Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

TEORI METODE GROUNDED THEORY DAN


APLIKASI METODE GROUNDED THEORY

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Metode Penelitian Pendidikan (Kualitatif)
Yang diampu Oleh Dr. Ine Kusuma Aryani, M.Pd.

Disusun Oleh :
1. TATIK KUSRIYANTI : 2220110073
2. WELAS APRILIANTO : 2220110074
3. DESI PUTRIANASARI : 2220110088

PROGRAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN DASAR


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

i
TAHUN 2022

ii
DAFTAR ISI

Hlm
COVER…………….………………………………………………..... i
DAFTAR ISI….……………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR………………………………………………... iii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.……………….…………….……………………… 1
B. Rumusan Masalah.………………………………………………… 3
C. Tujuan ………….………………………….……………………..... 3
BAB II: KAJIAN TEORI
A. Pengertian Penelitian Grounded Theory........................................... 4
B. Ciri-Ciri Utama Penelitian Grounded Theory……………………..... 8
C. Prinsip-Prinsip Metodologi Grouded Theory………………………. 12
D. Metode Pengumpulan Data…………………………………………. 14
E. Proses Analisis Data..……………………………………………….. 16
F. Aplikasi Metode Grounded 20
Theory………………………………….
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………… 23
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 25

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatNya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
TEORI METODE GROUNDED THEORY DAN APLIKASI METODE
GROUNDED THEORY tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai
dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Dr. Ine Kusuma Aryani,
M.Pd. sebagai dosen pengampu mata kuliah Teori dan Praktik Pembelajaran IPA
SD yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga isi
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Banjarnegara, Maret 2023

Penyusun

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian pada hakekatnya adalah suatu kegiatan ilmiah untuk
memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Pengetahuan
yang diperoleh dari penelitian terdiri dari fakta, konsep, generalisasi dan teori
yang memungkinkan manusia dapat memahami fenomena dan memecahkan
masalah yang dihadapinya. Masalah penelitian dapat timbul karena adanya
kesulitan yang mengganggu kehidupan manusia atau semata-mata karena
dorongan ingin tahu sebagai sifat naluri manusia.
Baik untuk masalah penelitian yang timbul karena adanya kesulitan
yang dihadapi manusia maupun karena ingin tahu, diperlukan jawaban yang
dapat diandalkan berdasarkan pengetahuan yang benar. Kebenaran yang
dipegang teguh dalam penelitian adalah kebenaran ilmiah, yaitu kebenaran
yang bersifat relatif atau nisbi, bukan kebenaran yang sempurna dan bersifat
mutlak. Penelitian berusaha memperoleh pengetahuan yang memiliki
kebenaran ilmiah yang lebih sempurna dari pengetahuan sebelumnya, yang
kesalahannya lebih kecil daripada pengetahuan yang telah terkumpul
sebelumnya.
Kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar sebagai
penyempurnaan pengetahuan sebelumnya telah dilaksanakan oleh para
peneliti dan ilmuwan dalam ilmunya masing-masing. Secara akumulatif,
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, generalisasi-
generalisasi, dan teori-teori yang telah dihasilkan dari berbagai penelitian itu
merupakan sumbangan penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam berbagai bidang.
Di samping itu, Tanzeh mengemukakan, “hasil penelitian juga
memungkinkan menjadi metode yang lebih baik dalam memecahkan,
menjawab dan menyelesaikan masalah-masalah praktis yang dihadapi
manusia dalam hidupnya.”

1
Secara garis besar dibedakan dua macam penelitian yaitu, penelitian
kualitatif dan penelitian kuantitatif. Keduanya memiliki asumsi, karakteristik
dan prosedur penelitian yang berbeda. Pembahasan yang akan dikaji di dalam
makalah ini adalah penelitian kualitatif grounded theory.
Penelitian Grounded Theory adalah metode penelitian kualitatif yang
menggunakan sejumlah prosedur sistematis yang diarahkan untuk
mengembangkan teori berorientasi tindakan, interaksi, atau proses dengan
berlandaskan data yang diperoleh dari lapangan. Grounded Theory atau teori
dasar merupakan salah satu model pendekatan yang sedang berkembang
sangat pesat beberapa tahun terakhir ini, baik dari sisi kuantitas maupun
bidang studi  yang menggunakannya, dari yang semula di bidang sosiologi
saja sekarang sudah berkembang ke bidang-bidang lain, seperti pendidikan,
ekonomi, antropologi, psikologi, bahasa, komunikasi, politik, sejarah, agama
dan sebagainya.
Penelitian jenis ini (grounded) dikembangkan pada tahun 1967 oleh
Barney G. Glaser dan Anselm L. Strauss dengan diterbitkannya buku berjudul
The Discovery of Grounded Theory. Tetapi di Indonesia mulai dikenal sekitar
tahun 1970. Kehadirannya menghebohkan para ahli penelitian kualitatif 
sebelumnya yang selalu berangkat dari teori untuk menghasilkan teori baru.
Teori dipakai sebagai alat untuk memahami gejala atau fenomena hingga data
yang diperoleh. Asumsinya, tanpa teori sebagai sebuah perspektif, peneliti
tidak akan mampu memahami gejala untuk memperoleh makna (meaning),
sehingga bisa jadi gejala yang penting  pun untuk menjawab masalah
penelitian terlewatkan  begitu saja karena peneliti  memiliki kelemahan atau
kekurangan wawasan mengenai tema yang diteliti, baik  secara teoretik atau
yang disebut sebagai perspektif teoretik maupun wawasan empirik yang
diperoleh dari pelacakan studi atau penelitian sebelumnya.  
Di dalam makalah ini penulis akan membahas konsep-konsep pokok
tentang Penelitian Grounded Theory, yang diawali dengan mengemukakan
pengertian Griu ded Theory, ciri-ciri utama penelitian Grouded Theory,
prinsip-prinsip metodologi Grounded Theory, metode pengumpulan data

2
dalam penelitian Grounded Theory, bagaimana memproses analisis data
dalam penelitian Grounded Theory, dan membuat aplikasi metode Grounded
Theory.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka munculah permasalahan-
permasalahan yang perlu dipecahkan, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Grounded Theory?
2. Bagaimana ciri-ciri utama penelitian Grounded Theory?
3. Bagaimana prinsip-prinsip metodologi Grounded Theory?
4. Bagaimana metode pengumpulan data dalam penelitian Grounded Theory?
5. Bagaimana memproses analisis data dalam penelitiam Grounded Theory?
6. Bagaimana cara membuat aplikasi metode Grounded Theory?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian Grounded Theory.
2. Mengetahui ciri-ciri utama penelitian Grounded Theory.
3. Mengetahui prinsip-prinsip metodologi Grounded Theory.
4. Mengetahui metode pengumpulan data dalam penelitian Grounded
Theory.
5. Mengetahui bagaimana memproses analisis data dalam penelitiam
Grounded Theory.
6. Mengetahui bagaimana cara membuat aplikasi metode Grounded Theory.

