempuan (2.185.451 orang) lebih banyak
dibanding jumlah penduduk lansia laki-laki (1.711.583 orang). Nilai
rasio ketergantungan lansia sebesar 12,71% di Indonesia
menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif
harus menanggung sekitar 13 orang lansia. Rasio ketergantungan
lansia di daerah perdesaan lebih tinggi daripada perkotaan,
berturut-turut 11,40%. Dibedakan antara lansia laki- laki dan
perempuan, lebih banyak perempuan yang ditanggung oleh
penduduk usia produktif. Ketergantungan lansia perempuan
(13,59%) lebih tinggi dari lansia laki-laki (11,83%) karena pada usia
50 tahun, perempuan memasuki masa menopause sehingga terjadi
penurunan atau hilangnya hormone estrogen yang menyebabkan
perempuan mengalami keluhan atau gangguan yang seringkali
menganggu aktivitas sehari – hari bahkan dapat menurunkan
kualitas hidupnya (Badan Pusat Statistik Susenas Tahun 2014).

Adapun permasalahan yang terjadi pada lansia yaitu


pembatasan aktivitas fisik atau ketidakberdayaan fisik. Semakin
lanjut usia seseorang, akan mengalami kemunduran, terutama di
bidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan
pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya
gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga
dapat menyebabkan ketergantungan yang memerlukan bantuan
orang lain. (Buku Ilmu Keperawatan Komunitas,2009).
Untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan lanjut
usia personal hygiene (kebersihan perorangan) merupakan salah
satu faktor dasar karena individu yang mempunyai kebersihan diri
lebih baik dan mempunyai resiko yang lebih rendah untuk
mendapatkan penyakit. Peningkatan personal hygiene dan
perlindungan terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan
merupakan perlindungan khusus yang dapat mempengaruhi
tingkat kesehatan perawatan fisik diri sendiri, mencakup
perawatan kulit, kuku, alat kelamin, rambut, gigi, mulut, telinga, dan
hidung ( Kusumaningrum, 2012).
Sehingga hal – hal yang bisa dilakukan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan personal hygiene lansia adalah keluarga
berperan membantu dan memberi motifasi kepada para lansia
agar lansia yang tidak mampu melakukan personal hygiene
mampu melakukannya. Dengan adanya motivasi dan bantuan dari
keluarganya yaitu mengajak lansia untuk aktif dalam merawat
dirinya. Cara lain yang bisa dilakukan keluarga dalam merawat
lansia untuk memenuhi personal hygiene adalah membantu
menyiapkan air untuk mandi, membantu sibin bagi lansia yang
tidak mampu melakukannya, membantu dalam mencuci rambut,
membantu mengganti pakaian pada lansia yang sudah tidak bisa
melakukan personal hygiene sendiri, keluarga sebagai orang
terdekat dalam merawat atau memberikan perawatan diri pada
lansia tersebut agar lansia terhindar dari suatu penyakit.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada
Pengaruh Perawatan Keluarga Terhadap Perubahan Personal
Hygiene Pada Lansia Di Desa Maron, Kecamatan Genteng,
Banyuwangi ?”.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum untuk mengetahui Perawatan Keluarga Terhadap
Perubahan Personal Hygiene Pada Lansia Di Desa Maron,
Kecamatan Genteng, Banyuwangi
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain :
a. Mengidentifikasi peran keluarga terhadap lansia di Desa Maron,
Kecamatan Genteng, Banyuwangi
b. Mengidentifikasi personal hygiene pada lansia di Desa Maron,
Kecamatan Genteng, Banyuwangi
c. Menganalisis pengaruh perawatan keluarga terhadap
perubahan personal hygiene pada lansia di Desa Maron,
Kecamatan Genteng, Banyuwangi

