Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENGEBORAN

PT. BAHARI METRO LESTARI

DUSUN SAMBIK ELEN,


DESA SAMBIK ELEN,
KECAMATAN BAYAN,
KABUPATEN LOMBOK UTARA

2023

i
KATA PENGANTAR

Laporan pekerjaan ini merupakan Laporan Akhir kegiatan Pekerjaan pengeboran


yang berlokasi di area tambak udang budidaya di Dusun Sambik Elen, Desa Sambik Elen,
Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, yang terdiri dari 1 (satu) unit sumur bor dan
kelengkapannya, yang pelaksanaannya dilakukan oleh CV. Indogeo Mandiri Drill selaku
kontraktor spesialis jasa pengeboran air tanah.

Kegiatan pengeboran ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk
keperluan operasional tambak udang budidaya. Sesuai dengan rekomendasi survei
geolistrik, pengeboran ini dilakukan dengan kedalaman 80 meter dan menggunakan
konstruksi pipa PVC 6”.

Laporan ini disusun atas dasar rangkuman hasil pekerjaan pengeboran di lokasi
tersebut. Pekerjaan mampu diselesaikan dalam waktu 53 hari.

Mataram, April 2023


CV. Indogeo Mandiri Drill,

Sahibul Ijtihad
Direktur

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................iiii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iiiii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................ivv
DAFTAR TABEL................................................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang............................................................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan.....................................................................................................2
1.3. Lokasi Pekerjaan.........................................................................................................3
1.4. Jadwal Pelaksanaan Pengeboran.................................................................................3
1.5. Geologi Regional........................................................................................................4
1. 6. Hidrologi dan Hidrogeologi.......................................................................................5
1. 7. Peralatan Yang Digunakan........................................................................................7
BAB II. PELAKSANAAN PENGEBORAN.....................................................................8
2. 1. Pendugaan Geolistrik.................................................................................................8
a. Interpretasi Hasil Pengukuran Geolistrik................................................................. 9

2. 2. Pelaksanaan Pengeboran..........................................................................................11
a. Metode Pengeboran.................................................................................................11

b. Tahapan Kegiatan Pengeboran................................................................................14

2.3. Analisis Cutting........................................................................................................15


2.4. Logging.....................................................................................................................17
2.5. Konstruksi Sumur.....................................................................................................20
2.6. Development Sumur................................................................................................22
2.7. Uji Debit Sumur Bor.................................................................................................22
BAB III. KESIMPULAN..................................................................................................29

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mekanisme imbuhan air tanah dan aliran air tanah.............................................1


Gambar 2. Peta Lokasi Pekerjaan Pengeboran Air Tanah....................................................3
Gambar 3. Peta Geologi Regional Lokasi Pengeboran.........................................................4
Gambar 4. Stratigrafi Pulau Lombok....................................................................................5
Gambar 5. Peta Hidrogeologi lokasi pengeboran..................................................................6
Gambar 6. Penampang tahanan jenis hasil pengolahan data dengan menggunakan IPI2Win
............................................................................................................................9
Gambar 7. Kurva yang memperlihatkan perbedaan perbedaan nilai tahanan jenis yang
mencirikan perbedaan potensi air dimasing-masing lapisan batuan...................................10
Gambar 8. Proses Pengeboran Air tanah.............................................................................13
Gambar 9. Foto permeter cutting lapisan batuan pada sumur bor......................................17
Gambar 10. Hasil uji logging sumur bor.............................................................................19
Gambar 11. Konstruksi sumur bor......................................................................................21
Gambar 12. Kurva laju penurunan muka air tanah saat pemompaan menerus dan laju
kambuh.............................................................................................................27

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenis peralatan yang digunakan...............................................................................7


Tabel 2. Kisaran nilai tahanan jenis beberapa batuan dan tanah...........................................8
Tabel 3. Tahapan kegiatan pengeboran .............................................................................15
Tabel 4. Data uji Pemompaan Bertahap dan Menerus (Longterm Constant Rate Test) dan
Uji Kambuh Menerus (Longterm Recovery Test) ...............................................23
Tabel 5. Kriteria parameter sumur airtanah ......................................................................26

v
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air tawar merupakan salah satu kebutuhan dasar yang sangat penting untuk
menunjang kehidupan manusia, baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun
untuk keperluan lainnya. Air tawar dapat dijumpai langsung dipermukaan sebagai air
permukaan yang mengalir di sungai-sungai dan di danau-danau atau ada yang tersimpan
dalam lapisan batuan yang disebut dengan air tanah.

Gambar 1. Mekanisme imbuhan air tanah dan aliran air tanah

Pasokan air tanah yang potensial umumnya berasal dari imbuhan regional,
sedangkan yang bersifat lokal hanya berpotensi kecil. Jadi untuk mendapatkan air tanah
yang besar, maka daerah tersebut harus terhubung dan mendapatkan pasokan dari daerah
resapan di hulu. Air terdapat di bawah tanah sebagai lengas / moisture yang mengisi pori
atau rekahan batuan di dalam tanah. Jadi potensi air tanah tergantung pada faktor – faktor
lapisan batuan yang mengalirkan air (akuifer) dan adanya sumber air (resapan permukaan
atau dari daerah resapan di arah hulu).

Berdasarkan tempat terdapatnya airtanah dapat dibedakan menjadi airtanah bebas


(airtanah tak tertekan) dan airtanah tertekan. Airtanah tersebut dapat muncul kembali ke
permukaan sebagai suatu sumber air, pemunculannya baik secara ilmiah (mata air) atau
sebagai suatu hasil rekayasa manusia yang berupa sumur bor atau sumur gali.