3
4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penelitian Grounded Theory


Istilah Grounded Theory pertama kali diperkenalkan oleh Glaser &
Strauss pada tahun 1967. Glaser adalah seorang sosiolog sekaligus dosen di
Colombia University dan University of California School of Nursing.
Sedangkan Strauss juga seorang sosiolog yang bekerja sebagai Direktur Social
Science Research, Institute for Psychiatric and Psychosomatic Research and
Training.
Glaser & Straus dalam bukunya The Discovery of Grounded Theory
Strategies for Qualitative Research menyatakan “We believe that the discovery
of theory from data-which we call grounded theory-is a major task confronting
sociology today, for, as we shall try to show, such theory fits empirical
situations, and is understanable to sociologists and layman alike.”
Inti dari pernyataan tersebut kurang lebih adalah: “Kami meyakini bahwa
penemuan teori dari data yang kami sebut Grounded Theory adalah tugas
utama yang dihadapi ilmu sosiologi saat ini, untuk itu kami berusaha
menunjukkan teori tersebut sesuai dengan situasi empiris dan dapat dimengerti
oleh para sosiolog dan orang awam sekalipun. Ini merupakan pertama kali
istilah Grounded Theory (GT) diperkenalkan.
Dalam karya monumental mereka tersebut, Glaser dan Strauss berupaya
mengenalkan suatu corak penelitian untuk menemukan teori berdasarkan data.
Menemukan teori berdasarkan data tersebut merupakan barang baru yang
berlawanan dengan pendekatan klasik (clasical approach) yang telah
berlangsung sedemikian mapan di dunia ilmu pengetahuan.
Pendekatan grounded teori (Grounded Theory Approach) adalah metode
penelitian kualitatif yang menggunakan sejumlah prosedur sistematis guna
mengembangkan teori dari kancah. Pendekatan ini pertama kali disusun oleh
dua orang sosiolog; Barney Glaser dan Anselm Strauss. Untuk maksud ini
keduanya telah menulis 4 (empat) buah buku, yaitu; “The Discovery of

5
Grounded Theory” (1967), Theoritical Sensitivity (1978), Qualitative Analysis
for Social Scientists (1987), dan Basics of Qualitative Research: Grounded
Theory Procedures and Techniques” (1990). Menurut kedua ilmuwan ini,
pendekatan Grounded Theory merupakan metode ilmiah, karena prosedur
kerjanya yang dirancang secara cermat sehingga memenuhi keriteria metode
ilmiah. Kriteria dimaksud adalah adanya signifikansi, kesesuaian antara teori
dan observasi, dapat digeneralisasikan, dapat diteliti ulang, adanya ketepatan
dan ketelitian, serta bisa dibuktikan. Mereka juga mengatakan bahwa,
penelitian seharusnya memunculkan konsep-konsep (variabel) dan hipotesis
berdasarkan data-data nyata yang ada di lapangan: “de-emphasis on the prior
step of discovering what concepts and hypotheses are relevant for the area one
wished to research. …In social research generating theory goes hand in hand
with verifying it; but many sociologists have diverted from this truism in their
zeal to test either existing theories or a theory that they have barely started to
generate”.  yang berarti pada penekanan pada langkah sebelumnya menemukan
apa konsep dan hipotesis relevan untuk satu bidang yang ingin diteliti…..
dalam teori yang menghasilkan penelitian sosial yang sejalan dengan
membuktikanya, tapi banyak peneliti sosial yang mengalihkan dari kebenaran
yang mungkin tidak dapat disangkal kedalam semangat mereka untuk menguji
teori yang telah ada maupun yang baru saja mereka mulai untuk generasi teori
selanjutnya.
Sesuai dengan nama yang disandangnya, tujuan dari Grounded Theory
Approach adalah teoritisasi data. Teoritisasi adalah sebuah metode penyusunan
teori yang berorientasi tindakan/interaksi, karena itu cocok digunakan untuk
penelitian terhadap perilaku. Penelitian ini tidak bertolak dari suatu teori atau
untuk menguji teori (seperti paradigma penelitian kuantitatif), melainkan
bertolak dari data menuju suatu teori. Untuk maksud itu, yang diperlukan
dalam proses menuju teori itu adalah prosedur yang terencana dan teratur
(sistematis). Selanjutnya, metode analisis yang ditawarkan Grounded Theory
Approach adalah teoritisasi data (Grounded Theory).

6
Sebagai sebuah pendekatan riset, Grounded Theory memiliki posisi yang
sama dengan beberapa orientasi lain, seperti studi kasus. Grounded Theory
adalah sebuah pendekatan yang refleksif dan terbuka, di mana pengumpulan
data, pengembangan data, pengembangan konsep teoritis, dan ulasan literatur
berlangsung dalam proses siklus (berkelanjutan).
Pendekatan Grounded Theory bergerak dari level empirikal menuju ke
level konseptual-teoritikal atau penelitian untuk menemukan teori berdasarkan
data. Pada pendekatan ini, dari datalah suatu konsep dibangun. Dari datalah
suatu hipotesis dibangun, dan dari datalah suatu teori dibangun.
Menurut Glaser dan Strauss, Grounded Theory adalah teori umum dari
metode ilmiah yang berurusan dengan generalisasi, elaborasi, dan validasi dari
teori ilmu sosial. Menurut mereka penelitian Grounded Theory perlu
menemukan aturan yang dapat diterima untuk membentuk ilmu pengetahuan
(konsistensi, kemampuan reproduksi, kemampuan generalisasi dan lain-lain),
walaupun pemikiran metodologis ini tidak untuk dipahami dalam suatu
pengertian positivisme.
Grounded Theory ini merupakan reaksi yang tajam dan sekaligus
memberi jalan keluar dari “stagnasi teori” dalam ilmu-ilmu sosial, dengan
menitikberatkan sosiologi. Ungkapan Grounded Theory merujuk pada teori
yang dibangun secara induktif dari satu kumpulan data. Bila dilakukan dengan
baik, maka teori yang dihasilkan akan sangat sesuai dengan kumpulan data
tadi.
Grounded Theory berguna dalam situasi-situasi ketika sedikit sekali yang
diketahui tentang topik atau fenomena tertentu, atau ketika diperlukan
pendekatan baru untuk latar-latar yang sudah dikenal. Pada umumnya, tujuan
Grounded Theory adalah membangun teori baru, walaupun sering juga
digunakan untuk memperluas atau memodifikasi teori yang ada. Sebagai
contoh, peneliti bisa mengembangkan Grounded Theory peneliti sendiri, atau
grounded peneliti lain dengan meninjau kembali data yang sama dengan
pertanyaan dan interprestasi yang berbeda.

