Anda di halaman 1dari 6

5.4.

Reklamasi Tanah Rawa dan Pasang Surut

5.4.1. Karakteristik Daerah Rawa


Luas total daerah rawa dan pasang surut diperkirakan 39.424.500 hektar (17
% dari luas daratan Indonesia) dan tersebar di empat pulau besar, terdiri dari : (1)
Rawa Pedalaman (Lebak) kira-kira 32.424.500 hektar, dan (2) Rawa Pantai (Pasang
Surut) kira-kira 7.000.000 hektar. Seluas 27 juta hektar (11,5 % daratan Indonesia)
merupakan tanah gambut (Organosol, Histosol).
Distribusi di empat pulau besar tersebut tertera pada Tabel 29.
Tabel 29. Distribusi Rawa Lebak dan Pasang Surut di empat pulau besar.
No Pulau Rawa Lebak Pasang Surut Jumlah
. (X 1000 ha) (X 1000 ha) (X 1000 ha)
1
Sumatera 10.866 2.345 13.211
2
Kalimantan 10.496 2.268 12.764
3
Sulawesi 385 84 469
4
Irian Jaya 10.677,5 2.303 12.980,5
Jumlah 32.424,5 7.000 39.424,5
Sumber : Direktorat Rawa, Nopember 1981.
Rawa Pedalaman (middle reaches) merupakan daerah non pasang surut atau
lebak; merupakan daerah rendah berbentuk cekungan, di mana dalam musim hujan
hampir seluruhnya digenangi air hujan dan dalam musim kemarau berangsur-angsur
menjadi kering, kadang-kadang mengalami kering sama sekali dalam waktu 1 - 3
bulan.
Pembagian atau zona rawa lebak adalah sebagai berikut:
1. Pematang sungai (lebak pematang atau levee); elevasinya cukup tinggi, waktu
genangan air relatif pendek atau sebentar atau kadang-kadang tidak tergenang.
2. Lebak tengah (balik pematang atau back swamp); elevasinya agak rendah waktu
genangan air agak lama.
3. Lebak dalam (deep swamp); elevasinya rendah, mikroreliefnya cekungan, waktu
genangan air lama, kadang-kadang tanpa mengalami kekeringan.
Sebagai gambaran mengenai zonasi rawa lebak dapat dilihat pada Gambar 7.
Rawa pasang surut adalah dataran aluvial yang dipengaruhi oleh gerakan
pasang-surutnya air laut dan gerakan turbulensi pada kuala sungai, sehingga terjadi
semacam bendungan (air terempang) di mana empangan itu menyebabkan air sungai
mengalir dan meluapi lahan di sekitarnya (Lihat Gambar 8).
Pengelolaan Tanah 137
Sungai Pematang Lebak tengah Lebak dalam
a ---------------------------------------------------------------------------------------------------
b ---------------------------------------------------------------------------------------------------
c ---------------------------------------------------------------------------------------------------
d ---------------------------------------------------------------------------------------------------
e ---------------------------------------------------------------------------------------------------

Gambar 7. Zonasi Rawa Berdasarkan Perilaku Gerakan Air.


Keterangan: a = Permukaan air banjir tertinggi
b-e = Permukaan air berangsur surut sampai muka terendah
Genangan luapan air di daerah pasang surut itu bisa disebabkan
terbendungnya air drainase di kedua tepi sungai atau karena gerakan aliran air pasang
yang meluapi daerah-daerah tersebut.

------------<//////////////////------------------------------------------pasang
------------<//////////////////------------------------------------------pasang
----permukaan air sungai rata-rata -----/////- ----<<--permukaan laut rata-rata
-aliran bawah sungai ---------------------/////----- pergerakan air laut lemah
dasar sungai laut surut

-------------------------
dasar laut pantai
Gambar 8. Gerakan Aliran Air di Kuala Sungai
Sebagai gambaran fluktuasi air di daerah kuala sungai dapat dilihat pada
Gambar 9.