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan dapat dijadikan
acuan bahan penelitian bagi peneliti selanjutnya
1.4.2 Bagi Responden
Sebagai bahan masukan pada lansia tentang pentingnya personal
hygiene
1.4.3 Bagi Keluarga Lansia
Menambah pengetahuan keluarga tentang personal hygiene pada
lansia
1.4.4 Bagi Masyarakat
Sebagai masukan pada masyarakat tentang pentingnya personal
hygiene dalam merawat lansia
1.5 Penelitian Terdahulu

Jenis
No. Judul Variabel Hasil
Penelitian
1. Hubungan Peran Kolerasional Sebagian besar
peran keluarga keluarga, peran keluarga dalam
dengan pemenuh kategori cukup
pemenuhan an sebanyak 15 (46,9%),
kebutuhan kebutuha dan pemenuhan
perawatan diri n kebutuhan lansia
pada lansia perawata dalam kategori cukup
(Zamsari, n diri sebanyak 15 (46,9%),
2014) dengan kolerasi
Kendall Tan
menunjukkan nilai
signifikan
2 Hubungan Pengetah Penelitian 1. Tingkat
tingkat uan Kuantitatif pengetahuan
pengetahuan keluarga keluarga tentang
keluarga dengan Perilaku perilaku hidup
perilaku hidup hidup sehat pada
sehat lansia sehat lansia sebagian
(Wiwin Fitriana, besar adalah
2013) cukup
2. Terdapat
hubungan yang
erat tingkat
pengetahuan
dengan perilaku
hidup sehat
lansia
3. Hubungan peran Peran Deskriptif Peran keluarga sebagai
keluarga keluarga Kolerasi pendorong baik
sebagai sebagai sebanyak 47
pendorong pendoron responden (55,3%).
terhadap tingkat g, tingkat Lansia yang
kemandirian kemandiri mempunyai
lansia dalam an lansia kemandirian sebanyak
pemenuhan 63 (74,1%). Ada
aktivitas sehari – hubungan yang
hari ( Dwi signifikan peran
Yulianti, 2013) keluarga sebagai
pendorong terhadap
kemandirian lansia
dalam pemenuhan
aktivitas sehari hari
ADL, dengan pvalue
0,002

1.6 Perbedaan dari Penelitian Terdahulu

Perbedaan dari penelitian terdahulu sudah dijelaskan pada


tabel “Penelitian Terdahulu” sedangkan penelitian yang saya ambil
dengan judul Pengaruh Perawatan Keluarga Terhadap Perubahan
Personal Hygiene Pada Lansia Di Desa Maron, Kecamatan
Genteng, Banyuwangi dengan variabel Perawatan Keluarga dan
Personal hygiene.

BAB 2. TINJAUAN TEORI


2.1 Konsep Lanjut Usia
2.1.1 Definisi Lanjut Usia
Lanjut Usia adalah kelompok manusia yang berusia 60
tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999 dalam Sunaryo
2016). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan – lahan
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994 dalam Sunaryo
2016 ). Oleh karena itu, dalam tubuh akan menumpuk maka
makin banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut
penyakit degenerative yang meneybabkan lansia akan
mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan
Martono, 1994 dalam Sunaryo 2016).
2.1.2 Batasan-Batasan Lanjut Usia
Menurut pendapat berbagai ahli Effenfi ( 2009) dalam
Sunaryo 2016 batasan–batasan umur yang mencakup batasan
umur lansia sebagai berikut:
Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro mas alanjut
usia (geriatric age) : > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia
(geriatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu
young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old (>80
tahun) (Effendi, 2009).
2.1.3 Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia
Menurut Nugroho Wahyudi (2000 dalam Sunaryo dkk
2016), perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia meliputi
perubahan fisik, yang meliputi sel, sistem pernapasan, sistem
persyarafan, sistem pendengaran, penglihatan, sistem
kardiovaskuler, sistem genitor urinaria, sistem endokrin dan
metabolik, sistem pencernaan, sistem musculoskeletal, sistem
kulit dan jaringan ikat, sistem reproduksi dan kegiatan seksual,
dan sistem pengaturan tubuh, serta perubahan mental, dan
perubahan psikososial.
a. Sel
Jumlah sel pada lansia lebih sedikit ukurannya lebih besar,
jumlah cairan tubuh dan cairan intraselular berkurang, proporsi
protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun.
Disamping itu, jumlah sel otak juga menurun, otak menjadi
athtopi beratnya berkurang 5-10%, dan terganggu mekanisme
perbaikan sel.
b. Perubahan pada Sistem Integumen

