Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
dengan judul “Teori dan Metodologi Penelitian Sejarah” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung dari
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar proses penyusunannya. Untuk itu,
tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyusun makalah ini. Terimakasih kepada bapak
Sumargono, S. Pd., M. Pd., bapak Rinaldo Adi Pratama, S. Pd., M. Pd., dan ibu
Myristica Imanita, S. Pd., M. Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah
Metodologi Penelitian Sejarah yang telah memberi arahan serta bimbingan terkait
pengerjaan tugas makalah ini. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,
baik dari segi penyusunan, bahasa, dan aspek lainya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran dan masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pendidikan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I. PENDAHULUAN
Penulisan sejarah adalah usaha rekontruksi peristiwa yang terjadi di masa lampau.
Penulisan sejarah dapat dikerjakan setelah dilakukan penelitian, karena tanpa
penelitian, penulisan sejarah menjadi rekontruksi tanpa pembuktian. Penelitian
sejarah menggunakan landasan berbagai teori dan juga metodologi dalam
menyusun kerangka dalam penulisannya (Wardani, 2009). Proposi yang
terstruktur adalah dasar dari sebuah teori yang menjelaskan bahwa hal-hal tertentu
atau konsep-konsep tertentu memiliki tata caranya yang disebut dengan kerangka
konseptual. Menurut Benjamin B. Wolman, teori adalah seperangkat proposisi
hipotetis yang mengikat data empiris secara kasual, teleologis, atau interpretasi
lainnya.
Sekumpulan wawasan atau proposisi empiris mengenai suatu objek dikatakan
ilmu jika mempunyai metodologi (Haliadi, 2019). Dalam penelitian sejarah, teori
membantu peneliti untuk menyusun pertanyaan penelitian yang relevan,
merumuskan hipotesis, dan mengembangkan argumen yang kuat. Sementara itu,
metode penelitian membantu peneliti dalam memperoleh data yang valid dan
memilih alat analisis yang sesuai untuk menjawab pertanyaan penelitian mereka.
Teori dan metode penelitian sejarah berkaitan erat dengan cara kita memahami,
menganalisis, dan menafsirkan masa lalu. Teori penelitian sejarah mengacu pada
kerangka konseptual yang digunakan untuk mengorganisir data sejarah dan
menjelaskan fenomena yang terjadi di masa lampau. Metode penelitian sejarah, di
sisi lain, merujuk pada teknik dan pendekatan yang digunakan untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan sumber-sumber sejarah, seperti
dokumen, artefak, dan saksi mata.
Pentingnya teori dan metode dalam penelitian sejarah adalah untuk memastikan
bahwa penelitian yang dilakukan memiliki dasar yang kuat, metodologi yang
sesuai, dan kesimpulan yang dapat dipercaya. Teori dan metode yang digunakan
jika tepat, peneliti dapat menghasilkan karya-karya sejarah yang lebih mendalam,
beragam, dan relevan dengan konteks zaman mereka (Badri, 1997).
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II. PEMBAHASAN
Teori merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris yaitu “theory”, bahasa
Belanda disebut dengan “theorie”.
Para ahli memiliki berbagai pandangan tentang teori-teori :
1. Emory Cooper
Teori adalah suatu himpunan ide, penjelasan, pernyataan, dan elemen yang
berhubungan satu sama lain secara teratur dan telah diperluas agar dapat
menjelaskan dan meramalkan suatu gejala khusus (Umar, 2004).
2. Siswoyo
Teori dapat dijelaskan sebagai kumpulan ide dan definisi yang
berhubungan satu sama lain yang mencerminkan pandangan sistematis
tentang fenomena dan menjelaskan hubungan antara variabel. Dengan
maksud untuk menjelaskan dan memprediksi kejadian tersebut (Mardalis,
2003).
3. Hoy & Miskel
Teori merupakan kumpulan konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat
digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku di berbagai
jenis organisasi (Sugiyono, 2010).
4. Glaser dan Straus (1967)
Teori Berasal dari sebuah data yang diperoleh dengan cara analisis dan
sistematis melalui metode komparatif.
5. Marxs dan Goodson (1976)
Teori merupakan aturan yang menjelaskan proposisi yang berkaitan
dengan beberapa fenomena alamiah dan terdiri atas representasi simbolik
dari:
a. Hubungan-hubungan yang dapat diamati diantara kejadian-
kejadian (yang diukur).
b. Mekannisme atau struktur yang diduga mendasari hubungan-
hubungan.
3
c. Hubungan-hubungan yang disimpulkan serta mekanisme dasar
yang dimaksudkan untuk data yang diamati tanpa adanya
manisfetasi empiric apapun secara langsung (Wahyono, 2005).