1
Airtanah bebas merupakan airtanah yang terdapat pada lapisan batuan yang tidak
tertutupi/dibatasi oleh lapisan batuan yang kedap air. Bentuk muka airtanah bebas
umumnya mengikuti keadaan topografi setempat. Kedudukan muka airtanah akan lebih
tinggi pada daerah yang berbukit dibandingkan dengan daerah lembah atau dataran. Mata
air terbentuk karena struktur regional maupun pemotongan topografi yang biasanya
dijumpai pada morfologi perbukitan/pegunungan. Mata air umumnya muncul melalui
rekahan pada batuan vulkanik baik breksi maupun lava dan batuan terobosan.

Airtanah tertekan adalah airtanah yang terdapat pada lapisan batuan yang dibatasi
oleh dua lapisan batuan yang kedap air, baik dibawahnya maupun yang menindihnya.
Gambaran lebih jauh mengenai kondisi geologi bawah permukaan yang erat hubungannya
keterdapatan airtanah, seperti untuk mengetahui komposisi, permeabilitas, letak dan
ketebalan batuan, diketahui dengan cara melakukan pendugaan geolistrik.

Muka air tanah adalah batas antara zona yang jenuh air dan zona di atasnya yang
tidak jenuh. Batas ini dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi geologi, hidrogeologi,
pengambilan air tanah dan musim. Zona jenuh air tanah inilah yang dicari sebagai lapisan
yang potensial untuk diambil dengan pengeboran. Keberadaan air tanah yang relatif stabil
ini menjadi alasan untuk melakukan kegiatan pengeboran air tanah.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud : Pekerjaan ini dilakukan dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan air
bersih di perusahaan tambak udang budidaya yang berlokasi di Dusun
Sambik Elen, Desa Sambik Elen, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok
Utara.
Tujuan : Melakukan pengeboran air tanah pada satu titik pengeboran dengan
kedalaman 80 meter sehingga mendapatkan air tanah untuk kebutuhan
operasinal tambak udang budidaya.

2
1.3. Lokasi Pekerjaan

Lokasi pengeboran yang secara administrasi berada di Dusun Sambik Elen, Desa
Sambik Elen, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara pada koordinat 116.471804
BT dan -8.241340 LS pada elevasi 40 mdpl (Gambar 2), yaitu :

Gambar 2. Peta Lokasi Pekerjaan Pengeboran Air Tanah

1.4. Jadwal Pelaksanaan Pengeboran

Lama pelaksanaan pekerjaan pengeboran air tanah ini dilakukan selama 53 hari,
mulai dari tanggal 16 Februari 2023 dan selesai pada tanggal 09 April 2023. Hal ini
sesuai dengan kontrak kerjasama yang dilakukan oleh Pihak pihak pengelola tambak
udang budidaya dengan CV. Indogeo Mandiri Drill. Kegiatan Teknis di lapangan
dilakukan oleh CV. Indogeo Mandiri Drill yang meliputi:
- Pengeboran Air Tanah

3
- Logging test
- Konstruksi sumur
- Pumping test (uji pompa)

1.5. Geologi Regional

Berdasarkan Peta Geologi dan Potensi Bahan Galian NTB Lembar Lombok dan
Sumbawa (Suratno, 1994), lokasi sumur bor terletak pada Formasi Lokopiko (Qvl) yang
disusun oleh breksi vulkanik, tufa lapili, breksi laharik dan lava andesit. Pada umumnya,
potensi air tanah berdasarkan kondisi geologinya terdapat pada lapisan yang mengandung
lapisan berbutir pasir berupa tufa dan lapili.

Gambar 3. Peta Geologi Regional Lokasi Pengeboran

Adapun susunan geologi Bayan Lombok Utara didominasi oleh batuan vulkanik
kuarter dari Formasi Lekopiko (Qvl) yang terdiri dari tufa batu apung, breksi lahar dan
4
lava. Tufa batu apung berwarna putih kekuningan, kurang kompak berukuran halus hingga
kasar, mudah lulus air. Breksi lahar, berwarna abu - abu kehitaman, fragmen batuan beku
andesit, menyudut, kurang kompak. Lava, berwarna abu-abu muda - kehitaman, vesikuler,
berstruktur aliran, kompak dan keras. Tanah pelapukan berupa lanau pasiran - lanau
lempungan, berwarna coklat kekuningan - coklat kemerahan, lunak - agak lepas, plastisitas
rendah - non plastis, ketebalan tanah 1,50 - 3,50 m.

Gambar 4. Stratigrafi Pulau Lombok

1. 6. Hidrologi dan Hidrogeologi

Berdasarkan Peta Hidrogeologi skala 1:250.000 Lembar Pulau Lombok dan


Sumbawa Bagian Barat (Toto Ridwan, dkk. 2000), terdapat 4 jenis akifer
 Akifer dengan aliran melalui ruang antar butir.
 Akifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir.
 Akifer dengan aliran melalui rekahan, celahan dan saluran
 Akifer bercelah atau sarang produktif kecil/ daerah air tanah langka
Dengan melihat komposisi batuan yang ada di daerah Bayan Lombok Utara
(Gambar 5) menyebabkan Bayan Lombok Utara memiliki beragam kondisi hidrologi.
Adapun kondisi hidrologi daerah pengeboran secara umum dapat dilihat pada peta di
bawah ini:

5
Gambar 5. Peta Hidrogeologi lokasi pengeboran

Ditinjau dari keberadaan akuifer, lokasi pendugaan geolistrik termasuk dalam


wilayah dengan jenis akifer melalui celah dan pori, akuifer produktif tinggi. Jenis akifer
ini memiliki keterusan sedang sampai tinggi, air tanah tawar dengan potensi besar dapat
ditemukan dilapisan berbutir pasir.