Pada lansia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling


jelas di atas tonjolan- tonjolan tulang, telapak tangan, kaki
bawah, dan permukaan dorsalis tangan dan kaki. Penipisan ini
menyebabkan vena-vena tampak lebih menonjol. Poliferasi
abnormal pada terjadinya sisa melanosit, lentigo, senile, bintik
pigmentasi pada area tubuh yang terpapar sinar matahari,
biasanya permukaan dorsal dari tangan ke lengan bawah.
Sedikitnya kolagen yang terbentuk pada proses penuaan
dan adanya penurunan jaringan elastik, mengakibatkan
penampilan yang lebih keriput. Tekstur kulit lebih kering
karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan penurunan aktivias
kelenjar eksokri dan kelenjar sebasea. Degenerasi
menyeluruh jaringan penyambung, disertai penurunan cairan
tubuh total, menimbulkan penurunan turgor kulit. Massa lemak
bebas berkurang 6,3% BB per dekade dengan penambahan
massa lemak 2% per dekade. Massa air berkurang sebesar
2,5% dekade.
c. Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal
Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya
aktivitas, gangguan metabolik, atau denervasi saraf. Dengan
bertambahnya usia, perusakan dan pembentukan tulang
melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon esterogen
pada wanita, vitamin D, dan beberapa hormon lain. Tulang-
tulang trabekulae menjadi lebih berongga, mikro- arsitektur
berubah dan sering patah, baik akibat benturan ringan
maupun spontan.
d. Perubahan pada Sistem Kardiovaskuler

Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan, baik


struktural maupun fungsional. Penurunan yang terjadi
berangsur-angsur sering terjadi ditandai dengan penurunan
tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan
darah yang teroksigenasi. Pada orang tua yang sehat, tidak
ada perubahan jumlah detak jantung saat istirahat, namun
detak jantung maksimum yang dicapai selama latihan berat
berkurang. Pada dewasa muda, kecepatan jantung di bawah
tekanan yaitu, 180-200 kali per menit. Kecepatan jantung pada
usia 70- 75 tahun menjadi 140-160 kali per menit.
2.2 Konsep Keluarga
2.2.1 Pengertian
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung
karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan
melakukan pendekatan emosional, serta mengindentifikasi diri
mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman 1998 di dalam
Sudiharto 2012).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk
berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa
kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan
seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta
lingkungan nya (Sudiharto, 2007).
2.2.2 Bentuk Keluarga
Sudiharto 2012, bentuk-bentuk keluarga dibagi menjadi :
a) Keluarga Inti (nuclear family), adalah keluarga yang dibentuk
Karena ikatan perkawinan yang di rencanakan yang terdiri dari
suami, istri, dan anak-anak baik kerana kelahiran (natural)
maupun adopsi.
b) Keluarga Asal (family of origin), merupakan suatu unit
keluarga tempat asal seseorang dilahirkan.
c) Keluarga Besar (extended family), adalah keluarga inti
ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah),
misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk
keluarga modern, seperti orang orang tua tunggal, keluarga
tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian
families).