7
Tujuan umum dari penelitian Grounded Theory adalah: (1) Secara
induktif memperoleh dari data, (2) yang diperlukan pengembangan teoritis, dan
(3) yang diputuskan secara memadai untuk domainnya dengan memperhatikan
sejumlah kriteria evaluatif. Walaupun penelitian Grounded Theory
dikembangkan dan digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan sosial,
penelitian grouded theory dapat secara sukses diterapkan dalam berbagai
disiplin ilmu. Ini termasuk ilmu pendidikan, studi kesehatan, ilmu politik dan
psikologi. Glaser dan Strauss tidak memandang prosedur Grounded Theory
sebagai disiplin khusus, dan mereka mendorong para peneliti untuk
menggunakan prosedur ini untuk tujuan disiplin ilmu mereka.
Karena tidak berangkat dari teori, sering disebut peneliti grounded ke
lapangan dengan “kepala kosong”. Sayang, dalam kenyataannya istilah “kepala
kosong” disalahpahami. Maksudnya “kepala kosong” adalah peneliti tidak
berangkat dari kerangka teoretik tertentu, tetapi langsung terjun ke lapangan
untuk mengumpulkan data. Dengan tanpa membawa kerangka teoretik  atau
sebuah konsep, maka diharapkan peneliti dapat memotret fenomena dengan
jernih tanpa harus  memaksakan data empirik untuk menyesuaikan diri dengan
konsep teoretik. Atau dengan kata-kata lain, istilah “kepala kosong” artinya
adalah  peneliti melepaskan sikap, pandangan, keberpihakkan pada teori
tertentu Sebab, keberpihakkan semacam itu dikhawatirkan kegagalan peneliti
menangkap fenomena atau data yang diperoleh secara jernih karena sudah
dipengaruhi oleh pandangen sebuah teori yang dibawa.
Dalam buku “Metodologi Penelitian” yang ditulis Emzir, Secara
Terperinci, Strauss dan Corbin mendefinisikan Grounded Theory sebagai
berikut :
“A Grounded Theory is one of that is inductively derived from the  study
of phenomenon it represents. That is, it is discovered, developed, and
provisionally verified  through systematic data collection, analysis of data
pertaining to that phenomenon. Therefore, data collection, analysis, and
theory stand in reciprocal relationship with each other. One does not begin

8
with a theory, then prove it. Rather  one begins with an area of study and what
is relevant to that area as allowed to emerge.”
Sesuai dengan uraian diatas bahwa  Teori dasar (GT) adalah suatu teori
yang secara induktif di peroleh dari pengkajian fenomena yang mewakilinya.
Teori tersebut ditemukan, dikembangkan, dan untuk sementara waktu
dibuktikan melalui penumpulan data yang sistematis, analisis data yang
menyinggung fenomena tersebut. Oleh karena itu , pengumpulan data, analisis
data, dan teori berada di dalam hubungan timbal balik satu dengan lainnya.
Orang tidak mulai dengan teori, orang mulai dengan suatu area kasus dan apa
yang berkaitan dengan area tersebut dibiarkan muncul.
Cresswell dalam bukunya Educational Research menuliskan: “A
Grounded Theory design is a systematic, qualitative procedure used to
generate a theory that explains, at a broad conceptual level, a process, an
action, or an interaction about a substantive topic. In Grounded Theory
research, this is a “process” theory_ it explains an educational process of
events, activities, actions, and interactions that occur over time. Also,
grounded theorist proceed through systematic procedure of collecting data,
identifying categories (used synonymously with themes), connecting these
categories, and forming a theory that explains the process.”
     Seperti yang telah dikemukakan oleh Creswell  diatas
bahwa Grounded Theory merupakan teori yang diperoleh secara induktif dari
penelitian tentang fenomena sebuah prosedur peneliti kualitatif yang
sistematis. Pendekatan Grunded theory merupakan suatu cara yang terdiri dari
serangkaian tahap yang dilakukan secara cermat yang dianggap memberi
jaminan suatu teori yang baik sebagai hasil atau secara kualitas dianggap baik.

B. Ciri-Ciri Utama Penelitian Grounded Theory


Seperti terungkap dari paparan latar belakang di atas, penggunaan dan
pengembangan di berbagai disiplin ilmu membuat GT terbagi dalam tiga
pendekatan. Meskipun demikian, ketiga pendekatan itu, dan juga desain-desain
yang diterapkan secara khusus dalam berbagai bidang ilmu, tetap

9
menggunakan konsep dasar dalam The Discovery of Grounded Theory sebagai
titik tolak (Goulding, 1999). Oleh sebab itu, untuk memahami GT secara lebih
komprehensif, elemen-elemen yang terkandung dalam setiap pendekatan perlu
dikaji secara seksama. Menurut Creswell (2008: 440), ada enam karakteristik
dari penelitian Grounded Theory. Enam karakteristik tersebut adalah: Process
approach, Theoretical sampling, Constant comparative data analysis, a core
category, theory generalization, and memos. Penjelasan keenam karakteristik
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Process approach
Dalam penelitian GT, proses merujuk pada urutan tindakan-tindakan
dan interaksi antar manusia dan peristiwa-peristiwa yang berhubungan
dengan sebuah topik, seperti pengalihbahsaan novel Animal Farm ke dalam
bahasa Indonesia. Dalam topik seperti ini, berdasarkan transkrip wawancara
atau catatan pengamatan yang dilakukan pada partisipan, peneliti GT dapat
mengidentifikasi dan mengisolasi tindakan-tindakan dan interaksi antar
manusia, seperti interaksi antara penerbit dan penterjemah pada saat
negoisasi, tindakan- tindakan yang dilakukan penterjemah selama proses
pengalihbahasaan, dan sebagainya. Aspek-paspek yang diisolasi ini disebut
kategori-kategori, yang digunakan sebagai tema-tema informasi dasar dalam
rangka memahami suatu proses.
2. Theoretical sampling
Dalam penelitian kualitatif, instrumen pengumpul data penelitian GT
adalah peneliti sendiri. Data-data yang dikumpulkan dapat berbentuk
transkrip wawancara, percakapan, catatan wawancara, dokumen-dokumen
publik, buku harian dan jurnal responden, dan catatan reflektif peneliti
(Charmaz, dalam Creswell, 2008: 442). Proses pengumpulan data itu
dilaksanakan dengan mengunakan ada dua metode secara simultan, yaitu
observasi dan wawancara mendalam (depth interview). Bentuk data yang
paling sering digunakan berbagai peneliti adalah hasil wawancara karena
data seperti ini lebih mampu mengungkapkan pengalaman responden dalam
kata-kata mereka sendiri. Hal yang spesifik yang membedakan

