2023
i
KATA PENGANTAR
Kegiatan pengeboran ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk
keperluan operasional tambak udang budidaya. Sesuai dengan rekomendasi survei
geolistrik, pengeboran ini dilakukan dengan kedalaman 80 meter dan menggunakan
konstruksi pipa PVC 6”.
Laporan ini disusun atas dasar rangkuman hasil pekerjaan pengeboran di lokasi
tersebut. Pekerjaan mampu diselesaikan dalam waktu 53 hari.
Sahibul Ijtihad
Direktur
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iiii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iiiii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................ivv
DAFTAR TABEL................................................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang............................................................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan.....................................................................................................2
1.3. Lokasi Pekerjaan.........................................................................................................3
1.4. Jadwal Pelaksanaan Pengeboran.................................................................................3
1.5. Geologi Regional........................................................................................................4
1. 6. Hidrologi dan Hidrogeologi.......................................................................................5
1. 7. Peralatan Yang Digunakan........................................................................................7
BAB II. PELAKSANAAN PENGEBORAN.....................................................................8
2. 1. Pendugaan Geolistrik.................................................................................................8
a. Interpretasi Hasil Pengukuran Geolistrik................................................................. 9
2. 2. Pelaksanaan Pengeboran..........................................................................................11
a. Metode Pengeboran.................................................................................................11
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I. PENDAHULUAN
Air tawar merupakan salah satu kebutuhan dasar yang sangat penting untuk
menunjang kehidupan manusia, baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun
untuk keperluan lainnya. Air tawar dapat dijumpai langsung dipermukaan sebagai air
permukaan yang mengalir di sungai-sungai dan di danau-danau atau ada yang tersimpan
dalam lapisan batuan yang disebut dengan air tanah.
Pasokan air tanah yang potensial umumnya berasal dari imbuhan regional,
sedangkan yang bersifat lokal hanya berpotensi kecil. Jadi untuk mendapatkan air tanah
yang besar, maka daerah tersebut harus terhubung dan mendapatkan pasokan dari daerah
resapan di hulu. Air terdapat di bawah tanah sebagai lengas / moisture yang mengisi pori
atau rekahan batuan di dalam tanah. Jadi potensi air tanah tergantung pada faktor – faktor
lapisan batuan yang mengalirkan air (akuifer) dan adanya sumber air (resapan permukaan
atau dari daerah resapan di arah hulu).
1
Airtanah bebas merupakan airtanah yang terdapat pada lapisan batuan yang tidak
tertutupi/dibatasi oleh lapisan batuan yang kedap air. Bentuk muka airtanah bebas
umumnya mengikuti keadaan topografi setempat. Kedudukan muka airtanah akan lebih
tinggi pada daerah yang berbukit dibandingkan dengan daerah lembah atau dataran. Mata
air terbentuk karena struktur regional maupun pemotongan topografi yang biasanya
dijumpai pada morfologi perbukitan/pegunungan. Mata air umumnya muncul melalui
rekahan pada batuan vulkanik baik breksi maupun lava dan batuan terobosan.
Airtanah tertekan adalah airtanah yang terdapat pada lapisan batuan yang dibatasi
oleh dua lapisan batuan yang kedap air, baik dibawahnya maupun yang menindihnya.
Gambaran lebih jauh mengenai kondisi geologi bawah permukaan yang erat hubungannya
keterdapatan airtanah, seperti untuk mengetahui komposisi, permeabilitas, letak dan
ketebalan batuan, diketahui dengan cara melakukan pendugaan geolistrik.
Muka air tanah adalah batas antara zona yang jenuh air dan zona di atasnya yang
tidak jenuh. Batas ini dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi geologi, hidrogeologi,
pengambilan air tanah dan musim. Zona jenuh air tanah inilah yang dicari sebagai lapisan
yang potensial untuk diambil dengan pengeboran. Keberadaan air tanah yang relatif stabil
ini menjadi alasan untuk melakukan kegiatan pengeboran air tanah.
Maksud : Pekerjaan ini dilakukan dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan air
bersih di perusahaan tambak udang budidaya yang berlokasi di Dusun
Sambik Elen, Desa Sambik Elen, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok
Utara.