6
1. 7. Peralatan Yang Digunakan

Berikut jenis peralatan yang digunakan selama proses pengeboran berlangsung di


yaitu:

Tabel 1. Jenis peralatan yang digunakan


No Nama Barang Satuan Merk/ Type
1 Mesin bor tipe rotary table 4 silinder 1 -
2 Drilling Pipe (pipa penegeboran) @450 cm 45 DP 90mm
3 Tripot 6 m 1 -
4 Katrol 2T & 5T 2 -
5 Diamond Core Bit 3” & 4” 2 -
6 Unit Tri Cone Bit 6’ & 8 “ 2 -
7 Unit Tri cone Bit 10” & 14” 2 -
8 Unit Sub Bit 8”, 10” & 14” 3 -
9 Set Kunci Kunci ( 1 set) 12 -
10 Truck 1 PS 135
11 Kompresor 1 -
12 Genset 1 -

7
BAB II. PELAKSANAAN PENGEBORAN

2. 1. Pendugaan Geolistrik

Hasil pengukuran geolistrik ini diolah dengan menggunakan piranti lunak


geofisika yaitu IP2Win yang merukan software untuk melakukan inversi dari suatu model
ideal yang disesuaikan sehingga mendekati kurva lapangan (kurva data lapangan terdapat
pada lampiran).
Variasi nilai tahanan jenis digunakan untuk menginterpretasi posisi akifer yang
potensial. Hal ini dapat dilakukan karena berbagai jenis material di bawah permukaan
mempunyai nilai tahanan jenis yang khas (Tabel 2). Batuan beku dan metamorf biasanya
memiliki nilai tahanan jenis tinggi. Tahanan jenis batuan ini sangat tergantung pada
banyaknya retakan dan retakan yang terisi dengan air tanah. Batuan sedimen biasanya
mempunyai pori-pori (rongga antar butir) yang banyak sehingga kadar airnya menjadi
lebih tinggi, hal ini terlihat dari nilai tahanan jenis rendah. Tanah basah dan air tanah
memiliki nilai tahanan jenis yang rendah dan tanah liat biasanya memiliki nilai tahanan
lebih rendah daripada tanah berpasir.
Tabel 2. Kisaran nilai tahanan jenis beberapa batuan dan tanah

(Keller dan Frischknecht 1966, Daniels dan Alberty 1966, Loke 1999)

Material Resistivity (Ωm)


Igneous and Metamorphic Rocks
Granite 5x10 3 - 10 6
Basalt 10 3 - 10 6
Slate 6x10 2 - 4x10 7
Marble 10 2 - 2.5x10 8
Quartzite 10 2 - 2x10 8
Sedimentary Rocks
Sandstone 8 - 4x10 3
Shale 20 - 2x10 3
Limestone 50 - 4x10 2
Soils and waters
Clay 1 - 100
Alluvium 10 - 800
Groundwater (fresh) 10 - 100
Sea water 0.2

8
Data diolah dengan menggunakan software geofisika akan diperoleh nilai tahanan
jenis yang digunakan untuk melakukan Interpretasi jenis batuan. Data kurva hasil
pengolahan data dan tabel properti batuan ditampilkan dalam gambar dibawah.

Gambar 6. Penampang tahanan jenis hasil pengolahan data dengan menggunakan IPI2Win

Selanjutnya hasil pengolahan data akan diinterpretasikan dan dihubungankan


dengan kondisi geologi dan hidrogeologi untuk mendapatkan potensi akuifernya.

a. Interpretasi Hasil Pengukuran Geolistrik


Hasil pengolahan data yang memperihatkan model perlapisan yang ditandai
oleh nilai-nilai tahanan jenis selanjutnya diinterpretasikan oleh ahli geologi untuk
mendapatkan gambaran lapisan batuan yang menyusun masing-masing lapisan
tersebut. Untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci di setiap titik pengukuran,
9
pada grafik tersebut dilengkapi dengan kurva inversi dan tabel dari masing- masing
model (Gambar 7). Untuk melakukan interpretasi jenis-jenis lapisan tanah, akan
digunakan nilai resistivitas berbagai jenis material.

Gambar 7. Kurva yang memperlihatkan perbedaan nilai tahanan jenis yang mencirikan
perbedaan potensi air dimasing-masing lapisan batuan

Hasil interpretasi pada titik pengukuran pertama GTF-01 (VES-01) maka,


dijumpai 6 (enam) lapisan batuan yang menyusun daerah pendugaan (Gambar 7)
yaitu: Lapisan pertama dibagian permukaan cenderung disusun oleh tanah penutup
dengan kedalaman antara 0 s/d 3.5 meter; lapisan kedua, pada kedalaman 3.5 s/d 10
meter diindikasikan sebagai Breksi vulkanik, Ub. Pasir s/d bongkah, keras/sedikit
retak-retak serta bersifat kedap air, rho: 689 Ωm, secara hidrogeologi disebut
akuifuk; lapisan ketiga, pada kedalaman 10 s/d 19 meter diindikasikan sebagai pasir
dan kerikil Ub. Pasir s/d kerakal, berpori serta bersifat permeable, potensi waterloss
basah, rho: 60,3 Ωm, secara hidrogeologi disebut akuifer-potensi air tanah kecil;
lapisan keempat, ada kedalaman 19 s/d 44 meter diindikasikan sebagai breksi
vulkanik Ub. Pasir s/d bongkah, keras/sedikit retak-retak serta bersifat kedap air,
potensi waterloss kering, rho: 318 Ωm, secara hidrogeologi disebut akuifuk; lapisan
kelima, pada kedalaman 44 s/d 87 meter diindikasikan sebagai pasir dan kerikil Ub.
pasir s/d kerikil, berpori/retak-retak serta bersifat permeable, rho: 53,5 Ωm, secara
hidrogeologi disebut akuifer sedang-tinggi; lapisan keenam, pada kedalaman 87 s/d
120 meter diindikasikan sebagai lapisan lava andesit, Tidak berbutir, keras/sedikit

10
retak-retak serta bersifat kedap air, rho: 2.252 Ωm, secara hidrogeologi disebut
akuifuk.