d) Keluarga Berantai, keluarga yang terbentuk karena


perceraian/ atau kematian pasangan yang dicintai dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
suatu keluarga inti.
e) Keluarga Duda dan Janda (single family), keluarga yang
terjadi karena perceraian dan atau kematian pasangan yang
dicintai.
f) Keluarga Komposit (composite family), kelurga dari
perkawinan poligami dan hidup bersama.
g) Keluarga Kohabitasis (Cohabitation family), dua orang menjadi
satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak.
Di Indonesia bentuk kelurga ini tidak lazim dan bertentangan
budaya timur. Namun, lambat laun, keluarga kohabitasi ini
mulai dapat diterima.
h) Keluarga Inses ( Inces family), seiring dengan masuknya nilai-
nilai global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat,
dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak
perempuan menikah dengan ayah kadungnya, ibu menikah
dengan anak kandung laki-laki, paman menikah dengan
keponakannya, kakak menikah dengan adik dari satu ayah
dan satu ibu, dan ayah menikah dengan anak perempuan
tirinya. Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai-nilai budaya,
jumlah keluarga inses semakin hari semakin besar.
i) Keluarga tradisional dan Nontradisional, dibedakan
berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional diikat
oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak
diikat oleh perkawinan. Contoh keluarga tradisional adalah
ayah-ibu dan anak hasil dari perkawinan atau adopsi. Contoh
keluarga non tradisional adalah sekelompok orang tinggal di
sebuah asrama
2.2.3 Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga
melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga
terdiri dari bermacam-macam diantaranya adalah :

1) Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak


saudara dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui garis ayah

2) Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang trediri dari anak


saudara sedarah dalam beberapa generasi diaman hubungan
itu disusun melalui garis ibu.
3) Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah ibu.
4) Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah suami.
5) Keluarga Kawin, adalah hubungan suami istri sebagai dasar
bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan atau istri ( Setiadi
2008).
2.2.4 Peran Keluarga
Peran keluarga adalah seperangkat perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi
dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari
oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga ( Setiadi dalam
Zamsari 2014). Peran Keluarga dalam perawatan pada lansia
antara lain :
1. Peran keluarga sebagai Motivator
Keluarga sebagai penggerak tingkah laku atau dukungan ke
arah suatu tujuan dengan didasari adanya suatu kebutuhan
anggota keluarga yang sangat membutuhkan dukungan dari
keluarga untuk pemenuhan personal hygiene.

2. Peran keluarga sebagai Educator


Dalam hal ini dapat diartikan sebagai upaya keluarga dalam
memberikan pendidikan kepada anggota keluarga yang
personal hygienenya kurang. Untuk itu agar keluarga dapat
menjadi sumber yang efektif maka pengetahuan keluarga
tentang kesehatan khususnya bagaimana peran keluarga
dalam pemenuhan personal hygiene pada lansia.
3. Peran keluarga sebagai Fasilitator
Sarana yang dibutuhkan keluarga yang sakit dalam memenuhi
kebutuhan untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan
program tersebut. Oleh karena itu, diharapkan keluarga selalu
menyiapkan diri untuk membawa anggota keluarga yang
personal hygiene nya kurang untuk memfasilitasi nya dengan
peralatan mandi, sabun, sikat gigi, pasta gigi, shampoo.
Keluarga mempunyai sarana peran utama dalam
pemeliharaan kesehatan seluruh anggota keluarga dan bukan
individu sendiri mengusahakan tercapainya tingkat kesehatan
yang diinginkan (Friedman, 1998).
2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peran Keluarga dalam
Perawatan Pada Lansia
Menurut Yuditama, 2015 faktor – faktor yang mempengaruhi
peran keluarga dalam memberikan perawatan pada lansia antara lain :
1. Pendidikan
Dengan pendidikan rendah seperti lulusan SD pengetahuan
keluarga tentang personal hygiene pada lansia kurang

2. Pekerjaan
Keluarga bekerja setiap hari dari pagi sampai sore,

sehingga keluarga tidak memperhatikan personal hygiene

pada lansia.