Tujuan : Melakukan pengeboran air tanah pada satu titik pengeboran dengan
kedalaman 80 meter sehingga mendapatkan air tanah untuk kebutuhan
operasinal tambak udang budidaya.
2
1.3. Lokasi Pekerjaan
Lokasi pengeboran yang secara administrasi berada di Dusun Sambik Elen, Desa
Sambik Elen, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara pada koordinat 116.471804
BT dan -8.241340 LS pada elevasi 40 mdpl (Gambar 2), yaitu :
Lama pelaksanaan pekerjaan pengeboran air tanah ini dilakukan selama 53 hari,
mulai dari tanggal 16 Februari 2023 dan selesai pada tanggal 09 April 2023. Hal ini
sesuai dengan kontrak kerjasama yang dilakukan oleh Pihak pihak pengelola tambak
udang budidaya dengan CV. Indogeo Mandiri Drill. Kegiatan Teknis di lapangan
dilakukan oleh CV. Indogeo Mandiri Drill yang meliputi:
- Pengeboran Air Tanah
3
- Logging test
- Konstruksi sumur
- Pumping test (uji pompa)
Berdasarkan Peta Geologi dan Potensi Bahan Galian NTB Lembar Lombok dan
Sumbawa (Suratno, 1994), lokasi sumur bor terletak pada Formasi Lokopiko (Qvl) yang
disusun oleh breksi vulkanik, tufa lapili, breksi laharik dan lava andesit. Pada umumnya,
potensi air tanah berdasarkan kondisi geologinya terdapat pada lapisan yang mengandung
lapisan berbutir pasir berupa tufa dan lapili.
Adapun susunan geologi Bayan Lombok Utara didominasi oleh batuan vulkanik
kuarter dari Formasi Lekopiko (Qvl) yang terdiri dari tufa batu apung, breksi lahar dan
4
lava. Tufa batu apung berwarna putih kekuningan, kurang kompak berukuran halus hingga
kasar, mudah lulus air. Breksi lahar, berwarna abu - abu kehitaman, fragmen batuan beku
andesit, menyudut, kurang kompak. Lava, berwarna abu-abu muda - kehitaman, vesikuler,
berstruktur aliran, kompak dan keras. Tanah pelapukan berupa lanau pasiran - lanau
lempungan, berwarna coklat kekuningan - coklat kemerahan, lunak - agak lepas, plastisitas
rendah - non plastis, ketebalan tanah 1,50 - 3,50 m.
5
Gambar 5. Peta Hidrogeologi lokasi pengeboran
6
1. 7. Peralatan Yang Digunakan
7
BAB II. PELAKSANAAN PENGEBORAN
2. 1. Pendugaan Geolistrik
(Keller dan Frischknecht 1966, Daniels dan Alberty 1966, Loke 1999)
8
Data diolah dengan menggunakan software geofisika akan diperoleh nilai tahanan
jenis yang digunakan untuk melakukan Interpretasi jenis batuan. Data kurva hasil
pengolahan data dan tabel properti batuan ditampilkan dalam gambar dibawah.
Gambar 6. Penampang tahanan jenis hasil pengolahan data dengan menggunakan IPI2Win
Gambar 7. Kurva yang memperlihatkan perbedaan nilai tahanan jenis yang mencirikan
perbedaan potensi air dimasing-masing lapisan batuan
10
retak-retak serta bersifat kedap air, rho: 2.252 Ωm, secara hidrogeologi disebut
akuifuk.
2. 2. Pelaksanaan Pengeboran
a. Metode Pengeboran
Metode yang digunakan dalam kegiatan pengeboran air tanah
menggunakan sistem bor putar (rotary drilling) yang menggunakan mesin
type Rotary Table Menara Kotak 9 meter bermesin hidrolik. Tenaga mesin
bor di dapat dari gerak putar horisontal mesin diesel yang dimodifikasi untuk
menghasilkan tenaga putar tegak lurus yang akan menjalankan stang bor dan
mata bor.
11
1. Pengeboran dilakukan secara langsung tanpa menggunakan casing (Open
Hole Drilling). Yang terdiri dari:
- Pilot hole : sebagai lubang pandu dalam pengeboran berikutnya dengan
diameter lubang bor sebesar 10” sampai kedalaman 80 meter. Dalam
proses ini disertai dengan pengambilan cutting sample tiap meter
kedalaman dari awal sampai ahir pemboran.