Selanjutnya hasil interpretasi pada titik pengukuran kedua GTF-02 (VES-


02) maka, dijumpai 4 (empat) lapisan batuan yang menyusun daerah pendugaan
(Gambar 9) yaitu: Lapisan pertama dibagian permukaan cenderung disusun oleh tanah
penutup dengan kedalaman antara 0 s/d 4,5 meter; lapisan kedua, pada kedalaman 4.5
s/d 8 meter diindikasikan sebagai lapisan breksi vulkanik Ub. Pasir s/d bongkah,
keras/sedikit retak-retak serta bersifat kedap air, rho: 443 Ωm, secara hidrogeologi
disebut akuifuk; lapisan ketiga, pada kedalaman 8 s/d 18 meter diindikasikan sebagai
pasir dan kerikil Ub. Pasir s/d kerakal, berpori serta bersifat permeable, potensi
waterloss basah, rho: 36,9 Ωm, secara hidrogeologi disebut akuifer-potensi air tanah
kecil; lapisan keempat, pada kedalaman 18 s/d 42 meter diindikasikan sebagai lapisan
breksi vulkanik Ub. Pasir s/d bongkah, keras/sedikit retak-retak serta bersifat kedap
air, potensi waterloss kering, rho: 961 Ωm, secara hidrogeologi disebut akuifuk;
lapisan kelima, pada kedalaman 42 s/d 86 meter diindikasikan sebagai pasir dan
kerikil Ub. pasir s/d kerikil, berpori/retak-retak serta bersifat permeable, rho: 37,8
Ωm, secara hidrogeologi disebut akuifer sedang-tinggi; lapisan keenam, pada
kedalaman 86 s/d 120 meter diindikasikan sebagai lava andesit Tidak berbutir,
keras/sedikit retak-retak serta bersifat kedap air, rho: 1.822 Ωm, secara hidrogeologi
disebut akuifuk.

2. 2. Pelaksanaan Pengeboran

a. Metode Pengeboran
Metode yang digunakan dalam kegiatan pengeboran air tanah
menggunakan sistem bor putar (rotary drilling) yang menggunakan mesin
type Rotary Table Menara Kotak 9 meter bermesin hidrolik. Tenaga mesin
bor di dapat dari gerak putar horisontal mesin diesel yang dimodifikasi untuk
menghasilkan tenaga putar tegak lurus yang akan menjalankan stang bor dan
mata bor.

11
1. Pengeboran dilakukan secara langsung tanpa menggunakan casing (Open
Hole Drilling). Yang terdiri dari:
- Pilot hole : sebagai lubang pandu dalam pengeboran berikutnya dengan
diameter lubang bor sebesar 10” sampai kedalaman 80 meter. Dalam
proses ini disertai dengan pengambilan cutting sample tiap meter
kedalaman dari awal sampai ahir pemboran.
- Reaming Hole : dilakukan pembesaran dan pembersihan lubang
pemboran dari sisa cutting sepanjang kedalaman pipa bor dengan
diameter lubang 10”.
2. Sebelum dilakukan pengeboran terlebih dahulu dilakukan pembuatan bak
sirkulasi untuk menampung cairan pembilas yang akan digunakan dalam
proses pengeboran.
3. Setelah kegiatan pengeboran dilakukan selanjutnya dilakukan pengukuran
logging geofisika menggunakan Logging Resistivity dan Self Potential Log.
4. Membuat desain dan konstruksi sumur bor, desain distribusi pipa, pemilihan
material konstruksi sumur. Well Development, pumping test (uji pompa) dan
uji kualitas air.

Moving alat bor Pembuatan bak sirkulasi dan pengecoran


bak sirkulasi

12
Penyiapan titik pengeboran Kegiatan pengeboran

Cutting pengeboran Pemasangan casing pipa PVC 6 inch

Proses Logging Proses Uji Pemompaan/Pumping Test


Gambar 8. proses pengeboran air tanah

5. Menempatkan pipa screen pada kedalaman 36 - 64 meter dan pada


kedalaman 68 – 76 meter, kemudian buttom plug pada kedalaman 76 - 80
meter.

13
6. Pengisian gravel pack pada celah lubang antara lubang bor dan casing
dengan total kedalaman 10-80 meter dan grouting dilakukan dari kedalamna
0 – 10 meter dari permukaan.
7. Water Jetting
8. Konstruksi pelindung lubang bor untuk keamanan.
9. Pemulihan lokasi pengeboran setelah pekerjaan selesai.

b. Tahapan Kegiatan Pengeboran


Tahapan yang dilakukan dalam kegiatan pengeboran air tanah ini meliputi:
1. Pemberitahuan secara tertulis kepada pihak terkait dalam hal ini koordinasi
dilakukan dengan pihak PT. --- untuk tahap persiapan.
2. Setelah mendapatkan persetujuan kemudian dilakukan moving peralatan bor dan
lainnya dari Kota Mataram menuju lokasi Pengeboran di Dusun --- Desa Sambik
Elen, Kec. Bayan, Kabupaten Lombok Utara.
3. Membuat landasan Drilling Rig, setting alat dan pemasangan alat pemboran
4. Open hole drilling berupa pilot hole dan reaming hole
5. Logging test
6. Pengisian gravel pack
7. Konstruksi pengamanan sumur bor
8. Water Jetting
9. Pembuatan laporan