Teori adalah satuan pernyataan yang bisa dimengerti bagi yang lain, yang
merupakan ramalan tentang peristiwa empiris. Oleh itu suatu teori juga
merupakan seperangkat, konstruk, Batasan, dan proposisis yang menyajikaan
suatu pandangan sistematis tentang fenomenan dengan mencari hubungan-
hubungan antar variable, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi gejala itu
(Supardan, 2008:6).
Teori merupakan unsur yang sangat esensial dalam kajian tentang suatu fenomena
baik pada masa lalu mmaupun sekarang. Menurut James Banks (1977), teori
memiliki peranan yang teramat penting dalam ilmu pengetahuan karena tanpa
teori ilmu tak dapat membuat prediiksi ilmiah, dan tanpa kemampuan
memprediksi, kita tidak dapat melakukan pengendalian.
Kerlinger (2000) mengemukakan bahwa ada lima funsi teori: Pertama, berguna
sebagai kerangka kerja untuk melakukan penelitian. Kedua, teori memberikan
suatu kerangka kerja bagi pengorganisasian butir-butir informasi tertentu. Ketiga,
teori mengungkapkan kompleksitas peristiwa-peristiwa yang tampaknya
sederhana. Keempat, teori mengorganisasikan kembali pengalaman-pengalaman
sebelumnya. Kelima, teori berfungsi untuk melakukan prediksi dan kontrol.
Namun untuk ilmu sejarah, kedudukan teori menimbulkan perdebatan sengit,
terutama antara aliran empirisme dan idealisme, dan khususnya mengenai
penerapan hukum umum (general law) dan teori generalisasi (generalizing
theory).
Teori sejarah diberi tugas untuk menyajikan teori-teori dan konsep-konsep yang
memungkinkan seorang ahli sejarah mengadakan integrasi terhadap semua
pandangan fragmentaris mengenai masa silam seperti dikembangkan oleh macam-
macam spesialisasi di dalam ilmu sejarah (Anskermit, 1987). Adapun tugas teori
4
sejarah ialah menyusun kembali kepingan-kepingan mengenai masa silam
sehingga kita dapat mengenal kembali wajahnya (Anskermit, 1987).
1. Teori Gerak Siklus Sejarah (Ibnu Khaidun) Pada teori ini Ibnu Khaidun
berpendapat bahwa teori ilmu sejarah berkaitan dengan kebudayaan. Dalam
karyanya Al-Muqoddimah (1284 H) mengatakan dan menjelaskan tentang
kajian sejarah, budaya,dan sosial. Adapun inti atau pokok-pokok pikiran
Khaidun sebagai berikut:
a. Kebudayaan adalah masyarakat manusia yang didasarkan atas hubungan
manusia dan tnh di satu sisi dan hubungan manusia dengan manusia
lainnya.
b. Bahwa kebudayaan dan perkembangan melalui 4 fase yaitu:
a) Fase primitif nomaden
b) Fase urbanisasi
c) Fase kemewaha
d) Fase kemunduran yang mengantakan kehancuran
2. Teori Daur Kultura Spiral (Giambittista Vico) Pokok-pokok pikiran teori
Daur Kultural dalam karangan Giambittista Vico yaitu the new scince sebagai
berikut:
a. Perjalanan sejarah bukanlah seperti roda berputar mengitari dirinya
sendiri, sehingga memungkinkan, meramalkan suatu hal terjadi pada masa
depan.
5
b. Sejarah berputar dalam gerakan sepiral yang mendaki dan selalu
memperbarui diri, seperti gerakan mendaki gunung.
c. Masyarakat bergerak melalui fase-fase perkembangan tertentudan terjalin
erat dengan kemanusiaan.
Fase tersebut dibagi menjadi 3 yaitu:
a) Fase Telogis
b) Fase Herois
c) Fase Humanisti
3. Teori Tantangan dan Tanggapan (Arnold toymbee) Pokok pada teori ini
terdapat pada buku karangan Arnold Toymbee yaitu a study of story. Pokok
pikirannya sebagai berikut:
a. Terdapat sebuah peradaban muncul sebagai tanggapan dan atas tantangan
walaupun bukan atas dasar murni hukum
b. Munculnya suatu peradaban terjadi dari jenis-jenis tantangan yang berbeda
serta rangsangan yang berbeda.rangsanan tersebut dibagi menjadi 5
kawasan:
a) Kawasan Ganas
b) Kawasan Baru
c) Kawasan Diperebutkan
d) Kawasan Ditindas
e) Kawasan Tempat Pembuangan
4. Teori Dialektika Kemajuan (Jan Romein) Pokok-pokok pikiran Jan Romein
dituangkan dalam Dialektika Kemajuan. Pokok pikirannya sebagai berikut:
a. Gerak sejarah umat manusia itu kebalikan dari berkembangnya secara
berangsur-angsur (evolusi) melainkan maju dengan lompat-lompat yang
dadakan sebanding dengan mutasi yang dikenal dalam dunia alam hidup.
