OLEH:
Om Swastiastu,
Puji serta syukur kita panjatkan kepada kehadapan Ida Sang Hyang Widi
Wasa yang telah memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun
tidak akan menyadari begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Ida Sang
Hyang Widi Wasa. Selain itu, penyusun juga merasa sangat bersyukur karena
telah mendapatkan anugrah yang tak terhingga dari-Nya sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Dengan anugrah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah dengan judul “Gerounded Theory”. Penyusun
sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut
membantu proses penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan-
kekurangan dan kesalahan-kesalahan baik dari isinya maupun struktur
penulisannya, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
positif untuk perbaikan dikemudian hari.
Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para
pembaca dan khususnya bagi penyusun sendiri.
Om Santhi, Santhi, Santhi Om.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAK
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Secara garis besar dibedakan dua macam penelitian yaitu, penelitian kualitatif
dan penelitian kuantitaif. Keduanya memiliki asumsi, karakteristik dan prosedur I
penelitian yang berbeda.
1
2
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Dua orang ahli sosiologi Barney Glaser dan Anselm Strauss, pertama kali
menyatakan penelitian Grounded theory pada tahun 1967 dan terakhir
mengelaborasikannya melalui bagian dari buku – buku (Glaser,1978: Glaser
dan Strauss,1967:Strauss,1987:Strauss dan Corbin,1990:Creswell,1998:56).
Berbeda dari orientasi teoritis a priori dalam sosiologi, mereka memengang
teguh bahwa teori – teori harus diasah (Grounded) dalam data dari lapang,
khususnya dalam tindakan, interaksi, dan proses sosial seseorang. Meskipun
suatu historis yang kaya tentang kolaborasi antara Glaser dan Stauss yang
memproduksi karya – karya seperti Awareness of Dying (Glaser &
Strauss,1965) dan Time For Dying (Glaser dan Strauss,1968), mereka
memiliki perbedaan tentang Grounded theory pada tahun – tahun belakangan
ini, terutama Glaser (1990) meluncurkan serangan pedas menentang Strauss
masih terus menulis tentang pendekatan Grounded theory, dan memperoleh
popuraritasnya dalam sosiologi, perawatan, pendidikan dan bidang – bidang
ilmu sosial lainnya (Craswell 1998:56).
Strauss dan Corbin mendefinisikan Grounded theory sebagai berikut.
A Grounded theory is one that is in inductively derived from the study of
phenomenon represent. That is, it is discovered, developed, and provisionally
verified through systematic data collection, analysis of data pertaining to that
phenomenon, therefore, data collection, analysis, and theory stand in
reciprocal relationship with each other. One does not begin with a theory,
then area is allowed to emerge. Theory dasar adalah suatu theory yang secara
induktif diproleh dari pengkajian fenomena yng mewakilinya. Theory
tersebut ditemukan, dikembangkan, dan untuk sementara waktu dibuktikan
melalui pengumpulan data yang sistematis, analisis dat yang menyinggung
phenomena tersebut oleh karna itu, pengumpulan data, analisis data, dan
3
4
theory berada didalam hubungan timbal balik satu dengan yang lainnya.
Orang tidak mulai dengan theory, orang mulai dengan suatu area study dan
apa yang berkaitan dengan area tersebut dibiarkan muncul (Strauss dan
Corbin,1990:23).
Menurut Strauss dan Corbin penelitian Grunded theory mempunyai
tujuan untuk membangun theory yang dapat dipercayai dan menjelaskan
wilayah dibawah study. Penelitian yang berkerja dalam tradisi ini juga
berharap theory – thepry mereka akhirnya akan berhubungan dengan theory –
theory lainnya didalam disiplin – disiplin yang mereka perhatikan dalam
suatu cara komulatif, dan bahwa theory tersebut memiliki implikasi yang
bermanfaat (Strauss dan Corbin,1990:24).
Meskipun study fenomologis menekankan makna dari pengalaman untuk
sejumlah individu, perhatikan study Grounded theory adalah untuk
menghasilkan atau menemukan theory, skema analitis abstract suatu
fenomena, yang berhubungn dengan situasi khusus, situasi ini merupakan
suatu diman individu – individu berintraksi, mengambil tindakan, atau
melakukan proses dalam merespon fenomena. Untuk mengkaji bagaimana
orang bertindak dan bereaksi Pada fenomena ini, penelitian mengumpulkan
data wawancara primer, membuat berbagai pertemuan lapangan,
mengembangkan kategori yang salingf berhubungan dari informasi, dan
menulis proposisi – propisisi teoritis atau hipotesis atau menyajikan gambaran
visual teori tersebut (Creswell,1998:55-6).