3. Penghasilan Per Bulan

Penghasilan per bulan pada keluarga tidak cukup untuk

memfasilitasi pemenuhan personal hygiene pada lansia.

4. Pengetahuan

Pengetahuan keluarga yang rendah sehingga personal

hygiene pada lansia kurang.

5. Informasi

Keluarga yang bertempat tinggal dipolosok desa tidak

mendapat informasi tentang personal hygiene pada lansia.

2.3 Konsep Personal Hygiene


2.3.1 Pengertian Personal Hygiene
Personal hygiene berasl dari kata Yunani, berasal dari kata
personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Dari
pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kebersihan perorangan
atau personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun
psikisnya ( Wartonah, 2010).
2.3.2 Macam-Macam Personal Hygiene
Wartonah 2010, macam-macam personal hygiene antara lain:

a. Kebersihan Kulit

Kebersihnan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama


memberikan kesan. Oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-
baiknya.Pemeliharaan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan
lingkungan, makanan yang makan serta kebiasaan hidup sehari-hari.
Dalam memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang harus selalu
diperhatikan adalah menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari

memiliki sendiri, minimal mandi 2 kali sehari, mandi memakai sabun,

menjaga kebersihan pakaian, makan yang bergizi terutama sayur dan buah,

dan mejaga kebersihan lingkungan.

b. Kebersihan Rambut

Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat rambut bersih dan

indah sehingga akan menimbulkan kesan bersih dan tidak berbau. Dengan

selalu memlihara rambut dan kulit kepala, maka perlu memperhatikan

kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang- kurangnya 2 kali

seminggu, mencuci rambut memakai shampoo/sabun pencuci rambut

laninnya, dan sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut

lainnya.

c. Kebersihan Gigi

Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menggunakan dan

membersihkan gigi sehingga terlihat bersih. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam menjaga kesehatan gigi adalah menggosok gigi secara

teratur dan teratur dianjurkan setiap habis makan, memakai sikat gigi

sendiri, menghindari makanan-makanan yang merusak gigi, membiasakan

makan buah-buahan yang menyehatkan gigi dan memeriksa gigi secara

teratur

d. Kebersihan Telinga

Hal yang diperhatikan kebersihan telinga adalah membersihkan

telinga secara teratur, dan tidak mengorek-ngorek telingan dengan

benda tajam.
e. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku

Seperti halnya kulit, tangan kaki, dan kuku harus diperhatikan dan ini tidak

terlepas dari kebersihan lingkungan dan sekitar kebiasaan hidup sehari-

hari. Tangan, kaki, dan kuku yang bersih menghindarkan kita dari

berbagai penyakit. Kuku dan tangan kotor dapat menyebabkan bahaya

kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu. Untuk

menghindari bahya kontaminasi maka perlu harus membersihkan tangan

sebelum makan, memotong kuku secara teratur, membersihkan

lingkungan, dan mencuci kaki sebelum tidur.

2.3.3 Cara Mengukur Personal Hygiene


Notoatmodjo 2011, cara mengukur personal hygiene dengan
metode :
1. Langsung dengan observasi atau mengamati terhadap perilaku
responden, dengan menggunakan lembar tilik (check list)
2. Tidak Langsung
a. Metode recall atau mengingat kembali terhadap apa
yang telah dilakukan oleh responden
b. Melalui orang ketiga (orang terdekat) dengan responden
yang diteliti
c. Melalui indicator (hasil perilaku) responden, perilaku
personal hygiene diukur dari kebersihan kuku, kulit
rambut, kaki dan tangan
2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene
Wartonah 2010, factor-faktor personal hygiene antara lain :
1. Citra tubuh

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersiahn

diri.Misalnya, karena danya perubahan fisik sehingga individu tidak

peduli terhadap kebersihannya.


2. Praktik Sosial

Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam hal kebersihan diri, maka

kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

3. Status sosial ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,

sikat gigi, shampoo, dan alat mandi yang semuanya memerlukan uang

untuk menyediakan nya.