b. Suatu langkah baru dalam evolusi manusia itu kecil kemungkinannya
terjadi dalam masyarakat yang telah mencapai tingkat kesempurnaan yang
tinggi dalam arah tertentu. Sebaliknya kemajuan yang telah dicapai di
masa lalu, mungkin akan berlaku sebagai penghambat terhadap kemajuan
lebih lanjut. Dengan demikian keterbelakangan hal-hal tertentu dapat
dijadikan suatu keunggulan (situasi yang menguntungkan) untuk mengejar
6
ketinggalannya. Sebaliknya kemajuan yang relatif pesat di masa lalu dapat
berlaku sebagai penghambat kemajuan. Inilah yang dinamakan Dialektika
Kemajuan.
5. Teori Wittfogel Karl Wittfogel mengungkapkan teori-teorinya sebagai
berikut:
a. Cara produksi asiatis, menurut pendapatnya khas pada masyarakat-
masyarakat yang berdasar irigasi besar-besaran telah menimbulkan suatu
garis lain dalam perspektif evolusi.
b. Bila masyarakat-masyarakat feodal memungkinkan suatu perkembangan
menuji kapitalisme borjuis, maka birokrasi-boirokrasi Asiatis itu
mencakup Tsar Rusia, sama sekali tidak cocok dalam perkembangan
apapun menuju suatu struktur yang lebih modern.
Menurut istilah, kata metodologi berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos (cara,
kiat, seluk beluk untuk menyelesaikan sesuatu) dan logos (ilmu pengetahuan,
cakrawala, dan wawasan). Dapat disimpulkan bahwa metodologi adalah sebuah
metode atau cara-cara yang digunakan dalam kajian atau penelitian (Rozak &
Fatra, 2011). Namun, banyak orang yang menganggap istilah metode dengan
metodologi itu sama, padahal keduanya memiliki pengertian yang berbeda.
Metodologi penelitian adalah cabang ilmu pengetahuan yang membahasa
mengenai cara-cara melakukan penelitian secara ilmiah (Narbuko & Achmadi,
2018).
7
1. Karakteristik Penelitian dengan Metode Kualitatif
a. Latar alamiah, sebagai sumber data utama.
b. Manusia sebagai instrumen utama.
c. Lebih peka dengan penyesuaian diri terhadap pola-pola yang
dihadapi.
d. Deskriptif berupa kata-kata, gambar, bukan angka-angka.
e. Lebih mengutamakan proses daripada hasil, peneliti turun langsung
ke lapangan sehingga hubungan bagian-bagian yang diteliti akan
lebih jelas.
f. Terdapat batas yang ditetapkan dengan dasar fokus yang muncul
sebagai masalah penelitian.
g. Terdapat syarat khusus untuk keabsahan data yakni faliditas,
rahabilitas, dan objektivitas.
h. Desain atau gambaran penelitian bersifat sementara dan dapat
berubah seiring bukti dan sumber yang ditemukan.
i. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama antara
peneliti dengan manusia yang dijadikan subjek ataupun dengan
sumber data sehingga verifikasi lebih baik.
8
a) Memahami makna yang mendasari tingkah laku.
b) Objek penelitian merupakan situasi sosial.
c) Mendeskripsikan latar yang kompleks.
d) Eksplorasi guna memperoleh informasi baru.
e) Mengartikan sebuah fenomena untuk melahirkan teori.
f) Menghendaki pendeskripsian dengan berbagai uraian.
g) Hipotesis berupa pertanyaan.
b. Penelitian Kuantitatif
a) Mencari hubungan antar variabel atau peristiwa.
b) Dapat menggabungkan variabel tertentu.
c) Memahami banyak keadaan dengan fokus luas.
d) Sumber data dari responden atau sampel.
e) Hipotesis harus jelas karena akan diuji di lapangan (Lincoln &
Gulba, 1985).
9
Pertama, adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi
pada masa lalu). Ia mencoba menggali fakta-fakta sebenarnya yang terjadi, baik
fakta yang nampak ataupun segala kejadian dibalik layar. Misi yang diemban
bukan hanya menyajikan sebuah cerita runtutan peristiwa, namun ia juga
mencakup makna dibalik layar dari rentetan kejadian itu.
Kedua, usaha dilakukan secara sistematis dan objektif. Proses penggalian dan
perangkaian informasi harus tersusun secara runtut dan tersetruktur. Karena
sejarah merupakan sebuah rentetan peristiwa yang berkesinambungan, dan terus
berkembang dalam perubahan era.