10
pengumpulan data pada penelitian GT dari pendekatan kualitatif lainnya
adalah pada pemilihan fenomena yang dikumpulkan. Proses pengumpulan
data itu dilaksanakan dengan mengunakan ada dua metode secara simultan,
yaitu observasi dan wawancara mendalam (depth interview). Bentuk data
yang paling sering digunakan berbagai peneliti adalah hasil wawancara
karena data seperti ini lebih mampu mengungkapkan pengalaman responden
dalam kata-kata mereka sendiri. Hal yang spesifik yang membedakan
pengumpulan data pada penelitian GT dari pendekatan kualitatif lainnya
adalah pada pemilihan fenomena yang dikumpulkan.
Pada dasarnya yang di sampel dalam penelitian GT bukan obyek
formal penelitian (orang atau benda-benda), melainkan obyek material yang
berupa fenomena-fenomena yang sudah dikonsepkan. Akan tetapi, karena
fenomena itu melekat dengan subyek (orang atau benda), maka dengan
sendirinya obyek formal juga ikut disampel dalam proses pengumpulan atau
penggalian fenomena. Subyek-subyek yang diteliti secara berproses
ditentukan di lapangan, ketika pengumpulan data berlangsung. Cara
penyampelan inilah yang disebut dalam penelitian kualitatif sebagai snow
bowl sampling. Sesuai dengan tahap pengkodean dan analisis data,
penyampelan dalam GT diarahkan dengan logika dan tujuan dari tiga jenis
dasar prosedur pengkodean. Ada tiga pola penyampelan teoritik, yang
sekaligus menandai tiga tahapan kegiatan pengumpulan data; (a)
penyampelan terbuka, (b) penyampelan relasional dan variasional, serta (c)
penyampelan pembeda.
3. Constant comparative data analysis
Dalam penelitian GT, peneliti terlibat dalam proses pengumpulan
data, pengelompokan data ke dalam kategori-kategori, pengumpulan data
tambahan, dan pembandingan informasi yang baru itu dengan kategori-
kategori yang muncul. Proses pengembangan kategori-kategori informasi
yang berlangsung secara perlahan-lahan ini dinamai prosedur perbandingan
konstan (constant comparative procedure). Perbandingan konstan ini
merupakan prosedur analisis data induktif yang digunakan untuk

11
memunculkan dan menghubungkan kategori-kategori dengan cara
membandingkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya, satu peristiwa
dengan satu kategori, dan satu kategori dengan kategori lainnya.
4. A core category
Dari seluruh kategori utama yang diperoleh dari data, peneliti memilih
satu kategori sebagai inti fenomena dalam rangka merumuskan teori.
Setelah mengidentifikasi beberapa kategori (misalnya, 8 hingga 10—
tergantung pada besarnya data, peneliti memilih satu kategori inti sebagai
basis penulisan teori).
Berikut ini adalah enam kriteria untuk menentukan kategori inti
(Strauss and Corbin, dalam Creswell, 2008: 444).
a. It must be central ; that is, all other major categories can relate to it.
b. It must appear frequently in the data. This mean that within all or
almost all cases, there are indicators pointing to the concept.
c. The explanation that evolves by relating the categories is logical and
consistent, there is no forcing of  data.
d. The name or phrase used to describe the central category should be
sufficiently abstract.
e. As the concept is refined, the theory grows in depth and explanatory
power.
f. When conditions vary, the explanation still holds, although the way in
which a phenomenon is expressed might look somewhat different. 
5.  Theory generation (Penurunan Teori)
Dalam penelitian GT, yang dimaksud dengan teori adalah penjelasan
atau pemahaman yang abstrak tentang suatu proses mengenai sebuah topik
substantif yang didasarkan pada data. Teori ini disusun oleh peneliti
sewaktu mengidentifikasi kategori inti dan kategori-kategori proses yang
menjelaskannya. Karena teori ini dilandaskan pada fenomena yang
spesifik, teori ini tidak dapat diaplikasikan digeneralisasikan secara meluas
pada fenomena lain. Oleh karena itu, Charmaz (dalam Creswell, 2008:
446) mengatakan teori ini bersifat “middle range”, ditarik dari beberapa

12
individual atau sumber data dan memberi penjelasan yang akurat hanya
pada sebuah topik yang substantif.
6. Memos
Dalam penelitian GT, memo merupakan catatan-catatan yang dibuat
peneliti untuk mengelaborasi ide-ide yang berhubungan dengan data dan
kategori-kategori yang dikodekan. Dengan kata lain, memo merupakan
catatan yang dibuat peneliti bagi dirinya sendiri dalam rangka menyusun
hipotesis tentang sebuah kategori, kususnya tentang hubungan-hubungan
antara kategori-kategori yang ditemukan.

C. Prinsip-Prinsip Metodologi Grouded Theory


Prinsip-prinsip Grounded Theory dikatakan sebagai metode ilmiah
meliputi sebagai berikut:
1. Perumusan masalah
Pemilihan dan perumusan masalah merupakan pusat terpenting dari
suatu penelitian ilmiah. Dengan memasukkan semua batasan dalam
perumusan masalah, masalah tersebut memungkinkan peneliti untuk
mengarahkan penyelidikan secara efektif dengan menunjukkan jalan ke
pemecahan itu sendiri. Dalam pengertian nyata, masalah adalah separuh dari
pemecahan.
Seperti lazimnya pada setiap penelitian, rumusan masalah yang
disusun pada tahap awal adalah yang memiliki substansi yang jelas serta
diformulasikan dalam bentuk pertanyaan. Ciri rumusan masalah yang
disarankan dalam GT adalah; (1) berorientasi pada pengidentifikasian
fenomena yang diteliti; (2) mengungkap secara tegas tentang obyek (formal
dan material) yang akan diteliti, serta (3) berorientasi pada proses
dan tindakan.
Contoh rumusan masalah awal pada GT; “Bagaimanakah novel
detektif Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia?” Pertanyaan
yang diajukan dalam rumusan masalah ini bermaksud untuk; (1) mengenali
secara tepat dan mendalam proses penerjemahan sebuah novel detektif