-----------------------------p a s a n g ---------------------------------

------------permukaan air rata-rata-----------

Pengelolaan Tanah 138


--------------surut --------------

dasar sungai

Gambar 9. Penampang Fluktuasi Permukaan Air Pasang Surut


Berdasarkan bentukan alami, rawa pasang surut (tidal swamp area) dapat
dibagi ke dalam empat kategori:
I = Lahan selalu terluapi air pasang atau permukaan air rata-rata secara periodik
II = Lahan yang kadang-kadang terluapi air pasang secara intermittent
III = Lahan tidak terluapi air pasang tertinggi, dan permukaan air pasang dangkal
(< 50 cm di bawah permukaan tanah)
IV = Lahan tidak terluapi air pasang tertinggi, dan permukaan air pasang > 50 cm
dari permukaan tanah.
Sebagai gambaran karaktersitik masing-masing zonasi rawa pasang surut di
atas dapat dilihat pada Gambar 10.
--------------------------- maptt --------------------------- maptt
--------------------------- mar --------------------------- mar
--------------------------- mastr --------------------------- mastr
I II
-------------------------- muka tanah
------------------------- muka tanah >50 cm
------------------------- maptt -------------------------- maptt
------------------------- mar -------------------------- mar
------------------------- mastr -------------------------- mastr
III IV
Gambar 10. Karakteristik Pasang Surut di Empat Zonasi Rawa Pasang Surut
Keterangan : maptt = Permukaan air pasang tertinggi
mar = Permukaan air rata-rata
mastr = Permukaan air surut terendah
Dengan adanya gambaran ini maka reklamasi lahan rawa dititikberatkan pada dua
kegiatan utama yaitu: (1) pembukaan lahan terpilih sesuai dengan potensi
kesesuaiannya, dan (2) pembuatan saluran drainase dalam rangka pengaturan tata air
tanah di daerah tersebut.

Pengelolaan Tanah 139


Bentukan dataran gambut di daerah rawa membentuk sekuen seperti tertera
pada Gambar 11.

Dome
> 200 cm dataran gambut
> 50 cm balik pematang pematang maptt
< 50 cm sungai 2m
mar
2-3 m
matr

Gambar 11. Sekuen Dataran Gambut di Daerah Rawa dan Pasang Surut
Karakteristik tanah rawa dan pasang surut yang sangat menunjang bagi
reklamasi tanah terlebih dahulu harus diketahui dengan seksama, antara lain:
ketebalan gambut, tingkat pelapukannya, potensi sulfat masam (kandungan pirit dan
letak kedalamannya pada penampang tanah), keadaan drainase (internal dan
eksternal), pengaruh salinitas, pengaruh pasang surut (melalui rampas = ramalan
pasang surtut), pengaruh banjir (kedalamannya, lamanya dan periodisitasnya). Selain
itu karakteristik flora dan fauna yang membentuk ekosistem rawa yang bersangkutan.

5.4.2. Reklamasi Tanah Rawa Dan Pasang Surut


Reklamasi rawa sangat erat kaitannya dengan pematangan tanah secara fisik,
kimia dan biologi. Pematangan secara kimia dan biologi tidak dapat diikuti dengan
cepat dan faktual. Oleh karena itu rekalamasi bagi tujuan budidaya pertanian lebih
dititikberatkan pada pematangan fisik. Pada proses pematangan fisik yang dilakukan
pada wilayah yang cukup luas akan berakibat langsung pada proses-proses
pematangan kimia dan biologi secara simultan. Proses pematangan secara fisik dapat
ditetapkan dengan mudah dan akurat. Demikain pula proses pematangan fisik pada
tanah gambut, tanah bergambut maupun berliat mudah dilihat dengan metode
pengukuran yang cepat.
Aspek praktis dari rekalamsi tanah di daerah rawa dan pasang surut adalah
perbaikan drainase sejalan karakteristik permukaan air tanah di daerah tersebut.
Akibat dari perbaikan drainase tersebut akan berdampak luas pada proses dehidrasi

Pengelolaan Tanah 140


daerah rawa dan pasang surut dengan berbagai ikutannya, seperti: penurunan
permukaan tanah (soil suubsidence), permeabilitas tanah, pelapukan (dekomposisi)
yang dipercepat pada tanah-tanah organik, dan perubahan aktivitas mikroorganisme
karena perubahan lingkungan dari anaerobik menjadi aerobik.
Kendala utama reklamasi daerah rawa antara lain: gambut ombrogenik,
tingkat kesuburan yang rendah, bereaksi masam, fisiografi datar dengan drainase
buruk, mempunyai sifat tak balik, potensi sulfat masam yang tinggi.
Bahan organik penyusun tanah gambut di Indonesia mempunyai sifat yang
hampir seragam, antara lain: bersifat masam, kejenuhan basa rendah (bersifat distrik),
pelapukannya sangat dipengaruhi oleh keadaan air (hidrik), dan merupakan tipe bahan
organik hutan hujan tropik.
Berdasarkan tingkat pelapukannya dapat dibagi ke dalam tiga fase;
1. fibrik = bahan organik yang baru mengalami pelapukan dan kurang dari 33 %
bahan asalnya.
2. hemik = bahan organik yang pelapukannya mencapai 33 - 66 % dari bahan
asalnya.
3. safrik = bahan organik yang telah mengalami pelapukan lanjut, labih dari 66 %
dari bahan asalnya.