Menurut Glaser dan Strauss Grounded theory adalah teori umum dari
metode ilmiah yang berurusan dengan generalisasi, elaborasi, dan validasi
dari teori ilmu sosial. Menurut mereka penelitian Grounded theory perlu
memberikan aturan yang dapat diterima untuk membantu ilmu pengetahuan
(konstentensi, kemampuan produksi, kemempuan genelisasi, dan lain – lain),
walaupun pemikiran metodologis ini tidak untuk dipahami dalam suatu
pengertian positifisme. Tujuan umum dari penelitian Grounded adalah (1)
secara induktif memperoleh dari data, (2) yang diperlakukan untuk
pengembangan teoritis, dan (3) yang putuskan secara memadai untuk
domainnya dengan memperhatikan sejumlah kreteria evaluative. Walaupun
5
member jaminan suatu teory yang baik sebagai hasil. Strauss menyatakan
bahwa kualitas suatu teory dapat dievaluasi dengan proses dimana teory
tersebut tidak dibangun.
Meskipun bukan bagian dari retorika Grounded theory terbukti bahwa
ahli grounded theory dipengaruhi secara luas oleh pemahaman emik dunia:
mereka menggunakan kategori yang digambarkan dari responden itu sendiri
dan cenderung memfokuskan pada pemmbuatan sistem kepercayaan implicit
menjadi eksplisit.
Bagian sentral penelitian Grounded theory adalah pengembangan atau
penurunan theory secara tertutup berhubungan dengan konteks fenomena
yang dikaji. Strauss dan Corbin (1994), sebgai contoh, menyebutkan bahwa
teori adalah hubungan yang masuk akal (plausible relationship) diantara
konsep dan serangkaian konsep. Teori ini dikembangkan oleh peneliti, yang
mengungkapkan tentang akhir dari suatu study dan dapat mengamsumsikan
bentik pernyataan naratif (Strauss dan Corbin, 1990), suatu gambaran visual
(Morrow & Brown. 1995), atau serangkaian hipotesis atau proposisi
(Creswell & Brown, 1992) (Creswell,1998:56).
induktif diturunkan dari pola data yang kuat, di elaborasi melalui konstruksi
model yang masuk akal, dan dijustifikasikan dalam istilah tentang koherensi
penjelasannya. Haig mendasarkan pernyataannya pada asumsi bahwa grounded
theory dapat diperkuat dengan merekonstruksinya sesuai dengan perkembangan
terbaru dalam metodelogi ilmiah yang paling nyata. Selanjutnya haig menyatakan
bahwa perhitungan umum metode ilmiah ini sebagai “abductive explanatory
inferentialism” (AEI). Sementara ini suatu label yang diperluas, yang dapat
melayani tujuan yang bermanfaat dalam mengusulkan bahwa teori dari metode
ilmiah secara sentral berurusan dengan penurunan teori-teori secara abduktif dan
penilaian dalam kaitannya dengan apa yang disebut ahli filsafat bahwa inferensi
adalah penjelasan terbaik (Haig, 2004:1).
1. Perumusan masalah
Sesuai dengan teori AEI tentang metode ilmiah, pemilihan dan perumusan
masalah merupakan pusat terpnting dari penelitian ilmiah. Suatu fakta
bahwa dengan mengadopsi penetapan secara khusus masalah ilmiah,
metode AEI mampu menjelaskan bagaimana penelitian mungkin
dilakukan, dan pada saat yang sama menyediakan bimbingan untuk
melakukan penilitian. Penetapan masalah yang membanggakan kebaikan
kembar ini merupakan constrain-composition teori “teori komposisi
terbatas”. Secara singkat dinyatakan, constrain-composition teori
menyatakan bahwa suatu masalah meliputi semua batasan pemecahannya,
beserta harapan bahwa pemecahannya ditemukan. Pada perumusan ini
batasan tersebut secara aktual dibangundari masalah itu sendiri, mereka
mencirikan masalah tersebut dan memberinya struktur. Permintaan yang
eksplisit bahwa pemecahannya ditemukan muncul dari tujuan program
penelitian, penulusuran yang mengantarkan, yaitu diharapakan, untuk
mengisi suatu jurang yang nyata didalam struktur permasalahan. Selain itu,
dengan memasukkan semua batasan dalam perumusan masalah, masalah
8
2. Deteksi fenomena
Walaupun hipotetiko-deduktifism dan graunded teori menawarkan
perhitungan yang berbeda tentang penelitian, keduanya berbagi pandangan
bahwateori-teori ilmiah menjeaskan dan memprediksikan fakta tentang
yang di amati. Bagaimanapun, hal ini secara luas menangani pandangan
yang gagal membedakan antaradata dan fenomena. Keagagalan dalam
menggambarkan perbedaan ini mengarah pada perhitungan yang
menyesatkan tentang hakikat ilmu pengetahuan, sebab merupakan
fenomena khas, bukan data, bahwa teori kita dibangun untuk menjelskan
dan memprediksikan. Dengan demikian, teori harus dirumuskan, graunded
teori harus diambil sebagai dasar dalam fenomena, bukan data.
