BAB II
RIWAYAT BENDUNGAN
2.1. UMUM
Riwayat Bendungan Rotiklot merupakan catatan dan informasi untuk mengidentifikasi kegiatan
OP Bendungan yang diperlukan.
II- 1
LAPORAN MANUAL OPERASI & PEMELIHARAAN
BUKU 1 : KETENTUAN UMUM
SUPERVISI PEMBANGUNAN BENDUNGAN ROTIKLOT DI KABUPATEN BELU
II- 2
LAPORAN OPERASI & PEMELIHARAAN
BUKU 1 : KETENTUAN UMUM
SUPERVISI PEMBANGUNAN BENDUNGAN ROTIKLOT DI KABUPATEN BELU
Bidang hilir, terlihat retakan mulai dari permukaan lapisan agregat A, bidang retakan sedikit
terbuka <0,5mm, sampai kedalaman 10 cm retakan sudah rapat, dan jalur retakan tidak
berkembang (berhenti) pada kedalaman 15cm.
Pada dasar lubang testpit, di kedalaman 15cm, masih terlihat jalur retakan, bidang retakan
tertutup, panjang retakan 20cm. Saat penggalian sampai kedalaman 30 cm, sudah tidak
didapatkan retakan.
Disimpulkan dimensi retakan di permukaan jalan aspal, panjang 100cm, lebar 1mm, dalam
15cm, retakan disebabkan adanya gaya tarikan (tension), yang ditimbulkan oleh settlement
massa timbunan, dimana pengaruh paling besar berada di permukaan. Semakin rigid suatu
bangunan (trotoar) akan mengalami tension semakin kuat.
Tanda-tanda retakan tension di lokasi yaitu: bidang retakan terbuka, permukaan bidang
retakan kasar, dan jalur retakan tidak lurus dan terputus putus (Gambar 2.2).
Adanya retakan melintang (hulu-hilir) di puncak bendungan Rotiklot akan mengkhawatirkan
keamanan bendungan terhadap kebocoran (piping), bila bidang retakan tersebut
berkembang cukup dalam (2,5m) sampai menembus timbunan inti zona 1 (Gambar 2.3).
Dimensi retakan: panjang 100 cm, lebar 1 mm, dalam 15 cm. Posisi retakan masih berada di
dalam lapisan agregat A, untuk sampai ke inti timbunan (zona 1) berjarak 115 cm (agregat B
20 cm, pasir filter 10 cm, dan random 85 cm).
II-3
LAPORAN OPERASI & PEMELIHARAAN
BUKU 1 : KETENTUAN UMUM
SUPERVISI PEMBANGUNAN BENDUNGAN ROTIKLOT DI KABUPATEN BELU
II-4
LAPORAN OPERASI & PEMELIHARAAN
BUKU 1 : KETENTUAN UMUM
SUPERVISI PEMBANGUNAN BENDUNGAN ROTIKLOT DI KABUPATEN BELU
sungai tersebut tidak mampu menopang struktur bendungan, dan menjadi zona lemah yang
dapat berpotensi dirembesi air (leakage). Untuk menceggah kemungkinan itu maka harus ada
perbaikan pondasi, yaitu dengan mengupas seluruh konglomerat endapan sungai tersebut.
Penggalian konglomerat dilakukan sedalam 3-5m dari elevasi desain 37,5 m sampai dengan
elevasi 34 m, sampai didapatkan batuan dasar (batulempung Bobonaro), dengan tingkat
kelulusan air rendah permeabilitas 2.46 x10 -04, dan daya dukung cukup baik, SPT > 60, kemudian
dilanjutkan dengan penghamparan clay, timbunan material random, dan rip-rap. Peta Potensi
Rembesan Bendungan Rotiklot disajikan pada Gambar 2.4.
C. Maindam Hilir
Ada perbaikan tapak pondasi pada area maindam hilir, disebabkan masih didapat endapan
alluvial yang bersifat lepas (D). Endapan alluvial tersebut tidak akan mampu menopang struktur
bendungan, dan menjadi zona lemah yang dapat berpotensi dirembesi air (leakage). Untuk
menceggah kemungkinan itu maka harus ada perbaikan pondasi, yaitu dengan mengupas
seluruh endapan alluvial tersebut. Penggalian dilakukan sedalam 3-3,5 m dari elevasi desain
37,5 m sampai dengan elevasi 34 m, dan sudah sesuai dengan elevasi desain revisi.
Tingkat kelulusan air rendah permeabilitas 2.46E-04, dan daya dukung cukup baik, nilai SPT >
60, dilanjutkan dengan penghamparan clay, timbunan material random, dan rip-rap. Peta
Potensi Rembesan Bendungan Rotiklot disajikan pada Gambar 2.4.
D. As Maindam Sandaran Kanan STA 320 s/d STA 480
Di As main dam sandaran kanan dari STA 370 s/d STA 380 pada elevasi desain masih didapatkan
endapan alluvial, sehingga perlu dilanjutkan penggalian untuk mencapai tanah keras
(batulempung Bobonaro). Disebakan endapan alluvial tersebut tidak mampu menopang
struktur bendungan, dan akan menjadi zona lemah yang dapat dilalui air (kebocoran waduk).
Untuk mencegah kemungkinan itu maka harus dilakukan perbaikan pondasi, yaitu dengan
mengupas seluruh endapan alluvial tersebut, sampai didapatkan batuan dasar (batulempung
Bobonaro), dengan tingkat kelulusan air rendah, permeabilitas berkisar antara 6.16 x10 -05 -1.72
x10-06, dan daya dukung cukup baik, SPT > 60. Tebal endapan alluvial yang harus digali 0,78 m di
STA 370, dan 1,67 m di STA 380.
Lubang hasil penggalian kemudian dicor beton (dental) dengan tebal menyesuaikan hasil galian.
Setelah pengecoran dental selesai, maka As Main Dam telah siap dilakukan penimbunan. Peta
Potensi Rembesan Bendungan Rotiklot disajikan pada Gambar 2.4.
II-5
LAPORAN MANUAL OPERASI & PEMELIHARAAN
BUKU 1 : KETENTUAN UMUM
SUPERVISI PEMBANGUNAN BENDUNGAN ROTIKLOT DI KABUPATEN BELU
II-6
LAPORAN OPERASI & PEMELIHARAAN
BUKU 1 : KETENTUAN UMUM
SUPERVISI PEMBANGUNAN BENDUNGAN ROTIKLOT DI KABUPATEN BELU
II - 7
LAPORAN OPERASI & PEMELIHARAAN
BUKU 1 : KETENTUAN UMUM
SUPERVISI PEMBANGUNAN BENDUNGAN ROTIKLOT DI KABUPATEN BELU
Contents
2.1. UMUM.............................................................................................................................................1
B. Cofferdam Hilir....................................................................................................................................4
C. Maindam Hilir.....................................................................................................................................5
II - 8
LAPORAN OPERASI & PEMELIHARAAN
BUKU 1 : KETENTUAN UMUM
SUPERVISI PEMBANGUNAN BENDUNGAN ROTIKLOT DI KABUPATEN BELU
9 dari 39