Keempat, dilakukan secara interaktif dengan gagasan, gerakan, dan intuisi yang
hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial). Artinya seorang
peneliti sejarah selain memiliki otoritas keilmuan sejarah, atau melek sejarah,
namun juga harus memiliki misi tersendiri dalam penelitian ini. Sehingga tidak
hanya sebatas melakukan proses pengungkapan peristiwa secara komprehensif,
namun mampu menegaskan bahwa peristiswa tersebut memiliki suatu “misi”
rahasia tersendiri yang tidak semua orang tahu. Dengan demikian, prinsip, dan
tujuan penelitian sejarah tidak dapat dilepaskan dengan kepentingan masa kini,
dan masa mendatang, tapi juga melukiskan, menyediakan sumber penelitian,
peluang pengembangan, penggalian sejarah dari pelaku-pelakunya, serta mencari
keterkaitan peristiwa tersebut dengan kehidupan masa kini (Rahman, 2017).
10
Karena pendekatan sebagai metodologi utama hanya dapat dioperasionalkan
dengan bantuan seperangkat konsep dan teori yang digunakan untuk melakukan
analisis. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan alat analisis dari ilmu-ilmu
sosial seperti sosiologi, antropologi, dan ilmu politik (Saeful Rochmat, 2009).
11
dan perpustakaan (domestik atau internasional) dan memilih wilayah tertentu
untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya. Melakukan wawancara
dengan orang-orang. (mungkin jika informasi lengkap tersedia). Sejarawan harus
memiliki pengetahuan metodologis atau teoritis dan bahkan filsafat. Metodologi
sebagai ilmu tidak dapat dipelajari tanpanya. Pendekatan sebagai metodologi
utama hanya dapat dioperasikan dengan bantuan seperangkat konsep dan teori
yang digunakan untuk melakukan analisis, sehingga dapat dipelajari tanpa
menimbulkan pertanyaan tentang kerangka teoritis dan konseptual.
Teori adalah suatu kesatuan proposisi dan prediksi tentang peristiwa empiris yang
dapat dipahami oleh orang lain. Oleh karena itu, teori juga merupakan seperangkat
konstruksi, batasan, dan pernyataan yang menyajikan pandangan sistematis
terhadap suatu fenomena dengan mencari hubungan antar variabel, dengan tujuan
untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena tersebut (Supardan, 2008: 6).
Teori merupakan unsur yang sangat penting dalam kajian fenomena, baik pada
masa lalu maupun masa kini.
Metode dan metodologi merupakan dua alat penting dalam penelitian sejarah.
Sartono Kartodirdjo (1992) mengemukakan perbedaan antara metode dan
metodologi. Metode adalah cara orang memperoleh pengetahuan (how to know),
dan metodologi adalah ilmu mengetahui bagaimana mengetahui (knowing how to
know). (Sjamsudin 2012: 14).
Teori dalam penelitian sejarah memberikan landasan konseptual bagi metodologi
penelitiannya. Teori membantu peneliti untuk memahami fenomena sejarah,
mengembangkan pertanyaan penelitian, dan merumuskan kerangka analisis.
Metodologi penelitian sejarah, di sisi lain, merupakan langkah-langkah praktis
yang digunakan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data
sejarah. Dengan demikian, teori dan metodologi saling terkait dalam penelitian
sejarah, dimana teori membimbing metodologi dan metodologi menerapkan
konsep-konsep teoritis ke dalam praktik penelitian.
12
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan tentang materi Teori dan Metodologi
Penelitian Sejarah dalam bentuk makalah ini. Penulis sangat berharap makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan didalam makalah kami, kami memohon kepada para pembaca
untuk memberikan kritik dan saran untuk perbaikan makalah kami, dan
diharapkan kajian tentang materi ini dapat dilanjutkan dan dikembangkan lagi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Banks, J. 1977. Teaching Strategies for the Social Studies: Inquiry, Valuing, and
Decision-Making, Phippines: Addison-Wesley Publishing Company.
Rozak, A., & Fatra, M. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan (FITK). Tesis. UIN Syarif Hidayatullah.
Sadi, Haliadi. 2019. Teori dan Metodologi Sejarah. Jurnal History 2(3).
14
Saefur Rochmat. 2009. Ilmu Sejarah dalam Perspektif Ilmu Sosial. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Umar, Husein. 2004. Metode Riset Ilmu Administrasi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Wahyono, Hari. 2005. Makna dan Fungsi Teori dalam Proses Berpikir Ilmiah dan
dalam Proses Penelitian Bahasa. Jurnal Penelitian Inovasi 23 (1).
15