Fenomena stabil secara relatif, ciri umum yang muncul dari dunia
yang kita lihat untuk menjelaskan. Yang lebih menarik, “keteraturan
penting yang dapat dibedakan “ ini kadang-kadang disebut “efek”.
Fenomena meliputi suatu cakupan untuk ontologis yang bervariasi yang
meliputi objek, keadaan, proses, dan peristiwa, serta ciri-cirri lain yang
sulit digolongkan. Oleh karena itu, lebih bermanfaat untuk
11
seorang pun terikat dengan posisi induktifisme yang naif seperti itu. Tentu
saja Glaser dan Strauss dengan tegas menyatakan bahwa “peneliti tidak
mendekati realita sebagai suatu tabularasa-bila harus memiliki pandangan
(dalam rangka) melihat data yang relevan dan kategori abstrak yang
penting darinya. Oleh karena itu, demi kepentingan keperolehan kategori
yang berbeda pada level yang berbeda dari abstraksi yang menurut Glaser
dan Strauss akan membuat peneliti pemegang semua teori dan fakta yang
relevan dengan latar belakang suatu watu.
Walaupun sudah jelas bahwa Glaser dan Strauss bukanlah ahli induktif
yang naif, hakikat aktual dari hubungan induktif menyebabkan teori-teori
penting mendasar dalam data mereka sulit dipahami atau diketahui seluk
beluknya. Menurut Glaser dan Strauss, graunded teori dikatakan muncul
secara induktif dari sumber data sesuai dengan metode “constant
comparison” ‘perbandingan tetap’. Sebagai suatu metode penemuan,
metode perbandingan tetap merupakan campuran pengodean sistematis,
analisa data, dan prosedur sampling teoritis yang memungkinkan peneliti
membuat penafsiran pengertian dari sebagian besar pola yang berbeda
dalam data, dengan pengembangan ide-ide teoritis pada level abtraksi yang
lebih tinggi, daripada deskripsi data awal. Bagaimanapun, pemikiran
tentang perbandingan tetap memberikan sedikit konstribusi untuk
menghitung dengan teliti apakah kesimpulan induktif yang dimasalahkan
enumeratif, eliminatif, abduktif, atau beberapa bentuk lain. Pengaruh ahli
pragmatis pada metodologi graunded teori tidak mengejutkan untuk
menemukan Strauss mencirikan metode ilmiah dalam pertunjukan
paircean sebagai perbandingan induksi, deduksi, dan ferifikasi.
Bagaimanapun, itu suatu kejutan untuk dicatat bahwa sementara Strauss
menyebutkan gagasan paircean tentang abduksi dalam diskusi ringkas
tentang induksi, dia menahan diri untuk menghubungkan dengan diskusi
tentang penemuan induktif tentang teori.
Apapun pandangan Glaser dan Strauss tentang materi tersebut,
adalah penting mengikuti arahan pairc dan mencirikan kesimpulan kreatif
yang dilibatkan dalam penurunan teori sebagai aduktif secara alami. Suatu
14
Proses analisis data dalam penelitian graunded teori bersifat sistematis dan
mengikuti format standar sebagai berikut.
Book
Causal Strategis
condition
Category Category
1 2 Story Story Story
1 2 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Saran bagi penulis adalah semoga dengan adanya makalah ini diharapkan
para pembaca dapat mengaplikasikan Grounded Theory untuk penelitiannya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Strauss, Anselm and Corbin, Juliet. 1990. Basic Qualitative research: Grounded
Theory Procedures and Techniques. Newbury Park: Sage Publications