13
Inggris ke dalam bahasa Indonesia, (2) obyek formal penelitian adalah
penterjemah yang sedang menerjemahkan sebuah novel detektif Inggris ke
dalam bahasa Indonesia; sedangkan obyek materialnya adalah metode yang
dilakukan oleh penterjemah itu dalam menyelesaikan penerjemahan novel
dimaksud, dan (3) orientasi utama yang disoroti adalah tahapan dan teknik-
teknik penterjemahan yang dipilih.
2. Deteksi fenomena
Fenomena stabil secara relatif, ciri umum yang muncul dari dunia
yang kita lihat untuk dijelaskan. Yang lebih menarik, keteraturan penting
yang dapat dibedakan ini kadang-kadang disebut “efek”. Fenomena meliputi
suatu cakupan ontologis yang bervariasi yang meliputi objek, keadaan,
proses dan peristiwa, serta ciri-ciri lain yang sulit digolongkan.
3. Penurunan teori (theory Generation)
Menurut Gleser dan Strauss, Grounded Theory dikatakan muncul
secara induktif dari sumber data sesuai dengan metode “constant
comparison” atau perbandingan tetap. Sebagai suatu metode penemuan,
metode perbandingan tetap merupakan campuran pengodean sistematis,
analisis data, dan prosedur sampling teoritis yang memungkinkan peneliti
membuat penafsiran pengertian dari sebagian besar pola yang berbeda
dalam data dengan pengembangan ide-ide teoritis pada level abstraksi yang
lebih tinggi, daripada deskripsi data awal.
4. Pengembangan teori
Gleser dan Strauss memegang suatu perspektif dinamis pada
konstruksi teori. Ini jelas dari klaim mereka bahwa strategi analisis
komparatif untuk penurunan teori meletakkan suatu tekanan yang kuat pada
teori sebagai proses; yaitu, teori sebagai satu kesatuan yang pernah
berkembang, bukan sebagai suatu produk yang sempurna.
5. Penilaian teori (Theory Appraisal)
Gleser dan Strauss menjelaskan bahwa ada yang lebih pada penilaian
teori daripada pengujian untuk kecukupan empiris. Kejelasan, konsistensi,
sifat hemat, kepadatan, ruang lingkup, pengintegrasian, cocok untuk data,

14
kemampuan menjelaskan, bersifat prediksi, harga heuristik, dan aplikasi
semua itu disinggung sebagai kriteria penilaian yang bersangkutan.
6. Grounded Theory yang direkonstruksi.
Sama halnya konstruksi suatu makalah yang merupakan kelengkapan
suatu penelitian dibandingkan perhitungan naratif penelitian tersebut, maka
rekonstruksi filosofis metode merupakan konstruksi yang menguntungkan.
Prinsip-prinsip utama dari model penelitian Grounded Theory menurut
Charmaz (2006) yang diikuti oleh Pickard (Pickars, 2007:157) adalah:
1. Pertanyaan penelitian
2. Pengumpulan dan Analisa data secara terus menerus
3. Melakukan proses sampling hingga membangun teori
4. Membangun kategori data dari data empiris
5. Mengembangkan teori pada setiap Langkah pengumpulan dan Analisa
data
6. Melakukan “memo writing” sebagai cara untuk meningkatkan teori

D. Metode Pengumpulan Data


Permulaan pengumpulan data interpretif studi kualitatif biasanya
dilakukan melalui interview atau observasi. Hasil interview atau pencatatan/
perekaman (audio atau video) interaksi dan atau kejadian dijelaskan atau
dituliskan kembali (ditulis dalam format teks atau di tangkap dalam bentuk
identifikasi yang jelas dari sub-element). Sebagai contoh video dapat dianalisis
detik-per-detik. Elemen data kemudian diberi kode dalam kategori apa yang
sedang diobservasi.
Dalam pengumpulan data dibedakan antara empiri dengan data. Hanya
empiri yang relevan dengan obyek dan dikumpulkan oleh peneliti dapat disebut
data. Maka diperlukan proses seleksi dalam kewajaran menangkap semua
empiri. Seseorang yang sedang memperhatikan jenis mobil tertentu, pada saat
berjalan-jalan pun akan memperhatikan jenis mobil itu yang dikendarai orang
lain tanpa memperhatikan jenis mobil yang lain.

15
Sesudah melakukan observasi atau wawancara peneliti segera harus
membuat catatan hasil rekaman observasi partisipan atau wawancara. Noeng
Muhadjir sebagaimana dikutip Sudira menyarankan agar mencari peluang
waktu di mana ingatan masih segar dan sedang tidak ada bersama dengan
subyek responden.
Bogdan dikutip oleh Noeng Muhadjir membedakan catatan dalam dua
hal yaitu catatan deskriptif dan catatan reflektif. Catatan deskriptif lebih
menyajikan rinci kejadian, bukan merupakan ringkasan dan juga bukan
evaluasi. Bukan meringkas atau mengganti kata atau kalimat yang dikatakan.
Ini penting karena sebuah kata atau kalimat maknanya akan bisa berbeda
tergantung konteksnya. Karenanya perlu deskripsi yang riil tentang tampilan
fisiknya (pakaian, raut wajah, perlengkapan, dan sebagainya), situasinya,
interaksi yang terjadi, lingkungan fisik, kejadian khusus, lukisan aktivitas
secara rinci, perilaku, pikiran dan perasaan peneliti juga perlu dideskripsikan.
Sedangkan catatan reflektif lebih mengetengahkan kerangka pikiran, ide, dan
perhatian peneliti, komentar peneliti, hubungan berbagai data, kerangka fikir.
Menurut Creswell pengumpulan data dalam studi Grounded Theory
merupakan proses “zigzag”, keluar lapangan untuk memperoleh informasi,
menganalisis data, dan seterusnya. Partisipan yang diwawancarai dipilih secara
teoritis –dalam theoritical sampling- untuk membantu peneliti membentuk teori
yang paling baik. Ada tiga pola penyampelan teoritik, yang sekaligus menandai
tiga tahapan kegiatan pengumpulan data. Berikut ini adalah penjelasan singkat
tentang ketiga penyampelan tersebut.
1. Penyampelan terbuka bertujuan untuk menemukan data sebanyak mungkin
berkenaan dengan rumusan masalah yang dibuat pada awal penelitian.
Karena pada tahap awal itu peneliti belum yakin tentang konsep mana
yang relevan secara teoritik, maka obyek pengamatan dan orang-orang
yang diwawancarai juga masih belum dibatasi. Data yang terkumpul dari
kegiatan pengumpulan data awal inilah kemudian dianalisis dengan
pengkodean terbuka.  