4. Pengetahuan

Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting karena

pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada

pasien penderita diabetes mellitus yang harus selalu menjaga

kebersihan kakinya.

5. Budaya

Di sebagian masyarakat, jika individu memliki penyakit tertentu tidak

boleh dimandikan.

6. Kondisi Fisik

Pada keadaan sakit tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang

dan perlu bantuan untuk melakukannya

2.3.5 Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene


Wartonah 2010, Dampak yang akan timbul jika personal
hygiene kurang adalah :
1. Dampak Fisik, yaitu gangguan fisik yang terjadi karena adanya

gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, adalah

gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan
gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak psikososial, yaitu masalah-masalah social yang berhubungan

dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman,

aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

2.3.6 Tujuan Perawatan Personal Hygiene

Wartonah 2010, tujuan perawatan personal hygiene antara lain :

1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang

2. Memelihara kebersihan diri seseorang

3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang

4. Pencegahan penyakit

5. Meningkatkan percaya diri seseorang

6. Menciptakan keindahan

BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan
keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang
tidak diteliti (Nursalam,2013)

Faktor – faktor yang Faktor – faktor yang


mempengaruhi Peran Keluarga mempengaruhi personal hygiene
dalam Perawatan Lansia:
1. Citra Tubuh
1. Pendidikan 2. Praktik sosial
2. Pekerjaan 3. Status Sosial Ekonomi
3. Penghasilan Per Bulan 4. Pengetahuan
4. Pengetahuan 5. Budaya
5. Informasi 6. Kondisi Fisik

Peran Keluarga Pada


Lansia

1. Motivator
2. Edukator
3. Fasilitator

Macam – macam Personal Hygiene


Perawatan Kulit
Perawatan kulit kepala dan rambut
Perawatan mata, hidung dan telinga
Perawatan rongga mulut dan gigi
Perawatan tangan, kaki, dan kuku

Keterangan :

: Tidak Diteliti

: Diteliti

: Berpengaruh Personal Hygiene Personal Hygiene


Terpenuhi Tidak Terpenuhi
Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi peran keluarga,

pada penelitian ini akan fokus pada faktor pengetahuan yang dimiliki
keluarga dalam menangani personal hygiene. Peranan keluarga pada

penilitian ini sangatlah penting dalam upaya memenuhi kebutuhan individu,

keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan

tersebut. Sebagai motivator, edukator dan fasilitator. Melalui perawatan dan

perlakuan yang baik seseorang dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, baik

fisik, biologis maupun sosiopsikologisnya. jika keluarga mampu

melaksanakan perannya dengan baik maka lansia akan tercukupi

kebutuhannya serta kesehatan lansia meningkat bahkan bisa meningkatkan

usia harapan hidup lansia, tetapi jika peran keluarga tidak bisa berfungsi

dengan baik maka lansia akan sering mengalami masalah kesehatan seperti

masalah pada personal hygiene. Personal hygiene sendiri terdiri dari

perawatan kulit, perawatan kulit kepala dan rambut, perawatan mata, hidung

dan telinga, perawatan rongga mulut dan gigi serta perawatan tangan, kaki

dan kuku. kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan.

dengan tubuh yang bersih meminimalkan resiko terhadap kemungkinan

terjangkitnya suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan

kebersihan diri yang buruk, hal-hal yang mucul bila lansia kurang menjaga

kebersihan dirinya diantaranya gagatl-gatal karen kurang menjaga kebersihan

pada kulit dan tubuh lebih mudah terkena penyakit, terutama penyakit kulit,

bau mulut dan masalah kebersihan diri lainnya. Dalam peranan keluarga

sebagai motivator, keluarga dapat memberi motivasi tentang pentingnya

menjaga kebersihan diri, dalam tahap ini seorang perawat sangatlah

dibutuhkan dalam membimbing keluarga serta lansia agar mereka dapat

melakukan perawatan diri secara mandiri, Bedasarkan data di atasmaka dari


itu peneliti akan mencoba meneliti hubungan peran keluarga dengan

persoanal hygiene pada lansia,

3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antar

adua atau lebih variable yang diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan

dalam penelitian. Setiap hipotesis terdiri atas suatu unit atau bagian dari

permasalahan ( Nursalam, 2013).