- Reaming Hole : dilakukan pembesaran dan pembersihan lubang
pemboran dari sisa cutting sepanjang kedalaman pipa bor dengan
diameter lubang 10”.
2. Sebelum dilakukan pengeboran terlebih dahulu dilakukan pembuatan bak
sirkulasi untuk menampung cairan pembilas yang akan digunakan dalam
proses pengeboran.
3. Setelah kegiatan pengeboran dilakukan selanjutnya dilakukan pengukuran
logging geofisika menggunakan Logging Resistivity dan Self Potential Log.
4. Membuat desain dan konstruksi sumur bor, desain distribusi pipa, pemilihan
material konstruksi sumur. Well Development, pumping test (uji pompa) dan
uji kualitas air.
12
Penyiapan titik pengeboran Kegiatan pengeboran
13
6. Pengisian gravel pack pada celah lubang antara lubang bor dan casing
dengan total kedalaman 10-80 meter dan grouting dilakukan dari kedalamna
0 – 10 meter dari permukaan.
7. Water Jetting
8. Konstruksi pelindung lubang bor untuk keamanan.
9. Pemulihan lokasi pengeboran setelah pekerjaan selesai.
Kegiatan pengeboran air tanah di Dusun --- Desa Sambik Elen, Kec. Bayan,
Kabupaten Lombok Utara dikerjakan selama 53 hari sejak kontrak kerja disepakati,
adapun rincian jadwal pengerjaan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :
14
3 Pengeboran ----------------------------------------------------------- 30
hari
4 Logging ------------------------------------------------------------ 1
hari
Break 1 hari
Cutting atau pasir pengeboran adalah material berukuran pasir s/d kerikil yang
dihasilkan ketika mata bor meremukkan lapisan batuan. Cutting ini berguna untuk
menginterpretasi jenis batuan dan potensi air tanahnya. Cutting diambil permeter dari
setiap kedalaman pengeboran. Dari hasil cutting didapatkan perlapisan batuan seperti
berikut (Gambar 9) :
15
d. Kedalaman 14 s/d 20 meter diinterpretasikan sebagai Lapisan tufa batu apung
berwarna abu-abu keputihan hingga hitam, berukuran pasir - kerakal didominasi
material batu apung kering, Akuitar;
e. Kedalaman 20 s/d 32 meter diinterpretasikan sebagai lapisan breksi bongkah
berwarna abu-abu kehitaman berukuran pasir - bongkah didominasi oleh pasir dan
bongkah andesit, Akuifuk;
f. Kedalaman 32 s/d 39 meter diinterpretasikan sebagai lapisan tufa pasiran berwarna
abu-abu berukuran pasir – kerikil, sebagai Akuifer dangkal/water loss;
g. Kedalaman 39 s/d 45 meter diinterpretasikan sebagai lapisan lava andesit bersifat
keras dan kompak serta kedap air, Akuifuk;
h. Kedalaman 45 s/d 50 meter diinterpretasikan sebagai lapisan tufa pasiran
berukuran pasir - kerikil bersifat permeabel sebagai Akuifer;
i. Kedalaman 50 s/d 52 meter diinterpretasikan sebagai lapisan lava andesit keras dan
kompak serta kedap air, Akuifuk;
j. Kedalaman 52 s/d 55 meter diinterpretasikan sebagai lapisan tufa pasiran berwarna
pasir sampai kerikil bersifat permeabel sebagai Akuifer;
k. Kedalaman 55 s/d 57 meter diinterpretasikan sebagai lapisan lava andesit kompak
dan keras serta kedap air. Akuifuk;
l. Kedalaman 57 s/d 59 meter diinterpretasikan sebagai lapisan tufa pasiran
berukuran pasir - kerikil bersifat permeabel sebagai Akuifer;
m. Kedalaman 59 s/d 65 meter diinterpretasikan sebagai lapisan lava andesit kompak
dan keras serta kedap air, Akuifuk;
n. Kedalaman 65 s/d 76 meter diinterpretasikan sebagai lapisan tufa pasiran
berukuran pasir - kerikil bersifat permeabel sebagai Akuifer;
o. Kedalaman 76 s/d 80 meter diinterpretasikan sebagai lapisan breksi vulkanik
bersifat semipermeabel, Akuitar.