16
2. Penyampelan relasional dan variasional berfokus pada pengungkapan dan
pembuktian hubungan-hubungan antara kategori dengan kategori dan
kategori dengan sub-sub kategorinya. Pada kedua penyampelan ini
diupayakan untuk menemukan sebanyak mungkin perbedaan tingkat
ukuran di dalam data. Hal pokok yang perlu pada penemuan perbedaan
tingkat ukuran tersebut adalah proses dan variasi. Jadi, inti utama
penyampelan di sini adalah memilih subyek, lokasi, atau dokumen yang
memaksimalkan peluang untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
variasi ukuran kategori dan data yang bertalian dengan perubahan. 
3. Penyampelan pembeda berkaitan dengan kegiatan pengkodean terpilih.
Oleh karena itu tujuan penyampelan pembeda adalah menetapkan subyek
yang diduga dapat memberi peluang bagi peneliti untuk membuktikan atau
menguji hubungan antar kategori.
Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian Grounded Theory
berlangsung secara bertahap dan dalam rentang waktu yang relatif lama. Proses
pengambilan sampel juga berlangsung secara terus menerus ketika kegiatan
pengumpulan data. Jumlah sampel bisa terus bertambah sejalan dengan
pertambahan jumlah data yang dibutuhkan.
Berdasarkan paparan tentang prinsip penyampelan di atas, jelas bahwa
pengambilan kesimpulan dalam penelitian Grounded Theory tidak didasarkan
pada generalisasi, melainkan pada spesifikasi. Bertolak dari pola penalaran ini,
penelitian Grounded Theory bermaksud untuk membuat spesifikasi-spesifikasi
terhadap (a) kondisi yang menjadi sebab munculnya fenomena, (b)
tindakan/interaksi yang merupakan respon terhadap kondisi itu, (c) serta
konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari tindakan/interaksi itu.
Jadi, rumusan teoritik sebagai hasil akhir yang ditemukan dari jenis
penelitian ini tidak menjustifikasi keberlakuannya untuk semua populasi,
seperti dalam penelitian kuantitatif, melainkan hanya untuk situasi atau kondisi
tersebut.

E. Proses Analisis Data

17
Pada esensinya kegiatan pengumpulan dan analisis data dalam Grouded
Theory adalah proses yang saling berkaitan erat, dan harus dilakukan secara
bergantian (siklus). Karena itu kegiatan analisis yang dibicarakan pada bagian
berikut telah dikerjakan pada saat pengumpulan data sedang berlangsung.
Kegiatan analisis dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk pengkodean
(coding). Pengkodean merupakan proses penguraian data, pengonsepan, dan
penyusunan kembali dengan cara baru. Tujuan pengkodean dalam penelitian
Grounded Theory adalah untuk menyusun teori, memberikan ketepatan proses
penelitian, membantu peneliti mengatasi bias dan asumsi yang keliru,
memberikan landasan, memberikan kepadatan makna, dan mengembangkan
kepekaan untuk menghasilkan teori.
Terdapat dua prosedur analisis yang merupakan dasar bagi proses
pengkodean, yaitu pembuatan perbandingan secara terus menerus (the constant
comparative methode of analysis) dan pengajuan pertanyaan. Dalam konteks
penelitian Grounded Theory, hal-hal yang diperbandingkan itu cukup beragam
yang intinya berada pada sekitar relevansi fenomena atau data yang ditemukan
dengan permasalahan pokok penelitian dan posisi dari setiap fenomena dilihat
dari sifat-sifat atau ukurannya dalam suatu tingkatan garis kontinum.
Proses analisis data dalam penelitian Grounded Theory bersifat sistematis
dan mengikuti format standar sebagai berikut:
1. Pengodean terbuka (open coding)
Peneliti membentuk kategori awal dari informasi tentang fenomena
yang dikaji dengan pemisahan informasi menjadi segmen-segmen. Di
dalam setiap kategori, peneliti menemukan beberapa propertics, atau sub
kategori, dan mencari data untuk membuat dimensi (to dimensionalize),
atau memperlihatkan kemungkinan ekstrem pada kontinum properti
tersebut. 
Prosedur analisis data dalam pengodean terbuka adalah, sebagai
berikut:
a. Pelabelan fenomena, konsep merupakan unit analisis dalam metode
grounded theory, karena konseptualisasi data adalah langkah awal

18
dalam analisis dengan penguraian dan pengkonsepan, berarti kita
memisah-misahkan amatan, kalimat, paragraph, dan memahami insiden,
idea tau peristiwa-peristiwa diskrit dengan sesuatu yang mewakili suatu
fenomena.
b. Penemuan kategori, proses pengelompokan konsep-konsep yang
dianggap berhubungan dengan fenomena yang sama disebut
pengkategorian (categorizing). Fenomena yang digambarkan oleh suatu
kategori adalah konseptual, meskipun nama ini harus abstrak dari pada
nama yang diberikan terhadap konsep yang dikelompokan dibawahnya.
Kategori memiliki daya konseptual karena mampu mencakup kelompok
konsep atau kategori yang lainya.
c. Penamaan kategori, dalam penamaan sebuah kategori merupakan hal
yang penting, agar anda dapat dapat mengingatnya, membahasnya, dan
mengembangkanya secara analitik.
d. Penyusunan kategori berdasarkan sifat dan ukuranya, dalam
penyusunan kategori hal yang pertama yang harus dilakukan
adalah sifatnya, kemudian diukur. Sifat adalah karakteristik atau atribut
dari suatu kategori, dan ukuran menunjukan lokasi dari pada suatu
kontinum. Proses pengkodean terbuka tidak hanya mendorong
penemuan kategori namun juga sifat dan ukurannya.
e. Variasi cara pengodean terbuka, ada beberapa cara pendekatan terhadap
proses pengodean terbuka, yaitu; 1) analisis baris per baris
(menganalisis wawancara dan pengamatan), 2) pengkodean perkalimat
atau paragraph, dan 3) menggunakan seluruh dokumen, pengamatan,
wawancara, dan bertanya.
f. Penulisan catatan kode, terdapat banyak cara khusus yang berbeda
dalam melakukan pencatatan ini, dan setiap orang harus menemukan
metode yang bekerja paling baik untuk dirinya. Pengkodean merupakan
proses penguraian data, pengkonsepan, dan penyusunan kembali
dengan cara baru. Inilah proses utama penyusunan teori dari data.