Ha : Ada pengaruh perawatan keluarga terhadap perubahan personal


hygiene pada lansia di Desa Maron, Kecamatan Genteng, Banyuwangi
BAB 4. METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah metode yang digunakan peneliti untuk

menentukan arah penelitian beradasarkan tujuan dan hipotesis. Desain

penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang akan digunakan untuk

meneliti pengaruh perawatan keluarga terhadap perubahan personal hygiene

pada lansia adalah penelitian kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan

pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerical

(angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010). Desain

penelitian yang digunakan adalah kolerasional dengan pendekatan cross-

sectional dimana dalam desain ini variabel independen dan dependen

pengukurannya di lakukan hanya satu kali atau satu saat (Nursalam, 2008).

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan variabel menyangkut masalah yang

diteliti berupa orang, kejadian perilaku atau sesuatu lain yang akan

dilakukan peneliti (Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah

semua lansia yang tinggal di Desa Maron Kecamatan Genteng, Banyuwangi

yang berjumlah sebanyak 35 orang lansia

4.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian popuasi yang terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling, (Nursalam,


2013). Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah lansia diDesa

Maron, Kecamatan Genteng, Banyuwamgi

4.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel merupakan proses yang menyeleksi porsi

dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan

cara – cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh

sampel yang benar – benar sesuai dengan subjek penelitian (Sastroasmoro

dan Ismail, 1995 dalam Nursalam, 2013). Pengambilan sampel dilakukan

dengan probability sampling dengan teknik pengambilan total sampling yaitu

teknik penentuan sampel dengan cara mengambil seluruh anggota populasi

sebagai responden atau sampel. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel dalam

peneltian ini adalah seluruh lansia yang berada di Desa Maron, Kecamatan

Genteng, Banyuwangi yang berjumlah sebanyak 35 orang lansia.

4.4 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa maron, Kecamatan Genteng,


Banyuwangi

4.5 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari disusunnya proposal penelitian pada


bulan April hingga dilaksankannya sidang hasil proposal

4.6 Definisi Operasional

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Hasil


Operasional

Variabel Peran Indikator peran Kuesioner Ordinal Jika


Independent perawatan perawatan jawaban ya
Peran keluarga keluarga dapat nilai 1, dan
Perawatan adalah meliputi : jika
Keluarga seperangkat jawaban
1. Peran
perilaku antar tidak nilai
keluarga
pribadi, sifat, 0.Dengan
sebagai
kegiatan yang kriteria :
motivator
berhubungan 2. Peran Baik : 76-
dengan keluarga 100%
pribadi dalam sebagai Cukup : 60-
posisi dan educator 75%
situasi tertentu 3. Peran
Kurang :
keluarga
<59%
sebagai
fasilitator

Variabel Personal Indikator penilaian Kuesioner Nomin Jika


Dependent Hygiene Personal Hygiene al jawaban ya
Personal adalah suatu meliputi nilai 1, dan
Hygiene tindakan untuk jika
1. Kebersihan
memelihara jawaban
kulit
kebersihan tidak nilai
2. Kebersihan
seseorang 0. Dengan
kulit kepala
untuk kriteria :
dan rambut
kesejahteraan 3. Kebersihan 50-100%
, baik fisik gigi Personal
maupun 4. kebersihan Hygiene
psikisnya telinga Terpenuhi
5. Kebersihan <50%
tangan, Personal
kaki, dan Hygiene
kuku tidak
terpenuhi

Anda mungkin juga menyukai