Anda di halaman 1dari 2

Ijinkan menjawab

Nama: Muhammad Wahyu Adhi Pratama

NIM: 044210328

CAPM merupakan model yang banyak digunakan baik oleh akademisi maupun oleh praktisi untuk
menilai return ekspektasian dari asset berisiko yang mereka pegang. Model ini banyak digunakan
karena model ini merupakan model yang sederhana. Beberapa asumsi diperlukan untuk
mengembangkan model ini supaya menjadi model sederhana yang tidak rumit. Asumsi-asumsi
tersebut sebagai berikut

1. Semua investor mempunyai satu pandangan periode yang sama.


2. Semua investor memiliki ekspektasi yang homogen (homogeneous expectation) terhadap faktor-
faktor input (return ekspektasian, varian, dan kovarian) aset-aset yang digunakan untuk
keputusan portofolio. Dengan return bebas-risiko (risk-free rate), investor menggunakan
informasi ini untuk menghasilkan set efisien (efficient rate) yang sama.
3. Semua investor dapat meminjamkan dan meminjam sejumlah dana dengan jumlah yang tidak
terbatas pada tingkat return bebas-risiko (risk-free rate).
4. Tidak ada biaya transaksi.
5. Tidak ada inflasi.
6. Tidak terdapat pajak pendapatan pribadi, investor tidak berbeda mendapatkan capital gain atau
dividen.
7. Banyak investor dan investor-investor adalah penerima harga (price-takers). Individual investor
tidak dapat memengaruhi harga asset.
8. Pasar modal dalam kondisi ekuilibrium.

Keunggulan utama dari CAPM adalah menggunakan benchmark pasar. Dengan menggunakan
benchmark pasar ini CAPM banyak digunakan. Artinya, untuk menentukan apakah suatu asset baik
atau tidak maka kinerjanya dapat dibandingkan terhadap kinerja suatu pasar. Return dan risiko dari
asset akan dibandingkan dengan garis pasar sehingga jika titik-titiknya berada di atas garis pasar
maka dapat dikatakan kinerja aset lebih baik (beat the market). Sebaliknya jika titik return dan risiko
berada di bawah garis pasar maka kinerja asset tersebut buruk dan tidak sesuai harapan pasar.

Apakah CAPM realistis untuk digunakan?

Menurut Arianto (1996), terdapat berbagai alasan yang memungkinkan kegagalan dari pengujian
CAPM secara empiris, antara lain: Portofolio yang dibentuk tidak mencerminkan keseluruhan dari
kemungkinan portofolio yang ada, Beta (β) bukanlah alat ukur yang tepat untuk mengukur risiko,
adanya efek dari pajak; adanya return yang tidak normal, tidak ada assets bebas risiko serta adanya
perbedaan tingkat bunga pinjaman dan simpanan. Namun demikian, masih menurut Arianto (1996),
CAPM tetap merupakan alat yang bermanfaat, karena dapat dipergunakan sebagai benchmark yang
berguna. Kebanyakan alternatif alat analisis selain CAPM juga menggunakan CAPM sebagai dasar,
sehingga formatnya serupa dengan CAPM. Oleh karenanya, memahami konsepsi matematis dari
CAPM tetap merupakan hal yang berguna. Selain itu, CAPM merupakan acuan awal untuk
memahami manajemen portofolio dan penilaian kinerjanya.

Terima kasih
Sumber EKSI4203 – Teori Portofolio dan Analisis Investasi Hal 7.3-5

Pengujian Capital Asset Pricing Model (CAPM) secara Empiris terhadap Kelompok Saham Kompas
100 (K-100) Bambang Hendrawan

Anda mungkin juga menyukai