Kegiatan pengeboran air tanah di Dusun --- Desa Sambik Elen, Kec. Bayan,
Kabupaten Lombok Utara dikerjakan selama 53 hari sejak kontrak kerja disepakati,
adapun rincian jadwal pengerjaan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. tahapan kegiatan pengeboran

No Kegiatan Waktu pelaksanaan


1 Koordinasi, moving peralatan dan kelengkapan ------------------------------------------------------------ 3
pemboran hari

2 Persiapan: pembuatan drilling rig, pembuatan bak ------------------------------------------------------------ 4


sirkulasi, setting alat hari

14
3 Pengeboran ----------------------------------------------------------- 30
hari

4 Logging ------------------------------------------------------------ 1
hari

5 Water Jetting/Air Jetting ------------------------------------------------------------ 1


hari

6 Pengerjaan pengaman sumur bor ----------------------------------------------------------- 5


hari

7 Pengecekan kelengakapan dll ------------------------------------------------------------ 3


hari

8 Pembuatan laporan ------------------------------------------------------------ 5


hari

Waktu Pelaksanaan 53 hari

Total Hari Kerja 51 hari

Break 1 hari

2.3. Analisis Cutting

Cutting atau pasir pengeboran adalah material berukuran pasir s/d kerikil yang
dihasilkan ketika mata bor meremukkan lapisan batuan. Cutting ini berguna untuk
menginterpretasi jenis batuan dan potensi air tanahnya. Cutting diambil permeter dari
setiap kedalaman pengeboran. Dari hasil cutting didapatkan perlapisan batuan seperti
berikut (Gambar 9) :

a. Kedalaman 0 s/d 5 meter diinterpretasikan sebagai lapisan tanah penutup berupa


pasir hitam bercampu batu apung, Akuitar;
b. Kedalaman 15 s/d 10 meter diinterpretasikan sebagai lapisan tufa batu apung,
berwarna abu-abu keputihan sampai hitam, berukuran pasir kerakal, didominasi
materialbatu apung kering dan, Akuifuk;
c. Kedalaman 10 s/d 14 meter diinterpretasikan sebagai lapisan pasir lepas dan
bongkah, berwarna abu-abu keputihan hingga kehitaman, berukuran pasir - kerikil,
Akuitar;

15
d. Kedalaman 14 s/d 20 meter diinterpretasikan sebagai Lapisan tufa batu apung
berwarna abu-abu keputihan hingga hitam, berukuran pasir - kerakal didominasi
material batu apung kering, Akuitar;
e. Kedalaman 20 s/d 32 meter diinterpretasikan sebagai lapisan breksi bongkah
berwarna abu-abu kehitaman berukuran pasir - bongkah didominasi oleh pasir dan
bongkah andesit, Akuifuk;
f. Kedalaman 32 s/d 39 meter diinterpretasikan sebagai lapisan tufa pasiran berwarna
abu-abu berukuran pasir – kerikil, sebagai Akuifer dangkal/water loss;
g. Kedalaman 39 s/d 45 meter diinterpretasikan sebagai lapisan lava andesit bersifat
keras dan kompak serta kedap air, Akuifuk;
h. Kedalaman 45 s/d 50 meter diinterpretasikan sebagai lapisan tufa pasiran
berukuran pasir - kerikil bersifat permeabel sebagai Akuifer;
i. Kedalaman 50 s/d 52 meter diinterpretasikan sebagai lapisan lava andesit keras dan
kompak serta kedap air, Akuifuk;
j. Kedalaman 52 s/d 55 meter diinterpretasikan sebagai lapisan tufa pasiran berwarna
pasir sampai kerikil bersifat permeabel sebagai Akuifer;
k. Kedalaman 55 s/d 57 meter diinterpretasikan sebagai lapisan lava andesit kompak
dan keras serta kedap air. Akuifuk;
l. Kedalaman 57 s/d 59 meter diinterpretasikan sebagai lapisan tufa pasiran
berukuran pasir - kerikil bersifat permeabel sebagai Akuifer;
m. Kedalaman 59 s/d 65 meter diinterpretasikan sebagai lapisan lava andesit kompak
dan keras serta kedap air, Akuifuk;
n. Kedalaman 65 s/d 76 meter diinterpretasikan sebagai lapisan tufa pasiran
berukuran pasir - kerikil bersifat permeabel sebagai Akuifer;
o. Kedalaman 76 s/d 80 meter diinterpretasikan sebagai lapisan breksi vulkanik
bersifat semipermeabel, Akuitar.

16
Gambar 9. Foto permeter cutting lapisan batuan pada sumur bor

2.4. Logging

Pengambilan data logging bertujuan untuk memperoleh keakuratan data mengenai


kedalaman lapisan batuan yang mengandung air berdasarkan besarnya tahanan jenis yang
dihasilkan dalam bentuk angka (ohm meter) sesuai sifat tahan jenis batuan tersebut. Dalam

17
proses loging ini terdiri dari Logging Resistivity dan Longging SP (Self Potential). Adapun
model lapisan batuan dan potensi air tanah dari sumur bor tersebut adalah :

a. Kedalaman 0 s/d 31 meter diinterpretasikan sebagai lapisan tanah penutup ang


tersusun oleh kerikil dan kerakal-kering, akuitar;
b. Kedalaman 31 s/d 36 meter diinterpretasikan sebagai lapisan lava andesit, bersifat
keras dan kedap air, akuifuk;
c. Kedalaman 36 s/d 48 meter diinterpretasikan sebagai lapisan breksi pasiran,
bersifat lepas dan permeable sehingga mampu menyimpan air, akuifer;
d. Kedalaman 48 s/d 54 meter diinterpretasikan sebagai lapisan lava andesit, bersifat
keras dan kedap air, akuifuk;
e. Kedalaman 54 s/d 64 meter diinterpretasikan sebagai lapisan breksi pasiran,
bersifat lepas dan permeable sehingga mampu menyimpan air, akuifer;
f. Kedalaman 64 s/d 69 meter diinterpretasikan sebagai lapisan lava andesit, bersifat
keras dan kedap air, akuifuk;
g. Kedalaman 69 s/d 74 meter diinterpretasikan sebagai lapisan breksi pasiran,
bersifat lepas dan permeable sehingga mampu menyimpan air, akuifer;
h. Kedalaman 74 s/d 80 meter diinterpretasikan sebagai lapisan lava andesit, bersifat
keras dan kedap air, akuifuk;