16
Gambar 9. Foto permeter cutting lapisan batuan pada sumur bor
2.4. Logging
17
proses loging ini terdiri dari Logging Resistivity dan Longging SP (Self Potential). Adapun
model lapisan batuan dan potensi air tanah dari sumur bor tersebut adalah :
18
Gambar 10. Hasil uji loging sumur bor
19
Berdasarkan data hasil logging diatas diperoleh rekomendasi secara berurutan
sebagai berikut :
1. Menutup lubang bor dengan grouting semen dari kedalaman 0 s/d 10 meter untuk
menghindari masuknya air tanah dangkal;
2. Memasangan casing pipa tertutup 6 inch pada kedalaman 0 meter – 36 meter pada
bagian lapisan tanah penutup dan pada litologi lava andesit dan pada kedalaman 65
– 68 meter pada litologi lava andesit.
3. Menempatkan screen berukuran 6 inch pada kedalaman 36 - 64 meter dengan
litologi breksi pasiran (lapisan aquifer) dan lava andesit dan pada kedalaman 68 –
76 meter dengan litologi breksi pasiran (lapisan aquifer) dan lava andesit.
4. Memasangan casing pipa tertutup berukuran 6 inch dan penutup ujung pipa
(bottom plug) pada kedalaman 76 meter – 80 meter pada litologi lava andesit.
5. Gravel pack berupa kerikil berdiameter 1 s/d 2 cm dipasang pada kedalaman antara
10 s/d 80 meter sebagai saringan luar air tanah;
6. Grouting semen pada dinding luar sumur bor dipasang pada kedalaman 0 s/d 10
meter untuk menghalangi air tanah kualitas kurang baik turun dari lapisan akuifer
dangkal dibagian atas.
Setelah posisi lapisan aquifer diketahui berdasarkan hasil loging pada Gambar 10, maka
pekerjaan selanjutnya adalah pemasangan pipa casing dan screen. Setelah pipa casing
maupun pipa screen diperiksa dan posisinya penempatannya disetujui pengawas teknis,
maka pipa-pipa tersebut dapat diturunkan.
Setelah pemasangan pipa pekerjaan selanjutnya adalah memasukan gravel pack pada
celah antara sisi luar pipa dengan dinding tanah, kemudian bagian atas di grouting untuk
mencegah terjadinya kontaminasi oleh kotoran (bakteri) dan air dari permukaan.
Posisi pipa casing dan screen dapat dilihat pada gambar kontruksi sumur bor di samping
20
ini.
Selanjutnya melakukan pengecoran/grouting pada kedalaman 0 – 10 meter dan
pembuatan penutup sumur sebagai pelindung
Setelah pemasangan casing, screen, dan pembuatan penutup sumur bor selesai
selanjutnya dilakukan pemasangan pompa selam/submersible pump dan pemasangan
pipa air 2 inch, gambaran lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 11.
21
2.6 Development Sumur
Air yang berada didalam sumur dinyatakan bersih setelah di lakukan pencucian
sumur pada lubang pipa saringan secara berulang-ulang dengan waktu yang cukup lama
sampai air sumur dalam keadaan jernih. Pekerjaan ini dilakukan selama 3 hari. Selama
melaksanakan pencucian sumur, keadaan gravel pack yang ada pada ruang antara pipa
konstruksi dan dinding sumur perlu di perhatikan karena akan turun ke bawah akibat
tekanan air dan perlu di isi lagi sampai penuh.
22
5. Melakukan Long-term Recovery Test (LRT)dengan pencatatan kenaikan MAT hingga
mencapai kondisi muka air tanah static (sebelumnya);
6. Membandingkan hasil perubahan muka air tanah pada saat pemompaan terhadap
keadaan di waktu recovery.
24
Well losses ini tergantung dari besarnya pemompaan, yang terdiri atas Effisiensi
pemompaan (Ep) dan Factor development (Fd).