19
Menurut Strauss dan Corbin prosedur analisis dalam penelitian
Grounded Theory yang disebutkannya sebagai proses pengodean (coding
process) dirancang sebagai berikut.
a. Membangun daripada hanya mengetes teori 
b. Memberikan proses penelitian rigor ‘ketegasan’ yang diperlukan
untuk membuat teori ilmu pengetahuan yang baik. 
c. Membantu menganalisis untuk memecahkan melalui bias dan asumsi
yang dibawa melengkapi grounding, membangun pengungkapan, dan
mengembangkan kepekaan serta integrasi yang diperlukan untuk
melahirkan suatu yang besar, mempersempit jaringan, menjelaskan
teori yang secara tertutup mendekati realitas yang mewakilinya.
2. Pengkodean poros (axial coding)
Seperangkat prosedur penempatan data kembali dengan cara-cara
baru setelah pengodean terbuka, dengan membuat kaitan antar kategori. Ini
dilakukan dengan memanfaatkan paradigma pengodean yang mencakup
kondisi, konteks, strategi aksi/interaksi, dan konsekuensi. Adapun model
paradigma dalam pengodean berporos, yaitu:
a. Kondisi kausal, peristiwa, insiden, kejadian yang menyebabkan
terjadinya atau berkembangnya suatu fenomena.
b. Fenomena, gagasan utama, peristiwa, kejadian, insiden utama di
seputar aksi atau interaksi yang ditujukan untuk mengelola, mengatasi,
atau mengaitkan sejumlah tindakan.
c. Konteks, sejumlah sifat tertentu yang berhubungan dengan fenomena,
yaitu lokasi kejadian atau insiden yang terkait dengan suatu fenomena
sepanjang kisaran ukuran. Konteks menunjukan sejumlah kondisi
dilaksanakannya strategi aksi/interaksi.
d. Kondisi perantara, kondisi structural yang berhubungan dengan suatu
fenomena. Kondisi tersebut dapat mendukung atau menghambat
strategi yang digunakan dalam konteks tertentu.

20
e. Strategi tindakan/interaksional, strategi yang dirumuskan untuk
mengelola, mengatasi, melaksanakan, dan menanggapi fenomena
dalam sejumlaah kondisi tertentu yang dirasakan.
f. Konsekuensi, hasil/akibat dari tindakan, dan interaksi.
3. Pengodean selektif (selective coding)
Proses pemilihan kategori inti, pengaitan kategori inti terhadap
kategori lainnya secara sistematis, pengabsahan hubungannya, mengganti
kategori yang perlu diperbaiki dan dikembangkan lebih lanjut. Kategori
inti adalah fenomena utama yang menggabungkan kategori lainnya.
Adapun dalam pengodean selektif ini dapat dilakukan dengan; 1)
menjelaskan dan menganalisis alur cerita (menjelaskan alur cerita,
mengidentifikasi cerita, konseptualisasi alur cerita, menentukan fenomena
yang menonjol, dan hambatan dalam menjelaskan alur cerita). 2)
mengaitkan kategori lain diseputar kategori (kembali ke cerita, dan
kesulitan dalam pengurutan kategori), 3) menentukan sifat dan ukuran inti
cerita, 4) Mengabsahkan hubungan (mengungkap pola-polanya,
mensistematiskan dan menetapkan hubungan, dan cara-cara
menemukan  kombinasi tersebut, dan mengelompokan kategori. Akhirnya,
peneliti dapat mengembangkan dan menggambarkan secara visual suatu
matrik kondisional yang menjelaskan kondisi social, historis, dan
ekonomis yang mempengaruhi fenomena sentral.

F. Aplikasi Metode Grounded Theory


Pada perkembangannya, metode penelitian grounded banyak
diaplikasikan pada riset-riset antropologis. Salah satu buku yang dikutip
sebagai contoh oleh Masri Singarimbun dan Sofian Effendi dalam “Metode
Penelitian Survey” tentang penelitian grounded adalah buku berjudul ”Segi-
segi Sosial Budaya Masyarakat Aceh: Hasil-hasil Penelitian dengan Metode
Grounded Research”, editan Alfian dkk.
Dalam pengantarnya dijelaskan bagaimana metode penelitian grounded
diterapkan. Sebagaimana sudah disampaikan di awal, peneliti turun ke

21
lapangan tanpa membawa teori yang sudah dibaca dalam literatur. Peneliti
melakukan observasi partisipatoris serta wawancara mendalam untuk
mengumpulkan data lapangan.
Ketika di lapangan itulah, konsep-konsep dikembangkan. Dalam
mengembangkan konsep, peneliti tetap tidak mengaplikasikan teori yang sudah
eksis sebelumnya sebagai kerangka berpikir. Konsep yang dibangun selama di
lapangan tak jarang masih mungkin berkembang ketika data baru diperoleh.
Berikut ini merupakan contoh-contoh aplikasi metode grounded theory.
1. Cliffort Geertz pernah membangun teori tentang masyarakat muslim Jawa
yang terbagi menjadi kelas priyayi, santri dan abangan. Ketika saat ini kita
ingin melakukan penelitian grounded tentang masyarakat muslim di suatu
desa di Jawa, kita tidak perlu menerapkan klasifikasi yang dibuat oleh
Geertz tersebut. Melainkan, kita harus melihat data lalu memunculkan
konsep sebagaimana data tersebut berbicara. Sangat mungkin klasifikasi
yang dicetus oleh Geertz tidak relevan untuk situasi sosial yang khas dari
masyarakat yang kita teliti, bahkan sekalipun kita melakukan penelitian di
desa yang sama dengan yang diteliti Geertz. Hal ini karena situasi sosial
bersifat dinamis, berkembang, dan terus berubah.
2. Khairi, S., Setyowati, S., & Afiyanti, Y. pada tahun 2013 pernah
melakukan penelitian tentang Kegagalan Memutuskan Pemenuhan
Kebutuhan Nutrisi Selama Kehamilan. Salah satu penyebab anemia adalah
kekurangan nutrisi. Kondisi anemia dalam kehamilan merupakan kondisi
yang berisiko dan menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu. Tujuan
penelitian ini adalah mengembangkan konsep tentang proses pengambilan
keputusan pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu hamil anemia. Metode
kualitatif dengan pendekatan grounded theory digunakan dengan 25
partisipan yang diperoleh melalui metode theoretical sampling di wilayah
Kabupaten Lombok Timur, NTB. Melalui analisis data tematik diperoleh
konsep kegagalan memutuskan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi selama
kehamilan. Pengambilan keputusan, baik oleh suami atau diri sendiri yang
gagal memenuhi kebutuhan nutrisi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hasil