18
Gambar 10. Hasil uji loging sumur bor
19
Berdasarkan data hasil logging diatas diperoleh rekomendasi secara berurutan
sebagai berikut :

1. Menutup lubang bor dengan grouting semen dari kedalaman 0 s/d 10 meter untuk
menghindari masuknya air tanah dangkal;
2. Memasangan casing pipa tertutup 6 inch pada kedalaman 0 meter – 36 meter pada
bagian lapisan tanah penutup dan pada litologi lava andesit dan pada kedalaman 65
– 68 meter pada litologi lava andesit.
3. Menempatkan screen berukuran 6 inch pada kedalaman 36 - 64 meter dengan
litologi breksi pasiran (lapisan aquifer) dan lava andesit dan pada kedalaman 68 –
76 meter dengan litologi breksi pasiran (lapisan aquifer) dan lava andesit.
4. Memasangan casing pipa tertutup berukuran 6 inch dan penutup ujung pipa
(bottom plug) pada kedalaman 76 meter – 80 meter pada litologi lava andesit.
5. Gravel pack berupa kerikil berdiameter 1 s/d 2 cm dipasang pada kedalaman antara
10 s/d 80 meter sebagai saringan luar air tanah;
6. Grouting semen pada dinding luar sumur bor dipasang pada kedalaman 0 s/d 10
meter untuk menghalangi air tanah kualitas kurang baik turun dari lapisan akuifer
dangkal dibagian atas.

2.5. Konstruksi Sumur

Sebelum kegiatan fisik dilakukan terlebih dahulu dibuat desain perencanaan


sebagai panduan dalam melakukan pengejaan fisik sumur bor. Selanjutnya baru dilakukan
pengerjaan fisik yang dijelaskan pada pemaparan di bawah ini:

 Setelah posisi lapisan aquifer diketahui berdasarkan hasil loging pada Gambar 10, maka
pekerjaan selanjutnya adalah pemasangan pipa casing dan screen. Setelah pipa casing
maupun pipa screen diperiksa dan posisinya penempatannya disetujui pengawas teknis,
maka pipa-pipa tersebut dapat diturunkan.
 Setelah pemasangan pipa pekerjaan selanjutnya adalah memasukan gravel pack pada
celah antara sisi luar pipa dengan dinding tanah, kemudian bagian atas di grouting untuk
mencegah terjadinya kontaminasi oleh kotoran (bakteri) dan air dari permukaan.
 Posisi pipa casing dan screen dapat dilihat pada gambar kontruksi sumur bor di samping
20
ini.
 Selanjutnya melakukan pengecoran/grouting pada kedalaman 0 – 10 meter dan
pembuatan penutup sumur sebagai pelindung
 Setelah pemasangan casing, screen, dan pembuatan penutup sumur bor selesai
selanjutnya dilakukan pemasangan pompa selam/submersible pump dan pemasangan
pipa air 2 inch, gambaran lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Konstruksi sumur bor

21
2.6 Development Sumur

Tujuan pekerjaan ini adalah untuk membersihkan kotoran-kotoran yang ada di


dalam sumur maupun mud drill ( endapan lumpur) yang menutupi aquifer, di harapkan air
tanah dari aquifer dapat leluasa masuk ke dalam sumur bor (tidak terhalang). Pelaksanaan
pekerjaan pencucian sumur dilakukan dengan metode water jetting (sirkulasi air) dan air
jetting (kompressor) dengan tujuan untuk membersihkan sumur dari material-material
halus sisa cutting pemboran.

Air yang berada didalam sumur dinyatakan bersih setelah di lakukan pencucian
sumur pada lubang pipa saringan secara berulang-ulang dengan waktu yang cukup lama
sampai air sumur dalam keadaan jernih. Pekerjaan ini dilakukan selama 3 hari. Selama
melaksanakan pencucian sumur, keadaan gravel pack yang ada pada ruang antara pipa
konstruksi dan dinding sumur perlu di perhatikan karena akan turun ke bawah akibat
tekanan air dan perlu di isi lagi sampai penuh.

2.7 Uji Debit Sumur Bor


Uji pemompaan yang dilakukan di sumur bor baru adalah menggunakan single
well test hal ini dikarenakan tidak ada sumur bor observasi/monitoring disekitarnya yang
dapat digunakan sebagai sumur observasi. Adapun metode yang digunakan yaitu Long-
term Constant Constant Test (LCDT) dan Long-term Recover Test (LRT).

2.7.1. Cara Kerja


1. Lakukan prestart check dengan mempersiapkan peralatan uji pemompaan : pompa air
dengan spesifikasi yang sudah disebutkan diatas. Komponen pendukung lainnya
berupa pipa PVC berukuran 2 inch. Winch/sling sebagai penahan pompa, instrument
pengukuran penurunan muka air tanah dan kenaikannya (Datacan tools).
2. Pemasangan submersible pump pada kedalaman 65 meter;
3. Mengukur muka air tanah (MAT) awal;
4. Melakukan uji Long-term Constant Debit Test (LCDT) dengan debit yang digunakan
adalah 2,2 liter/detik selama 300 menit, kemudian melakukan pencatatan penurunan
muka air tanah selama waktu tersebut;

22
5. Melakukan Long-term Recovery Test (LRT)dengan pencatatan kenaikan MAT hingga
mencapai kondisi muka air tanah static (sebelumnya);
6. Membandingkan hasil perubahan muka air tanah pada saat pemompaan terhadap
keadaan di waktu recovery.