Reklamasi tanah rawa dan pasang surut dengan pembukaan lahan kemudian
diikuti dengan kanalisasi telah dimulai sejak tahun 1949 di Kalimantan Selatan dan
Tengah, kemudian di Kalimantan Barat. Pendirian Kota Palangkaraya sebagai Ibukota
Kalimantan Tengah telah mempercepat kanalisasi yang telah dirintis oleh Sophyus
dan M. Idak Tahun 1948, dengan dibuatnya Anjir Kelampan dan Serapat yang
menghubungkan sungai Barito, Kapuas Murung dan Kahayan. Kemudian reklamasi
yang dilaksanakan oleh Direktorat Rawa, Direktorat Jenderal Pengairan Departemen
Pekerjaan Umum dalam rangka Proyek Pembukaan Persawahan Pasang Surut (P4S)
dimulai secara besar-besaran sejak 1969 sampai 1984. Pada tahun 1996 sampai
sekarang sedang dilakukan pembukaan sejuta lahan aluvial dan gambut di Kabupaten
Kuala Kapuas dengan sistem pencucian asam dari lahan oleh air sungai dalam teknik
pengairan tertutup, agar tidak terjadi over drained. Disebabkan kendala dan faktor
pembatas yang umum terdapat di daerah rawa, dari sejuta hektar tersebut yang
memungkinkan untuk persawahan/pertanian tanaman umum hanya akan mencapai
200.000 sampai 250.000 hektar.
Beberapa kriteria pengembangan sumberdaya alam rawa, antara lain:
Pengelolaan Tanah 141
1. Daerah rawa terletak di wilayah tengah middle reaches) dan wilayah pantai
(coastal zones) dari suatu sistem Daerah Aliran Sungai (DAS).
2. Sungai-sungai besar merupakan urat nadi dan prasarana alami pembentukan rawa
dan pengaturan tata airnya.
3. Wilayah pantai yang dipengaruhi gerakan pasang surut air laut merupakan daerah
pasang surut (tidal swamp area).
4. Sistem DAS wilayah rawa merupakan urat nadi perhubungan air yang berperan
penting dalam sistem pengembangan wilayah tersebut.
5. Pengembangan sumberdaya alam rawa sampai sekarang sasarannya dititikberatkan
pada peningkatan produksi pangan terutama beras, hutan pertanian, hutan industri,
perkebunan kelapa/kelapa sawit; menunjang program transmigrasi serta pertahanan
keamanan wilayah pantai (safety belt).
6. Pengembangan bagi budidaya pertanian dalam arti luas dipengaruhi oleh
pematangan tanah (soil ripening) fisik, kimia dan biologi secara simultan. Usaha
percepatan pematangan tanah (artificial ripening) sumberdaya alam rawa adalah
reklamasi, yaitu melalui artificial drainage yang dapat dikendalikan.
Prinsif utama dari pematangan pada tingkat awal adalah dehidrasi, dekomposisi
bahan organik, oksidasi-reduksi, pembukaan permukaan tanah dari vegetasi tinggi
sehingga terjadi radiasi langsung terhadap permukaan tanah.
Akibat proses yang berlangsung secara simultan dalam waktu tertentu akan terjadi
penyusutan volume (bulk shrinkage) yang bersifat irreversibel (tak balik) dan
menyebabkan penurunan tanah/lahan (soil/land subsidence).
7. Upaya pengendalian agar tidak terjadi penurunan yang drastis pada tanah gambut
(Histosols) atau over-drained maka perencanaan dan pembuatan saluran hendaknya
berpedoman pada pengaturan permukaan air tanah yang mempertahankan
kelembaban tanah sepanjang tahun.

Pengelolaan Tanah 142

Anda mungkin juga menyukai