Besarnya debit pemompaan yang effisien adalah pemompaan yang menghasilkan nilai Ep
≥ 50 %. Sedangkan Fd dinyatakan sebagai Fd = C/B * 100. Dalam evaluasi kemampuan
sumur (well performance) ini metoda pendekatannya adalah secara matematis dengan
beberapa asumsi, antara lain:
Persamaan yang digunakan untuk menghitung data step drawdown yaitu Metoda Hantush
– Bierschenk
2
SW =B (r ¿¿ ew ,t)Q+CQ ¿
Dimana :
T = waktu pemompaan
25
rew = jarak sebenarnya dari well
Sedangkan untuk menentukan nilai dari Well Efficiency persamaannya adalah sebagai
berikut;
E w=
{ BQ
BQ+CQ 2 }
x 100 %
Cara Kerja:
Dari hasil perhitungan diatas kemudian ditentukan kriteria parameter sumur sesuai
nilai yang sudah ditentukan dalam Tabel 5.
Muka air tanah awal sebelum pengukuran berada pada kedalaman 40 meter.
Setelah dilakukan pemompaan selama 300 menit, muka air tanah menjadi 47,2 meter, hal
ini berarti terjadi penurunan air tanah sebesar 7,2 meter akibat pemompaan yang dilakukan
dengan debit rata-rata 2,2 liter/detik dan air tanah kembali ke kedalaman 40 meter saat
pompa dimatikan adalah 200 menit (Gambar 12).
Gambar 12. Kurva laju penurunan muka air tanah saat pemompaan menerus dan laju kambuh
Untuk mengetahui kapasitas atau debit maksimal dari sumur bor maka, dilakukan
perhitungan transmisivitas, konduktivitas dan debit maksimum (Q max).
27
Δs = Selisih kenaikan residual drawdown (0,8)
2, 3 x 190 , 08
T=
4 x 3 ,14 x 0 , 8
2
T =43.50955414 m /hari
T
K=
b
K = Kondaktivity
b = Akuifer = 27 m.
43.50955414
K=
27
m m
K=1.611464968 =0.0000186446
hari detik
Q max ¿ 2 x π x ℜ x b x
√K
15
r lubang +r saringan
ℜ=
2
ℜ=0,1016 meter
Q max ¿ 2 x 3 , 14 x 0.1016 x 27 x √
0.0000186446
15
3
m liter
Q max ¿ 0.004959101 =4.96
detik detik
Artinya pengambilan air maksimum dapat dilakukan pada debit Q maximum
adalah 4,96 liter/detik. Untuk memastikan keseimbangan antara re-charge dan discharge
air tanah maka pengambilan sebaiknya pada jumlah Q optimum yaitu 3.96 liter/detik.
28
BAB III. KESIMPULAN
Kegiatan Pengeboran air tanah di lokasi Tambak yang terletak di Dusun ---, Desa
Sambik Elen, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara telah terlaksana dengan lancar
dan air telah mengalir dengan baik, berikut ada 9 (enam) poin kesimpulan yang diperoleh :
1. Kedalaman pengeboran dilakukan sampai kedalaman 80 meter dengan diameter
lubang pengeboran 8”;
2. Berdasarkan data cutting dan logging terdapat 3 (tiga) lapisan akuifer pada lokasi
pengeboran yaitu kedalaman 36 s/d 50 meter, kedalaman 52 s/d 59 dan pada
kedalaman 65 s/d 76 meter;
3. Konstruksi sumur bor dilakukan sampai dengan kedalaman 80 meter;
4. Screen dipasang pada kedalaman 36 - 64 meter dan pada kedalaman 68 – 76 meter
untuk mendapatkan air tanah dengan kualitas baik;
5. Dinding luar dipasangkan gravel pack dari kedalaman 10 s/d 80 meter
6. Disarankan menggunakan pompa dengan head 80 meter dan dipasang pada
kedalaman 65 meter untuk menjaga air tanah tetap stabil dengan kapasitas 2 – 2,2
liter/detik.
7. Pengambilan air maksimum dapat dilakukan dengan debit (Q = 4,96 liter/detik).
8. Pengambilan air optimum dapat dilakukan dengan debit (Q = 3.96 liter/detik).
9. Pengambilan air yang aman dapat dilakukan dengan debit (Q = 3,5 liter/detik) untuk
menjaga kestabilan akuifer air tanah.
29