2.7.2 Data Uji Pemompaan


Tabel 4. Data uji Pemompaan Menerus (Longterm Constant Rate Test) dan Uji Kambuh Menerus
(Longterm Recovery Test)

UJI POMPA & KAMBUH SUMUR BOR


LOKASI : Dusun ---, Desa Sambik Elen, Kecamatan Bayan
Kedalaman : 80 Mrk Tp Pump : 1,5 kw, 2 hp
Muka Air T : 40 M Hari/Tanggal : Minggu, 9 April 2023
Posisi Pompa : 65 m Koordinat :
UJI PEMOMPAAN MENERUS (LT-Test)
Q = 2,5 lt/dt Uji Kambuh
Waktu (menit) Muka air meter) Waktu (menit) Muka air meter)
0.1 40 0.1
1 41.6 1 44.4
1.5 42.7 1.5 44
2 43.5 2 43.2
2.5 44.4 2.5 42.5
3 44.9 3 42
4 45.3 4 41.7
5 45.5 5 41.5
6 45.8 6 41.2
8 45.9 8 41
10 46 10 40.8
15 46.2 15 40.7
20 46.3 20 40.6
25 46.4 25 40.6
30 46.4 30 40.5
35 46.5 35 40.4
40 46.5 40 40.4
45 46.5 45 40.4
50 46.6 50 40.2
55 46.6 55 40.2
60 46.6 60 40.2
70 46.6 70 40.2
80 46.7 80 40
90 46.7 90 40
100 46.8 100 40
115 46.8 115 40
130 46.8 130 40
145 47 145 40
160 47 160 40
180 47.1 180 40
200 47.2 200 40
250 47.2 250
300 47.2 300
301 44.4
301.5 44
302 43.2 23
302.5 42.5
303 42
304 41.7
305 41.5
306 41.2
308 41
145 47 145 40
160 47 160 40
180 47.1 180 40
200 47.2 200 40
250 47.2 250
300 47.2 300
301 44.4
301.5 44
302 43.2
302.5 42.5
303 42
304 41.7
305 41.5
306 41.2
308 41
310 40.8
315 40.7
320 40.6
325 40.6
330 40.5
335 40.4
340 40.4
345 40.4
350 40.2
355 40.2
360 40.2
370 40.2
380 40
390 40
400 40
415 40
430 40
445 40
460 40
480 40
500 40

2.7.3 Analisis Uji Pompa


Pengujian sumur bor dilakukan dengan Single Well Test dengan target parameter
yang akan diketahui yaitu :
a. Koefisien Well Loss
b. Faktor Development Sumur bor (Fd)
c. Efisiensi Pemompaan (Ep)
d. Perkiraan debit aman pemompaaan (Q)
Dalam pemompaan sumur terjadi penurunan (drawdown) MAT, yang tediri atas dua
komponen yaitu sebagai “Aquifer Losses” dan “Well Losses”. Aquifer losses didefinisikan
sebagai kerugian tinggi tekan atau head losses yang terjadi akibat hambatan aliran yang
terjadi pada aquifernya sendiri dan aliran ini bersifat laminar. Sedangkan well losses
terbagi lagi menjadi 2 (dua), yaitu bersifat linier dan non-linier. Sumur airtanah dikatakan
effisien jika sumur tersebut mempunyai nilai “well losses” kecil.

24
Well losses ini tergantung dari besarnya pemompaan, yang terdiri atas Effisiensi
pemompaan (Ep) dan Factor development (Fd).

Effisiensi pemompaan (Ep) dinyatakan sebagai :

Ep=BQ /SW ∗100 % .

Besarnya debit pemompaan yang effisien adalah pemompaan yang menghasilkan nilai Ep
≥ 50 %. Sedangkan Fd dinyatakan sebagai Fd = C/B * 100. Dalam evaluasi kemampuan
sumur (well performance) ini metoda pendekatannya adalah secara matematis dengan
beberapa asumsi, antara lain:

a. Aquifer mempunyai penyebaran tak terbatas,


b. Aquifer bersifat unconfined, confined atau leakage,
c. Aquifer mempunyai sifat homogen, isotropis, dan ketebalan yang seragam pada
daerah yang dipengaruhi oleh pemompaan,
d. Permukaan piesometrik sebelum pemompaan dalam keadaan horizontal,
e. Aliran dalam sumur bersifat unsteady state,
f. Pemompaan dilakukan secara step drawdown test dengan peningkatan debit tanpa
mematikan pompa,
g. Non-linier well loss yaitu CQ2.

Persamaan yang digunakan untuk menghitung data step drawdown yaitu Metoda Hantush
– Bierschenk

2
SW =B (r ¿¿ ew ,t)Q+CQ ¿

Dimana :

B1 (rew, t) = linier loss coefficient akifer

B = linier well-loss coefficient

C = non-linier well-loss coefficient

T = waktu pemompaan
25
rew = jarak sebenarnya dari well

Sedangkan untuk menentukan nilai dari Well Efficiency persamaannya adalah sebagai
berikut;

E w=
{ BQ
BQ+CQ 2 }
x 100 %

Cara Kerja:

 Plot drawdown vs waktu (semilog scale)


 Catat drawdown equilibrium (S) pada setiap Q
 Plot S/Q vs Q (arithmetic scale), buat garis lurus dan hitung C dari gradient dan B
dari perpotongan dengan sumbu y.