22
penelitian ini menyarankan agar petugas kesehatan meningkatkan edukasi
secara lebih intensif terkait nutrisi dan anemia dalam kehamilan,
melibatkan partisipasi suami dan keluarga dalam edukasi dengan tetap
memperhatikan aspek sosial budaya.
3. Eline Yanty Putri Nasution pernah melakukan penelitian dengan metode
grouded theory dengan judul Analisis Terhadap Disposisi Berpikir Kreatif
Siswa Pada Pembelajaran Matematika. Artikel ini merupakan penelitian
kualitatif tipe gounded theory. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis disposisi berpikir kreatif siswa sekolah menengah pertama
untuk memahami disposisi siswa terhadap berpikir kreatif secara
mendalam. Penelitian ini merupakan penelitian dengan paradigma
postpositivisme. Berdasarkan segi ontologi, kenyataan tentang disposisi
berpikir kreatif telah tampak pada siswa tetapi tidak atau belum dipahami
sebelumnya, hanya diperkirakan saja. Di sisi lain,berdasarkan segi
epistemologi, perkiraan tentang disposisi berpikir kreatif perlu lebih
dipahami lagi. Oleh sebab itu penelitian kualitatif diperlukan untuk
mengatasi disposisi berpikir kreatif siswa yang negatif. Peneliti sebagai
instrumen menganalisis disposisi berpikir kreatfi siswa secara bijak dengan
menggunakan trianguasi data.penelitian ini dilakukan pada salah satu
sekolah menengah pertama dengan 25 orang siswa sebagai subjek
penelitian. Berdasarkan analisis data, temuan yang dihassilkan
dalampenelitian ini adalah: (1) sekolah memiliki fasilitas yang lengkap
dengan udara yang segar dan lingkungan yang bersih, (2) proses belajar
mengajar matematika sangat optimal dan kondusif sehingga dapat
memberikan suatu sikap positif terhadap disposisi berpikir kreatif siswa,
(3) berdasarkan hasil data angket, terdapat 20 siswa (80%) memiliki sikap
positif terhadap disposisi berkipir kreatif, meskipun ada 5 siswa (20%)
memiliki sikap yang negatif terhadap disposisi berpikir kreatif. Kita dapat
menyimpulkan bahwa secara umum siswa memiliki sikap positif terhdapa
disposisi berpikir kreatif.

23
24
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Grounded theory memiliki titik berat pada riset kualitatif. Riset yang
mengaplikasikan grounded theory disebut penelitian grounded. Penelitian
grounded merupakan sebuah metodologi riset atau bias juga dipahami sebagai
sebuah pendekatan penelitian dimana data lapangan menjadi sumber formulasi
teori. Dengan kata lain, penelitian ini menggunakan teori yang muncul
kemudian, disaat atau setelah data lapangan dikumpulkan.
Latar belakang kemunculan metode penelitian grounded yang menjadi
pembeda dengan metode riset yang lain, yaitu riset sosial yang berkembang
belakangan, sering kali menggunakan grand theory atau teori-teori besar yang
sudah matang sebagai perspektif atau paradigma penelitian. Grand teory dalam
sosiologi ada berbagai macam, sebut saja teori konflik dan fungsionalisme,
misalnya.
Penerapan grand theory pada proses penelitian cenderung akan
menghasilkan studi yang sifatnya verifikatif. Artinya, penelitian dilakukan
untuk menguji teori yang sudah ada sebelumnya. Penelitian sosial statistik dan
survey yang menggunakan hipotesis dianggap sebagai contoh baguis studi
verifikatif. Model penelitian semacam itu berakibat pada munculnya ”stagnansi
teori” dalam ilmu sosial. Konsekuensinya, ilmu sosial tidak dapat berkembang.
Penerapan grand theory pada proses penelitian cenderung akan
menghasilkan studi yang sifatnya verifikatif. Artinya, penelitian dilakukan
untuk menguji teori yang sudah ada sebelumnya. Penelitian sosial statistik dan
survey yang menggunakan hipotesis dianggap sebagai contoh baguis studi
verifikatif. Model penelitian semacam itu berakibat pada munculnya ”stagnansi
teori” dalam ilmu sosial. Konsekuensinya, ilmu sosial tidak dapat berkembang.
Grounded theory atau penelitian grounded merespons kondisi tersebut
dengan membalikkan logika penelitian yang berkembang. Dalam penelitian
grounded teori atau grand theory “ditinggalkan” oleh peneliti. Peneliti

25
mengumpulkan data lapangan yang biasanya dalam bentuk kualitatif melalui
wawancara mendalam dan observasi partisipatoris.
Data tersebut menjadi dasar pembentukan teori. Dengan kata lain, teori
berasal dari data di lapangan (on the ground). Oleh sebab itulah disebut
grounded. Penelitian grounded membuka potensi lahirnya teori-teori baru
karena data lapangan bersifat dinamis dan terus berkembang, Sedangkan teori
yang sudah mapan cenderung tetap.
Adapun klaim bahwa penelitian sosial yang bersifat verifikatif terhadap
teori seperti riset survey atau statistik juga berpotensi menghasilkan teori baru.
Namun teori baru tersebut bukan berasal dari data lapangan yang dinamis,
melainkan dari data statistik yang statis.
Dalam riset grounded, peneliti mengembangkan konsep-konsep yang
nantinya menjadi teori di lapangan. Dari awal sampai akhir penelitian, peneliti
harus terlibat secara penuh dan berada di lapangan. Berbeda dengan riset
survey yang bahkan bisa dilakukan tanpa sekalipun peneliti ke lapangan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Hasan Uddien. 2012. Grounded Theory  diakses


melalui http://warungbelajarbebas.blogspot.com/2012/05/grounded-
theory.html pada tanggal 21 Februari 2023
https://www.rikaariyani.com/2015/02/makalah-grounded-theory.html diakses
pada tanggal 21 Februari 2023
https://izzaucon.blogspot.com/2014/06/model-penelitian-grounded-theory.html
diakses pada tanggal 21 Februari 2023 pukul 08:53
Parlindungan Pardede. 2009. Penelitian Grounded Theory  diakses
melalui http://jojoparlisda.blogspot.com/2009/01/penelitian-grounded-
theory.html pada tanggal 21 Februari 2023

27

Anda mungkin juga menyukai