Dari hasil perhitungan diatas kemudian ditentukan kriteria parameter sumur sesuai
nilai yang sudah ditentukan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria parameter sumur airtanah.


< 0,5 Sumur telah didesain dan didevelopment dengan baik dan benar
Koefisien well loss 0,5 – 1,0 Sumur agak buruk atau mengalami sedikit penyumbatan
(min2/m5) 1,0 – 4,0 Sumur buruk atau mengalami penyumbatan di beberapa tempat
>4 Sumur sulit diperbaiki menjadi semestinya
>12,4 Sumur dapat dikembangkan untuk kebutuhan industry
Transmisibility
<12,4 Sumur hanya dapat dikembangkan untuk kebutuhan rumah tangga
<5 Sumur tidak m engalami penyumbatan
5 - 10 Sumur mengalami sedikit penyumbatan dan mudah diperbaiki
Faktor
10 -15 Sumur mengalami banyak penyumbatan namun masih dapat
development
diperbaiki
>15 Sumur mengalami penyumbatan yang sulit diperbaiki
100 – 95 % Sumur telah didefelopment dengan baik
95 – 80 % Sumur kurang baik didevelopment
Efisiensi
80 – 65 % Sumur harus didevelopment kembali
Pemompaan (%)
Sumur harus didevelopment kembali namun sulit mencapai hasil
<65 %
sempurna

Hasil Analisa Uji Pompa

Pengukuran debit di sumur bor menggunakan pompa submersible dengan debit


rata-rata 2,2 liter/detik. Pengujian dilakukan berupa uji pompa dan uji kambuh. Daya
listrik di lokasi pengujian menggunakan daya dari PLN sehingga kestabilan tegangan
26
diabaikan. Pengukuran debit dilakukan dengan mengukur jumlah kubik air yang terambil
dalam hitungan waktu. Data pengukuran debit dan muka air tanah dilakukan selama 300
menit dan uji kambuh dilakukan sampai muka air tanah mencapai kedalaman muka air
tanah tetapnya.

Muka air tanah awal sebelum pengukuran berada pada kedalaman 40 meter.
Setelah dilakukan pemompaan selama 300 menit, muka air tanah menjadi 47,2 meter, hal
ini berarti terjadi penurunan air tanah sebesar 7,2 meter akibat pemompaan yang dilakukan
dengan debit rata-rata 2,2 liter/detik dan air tanah kembali ke kedalaman 40 meter saat
pompa dimatikan adalah 200 menit (Gambar 12).

Gambar 12. Kurva laju penurunan muka air tanah saat pemompaan menerus dan laju kambuh

Untuk mengetahui kapasitas atau debit maksimal dari sumur bor maka, dilakukan
perhitungan transmisivitas, konduktivitas dan debit maksimum (Q max).

Perhitungan Transmisivitas dan Kondaktivitas


2 ,3 xQ
T=
4 xπx ∆ s
T = Transmisivity
Q = debit pengukuran ( 2,2 liter/detik = 190,08 m3/hari)

27
Δs = Selisih kenaikan residual drawdown (0,8)
2, 3 x 190 , 08
T=
4 x 3 ,14 x 0 , 8
2
T =43.50955414 m /hari
T
K=
b
K = Kondaktivity
b = Akuifer = 27 m.
43.50955414
K=
27
m m
K=1.611464968 =0.0000186446
hari detik

Perhitungan Debit Maksimal

Q max ¿ 2 x π x ℜ x b x
√K
15
r lubang +r saringan
ℜ=
2
ℜ=0,1016 meter

Q max ¿ 2 x 3 , 14 x 0.1016 x 27 x √
0.0000186446
15
3
m liter
Q max ¿ 0.004959101 =4.96
detik detik
Artinya pengambilan air maksimum dapat dilakukan pada debit Q maximum
adalah 4,96 liter/detik. Untuk memastikan keseimbangan antara re-charge dan discharge
air tanah maka pengambilan sebaiknya pada jumlah Q optimum yaitu 3.96 liter/detik.

28
BAB III. KESIMPULAN

Kegiatan Pengeboran air tanah di lokasi Tambak yang terletak di Dusun ---, Desa
Sambik Elen, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara telah terlaksana dengan lancar
dan air telah mengalir dengan baik, berikut ada 9 (enam) poin kesimpulan yang diperoleh :
1. Kedalaman pengeboran dilakukan sampai kedalaman 80 meter dengan diameter
lubang pengeboran 8”;
2. Berdasarkan data cutting dan logging terdapat 3 (tiga) lapisan akuifer pada lokasi
pengeboran yaitu kedalaman 36 s/d 50 meter, kedalaman 52 s/d 59 dan pada
kedalaman 65 s/d 76 meter;
3. Konstruksi sumur bor dilakukan sampai dengan kedalaman 80 meter;
4. Screen dipasang pada kedalaman 36 - 64 meter dan pada kedalaman 68 – 76 meter
untuk mendapatkan air tanah dengan kualitas baik;
5. Dinding luar dipasangkan gravel pack dari kedalaman 10 s/d 80 meter
6. Disarankan menggunakan pompa dengan head 80 meter dan dipasang pada
kedalaman 65 meter untuk menjaga air tanah tetap stabil dengan kapasitas 2 – 2,2
liter/detik.
7. Pengambilan air maksimum dapat dilakukan dengan debit (Q = 4,96 liter/detik).
8. Pengambilan air optimum dapat dilakukan dengan debit (Q = 3.96 liter/detik).
9. Pengambilan air yang aman dapat dilakukan dengan debit (Q = 3,5 liter/detik) untuk
menjaga kestabilan akuifer air tanah.

29

Anda mungkin juga menyukai